Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KIMIA

TITRASI ASAM-BASA

DI

OLEH :

VANISHA NERLIANA

XII.IPA 5

SMA NEGERI 9 KENDARI


TITRASI ASAM-BASA

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Kami melakukan uji percobaan untuk menentukan sifat asam dan basa
beberapa larutan dengan menggunakan NaOH dan H 2SO4, dan Mengamati
perubahan warna indikator pada larutan asam dan basa.
B. LANDASAN TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan
suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang
diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada
reaksi nertalisasi asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah
asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung
terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam
yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen
berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang
mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah
titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi
tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi
tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu
cara atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana
titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan
senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen atau titik stoikhiometri, titik ini
sering ditandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator.
Berikut ini syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
Konsentrasi titrasi harus diketahui. Larutan seperrti ini disebut larutan
standar.
Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus
diketahui.
Titik stoikhiometri atau titik ekivalen harus diketahui. Indikator yang
memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen
yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir.
Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus
diketahui setepat mungkin.
C. ALAT DAN BAHAN :
 ALAT :
Buret
Statif dan Klem
Labu arlemeryer
Karet penghisap
Labu semprot
 BAHAN :
10 ml larutan H2SO4
Larutan NaOH
Indokator fenoftalen
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Mencuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan membilas
dengan 5 mL larutan NaOH. Memutar kran buret untuk mengeluarkan cairan
yang tersisa dalam buret, selanjutnya mengisi buret dengan 5 mL NaOH
untuk membasahi dinding buret. Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret.
Larutan NaOH dimasukkan lagi ke dalam buret sampai skala tertentu.
Mencatat kedudukan volume awal NaOH dalam buret.
2. Setelah dibersihkan lalu kembalikan buret ada posisi awal pada tempatnya,
3. Setelah itu masukan larutan ke dalam buret hingga penuh,
4. Masukan 10 ml H2SO4 Kedalam labu erlemenyer,
5. Lalu, ambil fenoftalein (indikator pp) sebanyak 3 tetes,
6. Letakan labu erlemenyer di bawah buret
7. Lalu alirkan NaOH yang ada di dalam buret secara perlahan-lahan ke labu
erlemenyer sambil di aduk,atau labu erlemnyer yang di goyangkan. Yang
perlu diingat jangan mengalirkan NaOH secara langsung harus secara
perlahan-lahan.
8. Lalu, goyangkan terus labu erlemenyer sampai larutan berubah warna hingga
warna merah muda..

E. DATA HASIL PENGAMATAN

NO. LARUTAN VOLUME KONSENTRASI


1. H2SO4 10 ml 0,1 M
2. NaOH 25 ml -
3. Indikator fenoftalein 3 tetes -

Hasil pengamatan :
Pada saat NaOH telah di alirkan sebanyak 12 ml, belum ada perubahan
warna dari larutan.
Pada saat NaOH telah di alirkan sebanyak 23,5 ml maka telah terjadi
perubahan warna dari larutan (warna ke ungu-ungu-an).
Perhitungan :
a.V1.M1 = b. V2.M2
2.10 . 0,1 = 1. 23,5.m2
2 = 23,5. M2
2
M2 = = 0,08 m
23,5
Jadi konsentrasi NaOH 23,5 ml adalah 0.08 M.
F. PEMBAHASAN
Berdasarkan, percobaan yang dilakukan, berdasarkan proses kerja telah dilakukan
pengaliran larutan NaOH pada labu erlemnyer, pada saat NaOH telah di alirkan
sebanyak 12 ml, belum terjadi perubahan warna sedangkan ketika di alirkan lagi
hingga 23,5 ml mulai kelihatan perubahan warna.
Percobaan titrasi asam kuat dengan basa kuat (H2SO4 – NaOH) memiliki titik
ekivalen 7 pada skala pH. Beberapa indicator yang dapat digunakan adalah metil
merah, bromtimol biru, fenolftalein.
Titrasi secara sempit adalah reaksi penetralan, yang artinya produk dari hasil
reaksi antar-reaktan menghasilkan garam dan air, sehingga reaksi dari percobaan
diatas yaitu :
NaOH + H2SO4 -> NaSO4 + H3O
Selama proses titrasi, larutan H2SO4 belum bereaksi dengan seiring
ditambahkannya NaOH sampai mendekati titik ekivalen. Saat volume NaoH yang
dimasukkan mendekati 25 ml, mulai terjadi perubahan warna namun belum
permanen, sehingga akhirnya larutan dapat berubah warna pada titik 23,5 ml.
Dengan ini dapat diperkirakan pH larutan berada pada rentang nilai pH fenolftalein
yaitu 8,3 – 10,0

G. Kesimpulan
Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan
mencari volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan
kadar atau konsentrasi HCL.
Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes indikator
berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan
akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat
berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui,
barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.

H. DAFTAR PUSTAKA

http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/

Anda mungkin juga menyukai