CBR DBK
CBR DBK
DISUSUN OLEH:
SULIS TIA
1172151021
Reguler D
Setiap buku pada umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai bahan pembelajaran
atau sumber informasi bagi para membaca. Banyaknya buku yang beredar dipasaran
menyebabkan kita terkadang sulit memilih dan memilah buku yang bagus serta cocok sebagai
bahan referensi.
Setiap buku pasti memiliki kekurangan serta kelebihan masing-masing. Untuk itu kita
sebagai pengguna harus pandai-pandai menilai buku mana yang lebih layak untuk kita
gunakan walaupun pada dasarnya penilaian-penilaian tersebut bersifat relatif.
Critical book merupakan salah satu sarana untuk mengetahui informasi secara mendalam
mengenai suatu buku tanpa membacanya secara menyeluruh. Kita dapat mengetahui kualitas
buku melalui perbandingan antara dua buku yang berbeda sehingga kita dapat mengetahui
buku mana yang lebih dominan keunggulannya sehingga cocok dijadikan sumber referensi.
Pada masa sekarang ini sudah banyak reviewer yang menyediakan jasanya di internet.
Pada kesempatan kali ini, saya mengerjakan tugas Critical Book dengan membandingkan
buku diktat Dasar-Dasar Bimbingan dan buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Edisi
Revisi karangan Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., dan Drs. Erman Amti.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengulas isi buku.
1.2.2 Mengetahui informasi mengenai isi buku.
1.2.3 Mengetahui keunggulan dan kelemahan buku.
1.3 Manfaat
Memberikan informasi kepada pembaca mengenai isi buku, keunggulan dan kelemahan
buku serta membantu para pembaca menentukan buku mana yang layak dijadikan sumber
referensi.
1.4 Identitas Buku
BUKU 1
BUKU 2
Judul buku : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
Edisi : Revisi, Cetakan ke-2
Pengarang : Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed., dan Drs. Erman Amti
Penerbit : Rineka Cipta
Tahun terbit : 2016
Kota terbit : Jakarta
Tebal buku : 379 halaman
ISBN : 979-518-830-5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 BUKU 1
A. Arahan Umum
2. Penyusunan Kurikulum
a. Tim penyusunan kurikulum pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas: guru,
konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
b. Tim penyusunan kurikulum pada MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas: guru,
konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota.
c. Tim penyusun kurikulum pada pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, dan SMALB)
terdiri atas: guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
1. Arah Pelayanan
1. Jenis Layanan
Ada sepuluh jenis layanan dalam pelayanan BK, meliputi: (1) layanan orientasi, (2)
layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran, (4) layanan penguasaan
konten, (5) layanan konseling perorangan, (6) layanan bimbingan kelompok, (7) layanan
konseling kelompok, (8) layanan konsultasi, (9) layanan mediasi, dan (10) layanan
advokasi.
2. Kegiatan Pendukung
E. Program Pelayanan
Dari segi unit waktu sepanjang tahun pembelajaran pada satuan pendidikan ada lima
jenis program yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan BK, yaitu sebagai berikut:
(1) program tahunan, (2) program semesteran, (3) program bulanan, (4) program mingguan,
dan (5) program harian.
Sejak awal bertugas di satuan pendidikan, guru BK atau konselor merumuskan secara
konkrit dan jelas tugas dan kewajiban profesionalnya dalam pelayanan BK, meliputi: (1)
struktur pelayanan BK, (2) program pelayanan BK, (3) pengelolaan program pelayanan BK,
(4) evaluasi hasil dan proses pelayanan BK, dan (5) tugas dan kewajiban pokok guru BK atau
konselor.
2.1.2 Bab II: Wilayah Pembelajaran/Pelayanan
A. Arah Tugas dan Muatan Pembelajaran/Pelayanan
1. Pengertian Pendidikan dan Konseling
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Muatan Pembelajaran/Pelayanan
a. Tentang belajar, belajar adalah usaha menguasai sesuatu yang baru, dalam lima
dimensi;
Tahu: dari tidak tahu menjadi tahu
Bisa: dari tidak bisa menjadi bisa
Mau: dari tidak mau menjadi mau
Biasa: dari tidak biasa menjadi terbiasa
Ikhlas: dari tidak ikhlas menjadi ikhlas
b. Tentang pembelajaran, pembelajaran adalah kegiatan yang membuat orang lain
(dalam hal ini peserta didik) belajar; agar peserta didik beraktivitas dalam suasana
belajar.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Pelayanan
Kegiatan mingguan terjadwal dilaksanakan oleh Guru BK atau konselor untuk semua
rombongan belajar di kelas-kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab asuhannya
(minimal 150 tahun). Misalnya peserta didik asuhan/ampuan sebanyak (minimal) 150
orang itu tersebar di lima kelas. Dalam kondisi seperti itu Guru BK atau konselor dalam
satu minggu secara terjadwal diwajibkan melakukan pelayanan BK di masing-masing
kelas tersebut dengan volume waktu dua JP. Dengan demikian, dalam satu minggu Guru
BK atau konselor secara keseluruhan berkinerja 5 × 2 JP = 10 JP dalam seminggu.
2. Kegiatan Nonklasikal
Kegiatan nonkasikal di luar waktu jam pembelajaran perlu dilakukan sebagai tindak
lanjut dari pelayanan klasikal terjadwal. Kegiatan yang dimaksud adalah konferensi
kasus, layanan konsultasi, kunjungan rumah, pengolahan data, dan kegiatan
pengembangan.
A. Spektrum Kinerja
a. Spektrum pelayanan BK yang menjadi ruang lingkup kinerja setiap Guru BK atau
Konselor adalah seluruh substansi BK yang meliputi konsep dasat tentang BK,
bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta aspek-aspek terkait
lainnya, baik yang diselenggarakan melalui format pelayanan klasikal maupun
nonklasikal, di dalam jam pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran.
b. Masing-masing Guru BK atau Konselor wajib bekerja dalam keseluruhan
spektrum program pelayanan BK tersebut untuk semua peserta didik yang menjadi
tugas asuhan/ampuannya.
c. Kegiatan Guru BK atau Konselor dalam spektrum program pelayanan BK tersebut
dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap kegiatan P3MT (Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan, Mentoring, Tindak lanjut).
d. Partisipasi dalam kegiatan untuk suksesnya visi dan misi satuan pendidikan pada
umumnya, khususnya dalam pengembangan potensi peserta didik, peminatan, dan
kegiataan ekstra kurikuler.
2. Koordinator BK
B. Kerjasama
1. Kerjasama Interen
a. Kerjasama dengan guru mata pelajaran
b. Personalia administrasi dan unsur kelembagaan lainnya pada satuan pendidikan
demi kelancaran dan berlangsungnya program-program pelayanan BK dan
kegiatan satuan pendidikan pada umumnya.
c. Organisasi siswa (OSIS) baik dalam kaitannya dengan pelayanan BK maupun
kegiatan pembinaan siswa pada umumnya.
2. Kerjasama Ekstern
a. Kerjasama dengan orang tua
b. Kerjasama dengan pihak lain (Komite Satuan Pendidikan, tenaga ahli baik dari
kalangan profesi BK maupun profesi terkait lainnya, badan atau lembaga pembina
di luar satuan pendidikan, dan lembaga kedinasan negeri ataupun swasta).
2. Fasilitas Kinerja
Konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang
terkandung di dalam kasus. Konsep atau ide-ide tentang rincian setiap masalah, serta
kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya sedapat mungkin dikuasai oleh konselor.
Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk dilakukannya
penjelajahan/pendalaman masalah melalui berbagai cara seperti wawancara langsung dengan
individu penyandang kasus, analisis otobiografi, tingkah laku, perkembangan, kumpulan data,
konferensi kasus. Namun demikian, konselor tidak boleh terpaku atau terhanyut oleh konsep
atau ide-ide awalnya itu.
Pemahaman objektif tentang setiap masalah harus didasarkan pada temuan-temuan
yang diperoleh melalui cara-cara objektif tersebut. Pemahaman objektif terhadap masalah-
masalah itulah, khususnya berkenaan dengan sumber-sumber pokok penyebab timbulnya
masalah, yang dipakai dasar oleh konselor untuk penanganan masalah lebih lanjut.
Bimbingan dan konseling yang merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia
memiliki pengertian-pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara,
dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan
pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Keempat, landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling
yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan
kebhinekaan budayanya.
Fungsi pengentasan sering diangga sebagai inti dan puncak pelayanan bimbingan dan
konseling. Dengan fungsi ini klien terbebaskan dari masalah-masalah yang dialaminya, ibarat
tersembuhkannya klien dari penyakit yang dideritanya. Fungsi pemeliharaan dan
pengembangan ibarat dua sisi dari satu mata uang. Keduanya mengarah pada dimuliakannya
segenap potensi yang ada pada diri individu dan dikembangkan kearah yang positif.
2.2.6 Bab VI: Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling
Orientasi bimbingan dan konseling mengacu pada pusat perhatian atau titik berat
pandangan konselor dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Orientasi
perorangan berarti pusat perhatian dan titik berat pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan kepada orang perorangan sasaran layanan.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang mempunyai tiga segi orientasi itu
diselenggarakan di berbagai ruang lingkup kerja. Di sekolah, pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan bidang pelayanan pokok di samping dua bidang pelayanan lainnya,
yaitu bidang pelayanan kurikulum dan pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan.
Di luar sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di dalam keluarga dan
di lembaga-lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas.
2.2.7 Bab VII: Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
a. Informasi pendidikan
b. Informasi jabatan/pekerjaan
c. Informasi sosial-budaya
3. Layanan penempatan dan penyaluran
a. Penempatan dalam kelas
b. Penempatan dalam kelompok belajar
c. Penempatan dalam kegiatan ko/ekstrakurikuler
d. Penempatan dalam jurusan/program studi
e. Penempatan dan penyaluran lulusan
4. Layanan bimbingan belajar
5. Layanan konseling perorangan
6. Layanan bimbingan kelompok
7. Layanan konseling kelompok
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan
itu.
Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-syarat atau
ciri-ciri tertentu. Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi
yang dapat memenuhi ciriciri dan persyaratan tersebut. Namun, berhubung dengan
perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan
bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang diharapkan itu.
Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu diperkembangkan,
bahkan diperjuangkan.
Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui (a) standardisasi
untuk kerja professional konselor, (b) standardisasi penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d)
stratifikasi dan lisensi, dan (e) pengembangan organisasi profesi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan
A. Buku 1
1. Terdapat daftar tabel, daftar matriks, dan daftar gambar/diagram yang membantu
pembaca menemukan dengan mudah apa yang ingin dicari.
2. Terdapat catatan kaki.
3. Materi yang dibahas cukup luas.
4. Pada buku ini dijelaskan mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran/pelayanan BK.
5. Terdapat materi mengenai realisasi kegiatan mingguan.
B. Buku 2
3.2 Kelemahan
A. Buku 1
B. Buku 2
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Untuk buku yang memiliki kekurangan atau kelemahan seperti yang telah saya
paparkan sebelumnya hendaknya dapat membantu pembaca untuk memilih buku mana yang
cocok dijadikan sebagai referensi.