Anda di halaman 1dari 24

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DIREKTORAT JENDERAL SURVEI DAN PEMETAAN PERTANAHAN DAN RUANG

SATKER/SKPD : Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan Ruang


NAMA PPK : Kegiatan Pengelolaan Infrastruktur Dasar Geospasial Tematik
Pertanahan dan Ruang Sumber Dana Rupiah Murni (RM) dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

NAMA PEKERJAAN : Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan di Wonosalam,


Provinsi Jawa Timur

TAHUN ANGGARAN 2021


A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/ Kebijakan
Dasar hukum kegiatan pengukuran batas kawasan hutan adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2043);
b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Informasi Geospasial;
e. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
f. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang;
g. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional;
h. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan,
Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh
Resolusi Tinggi;
i. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
j. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2009 tentang Penegasan
Status dan Fungsi Kawasan Hutan;
k. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2013 tentang Penataan
Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan, Persetujuan Prinsip Penggunaan
Kawasan Hutan, Persetujuan Prinsip Pelepasan Kawasan Hutan dan Pengelolaan
Hutan dan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus;
l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.25/Menhut-II/2014 tentang Panitia Tata
Batas Kawasan Hutan;
m. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
n. Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Nomor
P.3/PKTL/SETDIT/PLA.2/9/2016 tentang Petunjuk Teknis Pengukuhan Kawasan
Hutan;
o. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1874) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 500);
p. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 694;
q. Juknis Pengukuran Batas Kawasan Hutan Nomor 005/Juknis-
300.PU.02.01/X/2019.

2
2. Gambaran Umum
Dalam rangka mendukung terwujudnya Pendaftaran Tanah Stelsel Positif, maka
diperlukan sistem pendaftaran tanah yang memberikan jaminan kepastian hukum
hak atas tanah. Salah satu jaminan kepastian hukum tersebut berkaitan dengan letak
bidang tanah yang diterbitkan sertipikat tidak berada di dalam kawasan hutan.
Kondisi tersebut dapat dipenuhi apabila tersedia informasi yang jelas mengenai batas
kawasan hutan dan non kawasan hutan dalam sistem pendaftaran tanah.
Salah satu penyebab belum tersedianya informasi batas kawasan hutan dalam
sistem pendaftaran tanah adalah perbedaan skala yang digunakan dalam peta batas
kawasan hutan dangan skala peta pendaftaran tanah. Peta batas kawasan hutan
menggunakan skala kecil (skala 1:50.000 atau lebih kecil), sedangkan peta
pendaftaran tanah menggunakan skala besar (skala 1:2.500 atau lebih besar), yang
mengakibatkan terjadinya perbedaan interpretasi batas kawasan dan berpotensi
menyebabkan terjadinya sengketa/konflik pertanahan.
Bappenas mendorong peningkatan kepastian batas kawasan hutan dan non
kawasan hutan melalui kegiatan pembuatan peta batas kawasan hutan. Kegiatan
dilakukan dengan melakukan perapatan patok-patok batas kawasan hutan sehingga
dapat diidentifikasi dalam peta pendaftaran tanah skala besar dan diharapkan
menjadi salah satu bagian early warning system dalam sistem pendaftaran tanah
nasional, terutama terkait kawasan hutan.
Data yang digunakan untuk pengukuran batas kawasan hutan merupakan data
kawasan hutan yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Menteri
Kehutanan dan citra satelit yang telah ditegakkan oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.62/Menhut-II/2013 tentang
perubahan peraturan menteri kehutanan No. P.44/Menhut-II/2012 tentang
pengukuhan kawasan hutan, pengertian pengukuhan kawasan hutan adalah
rangkaian kegiatan penunjukkan, penataan batas dan penetapan kawasan hutan.
Sehingga Kawasan Hutan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kementerian
Kehutanan (SK Menhut) yang digunakan dalam pengukuran batas kawasan hutan
adalah SK Menhut penetapan.
Dalam rangka menjembatani integrasi peta batas kawasan hutan (skala kecil)
yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanandengan
peta pendaftaran (skala besar) yang ada di kantor pertanahan Kabupaten/Kota maka
perlu dilakukan pengukuran perapatan batas bersama (survei pendahuluan/ joint
survey) oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan disupervisi oleh Badan
Informasi Geospasial (BIG) dan dalam koordinasi Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS).
Pada Tahun Anggaran 2021 ini akan dilaksanakan pengukuran batas kawasan
hutan di beberapa lokasi di Provinsi Jawa Timur. Salah satu lokasinya adalah
kawasan hutan Wonosalam dengan panjangan 110,54 Km yang terletak di Kabupaten
Blitar, Provinsi Jawa Timur berdasarkan SK.5766/Menhut-VII/KUH/2014.

3
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan di Wonosalam, Provinsi Jawa Timur.

4. Penerima Manfaat
Penerima manfaat dari hasil kegiatan adalah:
a) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, dalam rangka
pengelolaan sistem administrasi pertanahan nasional yang seamless, skala besar
dan bersifat menyeluruh, yang nantinya akan meminimalkan penerbitan
sertipikat di kawasan hutan;
b) Kementerian lingkungan Hidup dan kehutanan dalam rangka inventarisasi dan
pengelolaan kawasan hutan yang lebih optimal;
c) Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangkakemudahan dan kejelasan
identifikasi kawasan hutan dan non hutan untuk perencanaan, penggunaan dan
pemanfaatan ruang;
d) Badan usaha dan masyarakat umum di sekitar perbatasan kawasan hutan dalam
rangka mendapatkan kepastian batas kawasan hutan dan non hutan serta
kepastian hukum dalam kepemilikan hak atas tanah.

B. Lokasi dan Ruang Lingkup Pekerjaan


1. Kriteria Lokasi
Objek lokasi pengukuran batas kawasan hutan ditentukan dengan kriteria :
a. Kawasan Hutan yang sudah ada Surat Keputusan (SK) Penetapan Kawasan
Hutan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
b. Kawasan Hutan pada poin a berbatasan langsung dengan Areal Penggunaan
Lain (APL)
2. Lokasi Pekerjaan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.5766/Menhut-
VII/KUH/2014Kawasan Hutan di Wonosalam dengan panjangan 110,54 Km yang
terletak di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur (Lihat Gambar Lampiran 1).
3. Ruang Lingkup Pekerjaan
Metode yang digunakan untuk melaksakan pekerjaan Pembuatan Peta Situasi
Batas Kawasan Hutan adalah dengan cara kontraktual. Adapun ruang
lingkup/batasan pekerjaan ini terdiri dari:

Tabel 1. Ruang lingkup dan output kegiatan


Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan di TN. Meru Betiri, Provinsi Jawa Timur
No Lingkup Pekerjaan Ouput

1. Persiapan Pekerjaan
a. Deskripsi wilayah kerja (topografi, aksesibilitas, dan
hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang
Persiapan data dan Rencana
A pelaksanaan pekerjaan misalnya data/tabel tentang
Kerja
wilayah administrasi dan sebagainya);
b. Peta Kerja.
a. Surat tugas dan mobilisasi personil;
Persiapan Personil dan b. Dokumen peralatan (Kepemilikan, Spesifikasi)
B
Peralatan

4
No Lingkup Pekerjaan Ouput

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Formulir ukur Survei Pendahuluan;
b. Berita acara Hasil Survei Pedahuluan;
Survei Pendahuluan dan c. Dokumentasi pal eksisting kehutanan;
C Perencanaan Pengukuran d. Dokumen koordinat patok perapatan batas kawasan
Batas Kawasan Hutan hutan sementara;
e. Dokumentasi Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan
Sementara terpasang.
a. Dokumentasi Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan;
Pengukuran Batas Kawasan b. Dokumen koordinat hasil pengukuran batas kawasan
D hutan;
Hutan dan Detil Situasi
c. Dokumentasi Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan
terpasang;
d. Daftar koordinat hasil Pengukuran detil situasi;
3. Pengolahan Data
a. Pengolahan data;
E Pengolahan Data Situasi b. Peta detil situasi batas kawasan digital.
4. Pelaporan
a. Laporan Pendahuluan;
F Pelaporan b. Laporan Bulanan;
c. Laporan Akhir.

Diagram alir berikut menunjukkan tahapan kegiatan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan di Wonosalam.

Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan kegiatan lapangan oleh pihak ketiga

5
C. Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Pekerjaan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan Hutan Wonosalam dengan
panjangan 110,54 Km yang terletak di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur berdasarkan
SK.5766/Menhut-VII/KUH/2014 adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Kegiatan
a. Persiapan Pekerjaan
1) Persiapan data dan Rencana Kerja
a) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain: Kantor Wilayah
BPN Provinsi, Kantor Pertanahan BPN, Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH)/ Pengelola Kawasan Hutan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
Kecamatan, Desa dan masyarakat sekitar;
b) Menyiapkan dokumen terkait wilayah kerja meliputi topografi, aksesibilitas,
dan hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang pelaksanaan
pekerjaan misalnya data/tabel tentang wilayah administrasi dan
sebagainya;
c) Menyiapkan peta kerja.

2) Persiapan Personil dan Peralatan


a) Menyiapkan dokumen (surat tugas dan mobilisasi) personil dan dokumen
peralatan yang akan digunakan dalam setiap tahapan pekerjaan, untuk
memastikan bahwa personil pelaksana telah memiliki kesamaan persepsi
mengenai tata cara pelaksanaan tahapan pekerjaan dan peralatan yang
digunakan telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan;
b) Menyiapkan dokumen kontrol kualitas internal terhadap semua hasil
kegiatan pada masing-masing tahapan pekerjaan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan yang diberikan oleh Pemberi Kerja. Dokumen Kontrol Kualitas
internal merupakan salah satu kelengkapan yang diperlukan untuk proses
kontrol kualitas oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan
Pertanahan dan Ruang.

b. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Survei Pendahuluan dan Perencanaan Pengukuran Batas Kawasan Hutan
a) Menyiapkan Peta kerja: Peta kerja adalah peta yang berisi tentang informasi
jalur batas beradasarkan SK Penetapan Kawasan Hutan dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan skala besar (1: 5.000),
yang di overlay dengan citra satelit dari BIG .
b) Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan yaitu GPS Handheld, dan
GNSS;
c) Membuat rencana Pengukuran Batas Kawasan Hutan batas kawasan dan
jalur untuk tracking;
d) Koordinasi dengan instansi terkait;
e) Menyiapkan patok perapatan batas sementara dengan spesifikasi: bahan
terbuat dari kayu reng dan atau sejenisnya dengan ukuran 3x4x50 cm
(Lihat Gambar Lampiran 2);
f) Membuat rencana titik ikat bantu untuk pengikatan pengukuran;
6
g) Metode pengikatan titik ikat bantu menggunakan metode jaring segitiga
yang diikatkan pada Jaring Kontrol Geodesi Nasional (JKGN), minimal dua
titik;
h) Pembuatan titik ikat bantu yang diturunkan dari titik ikat bantu yang lain
(point f) harus menggunakan metode jaring segitiga yang diikatkan pada
titik ikat bantu (point f), minimal dua titik;
i) Pencetakan peta kerja;
j) Melakukan survei pendahuluan terhadap batas kawasan hutan yang sesuai
dengan Peta Kerja dan berkoordinasi dengan Instansi terkait yang
dituangkan dalam formulir ukur;
k) Formulir ukur pada huruf i harus ditandatangani oleh para pihak
(Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan/ Surveyor dan instansi
terkait);
l) Melakukan inventarisasi dan dokumentasi pal kehutanan yang ada di
lapangan (dokumentasi dari dua sisi);
m) Melakukan pemasangan patok perapatan batas kawasan hutan sementara.
Patok perapatan batas tersebut ditanam sedalam 30 cm, sisa 20 cm nampak
di atas permukaan tanah;
n) Dokumentasi patok perapatan batas sementara yang dilakukan dari dua
sisi;
o) Berita Acara Hasil Survei Pendahuluan tersebut harus ditandatangani oleh
para pihak (Surveyor dan Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH)/
Pengelola Kawasan Hutan, Desa);
p) Digitalisasi seluruh dokumen berita acara dan formulir ukur;
2) Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan Detil Situasi
a) Pembuatan Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan
• Pembuatan Patok perapatan batas kawasan hutan menggunakan pipa
PVC Kelas D (Drainase) Standart Nasional Indonesia (SNI) berwarna
putih dengan ukuran diameter 10 cm dengan panjang 1,5 meter tebal
minimal 2,0 mm, yang diisi dengan beton dengan campuran
semen:pasir:krikil (1:2:3) yang bagian atasnya dipasang paku payung;
• Patok perapatan batas pada bagian luar atas dicat berwarna biru
sepanjang 20 cm;
• Patok perapatan batas kawasan hutan diberi identitas sesuai dengan
nomor urut dan nama lokasi menggunakan cutting stiker;
• Dokumentasi pembuatan patok perapatan batas.

b) Pemasangan Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan


• Patok perapatan batas ditanam sedalam 100 cm, sisa 50 cm nampak di
atas permukaan tanah;

• Patok perapatan batas dipasang pada jarak kurang lebih 100 m atau
menyesuaikan kondisi lapangan;

• Pemasangan stiker dengan posisi membelakangi arah kawasan hutan;


• Dokumentasi pemasangan Patok perapatan batas dilakukan dengan
memfoto masing-masing patok perapatan batas sebelum dipasang
7
dengan posisi berdiri dan memfoto masing-masing patok perapatan
batas setelah dipasang dari dua sisi, dari arah kawasan hutan dan dari
arah sebaliknya.

c) Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan Pengukuran Detil Situasi


• Pemeriksaan kesiapan alat yang akan digunakan yaitu GNSS;
• Pengukuran Batas Kawasan Hutan dilakukan untuk mendapatkan
posisi patok perapatan batas yang telah direncanakan;
• Proses Pengukuran Batas Kawasan Hutan patok perapatan batas
diikatkan ke titik ikat utama dan atau titik ikat bantu;
• Titik perapatan batas dapat difungsikan sebagai titik ikat bantu;
• Pelaksanaan koleksi data GNSS titik ikat bantu terikat kepada Jaring
Kontrol Geodesi Nasional (JKGN);
• Proses Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan pengukuran detil situasi
sekitar batas kawasan dilakukan menggunakan GNSS;
• Pengukuran pal kehutanan sesuai pada poin 1 huruf k, dengan
menggunakan GNSS;
• Detil situasi yang harus dipetakan adalah berupa: Penggunaan tanah
(polygon), unsur-unsur geografis (sungai, jalan, bangunan, dll), dan
Tempat-tempat penting/ fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, kantor
pemerintahan, dll).

3) Pengolahan Data
a) Koordinat yang dihasilkanberupa Koordinat Geografis, UTM dan TM3O, yang
terikat dalam SRGI2013 dan DGN95;
b) Raw data hasil pengukuran disimpan dalam media penyimpanan data
digital external harddisk;
c) Ketelitian titik ikat yang dihasilkan maksimal 5cm atau lebih baik;
d) Ketelitian titik perapatan batas yang dihasilkan ≤ 50cm;
e) Peta situasi batas kawasan hutan dibuat dalam format shapefile (*.shp)
format geodatabase (*.gdb) yang sudah dilakukan proses Topologi dan
disimpan dalam media penyimpanan data digital flashdisk atau external
hardisk.
c. Pelaporan
Mekanisme dan prosedur pelaporan terdapat pada point F.

D. Spesifikasi Teknis Peralatan Dan Sumber Daya Manusia (SDM)


1. Peralatan Teknis
Kebutuhan jenis peralatan yang dipersyaratkan dalam pekerjaan ini dapat
dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.

8
Tabel 2. Spesifikasi Teknis Peralatan

No Jenis Peralatan Spesifikasi khusus

A Koleksi Data GNSS Titik Ikat, Pengukuran Batas Kawasan Hutan


GNSS • Dual Frequency (L1 dan L2)
• Signal tracking minimal GPS dan Glonass
• Tipe receiver Geodetic
• Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 8 mm + 1
ppm rms dan vertikal 15 mm + 1 ppm rms
Perangkat Lunak pengolah • Memiliki kemampuan mengolah data GNSS hingga
GNSS menghasilkan koordinat dengan akurasi horizontal
maksimal 8 cm dan vertikal 15 cm
Perangkat Lunak Pemetaan • Memiliki kemampuan mengolah data spasial dan non-
spasial, menggambar grafis, menganalisa data spasial,
menampung database, dan dapat dikonversi dalam
format grafis lainnya.
B Pengukuran Detil Situasi
GNSS • Dual Frequency (L1 dan L2)
• Signal tracking minimal GPS dan Glonass
• Tipe receiver Geodetic
• Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 8 mm + 1
ppm rms dan vertikal 15 mm + 1 ppm rms
Perangkat Lunak pengolah • Memiliki kemampuan mengolah data GNSS hingga
GNSS menghasilkan koordinat dengan akurasi horizontal
maksimal 8 cm dan vertikal 15 cm
Perangkat Lunak Pemetaan • Memiliki kemampuan mengolah data spasial dan non-
Detil Situasi spasial, menggambar grafis, menganalisa data spasial,
menampung database, dan dapat dikonversi dalam
format grafis lainnya.

Penyedia memiliki kesanggupan untuk menyediakan peralatan sebagaimana


tersebut di atas yang dinyatakan dengan:

• Untuk perangkat milik sendiri: bukti kepemilikan yang sah;

• Untuk perangkat sewa: surat dukungan dari penyedia perangkat.


Software-software sebagaimana disebutkan dalam Tabel 2 di atas berupa software
yang memiliki lisensi berbayar katagori/jenis lisensi perusahaan (corporate license)
yang dibuktikan dengan sertifikat lisensi, kecuali software untuk digitasi.
Adapun jumlah unit peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini adalah
sebagaimana tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Peralatan yang Dibutuhkan

No. Rincian peralatan Jumlah


1 Komputer Desktop 3 unit

2 Printer A-3 3 unit

3 Printer A-4 3 unit

4 Kamera Digital 5 unit

5 GPS Handheld 20 unit

6 GNSS 20 unit

9
Pelaksana kegiatan yang bersifat kontraktual ini adalah perusahaan/badan
hukum penyedia jasa konsultan di bidang survei dan pemetaan, tenaga pelaksana
pekerjaan harus memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 4. Spesifikasi dan Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No. Tenaga Pendidikan Pengalaman Jml Tugas


Teknis (orang)
A.1 Team Leader S2 Geodesi/ 3 Tahun di 1 - Melakukan koordinasi dengan tim
Geografi bidang teknis, instansi terkait dan
dengan manajemen/ koordinator kegiatan;
Sertipikat survei - Melakukan pelaporan progres
GIS/ Terestris pengukuran pekerjaan kepada tim teknis berkala
atau SKB dan pemetaan (mingguan dan bulanan);
- Bertanggung jawab dan mengawasi
secara penuh (menetap di lokasi
pekerjaan) terhadap seluruh
tahapan pekerjaan dan hasil akhir
yang diserahkan.
A.2 Koordinator S1 Geodesi 2 Tahun di 1 - Bertanggung jawab dan
Pengukuran dengan bidang survei berkoordinasi dengan instansi
Batas Sertipikat pengukuran terkait);
Kawasan GIS/ Terestris dan pemetaan - Bertanggung jawab terhadap
Hutan atau SKB keseluruhan pekerjaan pengukuran
batas kawasan hutan di lapangan,
dari persiapan sampai dengan
pengukuran batas kawasan hutan;
- Bertanggung jawab terhadap
pengisian formulir ukur dan
pembuatan berita acara survei
pendahuluan dan hasil survei
pendahuluan;
- Bertanggung jawab dalam
melakukan koordinasi terhadap tim
kerja dan hasil pekerjaan
Pengukuran Batas Kawasan Hutan
mengunakan GNSS;
- Bertanggung jawab dalam
melakukan kontrol kualitas data
hasil Pengukuran Batas Kawasan
Hutan mengunakan GNSS.
A.3 Koordinator S1 Geodesi/ 2 Tahun di 1 - Bertanggung jawab dalam
Pengolah Geografi bidang survei melakukan pengolahan data hasil
Data dengan pengukuran pekerjaan Pengukuran Batas
Sertipikat dan pemetaan Kawasan Hutan dalam Koordinat
GIS/ Terestris Geografis, UTM dan TM3, yang
atau SKB terikat dalam SRGI 2013 atau
DGN95;
- Bertanggung jawab dalam
penyimpanan hasil pengolahan
Raw data pengukuran;

10
No. Tenaga Pendidikan Pengalaman Jml Tugas
Teknis (orang)
- Bertanggung jawab dalam
pengerjaan Peta Situasi Batas
Kawasan Hutan dalam bentuk
digital dalam format shapefile
(*.shp);
- Bertanggung jawab dalam
melakukan kontrol kualitas data
hasil pengolahan dalam data
Koordinat yang telah ditentukan,
raw data, dan pengerjaan Peta
Situasi Batas Kawasan dalam
format shapefile (*.shp) dan format
geodatabase (*.gdb) yang sudah
dilakukan proses Topologi.
- Bertanggung jawab terhadap
penyimpanan hasil pekerjaan
sesuai ketentuan folderisasi.
A.4 Surveyor SMA/SMK/ D3 1 Tahun di 20 Melakukan pekerjaan:
bidang survei - Melakukan Pengukuran Batas
pengukuran Kawasan Hutan dengan
dan pemetaan menggunakan GNSS;
- Download data GNSS;
- Menentukan koordinat base;
- Menandatangani Berita Acara
Survei Pendahuluan dan Berita
Acara Hasil Survei Pendahuluan,
serta Formulir Ukur.
A.5 Operator SMA/SMK/ 1 Tahun di 20 - Menyiapkan peta kerja
D3 bidang survei - Membuat jadwal rencana kegiatan
pengukuran lapangan sampai pelaporan
dan pemetaan - Pengolahan Hasil Pengukuran
Batas Kawasan Hutan dan
Pemetaan Situasi
- Pembuatan Peta Situasi Situasi
Batas Kawasan secara digital.
A.6 Administrasi SMA/ SMK/ 1 Membuat Laporan Pelaksanaan
D3 Pekerjaan:
- Pendahuluan
- Bulanan
- Akhir
- Mengelola administasi proyek.
A.7 Tenaga Lokal - - 40 Membantu dan mendampingi
surveyor dalam upaya memperlancar
dan mempercepat proses
pengambilan dan pengumpulan data
lapangan.

11
E. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Ketentuan Pelaksana Pekerjaan
a. Penyedia Jasa wajib memiliki pengalaman:

• Penyediaan jasa pada divisi yang sama (pekerjaan pengukuran dan pemetaan)
paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir baik
di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

• Penyedia jasa sekurang-kurangnya dalam kelompok/ grup yang sama paling


kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak; dan

• Nilai pekerjaan sejenis (pekerjaan pengukuran dan pemetaan) tertinggi dalam


kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir untuk usaha non kecil paling kurang
sama dengan 50% (lima puluh persen) nilai total HPS/ Pagu Anggaran.
b. Dalam rangka memberikan informasi dan data terkait batas kawasan hutan, serta
penunjukan batas kawasan hutan pada tahapan survei pendahuluan diperlukan
petugas pendamping yang berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten, Pengelola
Hutan, dan dari desa.
c. Dalam rangka pelaksanaan kendali mutu dan pengawasan kegiatan, penyedia wajib
menetapkan/menunjuk Team Leader, Koordinator Pengukuran Batas Kawasan
Hutan, dan Koordinator Pengolah Data.
d. Penyedia Jasa menyertakan jadwal penugasan personil dengan ketentuan sebagai
berikut:

• Tidak diperbolehkan menggunakan personil yang sama dalam tahapan pekerjaan


berbeda yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.

• Personil yang sama dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan pekerjaan yang
berbeda dengan syarat tidak dilaksanakan pada waktu bersamaan (paralel),
sepanjang personil yang bersangkutan memiliki kompetensi yang dibutuhkan
untuk tahapan tersebut.

2. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang. Kontrol kualitas
dimaksudkan untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan.
Kontrol kualitas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis yang ditetapkan. Kontrol Kualitas internal dilakukan oleh
Team Leader. Team Leader bertanggung-jawab terhadap kualitas data yang dilakukan
oleh operator dan berhak untuk memerintahkan operator untuk mengulangi atau
memperbaiki kesalahan apabila data belum memenuhi kualitas yang ditetapkan;

b. Proses kontrol kualitas dilaksanakan secara parsial tanpa menunggu hasil pada
satu tahapan pekerjaan;
c. Pelaksana pekerjaan harus berperan aktif dalam menjalankan proses Kontrol Kualitas
internal disetiap tahapan pekerjaan sebelum diserahkan kepada Tim Pengawas Teknis
dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan diakhir pekerjaan. Setiap tahapan pekerjaan

12
dilakukan Kontrol Kualitas dimulai dari sebelum akuisisi data sampai dengan
pengecekan akhir hasil pemrosesan data. Hasil dari Kontrol Kualitas ini untuk
memutuskan apakah pelaksana perlu mengulang pekerjaan di suatu tahapan untuk
memperbaiki kualitas data;
d. Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen Kontrol Kualitas untuk
diserahkan kepada Pemberi Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan;
e. Hasil Kontrol Kualitas yang dilakukan oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan
Pemetaan Pertanahan dan Ruang dituangkan dalam dokumen Kontrol Kualitas berikut
catatan untuk perbaikan apabila ada.

3. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dan kesesuaian
terhadap jadwal dan kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan. Monitoring dan evaluasi
dilaksanakan secara internal oleh tim pelaksana dari Penyedia Jasa maupun oleh Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang.
Penyedia Jasa wajib melaksanakan monitoring dan evaluasi secara internal dan
berkala selama pelaksanaan pekerjaan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Team Leader melaksanakan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan
pekerjaan sekurang-kurangnya selama satu kali setiap bulan.
b. Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan dan Koordinator Pengolahan Data
melaksanakan monitoring dan evaluasi internal terhadap pelaksanaan pekerjaan
sekurang-kurangnya selama satu kali setiap minggu.
c. Apabila diperlukan, kegiatan monitoring dan evaluasi internal dapat melibatkan Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang.
d. Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang akan
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan sekurang-
kurangnya selama satu kali dalam satu bulan.
e. Kegiatan monitoring dan evaluasi baik yang dilaksanakan secara internal oleh Penyedia
Jasa maupun oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan
Ruang dicatat dalam laporan hasil monitoring evaluasi dan dilampirkan check list;
f. Laporan kegiatan monitoring dan evaluasi harus didokumentasikan dengan baik. Tim
Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang sewaktu-waktu
dapat meminta seluruh notulensi untuk dilakukan pemeriksaan;
g. Tim Pengawas Teknis Dirjen Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang dapat
memberikan teguran apabila Penyedia Jasa lalai dalam melaksanakan monitoring dan
evaluasi terkait pelaksanaan pekerjaan.
Monitoring dan evaluasi mencakup beberapa hal, antara lain:
a. Kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai;
b. Kendala yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan;
c. Solusi bagi setiap kendala yang timbul;
d. Rencana pelaksanaan pada periode selanjutnya;
e. Strategi percepatan pencapaian target apabila terjadi keterlambatan dari jadwal
pelaksanaan yang ditetapkan.

13
F. Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
Laporan yang dibuat adalah laporan pendahuluan, laporan bulanan, dan laporan akhir,
yang dilengkapi dengan kurva S dibuat rangkap 3 (tiga). Satu rangkap laporan (pendahuluan,
bulanan, akhir) wajib dimasukkan dalam box penyerahan barang/hasil.

1. Laporan Pendahuluan
Secara garis besar isi dari laporan pendahuluan sekurang-kurangnya menguraikan
mengenai:
a. Persiapan pelaksanaan Pekerjaan yang mencantumkan deskripsi wilayah kerja
(topografi, aksesibilitas, dan hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang
pelaksanaan pekerjaan misalnya data/tabel tentang wilayah administrasi mengenai
jumlah, nama, dan sebagainya) dan perencanaan personil;
b. Identitas pekerjaan dan organisasi pelaksana;
c. Metode, Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan;
d. Jadwal detil pelaksanaan;
e. Kurva-S rencana kemajuan pekerjaan;
f. Survei Pendahuluan dan Perencanaan Pengukuran Batas Kawasan Hutan;
g. Deskripsi metode, prosedur dan perangkat (lunak/keras) yang akan digunakan untuk
pelaksanaan survei Pendahuluan, dan pengolahan data GNSS.
2. Laporan Bulanan
Penyedia harus membuat laporan bulanan mengenai kemajuan pelaksanaan
pekerjaan setiap bulan paling lambat hari ke lima pada bulan berikutnya. Laporan tersebut
dimulai sejak tanggal penandatanganan kontrak. Untuk keadaan-keadaan tertentu,
Pengawas Teknis berhak untuk meminta laporan kemajuan diluar waktu yang telah
ditetapkan diatas.

3. Laporan Akhir
Pada akhir pekerjaan perusahaan harus membuat laporan akhir yang memuat
secara lengkap setiap tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Pembuatan
Peta Batas Kawasan Hutan di Wonosalam, terdiri dari:
a. Laporan pelaksanaan dibuat 2 (dua) rangkap, yang menguraikan:

1) Organisasi pelaksana;

2) Metode, peralatan dan prosedur pelaksanaan;


Pada prosedur pelaksaan tiap tahap kegiatan, wajib diuraikan langkah-langkah
pengerjaan yang dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi.

3) Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan pekerjaan baik teknis maupun non
teknis, berikut langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan kendala
tersebut;

4) Mekanisme kontrol kualitas yang dilaksanakan dengan melampirkan:

• Hasil analisis terhadap hasil pengolahan data survei GNSS yang dihasilkan
baik segi kualitas raw data ataupun ketelitian data yang dihasilkan.

14
• Buku kendali, yang berisi konsultasi pelaksana dengan pengawas teknik
(saran, rekomendasi).
• Hasil supervisi internal.

b. Laporan Administrasi dibuat 2 (dua) rangkap, yang berisi absensi kehadiran pelaksana
kegiatan, pertanggungjawaban setiap item kegiatan disertai bukti-bukti pengeluaran.

G. Produk Yang Dihasilkan


1. Data Pengukuran
Rincian hasil pengamatan yang diserahkan dalam folder RAWDATA:
a. Data digital Titik Ikat Utama dan Titik Ikat Bantu dalam subfolder_DATA TITIK IKAT:

• data format RINEX (Receiver Independent Exchange) untuk keseluruhan hasil


perekaman receiver setiap Titik Ikat Bantu;

• Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls);

• File report pengolahan dalam format digital (*.pdf).


b. Data digital dalam subfolder_DATA PATOK PERAPATAN BATAS SEMENTARA:

• Data hasil pengamatan setiap Patok Perapatan Batas Sementara (dalam format
*.GPX);

• Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls);
c. Data digital dalam subfolder_DATA PATOK PERAPATAN BATAS:

• Data format RINEX (Receiver Independent Exchange) atau data dalam format
*.CSV pada metode RTK untuk keseluruhan hasil perekaman receiver setiap Patok
Perapatan Batas Hasil Pengukuran Batas Kawasan Hutan;

• Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls);

• File report pengolahan dalam format digital (*.pdf)


d. Data Digital Pengukuran Detil Situasi disimpan dalam subfolder_PENGUKURAN
DETIL SITUASI;
e. Dokumentasi pemasangan Patok Perapatan Batas Hasil Pengukuran Batas Kawasan
Hutan dan Titik Ikat, disimpan dalam subfolder_PEMASANGAN PATOK PERAPATAN
BATAS;

2. Peta Digital
Peta digital hasil pekerjaan yang diserahkan harus disimpan dan disusun berurutan
dalam folder PETA DIGITALseperti dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:

• Sistem koordinat Geografis, UTM dan TM3 dalam sistem SRGI2013 dan DGN95 dengan
format shapefile (*.shp), geodatabase (*.gdb) dan AutoCad (*.dwg);

• Penggunaan tools snaping dalam penggambaran patok PPBK dengan garis trayek
pengukuran supaya garis trayek tepat pada patok PPBK;

15
• Layout 1:5.000 kartografis disesuaikan dengan template dari pemberi kerja dalam
format digital (*.pdf) (gambar terlampir);

• Project disimpan dalam format Map Package (*.mpk).

3. Pelaporan
a. Laporan lengkap digital (*.pdf), disimpan dalam folder LAPORAN, kemudian laporan
dicetak dalam bentuk hardcopy. Adapun isi folder LAPORAN:
1) Laporan Pendahuluan
2) Laporan Bulanan;
3) Laporan Akhir.
b. Berita Acara hasil survei pendahuluan yang ditandatangani oleh instansi terkait dalam
bentuk digital (*.pdf) disimpan dalam folder BERITA ACARA;
c. Formulir Ukur survei pendahuluan yang ditandangani oleh instansi terkait dalam
bentuk digital (*.pdf) disimpan dalam folder FORMULIR UKUR;
d. Seluruh hasil digital pekerjaan disimpan dalam bentuk harddisk external untuk
diserahkan kepada Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan dan
Ruang sebanyak 3 (tiga) set yang diberi label sebagai berikut:
1) Nama paket dan identitas pelaksana;
2) Manajemen penyimpanan file didalam harddisk external terdiri dari:
• Folder RAWDATA;
• Folder PETADIGITAL;
• Folder LAPORAN;
• Folder BERITA ACARA;
• Folder FORMULIR UKUR.

H. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah 65 hari, sebagaimana
berikut:
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
di Hutan Wonosalam

Jumlah PEMBUATAN PETA SITUASI BATAS KAWASAN HUTAN DI WONOSALAM, JAWA TIMUR
No Tahapan
(Hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65

1 PERSIAPAN 7
2 PERENCANAAN PENGUKURAN BATAS KAWASAN HUTAN DAN DETIL SITUASI 10
3 PENGUKURAN BATAS KAWASAN HUTAN DAN DETIL SITUASI 38
4 PENGOLAHAN DATA SITUASI 3
5 PELAPORAN 7
Jumlah Total Hari 65

I. Anggaran Pembiayaan
Pekerjaan ini akan dibiayai dengan DIPA Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan
Pertanahan dan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Tahun Anggaran 2021
DIPA Nomor DIPA-056.04.1352410/2021 tanggal 23 November 2020
sebesar Rp 1.921.017.000,-

16
J. Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan adalah 90 hari kalender dihitung sejak tanggal penyelesaian pekerjaan.

Jakarta, Januari 2021

Pejabat Pembuat Komitmen Direktur Pengukuran dan Pemetaan Dasar


Kegiatan Pengelolaan Infrastruktur Dasar Pertanahan dan Ruang,
Geospasial Tematik Pertanahan dan Ruang
Sumber Dana Rupiah Murni (RM) dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Hary Susetyo, ST Ir. R Agus Wahyudi K, M. Eng.Sc


NIP. 19770904 200212 1 003 NIP. 19640810 199103 1 001

17
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Pembuatan Peta Batas Kawasan di Hutan Wonosalam

Lampiran 2. Ilutrasi Patok Perapatan Batas Sementara

Spesifikasi :

Bahan : Kayu reng / sejenisnya

Ukuran : 3x4x50 cm

18
Lampiran 3. Ilustrasi Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan

Lampiran 4. Ilustrasi Cutting Stiker

Sticker Kuning di atas


warna dasar Biru

19
Lampiran 5. Template Output Peta Situasi Batas Kawasan Hutan

20
Lampiran 6. Template Berita Acara Hasil Survei Pendahuluan

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL
SURVEI DAN PEMETAAN PERTANAHAN DAN RUANG
Jalan Kuningan Barat I No.1 Mampang Prapatan Jakarta Selatan 12710 Telp. 021-5202328 email : ditjen.infrastruktur@atrbpn.go.id

BERITA ACARA HASIL SURVEI PENDAHULUAN


PENGUKURAN BATAS KAWASAN HUTAN DI ……..
PROVINSI ……..

Pada hari ini ……. tanggal …… Bulan ……. Tahun ……. berikut ini adalah tim survei
pendahuluan Pengukuran Batas Kawasan Hutan di Kawasan Hutan……….. yang terdiri dari:
1. Kantor Wilayah BPN Provinsi ………/ Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota ………
2. BPKH/ Pengelola Kawasan …………...
3. Team Leader/ Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan PT ……………
4. Surveyor PT………………
5. Desa/Kelurahan di Kabupaten ………
telah melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan survei pendahuluan (joint survey) Pengukuran
Batas Kawasan Hutan dengan baik, di Kawasan Hutan ………………. mulai (tanggal/ bulan/
tahun) sampai tanggal (tanggal/ bulan/ tahun) seluas ……. Ha dengan Panjang perimeter ……
Km, yang terletak di Kabupaten ……….. dengan Nomor SK ………….
Adapun hasil dari Survei Pendahuluan ini adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi Pal existing kehutanan adalah sebanyak ……. buah dengan rincian sebagai
berikut:
a. Kondisi baik : ............ buah
b. Kondisi rusak : ............ buah
c. Kondisi hilang : ............ buah
2. Tim survei pendahuluan telah melaksanakan survei dan pemasangan Patok Perapatan Batas
Kawasan Hutan Sementara di sepanjang batas kawasan hutan dengan Areal Penggunaan
Lain (APL) sebanyak …….. patok;
3. Sesuai hasil kesepakatan, terdapat …… Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan, yang tidak
dapat dipasang hal ini dikarenakan sebagai berikut:
a. ………………………………….
b. ………………………………….
c. ………………………………….
Demikian Berita Acara ini dibuat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

21
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Tim Survei Pendahuluan Jabatan Tanda Tangan

Kantor Wilayah BPN Provinsi….. / Kantor Pertanahan Kabupaten/ Kota ………

1…………………………. 1

2………………………… 2

BPKH/ Pengelola Kawasan…..

1. …………………… 1

2. .…………………… 2

Team Leader/ Koordinator Pengukuran Batas Kawasan Hutan PT……

1. …………………. 1

2. …………………. 2

Surveyor PT….

1. …………………… 1

2. .…………………… 2

Desa/ Kelurahan

1. ………… 1

2. ………… 2

22
Lampiran 7. Template Formulir Survei Pendahuluan Pal Eksisting Kehutanan

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL SURVEI DAN PEMETAAN
PERTANAHAN DAN RUANG
Lampiran 8. Template Formulir Jalan
Survei Pendahuluan
Kuningan Barat I Pal Eksisting
Nomor Hutan
1 Jakarta Selatan 12710
Telp. 021-5202328, Website : www.bpn.go.id

FORMULIR SURVEI PENDAHULUAN PENGUKURAN BATAS KAWASAN HUTAN


PAL KEHUTANAN
Kawasan Hutan :
Desa :
Hari, Tanggal : Nomor Patok:

Koordinat Awal Koordinat Hasil Survey Kondisi


X Y X Y
Baik/ Rusak/ Hilang
SKETSA

Catatan:

Nama Titik :
Koordinat Awal Koordinat Hasil Survey
Kondisi
X Y X Y
Baik/Rusak/Hilang
SKETSA

Catatan :

Tanda Tangan Tim Survei Pendahuluan :

Surveyor BPKH/Pengelola Kawasan Desa/Kelurahan/Masyarakat

23
Lampiran 8. Template Formulir Survei Pendahuluan Patok Perapatan Batas Kawasan Hutan

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL SURVEI DAN PEMETAAN
PERTANAHAN DAN RUANG
Lampiran 8. Template Formulir Jalan
Survei Pendahuluan
Kuningan Barat I Pal Eksisting
Nomor Hutan
1 Jakarta Selatan 12710
Telp. 021-5202328, Website : www.bpn.go.id

FORMULIR SURVEI PENDAHULUAN PENGUKURAN BATAS KAWASAN HUTAN


PAL KEHUTANAN
Kawasan Hutan :
Desa :
Hari, Tanggal : Nomor Patok:

Koordinat Awal Koordinat Hasil Survey


X Y X Y
Baik/ Rusak/ Hilang
SKETSA

Catatan:

Nama Titik :
Koordinat Awal Koordinat Hasil Survey
X Y X Y

SKETSA

Catatan :

Tanda Tangan Tim Survei Pendahuluan :

Surveyor BPKH/Pengelola Kawasan Desa/Kelurahan/Masyarakat

24

Anda mungkin juga menyukai