hidung mulut
nasofaring orofaring
laringofaring
Fisiologi Respirasi
Ventilation
~ CO2
&
Oxygenation
~ O2
Fisiologi Respirasi
Tekanan intra
pulmonal
Tekanan intra
pleura
Volume tidal
10
Jika korban tidak sadar = kondisi gawat !!
lakukan langkah-langkah
BANTUAN HIDUP DASAR
11
PUKUL PUNGGUNG 5x atau Jika gagal, lakukan
sampai sumbatan lepas manuver HEIMLICH
12
Manuver HEIMLICH
13
Manuver HEIMLICH
14
Manuver HEIMLICH pada anak
15
Manuver HEIMLICH pada anak
16
Manuver “pukul punggung” pada bayi
17
Manuver HEIMLICH pada bayi
18
Hanya jika terlihat benda penyumbatnya !!!
19
Penurunan kesadaran
tonus otot turun/hilang
sumbatan lidah
Mendengkur : pangkal lidah (snoring)
HEAD TILT
X
HEAD TILT jangan dilakukan pada trauma
X X
CHIN LIFT
NECK LIFT
HEAD TILT
JAW THRUST
Jangan dipakai jika reflex muntah masih (+)
(Derajat A dan V dari AVPU atau GCS > 10)
Tidak merangsang muntah
Hati-hati pada pasien dengan fraktura basis cranii
Ukuran u/ dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan
Pengertian : Suatu cara pemberian gas dengan
alat alat yang berbeda
konsentrasinya.
3. Kerugian
Konsentrasi kurang dari 40 %
Tidak bisa dipakai pasien dgn odema laring
Mudah bergeser
Pusing dan mukosa kering
Tidak efektif untuk pasien gelisah
Slang bisa menjepit dagu bila terlalu kencang
1. Tehnik
3. Kerugian
Pasien merasa panas dan membuat iritasi
Pasien kurang nyaman
Dapat merintangi makan dan minum
Tidak dapat memberikan oksigen kurang dari 40%
Tidak praktis untuk pemakaian jangka panjang
1. Tehnik
Hubungkan slang dengan O2 pada
humidifier dengan aliran rendah
Mengisi O2 ke dalam kantung dengan
cara menutup lubang antara kantung
dengan sungkup
Atur tali pengikat sungkup shg menutup
rapat dan nyaman, jika perlu pakai kassa
pada daerah yang tertekan
Sesuaikan aliran oksigen sehingga
kantung terisi
2. Keuntungan
Kantung O2 dapat membiarkan pasien menghisap
kembali udara ekspirasi yang mengandung
konsentrasi FiO2
Kantung pengaman dapat membuat udara kamar
terhisap oleh pasien jika seantral O2 berkurang
Dapat memberikan konsentrasi udara lebih tinggi 35
– 60 %
Memudahkan pelembaban shg mukosa tidak kering
3. Kerugian
Pasien tidak nyaman
3. Kerugian
Pasien merasa panas dan iritasi
FiO2 dapat berubah kalau masker tidak tepat, slang
tertekuk
Menyulitkan untuk bicara atau makan
Bila dipakai humidifier embun dapat tertumpuk dan
masuk trakhea
ABN adalah alat yang digunakan untuk
membantu pernafasan secara mekanik
( Ventilator)
48
LMA terdiri dari Tubular orofaringeal airway
sama seperti ETT dan memiliki masker
laringeal yang terbuat dari silikon yang
dapat dikembangkan.
Tidak seperti pemasangan ETT,
pemasangan LMA tidak pernah gagal.
LMA hampir seefektif ETT oleh karena itu
merupakan pilihan sekunder jika
pemasangan ETT gagal dilakukan.
Laryngeal Mask Airway
dipasang tanpa laringoskopi
51
Tindakan memasukan tube (pipa khusus) ke
dalam trakhea
Tujuan :
Memepertahankan jalan nafas tetap bebas
sehingga nafas mudah dibantu
52
Intubasi berguna dalam situasi gawat darurat
untuk melakukan koreksi terhadap hipoksemia,
hiperkarbia, mencegah terjadinya hipoventilasi.
53
Menjamin Jalan Nafas – Bebas
Mencegah Aspirasi
54
Intubasi Orotrakheal
Intubasi Nasotrakheal
55
Cara lain u/ bebaskan jalan nafas gagal
56
GAGAL NAFAS
LABORATORIK KLINIS
AIRWAY
OROFARINGEAL AIRWAY, SUNGKUP MUKA,
KANTUNG TEKANAN POSITIF, RESERVOIR
STATICS
AIRWAY
(OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY)
Ukuran antara 0 – 7
T
TAPE / Plester
I
INTRODUCER
Mandrin
Margill Forceps
C
CONNECTOR
S
SUCTION
Unit penghisap (suction), yaitu satu pharyngeal
rigid suction-tip (Yankauer) dan satu lagi trakheal
suction catheter.
LAIN-LAIN
Xylocain Jelly
Spuit cuff
Anestetik lokal (xylocain spray)
Handscoen
Gunting
PROSEDUR
◦ Siapkan alat-alat yang diperlukan, dan
periksa kelayakannya. Agar tidak menjadi
kendala saat pemasangan ETT.
◦ Tempatkan orang yang akan di intubasi
dalam posisi supine dan sniffing position.
◦ Bersihkan mulut dan orofaring dengan
suction.
◦ Monitor laju jantung dan saturasi O2.
Lepaskan gigi palsu, jika ada.
74
75
Tehnik intubasi
◦ Lakukan hiperventilasi selama 30 detik
dengan O2 100%.
◦ Hentikan kompresi jantung.
◦ Pegang laryngoscope dengan tangan kiri dan
buka mulut, antara gusi/ gigi atas dan bawah
sebelah kanan, dengan teknik silang jari
(cross finger), jari telunjuk dan ibu jari kanan,
kemudian masukan laryngoscope blade ke
dalam mulut berlawanan arah dengan jari
telunjuk kanan, kemudian dorong lidah
dengan laryngoscope blade ke kiri.
76
◦ Masukan terus laryngoscope blade hingga
kepangkal lidah, kemudian angkat
sehingga epiglotis terlihat.
◦ Tahan laryngoscope dengan tangan kiri,
kemudian masukan ETT yang telah diberi
pelumas dengan menggunakan tangan
kanan melalui mulut sisi kanan melewati
pita suara (vocal cord) menuju kedalam
trakhea.
◦ Jika menggunakan stylet, maka stylet harus
dikeluarkan dengan lembut.
77
Tehnik intubasi
◦ Sambungkan konektor bag resusitasi dengan
ETT.
◦ Dengarkan suara aliran udara saat inflasi
dengan stetoskop pada perut dan dada.
◦ Jika tidak terdengar suara napas di paru
kanan ataupun kiri, dan yang terdengar justru
suara gurgling pada auskultasi epigastrik,
maka berarti pemasangan ETT tidak berhasil.
◦ ETT harus segera dicabut dan lakukan
hiperventilasi lagi selama 30 detik dengan O2
100% guna persiapan pemasangan
selanjutnya.
78
Tehnik intubasi
◦ Jika pemasangan berhasil, maka bandingkan
suara napas antara paru kanan dan kiri.
◦ Atur kedalaman ETT sedemikian rupa
sehingga suara napas terdengar simetris
pada paru kanan dan kiri.
◦ Ujung ETT terletak lebih kurang 2 cm diatas
karina pada pemasangan yang benar.
◦ Pada orang dewasa kedalaman pemasangan
ETT hingga gigi depan berkisar antara 19
hingga 23 cm.
◦ Jika telah sama maka cuff ETT dikembangkan
sesuai ukurannya (biasanya 10 – 20 cc udara
pada orang dewasa). 79
Tehnik intubasi
◦ Untuk menghindari iskemia mukosa
trakhea, pertahankan tekanan cuff
dibawah 40 cmH2O.
◦ Tekanan minimal cuff 25 cmH2O, untuk
mencegah aspirasi.
◦ ETT selanjunya difiksasi dengan baik dan
kuat.
◦ Dapat pula dipasang OFA untuk
mencegah ETT tergigit.
◦ Pemasangan ETT harus tidak lebih dari 30
detik dan lebih baik lagi jika kurang dari
15 detik.
80
81
82
83
84
85
86
87
88
91
92
94
95
96
97
98
99
10
0
Leher pendek terutama pada orang gemuk
Dagu Kecil
Jarak dagu-jakun < 4 cm
Mulut Trismus / Susah Dibuka
Tumor di Laryngs / Faryngs
Trauma Leher
Jika ada fraktur servikal
Trauma maksilofasial berat
Ankylosis servikal atau mandibula
Ada masa pada saluran napas atas
Perdarahan masif di mulut, dll
10
1
TRAUMA : Bibir, Gigi, Lidah,
Laryngs/Faring, Trachea
SALAH MASUK : Esophagus,
Bronchus
SPASME : Laryngs, Bronchus
STIMULASI : Henti jantung
FAGUS
HIPOKSIA : Henti Jantung
10
2
Hipoksia, spasme pita suara
Tek darah naik, bradikardia / asistole
Tekanan Intra Kranial naik
Gerak leher memperberat cedera cervical
Idealnya, intubasi dibantu obat anestesia
dan obat pelumpuh otot (harus tenaga
ahli)
10
3
INGAT
10
4
Intubasi gagal padahal masih
dibutuhkan
10
5
BASIS CRANII
atap nasopharynx
tulang tipis mudah patah
ARAH TUBE
naso-pharyngeal
Plica vocalis
CRICOTHYROIDOTOMY
10
6