Alasan Judul
Alasan Judul
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan bukan hanya berkaitan
dengan kemampuan kognitif peserta didik saja melainkan juga terdapat penggunaan variasi
lain dalam proses pembelajaran sehingga dapat dapat mengurangi rasa kejenuhan belajar
siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan
siswa merasa senang dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Kejenuhan belajar juga merupakan salah satu jenis kesulitan yang sering terjadi pada
anak, secara harfiah kejenuhan berarti padat atau penuh sehingga tidak dapat menerima atau
memuat apapun. Selain itu jenuh juga mempunyai arti jemu atau bosan (Muhibbin Syah,
2005: 165). Kejenuhan yang dialami siswa dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan
sia-sia yang disebabkan suatu akal yang tidak bekerja sebagaimana mestinya dalam
memproses item-item informasi atau pengalaman yang baru diperoleh (Muhibbin Syah, 2005:
166).
Teori kejenuhan belajar yang akan dipakai adalah teori yang disampaikan oleh
Menurut Makmun Khairani mengemukakan bahwa kejenuhan belajar mempunyai tiga aspek
yang terdapat pada Maslach Burnout Inventory-Student Survey (MBI-SS) yaitu:
Terkait dengan penjelasan tersebut maka kejenuhan belajar perlu diatasi agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Cara yang peneliti pilih untuk mengatasi
kejenuhan belajar siswa yaitu dengan pemberian layanan informasi dimana layanan
informasi. Secara umum, layanan informasi memberikan pemahaman kepada individu-
individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu
tugas atau kegiatan untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.
(Prayitno dan Erman Amti, 2016: 259-260).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu tidak
dapat lepas dari hubungan sosial dengan orang lain. Semua interaksi sosial yang dilakukan
oleh individu memunculkan emosi dalam diri setiap individu. Dari emosi tersebut kemudian
individu dapat menentukan sikap dan pikiran sehingga mampu bertindak sesuai dengan
dirinya (Lewis & Jones, 2000). Goleman menjelaskan bahwa pada prinsipnya emosi dasar
manusia meliputi takut, marah, sedih dan senang.
Dalam tulisannya, Duffy (2012) mengungkapkan bahwa marah adalah sesuatu yang
sangat normal dan merupakan perasaan yang sangat sehat. Namun sangatlah penting untuk
membedakan antara marah, agresi, dan kekerasan yang sering kali disamakan. Marah
merupakan potensi perilaku, yakni emosi yang diraskan dalam diri seseorang. Sedangkan
regresi atau kekerasan merupakan perilaku yang muncul akibat emosi tertentu, khususnya
marah. Emosi marah tidak harus berujung pada perilaku agresi, marah yang dikelola dengan
baik akan memunculkan perilaku yang dapat diterima oleh norma sosial seperti pelaku
asertif, namun jika marah tidak mampu dikelola dengan baik, maka marah dapat berdampak
pada munculnya perilaku agresi atau kekerasan yang tidak diterima norma sosial.
Hal ini menyebabkan terganggunya kehidupan sosial individu dengan orang lain.
Sehingga emosi marah perlu dikendalikan dengan cara yang baik. Salah satu solusi yang
dapat digunakan untuk mengendalikan emosi marah individu ialah dengan melakukan
layanan konseling kelompok teknik role playing.
Salah satu pendekatan yang terdapat di dalam konseling adalah pendekatan behavioral
dimana tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi
perilaku yang maladatif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan
(Sofyan Willis, 2014: 70).
Salah satu teknik yang digunakan dalam pendekatan ini merupakan teknik assertive
training yang pelaksanaan teknik ini dapat dilakukan dengan role playing (bermain peran)
(Sofyan Willis, 2014: 73). Siswa akan dihadapkan pada suatu situasi yang dapat
menimbulkan emosi marah pada dirinya dan kemudian siswa akan diminta untuk melakukan
permainan peran bagaimana ia akan bersikap pada situasi semacam itu dalam rangka
mengendalikan emosi parah yang ia miliki sehingga tidak menimbulkan perilaku yang tidak
dapat diterima oleh norma sosial.
Judul: “Pengaruh Layanan Informasi Teknik Diskusi dalam Menambah Pemahaman
Siswa Mengenai Cara Belajar yang Efektik di Kelas X SMA Negeri 6 Medan”
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil
atau kurang berhasilnya suatu pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses
belajar yang dialami siswa baik ketika siswa berada dilingkungan sekolah maupun
dilingkungan rumah atau keluarga sendiri (Muhibbin Syah, 2010: 87).
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah) belajar adalah kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya, belajar dalam hal ini
dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa. Belajar dalam hal ini difokuskan
pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-
masalah yang kini dan nanti akan dihadapi siswa (Muhibbin Syah, 2010: 90).
Cara belajar efektif bagi sebagian orang adalah hal yang sulit, bahkan dianggap itu
hanyalah sebuah slogan. Hal ini dikarenakan, orang tersebut belum menemukan cara belajar
yang efektif yang sesuai dengan kondisinya secara pribadi. Cara belajar efektif adalah cara
belajar yang sesuai dengan kondisi personal pembelajar, baik dari segi metode, penggunaan
tempat ataupun penggunaan waktu.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukannya pemahaman mengenai cara belajar yang
efektif bagi setiap pembelajar. Untuk menambah pemahaman siswa mengenai cara belajar
yang efektif bagi dirinya, maka peneliti berinisiatif untuk memberikan layanan informasi
mengenai cara belajar yang efektif melalui metode diskusi.