Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancainderamanusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. [ CITATION Not121 \l 1033 ]

Menurut Notoatmojo, 2015 pengetahuan merupakan domain

terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku seseorang akan

lahir karena adanya pemahaman yang baik atau yang tidak baik sehingga

wawasan yang bagus akan menghasilkan sikap yang positif dan ini

berlaku saat orang melaksanakan perilaku mengenai fenomena tertentu.

Penginderaan berlangsung dari indra manusia yakni mata, telinga, hidung

dan kulit. Mayoritas knowledge seseorang didapatkan dari penglihatan

serta pendengaran. [CITATION Ast \l 1033 ]

2. Tingkat Pengetahuan

Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,

2014 dalam [ CITATION Mas18 \l 1033 ]), yaitu:

a. Tahu (know)

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat

kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan

pengetahuan pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah.


Kemampuan pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti

menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan

sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu

dengan benar. Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau

materi yang telah diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan

menginterpretasikan objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya

tersebut.

c. Aplikasi (application)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat

mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya

pada situasi kondisi nyata atau sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), memisahkan dan mengelompokkan, membedakan

atau membandingkan.

e. Sintesis (synthesis)

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam

mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada

menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan

sintesisini seperti menyusun, merencanakan, mengkategorikan,


mendesain, dan menciptakan. Contohnya membuat desain form

rekam medis dan menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.

f. Evaluasi (evalution)

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan,

memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan

untuk membuat alternatif keputusan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu

hal. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima

informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pengetahuannya.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat

membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, seseorang yang


bekerja sebagai tenaga medis akan lebih mengerti mengenai penyakit

dan pengelolaanya daripada non tenaga medis.

c. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan

pola pikir seseorang akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik.

d. Minat

Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap sesuatu

hal. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni,

sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang

pada masa lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman

seseorang, semakin bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam

hal ini, pengetahuan ibu dari anak yang pernah atau bahkan sering

mengalami diare seharusnya lebih tinggi daripada pengetahuan ibu

dari anak yang belum pernah mengalami diare sebelumnya.

f. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada didalam lingkungan tersebut. Contohnya,

apabila suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan


lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada

umumnya semakin mudah memperoleh informasi semakin cepat

seeorang memperoleh pengetahuan yang baru. [ CITATION Mub11 \l

1033 ]

B. Buku KIA

1. Pengertian Buku KIA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku KIA, menyatakan Buku KIA

merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau

masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan

informasi yang penting bagi ibu dan keluarga dan masyarakat mengenai

pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket

(standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi dan tumbuh kembang balita.

Peningkatan implementasi buku KIA didukung pemerintah pusat

(pengadaan Buku KIA sesuai sasaran ibu hamil sejak tahun 2009 namun

tahun 2014 tidak terlaksana karena efisiensi), serta kegiatan-kegiatan

yang mendukung penerapan Buku KIA, pemerintah daerah (kebijakan

dan dukungan dana kegiatan), profesi dan berbagai pihak yang

mendukung kesehatan ibu dan anak.[ CITATION Kem15 \l 1033 ]


Penerapan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) secara benar akan

berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga akan kesetan

ibu dan anak, menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup

sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas serta meningkatkan sistem survailance, monitoring dan

informasi kesehatan.[ CITATION Kem15 \l 1033 ]

2. Sejarah Buku KIA

Departemen Kesehatan bersama JICA mengembangkan Buku KIA

pertamakali tahun 1993 di Salatiga Jawa Tengah, yang secara bertahap

dengan dukungan berbagai pihak baik pemerintah pusat dan daerah,

profesi dan donor agencies meluas sehingga pada tahun 2006 seluruh

provinsi menggunakan Buku KIA. Untuk mengakomodir kebutuhan

program dan disesuaikan dengan kondisi, dilakukan revisi Buku KIA

secara berkala. [ CITATION Kem15 \l 1033 ]

Buku kesehatan ibu dan anak (KIA) telah digunakan di Indonesia

sejak tahun 1994 dan hampir semua Propinsi di Indonesia mengunakan

buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2013, pengadaan buku

KIA telah mencapai 65% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 5,5 juta

ibu hamil. Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA

sebagai salah satu program prioritas di Indonesia, yang diharapkan buku

KIA nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak

di tingkat keluarga, selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi

antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu/ keluarga tentang
perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah (Kemenkes RI, 2014

dalam [ CITATION Rah181 \l 1033 ]).

3. Manfaat Buku KIA

a. Sebagai media KIE

Buku KIA merupakan media KIE yang utama dan pertama yang

digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami dan

keluarga/pengasuh anak dipanti /lembaga kesejahteraan sosial anak

akan perawatan kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun. Buku

KIA berisi informasi kesehatan ibu dan anak yang sangat lengkap

termasuk imunisasi, pemenuhan kebutuhan gizi, stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan, serta upaya promotif dan

pereventif termasuk deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak.

Bilamana diperlukan tenaga kesehatan dapat menggunakan media

KIE lain sebagai alat bantu untuk lebih memperjelas penyampaian

pesan-pesan yang disampaikan pada Buku KIA. Media tersebut

dapat berupa poster, leaflet, flitchard, audio visual dan sebagainya.

b. Sebagai dokumen pencatatan pelayanan KIA

Buku KIA selain sebagai media KIE juga sebagai alat bukti

pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dan

berkesinambungan yang dipegang oleh ibu atau keluarga. Oleh

karena itu semua pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

imunisasi, SDIDTK serta catatan penyakit dan masalah

perkembangan anak harus tercatat dengan lengkap dan benar. Karena

pencatatan pada Buku KIA digunakan sebagai bahan bukti :


1) Memantau kesehatan ibu dan anak termasuk mendeteksi secara

dini masalah kesehatan ibu dan anak.

2) Memastikan terpenuhi haknya mendapat pelayanan kesehatan

ibu dan anak secara lengkap dan berkesinambungan.

3) Yang digunakan pada sistem jaminan kesehatan pada saat

mengajukan klaim pelayanan.

4) Untuk menerima bantuan bersyarat pada program pemerintah

atau swasta.

5) Selain fungsi yang telah disebutkan Buku KIA juga sebagai

sarana komunikasi sebagaimana yang tercantum dalam buku

KIA.

6) Memastikan tenaga kesehatan pemberi pelayanan KIA di

wilayah kerjanya.

7) Menggunakan Buku KIA pada saat memberi pelayanan KIA

baik untuk media KIE, mengisi buku KIA dengan lengkap dan

benar serta melaksanakan follow up.

8) Semua fasilitas kesehatan pemberi pelayanan KIA

menggunakan buku KIA.

c. Manfaat Buku KIA dikaitkan dengan tugas pokok tenaga kesehatan

Manfaat lain dari Buku KIA dikaitkan dengan tugas pokok dan

fungsi tenaga kesehatan pemberi pelayanan KIA (antara lain dokter,

bidan, perawat, pengelola gizi, penanggung jawab imunisasi, petugas

laboratorium dan lainnya), dapat dikatakan bahwa Buku KIA:


1) Mendukung program pemerintah untuk peningkatan

kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak.

2) Mendorong tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan

sesuai dengan standar.

3) Mendorong kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan anak. [

CITATION Kem15 \l 1033 ]

4. Sasaran Buku KIA

a. Sasaran langsung Buku KIA :

1) Setiap ibu hamil mendapat Buku KIA, menggunakan sampai

masa nifas sedangkan anak menggunakan Buku KIA sampai

usia 6 tahun.

2) Sejak kehamilan ibu diketahui kembar maka ibu hamil diberi

Buku KIA sejumlah janin yang dikandungnya (jika kembar 2

diberi tambahan 1, jika kembar 3 diberi tambahan Buku KIA 2

dst).

3) Jika buku KIA hilang maka selama persediaan masih ada,

ibu/anak mendapat Buku KIA baru.

b. Sasaran tidak langsung Buku KIA :

1) Suami/anggota keluarga lain, pengasuh anak di panti/lembaga

kesejahteraan sosial anak.

2) Kader

3) Tenaga kesehatan yang berkaitan langsung memberi pelayanan

kesehatan ibu dan anak (antara lain dokter, bidan, perawat,

petugas gizi, petugas imunisasi, petugas laboratorium).


4) Penanggung jawab dan pengelola program KIA Dinkes

Kabupaten/Kota selain memfasilitasi penerapan buku KIA di

wilayahnya juga memastikan kesinambungan ketersediaan dan

pemanfaatan buku KIA. [ CITATION Kem15 \l 1033 ]

5. Komponen yang Ada dalam Buku KIA

a. Komponen Ibu

1) Ibu hamil (pemeriksaan kehamilan, kelas ibu, perawatan sehari-

hari, persiapan melahirkan, gizi ibu hamil, tanda bahaya pada

kehamilan, masalah pada kehamilan).

2) Ibu bersalin (tanda awal persalinan, proses melahirkan, tanda

bahaya pada persalinan).

3) Ibu nifas (perawatan ibu nifas, hal-hal yang harus dihindari oleh

ibu bersalin dan nifas, cara menyusui bayi, cara memerah ASI,

cara menyimpan ASI, tanda bahaya ibu nifas).

4) Keluarga berencana

5) Catatan kesehatan ibu hamil, menyambut persalinan, catatan

kesehatan ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir, pelayanan

KB ibu nifas. [ CITATION Gav16 \l 1033 ]

b. Komponen Anak

1) Keterangan lahir

2) CTPS (Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir)

3) Bayi baru lahir (tanda bayi baru lahir sehat, pelayanan essensial

pada bayi baru lahir sehat oleh dokter/bidan/perawat, perawatan

bayi baru lahir).


4) Catatan hasil pelayanan essensial bayi baru lahir dan catatan

pelayanan kesehatan bayi baru lahir.

5) Imunisasi

6) Anak usia 29 hari – 6 tahun

a) Tanda anak sehat, pantau pertumbuhan dan perkembangan,

tumbuh kembang anak, pola asuh anak dengan disabilitas,

perawatan sehari-hari, kebersihan anak, perawatan gigi,

kebersihan lingkungan, hindari dari bahaya, perawatan anak

sakit.

b) Kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan, 6-11 bulan, 1-2 tahun dan

diatas 2 tahun, cara membuat makanan pendamping ASI

c) SDIDTK

d) Pencatatan SDIDTK, pencatatan vitamin A, penentuan

status gizi, catatan penyakit dan perkembangannya.

e) Mengapa anak harus dilindungi. [ CITATION Gav16 \l 1033 ]

6. Cara Menggunakan Buku KIA

a. Penggunaan Buku KIA oleh ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak

di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak.

Ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak di panti/lembaga

kesejahteraan sosial anak :

1) Selalu membawa buku KIA baik pada saat ke fasilitas kesehatan

(Puskesmas, klinik, Rumah Sakit, praktik dokter maupun praktik

bidan), ke Posyandu, Kelas Ibu (Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu

Balita), Pos PAUD dan BKB.


2) Menyimpan Buku KIA dan menjaga dengan baik agar tidak

rusak atau hilang. Catatan yang tercantum pada Buku KIA

merupakan dokumen pribadi dan hanya diperlihatkan kepada

petugas kesehatan.

3) Berperan aktif membaca dan mengerti isi Buku KIA dengan

benar, jika ada yang tidak dipahami mereka bertanya pada kader

dan petugas kesehatan. Hal ini agar mereka dapat melakukan

perawatan kesehatan ibu dan anak dengan benar, berupaya

mendapatkan pelayanan KIA yang komprehensif dan

berkesinambungan, dapat mendeteksi sedini mungkin kelainan

atau penyakit yang dialami serta mencari pertolongan pelayanan

kesehatan yang berkualitas.

4) Tenaga kesehatan memfasilitasi pemahaman mereka akan Buku

KIA, untuk mempermudah pemahaman setiap pokok bahasan,

mereka diminta membaca lebih dahulu untuk pertemuan

berikutnya dan menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan

untuk hal-hal yang belum dimengerti.

5) Memberi tanda (√) dengan pensil atau pulpen pada bagian yang

telah dipahami dan diterapkan. Untuk hal yang belum dipahami

dan atau belum diterapkan mereka bertanya pada tenaga

kesehatan untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci dan

mendapatkan saran yang paling sesuai dengan kondisi ibu dan

anak saat itu.


6) Memberi tanda (√) pada kotak setelah mendapatkan pelayanan.

Untuk menghindari kesalahan maka tenaga kesehatan perlu

menjelaskan setiap pelayanan yang diberikan pada ibu dan anak,

seperti; pelayanan pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan

ibu nifas, pelayanan neonatal essensial dan pelayanan kesehatan

neonatus.

b. Penggunaan Buku KIA oleh Kader

Kader perlu memiliki Buku KIA, mempelajari dan memahami

pesan-pesan yang ada dalam Buku KIA, hal ini karena kader:

1) Menggunakan Buku KIA sebagai media penyuluhan kesehatan

ibu dan anak.

2) Memfasilitasi ibu, keluarga/pengasuh anak agar mematuhi

jadwal pemberian pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

imunisasi.

3) Bertugas mengisi KMS

4) Memberi vitamin A dan mencatat pada Buku KIA

5) Sebagai penghubung masyarakat dengan tenaga kesehatan untuk

memastikan penggunaan Buku KIA oleh masyarakat.

c. Penggunaan Buku KIA oleh tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan sebagai penanggung jawab wilayah dan

pemberi pelayanan KIA harus memfasilitasi pemahaman dan

penerapan Buku KIA oleh ibu, suami, keluarga dan pengasuh anak

di panti/lembaga kesejahteraan sosial anak dan kader.


Untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan Buku KIA oleh kader

maka tenaga kesehatan harus memastikan pemahaman dan

kemampuan kader dalam menyampaikan pesan-pesan yang

tercantum dalam Buku KIA, mengisi KMS, melaksanakan

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak serta

ditindaklanjuti dengan melaksanakan komunikasi edukasi dan

informasi.

Buku KIA merupakan pintu masuk bagi ibu dan anak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif

dan berkesinambungan. Oleh karenanya tenaga kesehatan :

1) Menginformasikan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang

menjadi hak bagi setiap ibu dan anak.

2) Menggunakan Buku KIA sebagai media KIE

3) Mencatat setiap pelayanan yang diberikan dengan benar sejak

ibu hamil sampai anak usia 6 tahun pada Buku KIA.

4) Menggunakan cacatan pelayanan sebagai bahan penyerta pada

system jaminan kesehatan dan bantuan bersyarat program

pemerintah atau swasta.

5) Memfasilitasi keluarga untuk segera mengurus akte kelahiran

dengan melampiri surat keterangan lahir yang ada di Buku KIA.

6) Memfasilitasi pemahaman dan penggunaan buku KIA oleh ibu,

suami, keluarga dan pengasuh anak di panti/lembaga

kesejahteraan sosial anak dengan cara;


a) Menjelaskan secara bertahap isi Buku KIA sesuai dengan

kondisi ibu dan anak.

b) Memastikan ibu, keluarga/pengasuh anak memberi tanda

(√) pada Buku KIA yang telah dipahami hal ini dapat

dibuktikan dengan cara meminta mereka menyampaikan

pesan tersebut dengan bahasa mereka.

c) Menganjurkan mereka mempelajari terlebih dahulu pokok

bahasan yang akan dibicarakan untuk pertemuan

berikutnya.

d) Bilamana diperlukan menggunakan media lain seperti

poster, video atau praktik langsung (seperti cuci tangan

pakai sabun, cara menyusui dengan benar, cara pemberian

MP ASI, dan cara membuat MP ASI).

7) Memfasilitasi kader dalam penerapan Buku KIA dengan cara:

a) Mengingatkan kader akan perannya sebagai penggerak

masyarakat untuk kesehatan ibu dan anak. Untuk menjaga

kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan anak,

bilamana diperlukan kader mendampingi tenaga kesehatan

melakukan kunjungan rumah bagi ibu dan/atau anak yang

droup out mendapatkan pelayanan KIA termasuk imunisasi.

b) Meminta kader mempelajari dan memahami Buku KIA

secara bertahap.
(1) Untuk menilai kemampuan kader dalam melakukan

penyuluhan. Maka penugasan materi yang dipelajari

dilakukan secara bertahap.

(2) Tenaga kesehatan meminta kader mempelajari satu

materi, setelah menguasai materi tersebut meminta

kader menjelaskan dan mensimulasikan materi tersebut

kepada kader lain.

(3) Tenaga kesehatan melakukan hal yang sama untuk

materi lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat

selesai Posyandu, saat refreshing kader di Puskesmas

atau menyesuaikan dengan situasi setempat. Yang pasti

tenaga kesehatan penanggung jawab wilayah harus

memfasilitasi semua kader Posyandu/peminat

kesehatan ibu dan anak memiliki kemampuan

menyampaikan pesan yang terkandung dalam Buku

KIA.

c) Memfasilitasi kader mampu mengisi KMS dan menulis

tanggal pemberian vitamin A di Buku KIA, termasuk

bagaimana menghitung kebutuhan vitamin A di wilayah

kerja kader.

C. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan secara umum merupakan proses melanjutkan keturunan

yang terjadi secara alami. Wiknjosastro (2008) mendefinisikan

kehamilan sebagai suatu proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma

dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya

hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari haid pertama

hari terakhir (HPHT). [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pengertian kehamilan bervariasi menurut beberapa ahli, tetapi

mengandung satu inti yang sama, yaitu suatu proses fisiologis yang

terjadi pada perempuan akibat adanya pembuahan antara sel kelamin

laki-laki dan sel kelamin perempuan. Dengan kata lain, kehamilan adalah

pembuahan ovum oleh spermatozoa, sehingga mengalami nidasi pada

uterus dan berkembang sampai kelahiran janin. [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Secara garis besar, proses dan syarat kehamilan yang utama adalah

harus ada sel telur atau ovum, spermatozoa atau sel mani, pembuahan

atau fertilisasi, nidasi atau implantasi dan plasentasi. [ CITATION Pra19 \l

1033 ]

2. Pembagian Usia Kehamilan

Lamanya kehamilan dimulai dari ovulasi sampai terjadinya

persalinan kira-kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari

(43 minggu). Hal ini senada dengan penjelasan Manuaba (2010) bahwa

lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280

sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Usia kehamilan < 22 minggu dengan berat badan janin < 500 gram

disebut abortus (keguguran).


b. Usia kehamilan 22-28 minggu dengan berat badan janin 500-1.000

gram disebut imaturitas.

c. Usia kehamilan 29-36 minggu dengan berat badan janin 1.000-2.500

gram disebut prematuritas.

d. Usia kehamilan 37-42 minggu disebut aterm

e. Usia kehamilan > 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

serotinus. [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Ditinjau dari usia kehamilan, maka kehamilan terbagi menjadi

kehamilan trimester I, trimester II dan trimester III dengan rincian

trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu

(minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawihardjo, 2006 dalam [ CITATION Pra19

\l 1033 ])

3. Kehamilan Trimester II

Trimester kedua adalah usia kehamilan sekitar 13-27 minggu. Pada

masa ini, kekhawatiran-kekhawatiran pada trimester pertama mulai

menghilang. Hal ini karena wanita lebih bahagia menerima kehamilannya

dan gerakan janin dapat dirasakan. Selain itu, ibu hamil juga mulai

terbiasa merasakan perubahan hormone di dalam tubuhnya karena faktor

kehamilan.[ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pada era ini, janin mulai berkembang. Janin sudah cukup kuat dan

siap tumbuh. Pada minggu ke-13, panjang janin sekitar 65-78 mm

dengan bobot 20 gram. Pada masa ini tampak cikal bakal mata, telinga,

serta kulit mulai menyempurnakan diri. Pada minggu ke-13, bagian leher
janin mulai tumbuh sempurna. Aktivitas bernapas, mengisap, dan

menelan mulai dilakukan terus-menerus sejak minggu ke-14. Pada

trimester ini, janin yang berbobot kurang lebih 28 gram menjadi aktif.

Janin dapat menggerakan kepalanya. [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pada akhir minggu ke-14, terjadi penandaan daerah untuk

tumbuhnya rambut di kepala. Selain itu, jantung janin sudah berdetak

cepat dan memompakan sekitar 24 liter darah per hari ke seluruh bagian

tubuh. Jumlah ini akan terus meningkat dan pada saat lahi nanti, jumlah

darah yang dipompakan dalam sehari mencapai 2,85 liter. Kaki janin

sudah mampu melakukan beberapa gerakan, seperti menendang dan

melipat, serta meregangkan jari-jari kakinya.[ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pada akhir minggu ke-20, ibu sudah dapat merasakan janin di

dalam kandungan. Kepala janin saat ini sudah dalam posisi agak tegak

karena leher sudah berfungsi sebagai penyangga kepala. Panjang janin

mulai ujung kepala sampai kaki bila diukur mencapai 120 mm. Berat

badan janin kira-kira mencapai 100 g. Pada minggu ke-22, jantung janin

semakin menunjukan fungsi yang baik. Darah beredar ke seluruh tubuh

janin dengan tekanan cukup kuat. Darah tersebut juga dialirkan ke tali

pusat. Janin sudah memiliki system peredaran darah. Pada masa

pertumbuhannya, sekitar 27,5 liter darah per hari mengalir ke seluruh

bagian tubuh janin. [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pada minggu ke-23, kondisi usus besar janin sudah mulai terisi

oleh mekonium atau bentuk awal dari feses. Mekonium ada karena

bekerjanya system pencernaan. Tulang-tulang janin mulai mengeras,


yang awalnya terbentuk dari tulang rawan. Namun demikian, secara

umum, tulang kerangka janin pada minggu ini masih sangat elastis.

Sementara itu, pada bagian ujung jari-jari tangan dan kaki mulai

terbentuk sidik jarinya.[ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Pada minggu terakhir trimester II, keaktifan gerak janin semakin

berkembang pesat. Janin dapat menoleh kiri dan kanan, serta melakukan

gerakan bernapas. Sistem kekebalan tubuh janin mulai berfungsi. Janin

mulai memproduksi antibody yang berfungsi menangkal bakteri, virus

atau partikel asing yang dapat membahayakan dirinya. Selain itu, terjadi

pula proses nyelinisasi, yakni proses pelapisan sel-sel saraf otak dengan

lemak yang disebut myelin. Myelin juga berfungsi sebagai bahan isolasi

yang membungkus sel saraf sehingga transmisi sinyal ke dan dari otak

tidak terganggu, [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Perkembangan janin Tersebut diiringi dengan perubahan-

perubahan yang terjadi pada ibu hamil.

a. Uterus

Uterus secara bertahap akan membulat dan lama-kelamaan akan

berbentuk lonjong seperti telur dengan ukuran sebesar kepala bayi

atau sama dengan kepalan tangan orang dewasa.

b. Vulva dan Vagina

Pada trimester kedua, terjadi peningkatan vaskularisasi vulva

dan vagina sehingga meningkatkan keinginan dan gairah seksual ibu

hamil. Selain itu, peningkatan kongesti dan terjadinya relaksasi pada


pembuluh darah dan uterus dapat menimbulkan pembengkakkan dan

varises vulva.

c. Ovarium

Korpus luteum graviditatum akan tergantikan dengan plasenta

pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.

d. Serviks uteri

Serviks uteri mengalami perubahan, yakni menjadi lunak. Di

samping itu, kelenjar-kelenjar di serviks akan mengeluarkan sekresi

lebih banyak.

e. Payudara

Pada trimester II ini, ukuran payudara mengalami peningkatan

ukuran lebih besar daripada masa kehamilan trimester I. Pada masa

ini, cairan berwarna putih kekuningan akan keluar dari puting susu.

Cairan ini adalah kolostrum. Kelenjar payudara secara fungsional

sudah lengkap sejak masa pertengahan usia kehamilan, tetapi proses

proses menyusui baru dapat dilakukan ketika kadar estrogen

menurun, yakni setelah ibu menjalani persalinan dan plasenta sudah

keluar.

f. Sistem Pencernaan

Ibu hamil pada trimester II akan mengalami konstipasi karena

meningkatnya hormone progesterone. Perut ibu menjadi kembung

karena mendapat tekanan dari uterus yang membesar dalam perut

dan mendesak organ-organ yang terdapat dalam perut.

g. Sistem pernapasan
Sesak napas pada ibu hamil sering terjadi akibat penurunan

kadar karbon dioksida.

h. Sistem kardiovaskular

Peningkatan volume darah dan curah jantung dapat berakibat

pada perubahan auskultasi selama kehamilan. Perubahan auskultasi

ini dapat mempengaruhi perubahan ukuran dan posisi jantung.

i. Perkemihan

Pada trimester II, uterus sudah keluar dari bagian panggul

sehingga terjadi pengurangan penekanan pada kandung kemih.

Kandung kemih berada pada posisi atas abdomen dan keluar dari

panggul.

j. Muskuloskeletal

Pada area siku dan pergelangan tangan, dengan meningkatnya

retensi cairan pada jaringan yang berhubungan disekitarnya, dapat

berkurangnya mobilitas persendian.

k. Kenaikan Berat Badan

Kenaikan berat badan normal yang terjadi pada ibu hamil

trimester II adalah 0,4-0,5 kg per minggu selama sisa kehamilan.

Selain perubahan-perubahan fisiologis di atas, ditemukan pula

perubahan psikologis yang dialami ibu hamil, diantaranya ibu mulai

sehat dan kondisi psikologisnya stabil. Hal ini karena pada trimester II,

ibu sudah mulai bisa menerima keadaan kehamilannya dan biasanya rasa

mual dan muntah sudah berkurang atau bahkan tidak dialami lagi. Selain
itu, janin yang mulai terasa bergerak-bergerak juga memengaruhi kondisi

psikologis ibu. [ CITATION Pra19 \l 1033 ]

Kebutuhan psikologi pada ibu hamil trimester II diantaranya :

a. Support keluarga

1) Bersama-sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan

2) Ikut mewaspadai adanya komplikasi dan tanda-tanda bahaya

3) Bersama-sama mempersiapkan suatu rencana apabila terjadi

komplikasi.

b. Support dari tenaga kesehatan

1) Mengajarkan pada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda-

tanda bahaya.

2) Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran dan

kegawat daruratan.

c. Rasa aman dan nyaman

Untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman dapat ditempuh

dengan senam untuk memperkuat otot-otot, mengatur posisi duduk

untuk mengatasi nyeri punggung, mengatur berbagai sikap tubuh

untuk meredakan nyeri dan pegal, sikap berdiri yang membuat bayi

leluasa. [ CITATION Pan12 \l 1033 ]

D. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau


masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh

pelaku pendidikan, yang tersirat dalam pendidikan adalah: input adalah

sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik

adalah (pelaku pendidikan), proses adaalah (upaya yang direncanakan

untuk mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang

diharapkan atau perilaku).[ CITATION Not121 \l 1033 ]

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,

sepiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi, dan menuru (WHO) yang paling

baru ini memang lebih luas dan dinamis di bandingkan deengan batasan

sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan

sempurna, baik fisik maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit

dan cacat.[ CITATION Not121 \l 1033 ]

Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya

yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk

kesehatan. Dengan perkataan lain, promosi kesehatan mengupayakan

agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh

positif teradap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. [ CITATION

Not121 \l 1033 ]

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan

status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan bertambahnya

masalah kesehatan, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,

memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu


pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. [ CITATION Ron11

\l 1033 ]

3. Metode Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi 3 macam, yaitu :

a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan (Individual)

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita

perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya

kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar, apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang

metode yang digunakan ceramah dan seminar.

2) Kelompok kecil, apabila peserta kurang dari 15 orang, metode

yang digunakan adalah diskusi, curah pendapat (brain


storming), kelompok kecil (buzz group),memainkan peran (role

play).

c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga

sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan

yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat ditangkap oleh massa.

Anda mungkin juga menyukai