Dosen Pembimbing :
Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh:
Neisya Nabila Pawestri 132013143105
Soura Kristiani Tarigan 132013143106
Moh. Thoriq Hidayatullah 132013143102
Fajrinandetya Paramita 132013143108
Gita Aula Tribuana 132013143109
utuh dan bukan tidak adanya penyakit/ kelemahan dalam segala hal yang
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial
yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/ kecacatan dalam segala aspek yang
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan suatu
tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomyoma uteri/ uterine fibroid.
Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditumakan pada traktus
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering
ditemukan pada wanita mullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita
kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita
mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi sebanyak 65%, paritas multipara
sebanyak 47%, dengan usia menarche normal sebanyak 95% dan status haid tidak
benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada myometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormone estrogen
terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa
perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul
yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung (Manuba, 2009).
Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering dialami oleh wanita
besar, pelebaran pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa penderita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan mioma
uteri bervariasi tergantung pada umur ibu/ penderita, jumlah anak yang dimiliki,
lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah
(Manuaba, 2009).
dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri. Usaha ini memerlukan
strategi/ metode perawatan yang tepat dan dapat dipahami dan dilakukan pasien itu
sendiri serta tujuan yang diharapkan tercapai. Berdasarkan uraian diatas penulis
Masih rendahnya awareness/ kewaspadaan mengenai penyakit mioma uteri pada ibu
sehingga hanya beberapa ibu yang melakukan pemeriksaan ginekologi secara rutin
agar terhindari dari penyakit mioma uteri dan kurangnya informasi yang didapatkan
oleh ibu menyebabkan ibu menjadi telat penanganan sehingga mudah terjadi
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
uteri
1.4.1. Praktis
Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dan sarana pelayanan
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul. Yang
berasal dari jaringan otot polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama pada wanita yang menopause. Tumor ini biasa juga disebut
fibromioma uteri, leimioma uteri/ uterine fibroid. Walaupun tidak sering, disfungsi
tumbuh
tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu
myometrium.
2. Mioma subserosa: mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling
luar, yaitu serosa dan tumbuh kearah rongga peritoneum. Jenis mioma ini
bertangkai/ memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-
3. Mioma submucosa: mioma yang tubuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai/ berdasarkan
lebar.
2.3 Etiologi Mioma Uteri
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
2. Faktor risiko:
1) Usia penderita: 20% pada wanita usia reproduksi, 40-50% pada wanita lebih
menstruasi
5. Infertilitas
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poluri, retensi urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam myometrium
uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada
satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri makan korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
dan keadaan dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT-Scan/
MRI.
3. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah untuk menilai kadar
1. Penatalaksanaan konservatif
2. Penanganan operatif
disingkirkan
anak lagi dan pada penderita yang memiliki mioma yang simtomatik.
2.8. WOC Myoma Uteri
Reseptor estrogen ↑
Myoma Uteri
MK: Gangguan
Eliminasi
Urine(D.0040)
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
a. Usia: Pasien dengan Myoma uteri paling banyak menyerang pada usia >40
tahun
Myoma Uteri
5) Pemeriksaan Fisik
e. Ekstremitas: nampak lemah, CRT >2 detik, kulit nampak pucat, frekuensi
nadi meningkat
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri,
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri,
- Meringis menurun
Observasi
Terapeutik
3. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Kolaborasi
- Pucat menurun
Observasi
Terapeutik
Edukasi
hilangnya rasa)
Kolaborasi
- Urgensi menurun
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Sehari sebelum dibawa ke RS klien merasakan nyeri yang sangat hebat di perut bagian
bawah sehingga membuat klien sulit untuk bangun dan bergerak. Awalnya klien
Riwayat Obstetri MenstruasiRiwayat
Keterangan:
: Meninggal
Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: tinggal dalam 1
leherKepalaiObservas
Keadaan umum: lelah, gelisah Kesadaran: Composmentis
Berat badan: 68 kg ; Tinggi badan: 158 cm IMT: 27,23kg/m2 (BB berlebih)
Tanda Vital: TD: 130/90mmHg ; Nadi: 120 x/mnt ; Suhu: 370C ; RR: 20x/mnt
CRT: 1 detik ; Akral: dingin ; GCS: E: 4 V:5 M:6
Rambut: Hitam bersih
Mata: konjungtiva ananemis; Sklera normal; Pupil Isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: normal
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: normal
Dada
Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: miometrium
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: 6x/menit ; Nyeri tekan: ada
Luka: Tidak ada ; Lain-lain: pasien mengatakan sulit untuk bangun dan bergerak
Keputihan: - ; Perdarahan: _tidak ada
kakiTangan dan Genitalia
Kelompok B4.5
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit bergerak, gerakan terbatas
(D.0054)
Rencana (Intervensi)
Tanggal Diagnosa Keperawatan (P-E-S) Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
26/01/202 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Saat nyeri dirasakan, pada
1 fisiologis (neoplasma) d.d keperawatan selama 8 jam Observasi pasien akan timbul respon nyeri
mengeluh nyeri, tampak meringis, diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi respon nyeri non non verbal
frekuensi nadi meningkat menurun, dengan verbal 2. Menurunkan faktor yang
(D.0077) KH: Tingkat Nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan
(L.08066) memperberat dan memperingan meningkatkan faktor yang
- Mengeluh nyeri menurun nyeri meringankan nyeri
- Meringis menurun Terapeutik 3. Teknik Non farmakologis
- Frekuensi nadi membaik 3. Berikan teknik non- terbukti dapat digunakan
- Tekanan darah membaik farmakologis untuk mengurangi sebagai terapi tambahan yang
nyeri dapat menurunkan nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Istirahat dan tidur diperlukan
Edukasi untuk pemulihan tubuh
5. Anjurkan menggunakan 5. Penggunaan analgesik secara
analgesik secara tepat tepat dapat mencegah adanya
Kolaborasi efek samping akibat pemakaian
6. Kolaborasi pemberian analgetik obat dan meningkatkan
(Ibuprofen 3x500mg oral) kemungkinan pasien untuk
sembuh
26/01/202 Gangguan movilitas fisik b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi (I.05173) 1. Mengukur dan kemampuan
1 nyeri d.d mengeluh sulit bergerak, keperawatan selama 8 jam Observasi pasien dalam mobilisasi
gerakan terbatas (D.0054) diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi toleransi fisik 2. Bantuan mobilisasi akan
meningkat, dengan melakukan pergerakan diperlukan pasien untuk
KH: Mobilitas Fisik 2. Monitor kondisi umum selama memenuhi kebutuhan
(L.05042) melakukan mobilisasi mobilisasinya
- Keluhan Sulit bergerak Terapeutik 3. Keluarga merupakan orang
menurun 3. Fasilitasi melakukan pergerakan terdekat pasien yang dapat
- Gerakan terbatas 4. Libatkan keluarga untuk membantu mobilisasi
menurun membantu pasien dalam 4. Mobilisasi secara perlahan akan
meningkatkan pergerakan menurunkan kemungkinan
Edukasi cedera pada pasien
5. Anjurkan mobilisasi secara
perlahan
26/01/202 Ansietas b.d kekhawatiran Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Mengukur dan melihat
1 mengalami kegagalan d.d merasa keperawatan selama 8 jam Observasi kemampuan pasien dalam
khawatir, tampak gelisah, tampak diharapkan tingkat ansietas 1. Monitor tanda-tanda ansietas mobilisasi
tegang (D.0080) menurun, dengan Terapeutik 2. Bantuan mobilisasi akan
KH: Tingkat ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik diperlukan pasien untuk
(L.09093) untuk menumbuhkan memenuhi kebutuhan
- Verbalisasi khawatir kepercayaan mobilisasinya
akibat kondisi yang 3. Temani pasien untuk 3. Pasien dengan ansietas
dihadapi menurun mengurangi kecemasan membutuhkan dukungan baik
- Perilaku gelisah menurun 4. Pahami situasi yang membuat dari keluarga maupun
- Perilaku tegang menurum ansietas, dengarkan dengan lingkungannya
penuh perhatian 4. Dengan mendengarkan pasien,
Edukasi ansietas yang dirasakan pasien
5. Jelaskan prosedur, termasuk akan berkurang
sensasi yang mungkin dialami 5. Pengetahuan yang memumpuni
6. Anjurkan keluarga untuk tetap pasien akan mengurangi
bersama pasien ansietas pasien
Tumor merupakan suatu pembengkakan yang disebabkan oleh sekelompok sel-sel yang
tidak normal. Kelompok sel-sel tidak normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan atau
kanker. Apabila tumor hanya berkembang secara lokal, meskipun membesar tidak mempunyai
kemampuan menyebar ke tempat lain yang jauh letaknya, biasanya disebut dengan tumor jinak
(Faisal, 2005). Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk
otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri (Achdiat, 2004). Mioma uteri atau sering disebut
fibroid merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena
mutase genetik, kemudian berkembang akibat induksi hormone estrogen dan progesterone.
Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang mengenai usia pra-
pubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa menopause (Lubis, 2020). Penelitian
yang dilakukan Arifint et.al (2019) didapatkan bahwa usia terbanyak penderita mioma uteri
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk penanganan mioma uteri atau tumor jinak otot
rahim mencakup observasi, medikamentosa, dan pembedahan. Medika mentosa diberikan untuk
Sedangkan untuk pembedahan ada 2 jenis mancakup histerektomi dan miomektomi. Pilihan
operasi disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasien. Edukasi yang diberikan kepada pasien
yaitu selama tidak ada keluhan, pasien dianjurkan kontrol setiap 6 bulan. Jika telah menopause
dan tidak ada pertumbuhan tumor dalam satu tahun maka kontrol dianjurkan hanya jika muncul
gejala. Kehamilan dapat terjadi 4-6 bulan setelah penanganan. Kehamilan dapat berjalan lancar
namun 1/3 kasus mioma dapat menginduksi abortus dan premature (Lubis, 2020). Upaya
pencegahan dan pegendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan diet dan olah raga untuk
menjaga berat badan ideal untuk mengurangi faktor risiko obesitas yaitu perbanyak konsumsi
sayuran hijau atau buah dan tidak terlalu banyak konsumsi daging merah. Selain itu,
merencanakan kehamilan dan memberi ASI eksklusif. Merokok dan produk kecantikan dapat
Pengkajian awal dilakukan pada Nn. N (30 tahun dan belum menikah) pada tanggal 26
Januari 2021. Data umum klien didapatkan tampak gelisah, lelah dan kesadaran kompos mentis.
Klien adalah seorang wiraswasta dengan pendidikan terakgir SMA. Klien datang ke rumah sakit
dengan keluhan nyeri yang sangat hebat di perut bagian bawah sehingga membuat klien sulit
untuk bangun dan bergerak. Awalnya klien menyangka maag kambuh sehingga minum obat
maag dan Pereda nyeri. Namun nyeri tidak hilang. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD:
130/90 mmHg, Nadi: 120 x/menit, Suhu 37oC, RR: 20 x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan
BB: 68 kg, TB: 158, IMT: 27,23 kg/m2 (BB berlebih), terdapat pembesaran dan benjolan di area
myometrium dan pasien mengatakan cemas akan penyakitnya dan takut mengalami kegagalan
saat proses pengobatan. Dilakukan pemeriksaan darah Hb: 10 g/dL, Ht: 42%, Leukosit:
5x103/Ul, Trombosit: 150x103/Ul, dan hasil USG didapatkan myoma uteri ukuran diameter 17
cm. Rencana klien akan dilakukan myomektomi pada tanggan 2 Februari 2021.
gangguan mobilitas fisik dan ansietas. Masalah utama yang muncul pada Nn.N adalah nyeri akut.
Nyeri akut dapat terjadi karena terjadi proses peradangan yang disebabkan myoma uteri atau
tumor jinak di myometrium membesar dan menyebabkan pembesaran usus. Masalah nyeri akut
diangkat pada klien myoma uteri karena berhubungan dengan kondisi klien saat ini. Berdasarkan
penelitian Arifint et. al (2019) didapatkan bahwa sebagian besar keluhan utama yang dirasakan
pada klien myoma uteri adalah perut membesar dan nyeri perut. Nyeri bagian perut yang sangat
hebat menimbulkan rasa tidak nyaman dan kessulitan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya
pada klien dengan myoma uteri. Selain itu jika pembedahan tidak segera dilakukan akan
menyebabkan pertumbuhan myom yang terus menerus hingga perut semakin membesar dan
meradang, sehingga masalah utama yang ditemukan adalah nyeri akut yang berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis (neoplasma) sesuai dengan masalah yang terjadi pada kasus.
Rencana atau intervensi yang dilakukan adalah dengan manajemen nyeri. Tujuannya
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil mengeluh nyeri menurun, meringis menurun, frekuensi nadi
membaik (60-100 x/menit) dan tekanan darah membaik (110-130/70-90 mmHg). Intervensi yang
dapat dilakukan pada klien adalah identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang
dapat memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi
nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, anjurkan menggunakan analgesic secara tepat, dan kolaborasi
pemberian analgesic.
Masalah yang diangkat didasarkan pada harapan klien agar nyeri yang sangat pada bagian
perut yang dirasakan berkurang agar klien bisa beraktivitas seperti biasanya. Oleh karena itu,
selain penggunaan analgesik, klien juga diberikan teknik non-farmakologis yaitu pelatihan teknik
relaksasi napas dalam sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien. Menurut
Smelzer & Bare (2015), prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak
pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang
disebabkan oleh karena pemberian teknik relaksasi napas dalam, jika teknik relaksasi napas
dalam dilakukan dengan benar maka akan menimbulkan penurunan nyeri yang dirasakan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Mioma uteri merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomyoma uteri/ uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditumakan pada traktus genetalia wanita, terutama wanita sesudah produktif/ menopause
(Aspiani, 2017). Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan
rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga
pengkajian klien antara lain: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik dan ansietas. Masalah
utama yang muncul yaitu nyeri akut. Intervensi yang dilakukan khususnya pada kasus
klien adalah manajemen nyeri dengan pelatihan teknik relaksasi napas dalam sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien. Prinsip yang mendasari
penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang
5.2. Saran
manajemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien dengan mioma uteri
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup klien pula. Untuk pendidikan kesehatan
Achdiat, C.M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Apriyani, Yosi. (2013). Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma Uteri
di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebinanan. Vol. 2 No. 5
Arifint, et.al. (2019). Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. Manado: Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), Vol. 1, No. 3
Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Faisal, L.Y. (2005). Penyakit Kandungan: Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim dan Indung
Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Lubis, P.N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Bogor: Jurnal CDK-284, Vol. 47,
No. 3
Manuba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.