Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatnya atas segala berkah dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan t u g a s
makalah dengan judul
“Manajemen Farmasi di Rumah Sakit” . Mata kuliah manajemen Farmasi ini dengan tepat
waktu. Pada kesempatan ini kami juga ingin berterima kasih kepada ibu Bapak DR.H.Asyhari
Asyikin,M.Kes selaku dosen yang telah membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini.
Tiada hal yang kami harapkan selain makalah ini dapat diterima dengan baik , dan bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk
(drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit
harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa
pelayanan sediaan farmasi di rumah sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian yang
selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan peraturan menteri kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian juga dinyatakan
bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker harus
menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan peraturan
menteri kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa italia maneggiare yang berarti “mengendalikan” atau
dalam Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda, Bahasa Prancis lalu mengadopsi
kata ini dari bahasa Inggris menjadi menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan
mengatur.
a. George R Terry
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemamfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber-
sumber lainnya
Manajemen adalah seni untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan melalui orang lain
c. James AF Stoner
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
1. Fungsi Manajemen
Pendapat George R.Terry. Dia menyebutkan bahwa fungsi manajemen terdiri dari
a. Planning
Yang dimaksud dengan Planning adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai
c. Actuating
Actuating adalah fungsi pergerakan atau aktivitas pelaksanaan dari fungsi-fungsi sebelumnya
(Planning, organizing).
d. Controlling
Controlling adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila
perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang telah dilakukan sistem dapat diarahkan kejalan
yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
e. Evaluating
Evaluating sederhananya dimaksudkan sebagai langkah untuk menilai apakah tujuan tercapai
atau tidak, melalui penilaian indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya, seperti
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai antara lain:
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus mempunyai nomor izin
edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada
kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
B. Pengertian Rumah Sakit
b.Permenkes 2004
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun
orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan”.
atau upaya rujukan dan atau upaya kesehatan penunjangyang dalam penyelenggaraanya tetap
Pelayanan farmasi Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan Rumah Sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien, pelayanan obat yang
bermutu , termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
1. Tujuan Pelayanan Kefarmasian di RS :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam
keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia;
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
etik profesi;
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat;
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku;
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan;
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan;
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
2. Pengelolaan Obat di RS
a. Seleksi
Merupakan proses kegiatan sejak dari: meninjau masalah kesehatan di RS,
identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan
dengan memprioritaskan obat esensial.
b. Perencanaan
Merupakan suatu proses kegiatan dalampemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Tujuan dari
perencanaan ini adalah untuk menghindari terjadinya stock out dan
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Pengadaan
d. Penyimpanan
Aktivitas pengaturan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan.
e. Distribusi
Merupakan segala aktivitas mendistribusikan pembekalanfarmasi di rumah
sakit agar pelayanan individu rawat inap dapat tertunjang dalam proses terapi
bagi pasien.
f. Penggunaan
Proses yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat
oleh pasien.
a. Pada Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3,
tentang Kefarmasian disebutkan bahwa Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan
bahan habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu.
b. Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu
alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk
5. Pelayanan Farmasi RS :
f. Memberikan konseling
g. Melaksanakan visite
Pada Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3, tentang
Kefarmasian disebutkan bahwa Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan habis pakai di
rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu.
Yang dimaksud dengan sistem satu pintu adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu
kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan,
sediaan farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
3. Melasanakan KIE
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa , dan evaluasi untuk meningkakan mutu
pelayanan farmasi
8.Mefasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit
c. Pelayanan Farmasi RS
6. Memberikan konseling
7. Melaksanakan visite