Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

DASAR-DASAR BIMBINGAN KONSELING


Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Abdul Murad, M.Pd

DISUSUN OLEH:

SULIS TIA
1172151021
Reguler D

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap buku pada umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai bahan pembelajaran
atau sumber informasi bagi para membaca. Banyaknya buku yang beredar dipasaran
menyebabkan kita terkadang sulit memilih dan memilah buku yang bagus serta cocok sebagai
bahan referensi.

Setiap buku pasti memiliki kekurangan serta kelebihan masing-masing. Untuk itu kita
sebagai pengguna harus pandai-pandai menilai buku mana yang lebih layak untuk kita
gunakan walaupun pada dasarnya penilaian-penilaian tersebut bersifat relatif.

Critical book merupakan salah satu sarana untuk mengetahui informasi secara mendalam
mengenai suatu buku tanpa membacanya secara menyeluruh. Kita dapat mengetahui kualitas
buku melalui perbandingan antara dua buku yang berbeda sehingga kita dapat mengetahui
buku mana yang lebih dominan keunggulannya sehingga cocok dijadikan sumber referensi.
Pada masa sekarang ini sudah banyak reviewer yang menyediakan jasanya di internet.

Pada kesempatan kali ini, saya mengerjakan tugas Critical Book dengan membandingkan
buku diktat Dasar-Dasar Bimbingan dan buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Edisi
Revisi karangan Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed., dan Drs. Erman Amti.

1.2 Tujuan
1.2.1 Mengulas isi buku.
1.2.2 Mengetahui informasi mengenai isi buku.
1.2.3 Mengetahui keunggulan dan kelemahan buku.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi kepada pembaca mengenai isi buku, keunggulan dan kelemahan
buku serta membantu para pembaca menentukan buku mana yang layak dijadikan sumber
referensi.
1.4 Identitas Buku

Identitas buku yang akan di kritik:

BUKU 1

Judul buku                  : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

Pengarang                   : Tim Penyusun

Penerbit                       : UNIMED PRESS


Tahun terbit                 : 2017
Kota terbit                   : Medan
Tebal buku                  : 123 halaman

BUKU 2
Judul buku                  : Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling
Edisi : Revisi, Cetakan ke-2
Pengarang                   : Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed., dan Drs. Erman Amti
Penerbit                       : Rineka Cipta
Tahun terbit                 : 2016
Kota terbit                   : Jakarta
Tebal buku                  : 379 halaman
ISBN : 979-518-830-5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BUKU 1

2.1.1 Bab I: Arah dan Komponen Pokok Pelayanan

A. Arahan Umum

1. Subtansi Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Satuan-Satuan Pendidikan

Subtansi BK disiapkan untuk memfasilitasi satuan pendidikan dalam mewujudkan


proses pendidikan yang memprihatinkan dan menjawab ragam kemampuan, kebutuhan,
dan minat sesuai dengan karakteristik peserta didik. Khusus untuk satuan pendidikan
SMA/MA dan SMK/MAK subtansi BK dimaksudkan untuk membantu satuan pendidikan
dalam memfasilitasi peserta didik pada umumnya dan dalam memilih serta menetapkan
program peminatan akademik bagi peserta didik SMA/MA dan peminatan bokasional
bagi peserta didik SMK/MAK serta pemilihan mata pelajaran linta peminatan khusus bagi
peserta didik SMA/MA.

2. Penyusunan Kurikulum
a. Tim penyusunan kurikulum pada SD, SMP, SMA dan SMK terdiri atas: guru,
konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.
b. Tim penyusunan kurikulum pada MI, MTs, MA dan MAK terdiri atas: guru,
konselor, dan kepala madrasah sebagai ketua merangkap anggota.
c. Tim penyusun kurikulum pada pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, dan SMALB)
terdiri atas: guru, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota.

B. Arah dan Bidang Pelayanan

1. Arah Pelayanan

Pelayanan BK mengarah kepada (1) pelayanan dasar, (2) pelayanan pengembangan,


(3) pelayanan peminatan studi, (4) pelayanan teraputik, dan (5) pelayanan diperluas.
2. Bidang Pelayanan

Pelayanan BK, khususnya pada satuan-satuan pendidikan dasar dan menengah


melaksanakan pengembangan /pembinaan dalam bidang-bidang sebagai berikut: (1)
pengembangan kehidupan pribadi, (2) pengembangan kehidupan sosial, (3)
pengembangan kemampuan belajar, dan (4) pengembangan karir.

C. Fungsi, Prinsip, dan Asas

1. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pelayanan BK diselenggarakan dalam rangka memenuhi lima fungsi sebagai berikut:


(1) fungsi pemahaman, (2) fungsi pemeliharaan dan pengembangan, (3) fungsi
pencegahan, (4) fungsi pengentasan, dan (5) fungsi pembelaan.

2. Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling


a. Prinsip-prinsip pelayanan BK berkenaan dengan kondisi diri siswa, program
pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan, mengacu pada pelayanan
yang efektif dan efesien, untuk berkehidupan yang cerdas dan berkarakter.
b. Asas-asas pelayanan BK meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan,
kehalian, alih tangan kasus, tut wuri handayani, dan alam takambang jadi guru.

D. Jenis Layanan, Kegiatan Pendukung, dan Format Layanan

1. Jenis Layanan

Ada sepuluh jenis layanan dalam pelayanan BK, meliputi: (1) layanan orientasi, (2)
layanan informasi, (3) layanan penempatan dan penyaluran, (4) layanan penguasaan
konten, (5) layanan konseling perorangan, (6) layanan bimbingan kelompok, (7) layanan
konseling kelompok, (8) layanan konsultasi, (9) layanan mediasi, dan (10) layanan
advokasi.

2. Kegiatan Pendukung

Enam kegiatan pendukung dilaksanakan dalam pelayanan BK dalam rangka


menunjang keberhasilan jenisjenis layanannya, yaitu: (1) aplikasi instrumental, (2)
himpunan data, (3) konferensi kasus, (4) kunjungan rumah, (5) tampilan kepustakaan, dan
(6) alih tangan kasus.
3. Format Layanan

Layanan BK diselenggarakan melalui berbagai format layanan, yaitu: individual,


kelompok, klasikal, lapangan, pendekatan khusus/kolaboratif, dan jarak jauh.

E. Program Pelayanan

Dari segi unit waktu sepanjang tahun pembelajaran pada satuan pendidikan ada lima
jenis program yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan BK, yaitu sebagai berikut:
(1) program tahunan, (2) program semesteran, (3) program bulanan, (4) program mingguan,
dan (5) program harian.

F. Waktu dan Posisi Pelaksanaan, Serta Pelaksana

1. Waktu dan Posisi Pelaksanaan

Semua kegiatan mingguan (kegiatan layanan dan/ atau pendukung BK)


diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar
kelas (di luar jam pembelajaran).

2. Pelaksana Pelayanan BK pada SMPT/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan


SMK/MAK
a. Pada satu SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK diangkat
sejumlah guru BK atau konselor dengan rasio 1:150 pada setiap tahun ajaran.
b. Jika diperlukan guru BK atau konselor yang bertugas di SMP/MTs dan/atau
SMA/MA/SMK tersebut dapat diminta bantuan untuk menangani permasalahan
peserta didik SD/MI dalam rangka pelayanan alih tangan kasus.

G. Beban Tugas dan Tanggung Jawab

Sejak awal bertugas di satuan pendidikan, guru BK atau konselor merumuskan secara
konkrit dan jelas tugas dan kewajiban profesionalnya dalam pelayanan BK, meliputi: (1)
struktur pelayanan BK, (2) program pelayanan BK, (3) pengelolaan program pelayanan BK,
(4) evaluasi hasil dan proses pelayanan BK, dan (5) tugas dan kewajiban pokok guru BK atau
konselor.
2.1.2 Bab II: Wilayah Pembelajaran/Pelayanan
A. Arah Tugas dan Muatan Pembelajaran/Pelayanan
1. Pengertian Pendidikan dan Konseling

Pengertian pendidikan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 1, yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Prayitno (2013) menyatakan bahwa pengertian konseling adalah sebagai berikut:

Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga professional kepada seseorang


atau sekelompok individu untuk pengembangan kehidupan efektif sehari-hari dan
penanganan kehidupan efektif sehari-hari terganggu dengan focus pribadi mandiri
yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran.

2. Muatan Pembelajaran/Pelayanan

Khusus berkenaan dengan muatan pelayanan, hal-hal berikut perlu mendapat


perhatian dengan saksama, yaitu:

a. Muatan pelayanan BK secara langsung ataupun tidak langsung terkait dengan


kebutuhan sasaran pelayanan, baik individual maupun kelompok, dalam kondisi
tahap perkembangannya maupun kondisi kekiniannya, dalam berbagai variasi
keberadaannya.
b. Muatan pelayanan BK terarah kepada kondisi KES; dalam hal ini di satu sisi
kondisi KES sasaran pelayanan perlu setiap kali diperkuat dan dipercaya dalam
dimensi dinamis, produktif, dan kebermaknaan komprehensif, serta di sisi lain
kondisi KES-T ditangani untuk mejadi KES sesuai dengan kebutuhan sasaran
pelayanan.
c. Muata kondisi KES dalam pelayanan BK terarah kepada kemampuan individu
sasaran pelayanan untuk mandiri dan mengendalikan diri dengan mengikuti aturan
nilai dan norma kehidupan beragama dan berkarakter-cerdas.
d. Muatan pelayanan BK terintegrasi sepenuhnya secara material dan teknis-
operasional dalam masing-masing jenis layanan dan kegiatan pendukung BK.
e. Muatan pelayanan BK merupakan muatan aktifitas layanan dan kegiatan
pendukung yang mengarah pada dicapainya hasil layanan, terkait dengan
komponen AKUR-S (acuan. Kompetensi, usaha, rasa, dan kesungguhan) terkait
dengan pemenuhan kebutuhan sasaran pelayanan.

2.1.3 Bab III: Perencanaan dan Strategi Pembelajaran/Pelayanan

A. Pelayanan yang Membelajarkan

1. Belajar dan pembelajaran

a. Tentang belajar, belajar adalah usaha menguasai sesuatu yang baru, dalam lima
dimensi;
 Tahu: dari tidak tahu menjadi tahu
 Bisa: dari tidak bisa menjadi bisa
 Mau: dari tidak mau menjadi mau
 Biasa: dari tidak biasa menjadi terbiasa
 Ikhlas: dari tidak ikhlas menjadi ikhlas
b. Tentang pembelajaran, pembelajaran adalah kegiatan yang membuat orang lain
(dalam hal ini peserta didik) belajar; agar peserta didik beraktivitas dalam suasana
belajar.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/Pelayanan

Pelaksanaan pembelajaran melalui pelayanan BK perlu direncanakan oleh Guru BK atau


Konselor, terutama untuk kegiatan pelayanan yang sudah sejak awal terprogramkan dan
pelaksanaannya telah terjadwalkan. Dalam pelayanan BK, Rencana Program Pembelajaran
(RPP) sering disebut sebagai Rencana Program Layanan (RPL) atau Satuan Layanan
(SATLAN) dan Rencana Kegiatan Pendukung (RKP) atau Satuan Kegiatan Pendukung
(SATKUNG). Semua kegiatan layanan dan pendukung yang meterinya telah ditetapkan atau
diketahui arah pelaksanaannya perlu disusun persiapannya dalam bentuk RPL/RKP atau
SATLAN/SATKUNG BK.
C. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dalam pelayanan BK adalah strategi transformasional-BMB3 (Berpikir,


Merasa, Bersikap, Bertindak, Bertanggung jawab) dengan penegakan dua pilar pembelajaran.
Demikianlah dalam pelayanan BK melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
strategi transformasional-BMB3 dengan dua pilarnya (kewibawaan dan kewiyataan) itu
diterapkan secara penuh.

2.1.4 Bab IV: Realisasi Kegiatan Mingguan

A. Pembelajaran/Pelayanan di dalam Waktu Jam Pembelajaran

1. Kegiatan Klasikal Terjadwal

Kegiatan mingguan terjadwal dilaksanakan oleh Guru BK atau konselor untuk semua
rombongan belajar di kelas-kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab asuhannya
(minimal 150 tahun). Misalnya peserta didik asuhan/ampuan sebanyak (minimal) 150
orang itu tersebar di lima kelas. Dalam kondisi seperti itu Guru BK atau konselor dalam
satu minggu secara terjadwal diwajibkan melakukan pelayanan BK di masing-masing
kelas tersebut dengan volume waktu dua JP. Dengan demikian, dalam satu minggu Guru
BK atau konselor secara keseluruhan berkinerja 5 × 2 JP = 10 JP dalam seminggu.

2. Kegiatan Nonklasikal

Kegiatan nonkasikal di luar waktu jam pembelajaran perlu dilakukan sebagai tindak
lanjut dari pelayanan klasikal terjadwal. Kegiatan yang dimaksud adalah konferensi
kasus, layanan konsultasi, kunjungan rumah, pengolahan data, dan kegiatan
pengembangan.

B. Pembelajaran/Pelayanan di Luar Waktu Jam Pembelajaran

1. Kegiatan Terprogram: layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok, layanan


konseling perorangan, dan layanan konsultasi.
2. Kegiatan yang Tidak Terprogram: peserta didik yang datang secara sukarela, kelompok
tertentu dari peserta didik subjek asuhan, pihak tertentu yang datang sendiri atau
dipanggil/diundang/dikunjungi untuk mendapatkan layanan konsultasi dari Guru BK
atau konselor, kunjungan rumah, dan konferensi kasus.
2.1.5 Bab V: Pengelolaan Kegiatan

A. Spektrum Kinerja

1. Kinerja Guru BK atau Konselor

a. Spektrum pelayanan BK yang menjadi ruang lingkup kinerja setiap Guru BK atau
Konselor adalah seluruh substansi BK yang meliputi konsep dasat tentang BK,
bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta aspek-aspek terkait
lainnya, baik yang diselenggarakan melalui format pelayanan klasikal maupun
nonklasikal, di dalam jam pembelajaran maupun di luar jam pembelajaran.
b. Masing-masing Guru BK atau Konselor wajib bekerja dalam keseluruhan
spektrum program pelayanan BK tersebut untuk semua peserta didik yang menjadi
tugas asuhan/ampuannya.
c. Kegiatan Guru BK atau Konselor dalam spektrum program pelayanan BK tersebut
dilaksanakan dengan mengikuti tahap-tahap kegiatan P3MT (Perencanaan,
Pengorganisasian, Pelaksanaan, Mentoring, Tindak lanjut).
d. Partisipasi dalam kegiatan untuk suksesnya visi dan misi satuan pendidikan pada
umumnya, khususnya dalam pengembangan potensi peserta didik, peminatan, dan
kegiataan ekstra kurikuler.

2. Koordinator BK

Tugas pokok koordiator BK adalah:

a. Mengkoordinasikan penugasan dalam rangka pengasuhan peserta didik oleh


masing-masing Guru BK atau Konselor sesuai peraturan yang berlaku.
b. Mengkoordinasikan penyusuan dan penyelenggaraan seluruh program BK pada
satuan pendidikan yang dimaksud.
c. Mengkomunikasikan dan mengurus segala sesuatu kepada Kepala Satuan
Pendidikan dalam rangka kinerja UPBK pada umumnya dan tugas/kegiatan Guru
BK atau Konselor pada khususnya.
d. Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelayanan BK dari semua Guru BK atau
Konselor untuk keperluan pengawasan dan pembinaan, baik yang bersifat interen
maupun eksteren.
e. Mewakili UPBK untuk melakukan kegiatan di luar satuan pendidikan dengan
penugasan dari Kepala Satuan Pendidikan.

B. Kerjasama

1. Kerjasama Interen
a. Kerjasama dengan guru mata pelajaran
b. Personalia administrasi dan unsur kelembagaan lainnya pada satuan pendidikan
demi kelancaran dan berlangsungnya program-program pelayanan BK dan
kegiatan satuan pendidikan pada umumnya.
c. Organisasi siswa (OSIS) baik dalam kaitannya dengan pelayanan BK maupun
kegiatan pembinaan siswa pada umumnya.
2. Kerjasama Ekstern
a. Kerjasama dengan orang tua
b. Kerjasama dengan pihak lain (Komite Satuan Pendidikan, tenaga ahli baik dari
kalangan profesi BK maupun profesi terkait lainnya, badan atau lembaga pembina
di luar satuan pendidikan, dan lembaga kedinasan negeri ataupun swasta).

C. Peran Pimpinan Satuan Pendidikan

1. Pelaksana dan Sasaran Pembelajaran/Pelayanan BK

a. Pengangkatan/penugasan Guru BK atau Konselor di satuan pendidikan yang


dimaksud dan peserta didik yang menjadi subyek asuhan/ampuan masing-masing
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Menetapkan coordinator BK dari Guru BK atau Konselor yang ada di UPBK,
mengacu kepada kualitas kualifikasi pendidikan dan kinerja Guru BK atau
Konselor yang dimaksud.

2. Fasilitas Kinerja

a. Prasarana dan sarana perkantoran, administrasi, dan pendanaan serta kesempatan


yang mencukupi untuk berkembang dan suksesnya UPBK dan kinerja para Guru
BK atau Konselor.
b. Fasilitas kelengkapan untuk kegiatan pembelajaran dan pelayanan bagi suksesnya
peyanan BK pada umumnya dan khususnya pelayanan peminatan peserta didik.
2.2 Buku 2

2.2.1 Bab I: Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia


seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan ini selain untuk
menghadapi tuntutan dan tantangan perubahan masyarakat dan modernisasi (termasuk di
dalamnya globalisasi, industrialisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
informasi), terutama sekali ialah untuk mengembangkan manusia Indonesia sesuai dengan
hakikat kemanusiaannya.

Pendidikan yang pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya


serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan tersebut perlu
diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik
di dunia maupun di akhirat. Pengajaran di kelas-kelas saja ternyata tidak cukup menandai
untuk menjawab tuntutan penyelenggaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya
pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.

Dalam rangka pembangunan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia telah


memberlakukan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional beserta berbagai aturan
pelaksanaannya yang mencakup di dalamnya pelayanan bimbingan dan konseling.

2.2.2 Bab 2: Wawasan Tentang Pemahaman Penanganan dan Penyikapan Terhadap


Kasus

Konselor perlu memiliki wawasan yang luas tentang berbagai masalah yang
terkandung di dalam kasus. Konsep atau ide-ide tentang rincian setiap masalah, serta
kemungkinan sebab-sebab dan akibat-akibatnya sedapat mungkin dikuasai oleh konselor.
Konsep atau ide itu akan memberikan arahan awal untuk dilakukannya
penjelajahan/pendalaman masalah melalui berbagai cara seperti wawancara langsung dengan
individu penyandang kasus, analisis otobiografi, tingkah laku, perkembangan, kumpulan data,
konferensi kasus. Namun demikian, konselor tidak boleh terpaku atau terhanyut oleh konsep
atau ide-ide awalnya itu.
Pemahaman objektif tentang setiap masalah harus didasarkan pada temuan-temuan
yang diperoleh melalui cara-cara objektif tersebut. Pemahaman objektif terhadap masalah-
masalah itulah, khususnya berkenaan dengan sumber-sumber pokok penyebab timbulnya
masalah, yang dipakai dasar oleh konselor untuk penanganan masalah lebih lanjut.

Penjelajahan dan penanganan masalah dilakukan dengan mengaktifkan berbagai pihak


dan sumber yang terkait dengan kasus yang dimaksudkan itu. Penyikapan konselor terhadap
setiap setiap kasus yang ditanganinya berlangsung sejak awal menerima kasus yang
dimaksud sampai dengan selesainya penanganan kasus tersebut. Bahkan penyikapan itu dapat
berlanjut, yaitu berkenaan dengan program penilaian dan tindak lanjut yang mungkin
diperlukan serta penyimpanan data yang terkumpul selama proses penanganan kasus. Unsur-
unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terkait secara langsung dalam penyikapan konselor
seperti itu.

2.2.3 Bab III: Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling yang merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia
memiliki pengertian-pengertian yang khas. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan berbagai prosedur, cara,
dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan
pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
(disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Komsepsi bimbingan dan konseling ternyata mengalami perkembangan dari waktu ke


waktu. Pada awalnya istilah “bimbingan” berdiri sendiri dan tidak mengandung di dalamnya
pengertian konseling. Pada periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai secara
kebersamaan dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan yang lebih lanjut istilah
konseling berdiri sendiri dan sekaligus ia memuat pengertian bimbingan.

2.2.4 Landasan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah landasan. Pertama,


landasan filosofis. Pemikiran filosofis menuntut konselor bekerja secara cermat, tepat, dan
bijaksana. Pemikiran filosofis yang selalu terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling
terutama adalah tentang hakikat manusia dan tujuan serta tugas kehidupan manusia.
Kedua, pelayanan bimbingan dan konseling berlandaskan agama. Kemuliaan manusia
sebagaimana ditunjukkan oleh kaidah-kaidah agama harus dikembangkan dan dimuliakan.
Segala tindakan dan kegiatan bimbingan dan konseling selalu diarahkan pada tujuan
permuliaan kemuliaan manusia itu.

Ketiga, landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk


memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan dengan
berbagai latar belakang dan latar depannya.

Keempat, landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling
yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan
kebhinekaan budayanya.

Kelima, landasan ilmiah dan teknologi membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan


bimbingan dan konseling. Dalam kaitan ini dikemukakan bahwa bimbingan dan konseling
adalah suatu ilmu sebagaimana ilmu-ilmu lainnya. Sementara itu, bimbingan dan konseling
sebagai ilmu yang multi-referensial menerima sumbangan yang besar dari ilmu-ilmu lain dan
bidang teknologi.

Keenam, landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan


bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar
bimbingan (dan konseling) merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses
bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar
dan sifat normative. Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan-tujuan
pendidikan an menunjang program-program pendidikan secara menyelutuh.

2.2.5 Bab V: Fungsi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk memberikan jasa, manfaat


atau kegunaan, ataupun keuntungan-keuntungan tertentu kepada individu-individu yang
menggunakan pelayanan tersebut. Jasa, manfaat, atau keuntungan itu akan terwujud melalui
dilaksanakannya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Fungsi pemahaman memberikan
manfaat dipahaminya diri klien, masalah klien, dan lingkungan klien yang “lebih luas”, baik
oleh klien sendiri, oleh konselor, maupun oleh pihak-pihak lain (seperti guru, orang tua) yang
amat berkepentingan dengan meningkatnya kualitas pengembangan dan kehidupan
individu/klien.
Perkembangan dan kehidupan individu dikehendaki oleh semua pihak dapat berjalan
dengan lancer dan mencapai hasil optimal sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan
tujuan-tujuan yang hendak diraih. Hendaknya tidak ada hal-hal yang dapat menghambat
kelancaran dan pencapaian tujuan perkembangan dan kehidupan itu. Maksud tersebut
ditunjang oleh terlaksananya fungsi pencegahan, pelayanan bimbingan dan konseling.

Fungsi pengentasan sering diangga sebagai inti dan puncak pelayanan bimbingan dan
konseling. Dengan fungsi ini klien terbebaskan dari masalah-masalah yang dialaminya, ibarat
tersembuhkannya klien dari penyakit yang dideritanya. Fungsi pemeliharaan dan
pengembangan ibarat dua sisi dari satu mata uang. Keduanya mengarah pada dimuliakannya
segenap potensi yang ada pada diri individu dan dikembangkan kearah yang positif.

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori dan


praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.
Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah individu, program, dan
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip
tersebut, di sekolah maupun di luar sekolah.

2.2.6 Bab VI: Orientasi dan Ruang Lingkup Kerja Bimbingan dan Konseling

Orientasi bimbingan dan konseling mengacu pada pusat perhatian atau titik berat
pandangan konselor dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Orientasi
perorangan berarti pusat perhatian dan titik berat pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan kepada orang perorangan sasaran layanan.

Orientasi perkembangan melihat sasaran layanan sebagai individu yang sedang


berkembang. Sedangkan orientasi permasalahan bermaksud mengarahkan perhatian konselor
kepada kemungkinan adanya masalah pada diri sasaran layanan, dan kalau ternyata masalah
itu memang ada, layanan bimbingan dan konseling berusaha mengentaskannya.

Pelayanan bimbingan dan konseling yang mempunyai tiga segi orientasi itu
diselenggarakan di berbagai ruang lingkup kerja. Di sekolah, pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan bidang pelayanan pokok di samping dua bidang pelayanan lainnya,
yaitu bidang pelayanan kurikulum dan pengajaran serta bidang administrasi dan pengelolaan.
Di luar sekolah, pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan di dalam keluarga dan
di lembaga-lembaga serta bidang-bidang lain dalam masyarakat luas.

2.2.7 Bab VII: Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
Jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu

1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi

a. Informasi pendidikan
b. Informasi jabatan/pekerjaan
c. Informasi sosial-budaya
3. Layanan penempatan dan penyaluran
a. Penempatan dalam kelas
b. Penempatan dalam kelompok belajar
c. Penempatan dalam kegiatan ko/ekstrakurikuler
d. Penempatan dalam jurusan/program studi
e. Penempatan dan penyaluran lulusan
4. Layanan bimbingan belajar
5. Layanan konseling perorangan
6. Layanan bimbingan kelompok
7. Layanan konseling kelompok

Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah


kegiatan penunjang

1. Instrumental bimbingan dan konseling


a. Instrumen tes
b. Instrumen non-tes
2. Penyelenggaraan himpunan data
3. Kegiatan khusus
a. Konferensi kasus
b. Kunjungan rumah
c. Alih tangan

2.2.8 Bab VIII: Bimbingan dan Konseling Sebagai Profesi

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan
itu.
Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat-syarat atau
ciri-ciri tertentu. Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi
yang dapat memenuhi ciriciri dan persyaratan tersebut. Namun, berhubung dengan
perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini pelayanan
bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan yang diharapkan itu.
Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan konseling masih perlu diperkembangkan,
bahkan diperjuangkan.

Pengembangan profesi bimbingan dan konseling antara lain melalui (a) standardisasi
untuk kerja professional konselor, (b) standardisasi penyiapan konselor, (c) akreditasi, (d)
stratifikasi dan lisensi, dan (e) pengembangan organisasi profesi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan

A. Buku 1

1. Terdapat daftar tabel, daftar matriks, dan daftar gambar/diagram yang membantu
pembaca menemukan dengan mudah apa yang ingin dicari.
2. Terdapat catatan kaki.
3. Materi yang dibahas cukup luas.
4. Pada buku ini dijelaskan mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran/pelayanan BK.
5. Terdapat materi mengenai realisasi kegiatan mingguan.

B. Buku 2

1. Materi yang dibahas sangat mendalam dan jelas.


2. Setiap bab memiliki konsep-konsep pokok yang akan dibahas.
3. Setiap bab memiliki daftar pustaka.
4. Dalam pemaparan materi, penulis menguraikan beberapa kasus.
5. Memiliki rangkuman yang membuat pembaca mudah memahami materi.
6. Bab yang dibahas lebih banyak.

3.2 Kelemahan

A. Buku 1

1. Materi yang dibahas kurang jelas.


2. Tidak memiliki rangkuman.
3. Bab yang dibahas lebih sedikit
4. Tidak terdapat konsep-konsep pokok yang akan dibahas pada setiap bab.

B. Buku 2

1. Terdapat materi yang tidak dibahas seperti yang ada di buku 1.


2. Tidak terdapat catatan kaki.
3. Tidak terdapat daftar tabel, daftar matriks, dan daftar gambar/diagram.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap buku memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing akan tetapi


mengenai pemaparan materi saya rasa buku ke-2 lebih jelas karena materi yang dibahas
langsung dikupas tuntas dan juga terdapat rangkuman. Namun, pada buku pertama penjelasan
materi lebih luas. Pada dasarnya, kedua buku ini memiliki kesamaan seperti terdapat latihan
di akhir pembahasan setiap bab.

4.2 Saran

Untuk buku yang memiliki kekurangan atau kelemahan seperti yang telah saya
paparkan sebelumnya hendaknya dapat membantu pembaca untuk memilih buku mana yang
cocok dijadikan sebagai referensi.

Anda mungkin juga menyukai