Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR KASUS KEPERAWATAN MATERNITAS

IBU DENGAN MIOMA UTERI


GINEKOLOGI

Dosen Pembimbing :
Retnayu Pradanie, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
Neisya Nabila Pawestri 132013143105
Soura Kristiani Tarigan 132013143106
Moh. Thoriq Hidayatullah 132013143102
Fajrinandetya Paramita 132013143108
Gita Aula Tribuana 132013143109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang

utuh dan bukan tidak adanya penyakit/ kelemahan dalam segala hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial

yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit/ kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Nugroho, 2012).

Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan suatu

tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan

ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomyoma uteri/ uterine fibroid.

Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditumakan pada traktus

genetalia wanita, terutama wanita sesudah produktif/ menopause (Aspiani, 2017).

Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2,39-11,7% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering

ditemukan pada wanita mullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita

kurang subur. Mioma uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita

berusia diatas 35 tahun (Aspiani, 2017). Menurut Apriyani faktor-faktor terjadinya

mioma uteri ada empat diantaranya usia reproduksi sebanyak 65%, paritas multipara

sebanyak 47%, dengan usia menarche normal sebanyak 95% dan status haid tidak

teratur sebanyak 52,5%.

Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifactorial. Mioma mulai dari

benih-benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada myometrium. Benih ini
tumbuh sangat lambat tetapi progresif dibawah pengaruh hormone estrogen

terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma menimbulkan gejala berupa

perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul

yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke punggung (Manuba, 2009).

Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering dialami oleh wanita

penderita mioma uteri. Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma

sehingga menekan organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus

besar, pelebaran pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran

dan penekanan mioma uteri terhadap saluran kemih.

Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan

tidak sadar bahwa penderita mengalami penyakit mioma uteri. Pengobatan mioma

uteri bervariasi tergantung pada umur ibu/ penderita, jumlah anak yang dimiliki,

lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah

melakukan operasi pengangkatan total/ sebagian, pemberian hormone dan radiasi

untuk menghilangkan fungsinya sehingga diharapkan dapat mengecilkan tumor

(Manuaba, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu usaha dalam

penanganan kesehatan pada penyakit mioma uteri untuk meningkatkan kemampuan

dan pemahaman serta kesehatan pada penderita mioma uteri. Usaha ini memerlukan

strategi/ metode perawatan yang tepat dan dapat dipahami dan dilakukan pasien itu

sendiri serta tujuan yang diharapkan tercapai. Berdasarkan uraian diatas penulis

menulis makalah Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Mioma Uteri di

Ruang Ginekologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2021.


1.2. Rumusan Masalah

Masih rendahnya awareness/ kewaspadaan mengenai penyakit mioma uteri pada ibu

sehingga hanya beberapa ibu yang melakukan pemeriksaan ginekologi secara rutin

agar terhindari dari penyakit mioma uteri dan kurangnya informasi yang didapatkan

oleh ibu menyebabkan ibu menjadi telat penanganan sehingga mudah terjadi

komplikasi hingga kematian.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan

keperawatan pada ibu dengan mioma uteri.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan klien dengan mioma

uteri

2. Menggambarkan intervensi keperawatan klien dengan mioma uteri

3. Menggambarkan hasil analisis intervensi keperawatan yang digunakan

untuk klien dengan mioma uteri

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Praktis

Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dan sarana pelayanan

kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan mioma uteri terkait intervensi yang dapat dilakukan terhadap

masalah prioritas yang ditemukan.


1.4.2. Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan khususnya

kelompok keilmuan maternitas agar dapat memberikan asuhan keperawatan

terkait pendidikan kesehatan kepada ibu dengan mioma uteri.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul. Yang

berasal dari jaringan otot polos dan jaringan ikat fibrous. Tumor jinak ini

merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia

wanita, terutama pada wanita yang menopause. Tumor ini biasa juga disebut

fibromioma uteri, leimioma uteri/ uterine fibroid. Walaupun tidak sering, disfungsi

reproduksi yang dikaitakan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan,

persalinan premature, dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

2.2 Klasifikasi Mioma Uteri

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka

tumbuh

1. Mioma Intramural: mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar

tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu

myometrium.

2. Mioma subserosa: mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling

luar, yaitu serosa dan tumbuh kearah rongga peritoneum. Jenis mioma ini

bertangkai/ memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-

jalan/ dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/ parasitic

fibroid. Ditemukan kedua terbanyak.

3. Mioma submucosa: mioma yang tubuh dari dinding uterus paling dalam

sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai/ berdasarkan

lebar.
2.3 Etiologi Mioma Uteri

Penyebab pasti belum diketahui, namun peningkatan reseptor estrogen-

progesteron pada jaringan mioma uteri mempengaruhi pertumbuhan tumor.

1. Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi. Kromosom yang

membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.

Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.

2. Faktor risiko:

1) Usia penderita: 20% pada wanita usia reproduksi, 40-50% pada wanita lebih

dari 40 tahu. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche. Sedangkan

pada wanita menopause ditemukan sebesar 10%.

2) Hormon endorgen: kosentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih

tinggi daripada jaringan myometrium normal.

3) Riwayat keluarga: wanita dengan garis keturunan mioma uteri memiliki

kemungkinan 2,5 kali.

4) IMT: obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri.

5) Makanan: makanan daging sapi, daging setengah matang dan babi

meningkatkan insiden mioma uteri.

6) Kehamilan: tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya

vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri.

7) Partus: mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita multipara.

2.4 Manifestasi Klinis Mioma Uteri

1. Perdarahan abnormal, berupa menorgia dan metroragia


2. Nyeri yang disertai nekrosis setempat dan peradangan nyeri terutama pada saat

menstruasi

3. Pembesaran perut bagian bawah

4. Uterus membesar merata

5. Infertilitas

6. Perdarahan setelah bersenggama

7. Dismenore

8. Abortus berulang

9. Poluri, retensi urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

2.5 Patofisiologi Mioma Uteri

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam myometrium

dan lambat laut membesar karena pertumbuhan itu myometrium mendesak

menyusun semacam pseudokapsula/ sampai semua mengelilingi tumor didalam

uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada

satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri makan korpus ini tampak

bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat

menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas

sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).

2.6 Pemeriksaan Penunjang Mioma Uteri

1. USG: untuk menentukan jenis tumor, lokasi tumor, keterbatasan endometrium

dan keadaan dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT-Scan/

MRI.

2. Laparoskopi: untuk mengevaluasi massa pada pelvis.

3. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah untuk menilai kadar

haemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.


4. Tes kehamilan: untuk tes hormone chorionic gonadotropin, karena bisa

membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh

kehamilan/ oleh karena adanya suatu mioma uteri.

2.7 Penatalaksanaan Mioma Uteri

1. Penatalaksanaan konservatif

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.

2) Monitor keadaan Hb.

3) Pemberian zat besi

4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma

2. Penanganan operatif

1) Miomektomi: wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain

disingkirkan

2) Histerektomi: bila wanita dengan mioma uteri sudah tidak menginginkan

anak lagi dan pada penderita yang memiliki mioma yang simtomatik.
2.8. WOC Myoma Uteri

Faktor hormonal, usia,


paritas, herediter, obesitas

Reseptor estrogen ↑

Hyperplasia sel imatur (otot polos & jaringan ikat)

Myoma Uteri

Myoma Intramural Myoma Submukosa Myoma Subserosa

Tumbuh di dinding uterus Tumbuh di bawah Tumbuh ke luar rongga


endometrium & menonjol ke uterus
dalam rongga uterus

Muncul tanda dan gejala

Perdarahan Pembesaran uterus

Penurunan Gangguan Kurang Sirkulasi darah Menekan organ


suplai darah hematologi pengetahuan terganggu di sekitarnya

MK: Perfusi Leukosit Cemas, Nekrosis Kandung Rectum


Perifer Tidak , Hb ↓ tegang, gelisah kemih
Efektif(D.000
9) Peradangan Susah untuk
Sistem imun MK: Kapasitas BAB
tubuh ↓ Ansietas(D. kandung
0080) MK: Nyeri kemih ↓
Akut(D.00 MK:
MK: Risiko 77) Konstipasi(
Infeksi(D.01 Urgensi D.0049)
42)

MK: Gangguan
Eliminasi
Urine(D.0040)
2.9. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1) Identitas Pasien

a. Usia: Pasien dengan Myoma uteri paling banyak menyerang pada usia >40

tahun

b. Jenis Kelamin: Perempuan

2) Keluhan Utama: Nyeri hebat pada perut bagian bawah, perdarahan

abnormal saat haid

3) Riwayat Kesehatan Lalu: Menopause, Disminorhea, Obesitas, Hamil

4) Riwayat Penyakit Keluarga: Keturunan dari keluarga yang mengidap

Myoma Uteri

5) Pemeriksaan Fisik

a. Kepala dan leher: Dalam batas normal, konjungtiva anemis

b. Dada: Pergerakan dada normal, tidak sesak, suara nafas vesikuler

c. Abdomen: adanya nyeri pada perut bagian bawah (uterus), terjadi

pembesaran pada uterus

d. Ginekologi: usia menarche, menopause, riwayat operasi, perdarahan

e. Ekstremitas: nampak lemah, CRT >2 detik, kulit nampak pucat, frekuensi

nadi meningkat

f. Genetalia: adanya urgensi dan perasaan berkemih yang tidak tuntas

6) Personal Hygiene: kebersihan diri dan genetalia

7) Persepsi klien terhadap penyakitnya: Cemas


8) Pemeriksaan penunjang: Hasil USG menunjukkan adanya myoma uteri

B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri,

tampak meringis, frekuensi nadi meningkat (D.0077)

2) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d

CRT >2 detik, kulit pucat (D. 0009)

3) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d

urgensi, sering BAK, berkemih tidak tuntas

C. Rencana Intervensi Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri,

tampak meringis, frekuensi nadi meningkat (D.0077)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 jam diharapkan

tingkat nyeri menurun, dengan

KH: Tingkat Nyeri (L. 8066)

- Mengeluh nyeri menurun

- Meringis menurun

- Frekuensi nadi membaik

- Tekanan darah membaik

Intervensi: Manajemen Nyeri (I. 08238)

Observasi

1. Identifikasi respon nyeri non verbal

2. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik
3. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri

4. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

5. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

Kolaborasi

6. Kolaborasi pemberian analgetik

2) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d

CRT >2 detik, kulit pucat (D. 0009)

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 jam diharapkan

perfusi perifer meningkat, dengan

KH: Perfusi Perifer (L.02011)

- Pucat menurun

- Pengisian kapiler membaik

Intervensi: Perawatan Sirkulasi (I.02079)

Observasi

1. Periksa sirkulasi perifer

Terapeutik

2. Lakukan hidrasi sesuai kebutuhan pasien

Edukasi

3. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi

4. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (nyeri,

hilangnya rasa)

Kolaborasi

5. Kolaborasi pemberian produk darah


3) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d

urgensi, sering BAK, berkemih tidak tuntas

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 jam diharapkan

eliminasi urine membaik, dengan

KH: Eliminasi Urine (L.04034)

- Urgensi menurun

- Frekuensi BAK membaik

- Berkemih tidak tuntas menurun

Intervensi: Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)

Observasi

1. Identifikasi faktor yang menyebabkan urgensi

2. Monitor eliminasi urine

Terapeutik

3. Catat waktu luaran berkemih

Edukasi

4. Anjurkan minum yang cukup


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal: 26 Januari 2021 Jam : 08.00


Tanggal MRS : 26 Januari 2021 No. RM : 12.34.xx
Ruang/Kelas : Ginekologi / I Dx. Medis: Myoma Uteri

Nama Ibu: Nn.N Nama Suami: - Ke: -


Sakit danRiwayat Identitas

Umur: 30 tahun Umur: -


Agama: Islam Agama: -
Pendidikan: SMA Pendidikan: -
Pekerjaan: Wiraswasta Pekerjaan: -
Keluhan Utama: Nyeri pada perut bagian bawah

Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum (coret yang tidak perlu) saat ini:
Sehari sebelum dibawa ke RS klien merasakan nyeri yang sangat hebat di perut bagian
bawah sehingga membuat klien sulit untuk bangun dan bergerak. Awalnya klien
Riwayat Obstetri MenstruasiRiwayat

Menarche: 13 tahun Siklus: 28 hari


Banyaknya: 8 pembalut/hari Lama: 8 hari
HPHT: - Dismenorhea: sering terjadi
Usia Kehamilan: - Taksiran Partus: -
Lain-lain: tidak ada
G....P.................
Jenis KB/
Hami Usia Penyuli Usia anak
persalina Penolong BB/PB Jenis/
l ke- kehamilan t saat ini
n Lama
- - - - - - - -

Keterangan:
: Meninggal
Genogram

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: tinggal dalam 1
leherKepalaiObservas
Keadaan umum: lelah, gelisah Kesadaran: Composmentis
Berat badan: 68 kg ; Tinggi badan: 158 cm IMT: 27,23kg/m2 (BB berlebih)
Tanda Vital: TD: 130/90mmHg ; Nadi: 120 x/mnt ; Suhu: 370C ; RR: 20x/mnt
CRT: 1 detik ; Akral: dingin ; GCS: E: 4 V:5 M:6
Rambut: Hitam bersih
Mata: konjungtiva ananemis; Sklera normal; Pupil Isokor
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: normal
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: normal
Dada

Jantung: Irama: Reguler ; S1/S2: normal ; Nyeri dada: Tidak ada


Bunyi: normal / murmur / gallop ;
dan
(Thoraks

Nafas: Suara nafas: vesikuler / wheezing / stridor / Ronchi, Keterangan:


Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan:
(AbdomePerut

 Ginekologi:
Pembesaran: ada / tidak ; benjolan: ada / tidak , area: miometrium
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: 6x/menit ; Nyeri tekan: ada
Luka: Tidak ada ; Lain-lain: pasien mengatakan sulit untuk bangun dan bergerak
Keputihan: - ; Perdarahan: _tidak ada
kakiTangan dan Genitalia

Laserasi: tidak ada ; VT: Ø ____________; eff: ___________


Miksi: 6x/hari; Defekasi: 1x/hari
Lain-lain: tidak ada
Kemampuan pergerakan: bebas / terbatas ; Kekuatan otot: 5/5/5/5
Refleks: Patella ____ ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____
Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan: Normal
Edema: Tidak ada ; Luka: -
Lain-lain: Tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Aspek Sebelum Sesudah


hamil*/melahirkan*/sakit* hamil*/melahirkan*/sakit*
Nutrisi Makan 3x/hari Makan 3x/hari
Eliminasi 1x/hari 1x/hari
Istirahat/tidur 8 jam/hari 6 jam/hari
Aktivitas bebas terhambat
Perubhan

Seksual normal normal


Kebersihan Diri Bersih Bersih
Koping Baik Baik
Ibadah Sering Sering
Konsep diri Baik Baik
*) coret yang tidak perlu
Perilaku KesehatanPengetahuan dan

Kontrasepsi: tidak ada


Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): baik
Merokok: -
Obat-obatan/Jamu: -
Lain-lain: Pasien mengatakan cemas akan penyakitnya dan takut mengalami kegagalan

Masalah keperawatan: Ansietas


dan TerapiPemeriksaan Penunjang Laboratorium Foto/Radiologi USG Lain-lain
Hb: 10g/dL - USG didapatkan -
Ht: 42% myoma uteri ukuran
Leukosit: 5x103/µl diameter 17 cm.
Thromb: 150x103/µl

Terapi/ Tindakan medis:


Rencana myomektomy tgl 2/02/2021

Surabaya, 26 Februari 2021


Ners,

Kelompok B4.5

FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Myoma Uteri Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri ↓
pada perut bagian bawah Tumbuh di dinding uterus
P: Myoma uteri ↓
Q: Seperti ditusuk-tusuk Pembesaran uterus
R: Perut bagian bawah ↓
S: 7 Sirkulasi darah terganggu

DO: Nekrosis jaringan
- Pasien nampak meringis ↓
kesakitan Proses peradangan
- USG didapatkan myoma ↓
uteri ukuran diameter 17 Nyeri akut
cm.
- TD: 130/90mmHg
- N: 120x/menit
DS: Myoma Uteri Gangguan mobilitas fisik
Pasien mengatakan sulit ↓
untuk bangun dan bergerak Tumbuh di dinding uterus

DO: Pembesaran uterus
- Gerakan pasien terbatas ↓
- USG didapatkan myoma Sirkulasi darah terganggu
uteri ukuran diameter 17 ↓
cm. Nekrosis jaringan

Proses peradangan

Nyeri

Susah untuk bangun dan
bergerak

Gangguan mobilitas fisik

DS: Myoma Uteri Ansietas


Pasien mengatakan cemas ↓
akan penyakitnya dan takut Tumbuh di dinding uterus
bila operasinya gagal ↓
Rencana tindakan operasi

DO: Khawatir mengalami
- Pasien rencana operasi kegagalan
Myomektomy tgl ↓
2/2/2021 Resah akan kondisinya
- USG didapatkan myoma ↓
uteri ukuran diameter 17 Ansietas
cm.
- N: 120x/menit
- TD: 130/90mmHg
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat (D.0077)

2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit bergerak, gerakan terbatas
(D.0054)

3. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d merasa khawatir, tampak


gelisah, tampak tegang (D.0080)
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana (Intervensi)
Tanggal Diagnosa Keperawatan (P-E-S) Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan
26/01/202 Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Saat nyeri dirasakan, pada
1 fisiologis (neoplasma) d.d keperawatan selama 8 jam Observasi pasien akan timbul respon nyeri
mengeluh nyeri, tampak meringis, diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi respon nyeri non non verbal
frekuensi nadi meningkat menurun, dengan verbal 2. Menurunkan faktor yang
(D.0077) KH: Tingkat Nyeri 2. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan
(L.08066) memperberat dan memperingan meningkatkan faktor yang
- Mengeluh nyeri menurun nyeri meringankan nyeri
- Meringis menurun Terapeutik 3. Teknik Non farmakologis
- Frekuensi nadi membaik 3. Berikan teknik non- terbukti dapat digunakan
- Tekanan darah membaik farmakologis untuk mengurangi sebagai terapi tambahan yang
nyeri dapat menurunkan nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Istirahat dan tidur diperlukan
Edukasi untuk pemulihan tubuh
5. Anjurkan menggunakan 5. Penggunaan analgesik secara
analgesik secara tepat tepat dapat mencegah adanya
Kolaborasi efek samping akibat pemakaian
6. Kolaborasi pemberian analgetik obat dan meningkatkan
(Ibuprofen 3x500mg oral) kemungkinan pasien untuk
sembuh
26/01/202 Gangguan movilitas fisik b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi (I.05173) 1. Mengukur dan kemampuan
1 nyeri d.d mengeluh sulit bergerak, keperawatan selama 8 jam Observasi pasien dalam mobilisasi
gerakan terbatas (D.0054) diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi toleransi fisik 2. Bantuan mobilisasi akan
meningkat, dengan melakukan pergerakan diperlukan pasien untuk
KH: Mobilitas Fisik 2. Monitor kondisi umum selama memenuhi kebutuhan
(L.05042) melakukan mobilisasi mobilisasinya
- Keluhan Sulit bergerak Terapeutik 3. Keluarga merupakan orang
menurun 3. Fasilitasi melakukan pergerakan terdekat pasien yang dapat
- Gerakan terbatas 4. Libatkan keluarga untuk membantu mobilisasi
menurun membantu pasien dalam 4. Mobilisasi secara perlahan akan
meningkatkan pergerakan menurunkan kemungkinan
Edukasi cedera pada pasien
5. Anjurkan mobilisasi secara
perlahan
26/01/202 Ansietas b.d kekhawatiran Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Mengukur dan melihat
1 mengalami kegagalan d.d merasa keperawatan selama 8 jam Observasi kemampuan pasien dalam
khawatir, tampak gelisah, tampak diharapkan tingkat ansietas 1. Monitor tanda-tanda ansietas mobilisasi
tegang (D.0080) menurun, dengan Terapeutik 2. Bantuan mobilisasi akan
KH: Tingkat ansietas 2. Ciptakan suasana terapeutik diperlukan pasien untuk
(L.09093) untuk menumbuhkan memenuhi kebutuhan
- Verbalisasi khawatir kepercayaan mobilisasinya
akibat kondisi yang 3. Temani pasien untuk 3. Pasien dengan ansietas
dihadapi menurun mengurangi kecemasan membutuhkan dukungan baik
- Perilaku gelisah menurun 4. Pahami situasi yang membuat dari keluarga maupun
- Perilaku tegang menurum ansietas, dengarkan dengan lingkungannya
penuh perhatian 4. Dengan mendengarkan pasien,
Edukasi ansietas yang dirasakan pasien
5. Jelaskan prosedur, termasuk akan berkurang
sensasi yang mungkin dialami 5. Pengetahuan yang memumpuni
6. Anjurkan keluarga untuk tetap pasien akan mengurangi
bersama pasien ansietas pasien

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Diagnosa Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf
Keperawatan dan Jam dan Jam
Nyeri akut b.d agen 26/01/2021 26/01/2021 S: Kelompok
pencedera fisiologis 08.30 1. Mengobservasi respon nyeri 14.00 Pasien mengatakan nyeri B4.5
(neoplasma) d.d non verbal sedikit berkurang
mengeluh nyeri, Respon: Pasien nampak P: Myoma uteri
tampak meringis, meringis kesakitan, Q: Seperti ditusuk-tusuk
frekuensi nadi 08.32 N:120x/menit, TD: R: Perut bagian bawah
meningkat (D.0077) 130/90mmHg S: 5
2. Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan O:
08.35 memperingan nyeri - N: 118x/menit
Respon: Nyeri memberat - TD: 128/80mmHg
saat bergerak, Ringan saat A: Masalah teratasi sebagian
08.40 tidur P: Melanjutkan intervensi
3. Memberikan teknik 1,3,4,5,6
relaksasi nafas dalam untuk
08.45 mengurangi nyeri
Respon: Pasien menerima
dan kooperatif
08.50 4. Memfasilitasi pasien untuk
istirahat dan tidur
Respon: pasien menerima
dan kooperatif
5. Menganjurkan
menggunakan analgesik
secara tepat
Respon: pasien menerima
dan kooperatif
6. Memberikan analgetik
Ibuprofen 500mg oral
Respon: pasien menerima &
kooperatif
Gangguan movilitas 26/01/2021 26/01/2021 S:
fisik b.d nyeri d.d 08.55 1. Memeriksa toleransi fisik 14.00 Pasien mengatakan sulit
mengeluh sulit pasien untuk melakukan untuk bangun dan bergerak
bergerak, gerakan pergerakan berkurang
terbatas (D.0054) Respon: pasien nampak
08.57 kesusahan untuk bangun dan O:
bergerak - Gerakan pasien nampak
2. Memonitor kondisi umum terbatas
09.00 pasien selama melakukan A: Masalah teratasi sebagian
mobilisasi P: Melanjutkan intervensi 1-
09.05 Respon: pasien nampak 6
kelelahan
3. Memfasilitasi melakukan Kelompok
pergerakan B4.5
09.10 Respon: pasien menerima
bantuan
4. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Respon: pasien dibantu oleh
adik dan orangtuanya
5. Menganjurkan mobilisasi
secara perlahan
Respon: pasien menerima
dan kooperatif

Ansietas b.d 26/01/2021 26/01/2021 S:


kekhawatiran 09.12 1. Memonitor tanda-tanda 14.00 Pasien mengatakan cemas
mengalami kegagalan ansietas berkurang Kelompok
d.d merasa khawatir, Respon: pasien mengatakan B4.5
tampak gelisah, tampak cemas akan penyakit dan O:
tegang (D.0080) tindakan operasi yang akan - Nampak tegang menurun
dihadapi. N:120x/menit, - Perilaku gelisah menurun
09.15 TD:130/90mmHg. Pasien - N: 118x/menit
nampak gelisah - TD: 128/80mmHg
09.20 2. Menjalin BHSP dengan A: Masalah teratasi sebagian
pasien P: Melanjutkan intervensi
Respon: pasien kooperatif 1,2,3,6
09.25 3. Menemani pasien untuk
mengurangi kecemasan
Respon: pasien menerima
dan kooperatif
4. Mendengarkan keluhan
09.30 pasien dengan penuh
perhatian
Respon: pasien bercerita
tentang keluhan cemasnya
09.40 akan tindakan operasi yang
hendak dijalani
5. Menjelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Respon: pasien menyimak
dan bertanya saat tidak
mengerti
6. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien
Respon: keluarga dan pasien
menerima
BAB 4
PEMBAHASAN

Tumor merupakan suatu pembengkakan yang disebabkan oleh sekelompok sel-sel yang

tidak normal. Kelompok sel-sel tidak normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan atau

kanker. Apabila tumor hanya berkembang secara lokal, meskipun membesar tidak mempunyai

kemampuan menyebar ke tempat lain yang jauh letaknya, biasanya disebut dengan tumor jinak

(Faisal, 2005). Mioma adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk

otot-otot rahim disebut dengan mioma uteri (Achdiat, 2004). Mioma uteri atau sering disebut

fibroid merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos rahim. Sel tumor terbentuk karena

mutase genetik, kemudian berkembang akibat induksi hormone estrogen dan progesterone.

Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal, tumor ini jarang mengenai usia pra-

pubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa menopause (Lubis, 2020). Penelitian

yang dilakukan Arifint et.al (2019) didapatkan bahwa usia terbanyak penderita mioma uteri

terdapat pada kelompok usia 36-55 tahun.

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk penanganan mioma uteri atau tumor jinak otot

rahim mencakup observasi, medikamentosa, dan pembedahan. Medika mentosa diberikan untuk

mengurangi perdarahan, mengecilkan volume tumor dan sebagai prosedur pre-operatif.

Sedangkan untuk pembedahan ada 2 jenis mancakup histerektomi dan miomektomi. Pilihan

operasi disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pasien. Edukasi yang diberikan kepada pasien

yaitu selama tidak ada keluhan, pasien dianjurkan kontrol setiap 6 bulan. Jika telah menopause

dan tidak ada pertumbuhan tumor dalam satu tahun maka kontrol dianjurkan hanya jika muncul

gejala. Kehamilan dapat terjadi 4-6 bulan setelah penanganan. Kehamilan dapat berjalan lancar

namun 1/3 kasus mioma dapat menginduksi abortus dan premature (Lubis, 2020). Upaya
pencegahan dan pegendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan diet dan olah raga untuk

menjaga berat badan ideal untuk mengurangi faktor risiko obesitas yaitu perbanyak konsumsi

sayuran hijau atau buah dan tidak terlalu banyak konsumsi daging merah. Selain itu,

merencanakan kehamilan dan memberi ASI eksklusif. Merokok dan produk kecantikan dapat

memberikan efek profilaksis (Lubis, 2020).

Pengkajian awal dilakukan pada Nn. N (30 tahun dan belum menikah) pada tanggal 26

Januari 2021. Data umum klien didapatkan tampak gelisah, lelah dan kesadaran kompos mentis.

Klien adalah seorang wiraswasta dengan pendidikan terakgir SMA. Klien datang ke rumah sakit

dengan keluhan nyeri yang sangat hebat di perut bagian bawah sehingga membuat klien sulit

untuk bangun dan bergerak. Awalnya klien menyangka maag kambuh sehingga minum obat

maag dan Pereda nyeri. Namun nyeri tidak hilang. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD:

130/90 mmHg, Nadi: 120 x/menit, Suhu 37oC, RR: 20 x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan

BB: 68 kg, TB: 158, IMT: 27,23 kg/m2 (BB berlebih), terdapat pembesaran dan benjolan di area

myometrium dan pasien mengatakan cemas akan penyakitnya dan takut mengalami kegagalan

saat proses pengobatan. Dilakukan pemeriksaan darah Hb: 10 g/dL, Ht: 42%, Leukosit:

5x103/Ul, Trombosit: 150x103/Ul, dan hasil USG didapatkan myoma uteri ukuran diameter 17

cm. Rencana klien akan dilakukan myomektomi pada tanggan 2 Februari 2021.

Setelah dilakukan pengkajian, ditemukan masalah keperawatan yaitu nyeri akut,

gangguan mobilitas fisik dan ansietas. Masalah utama yang muncul pada Nn.N adalah nyeri akut.

Nyeri akut dapat terjadi karena terjadi proses peradangan yang disebabkan myoma uteri atau

tumor jinak di myometrium membesar dan menyebabkan pembesaran usus. Masalah nyeri akut

diangkat pada klien myoma uteri karena berhubungan dengan kondisi klien saat ini. Berdasarkan

penelitian Arifint et. al (2019) didapatkan bahwa sebagian besar keluhan utama yang dirasakan
pada klien myoma uteri adalah perut membesar dan nyeri perut. Nyeri bagian perut yang sangat

hebat menimbulkan rasa tidak nyaman dan kessulitan untuk melakukan aktivitas seperti biasanya

pada klien dengan myoma uteri. Selain itu jika pembedahan tidak segera dilakukan akan

menyebabkan pertumbuhan myom yang terus menerus hingga perut semakin membesar dan

meradang, sehingga masalah utama yang ditemukan adalah nyeri akut yang berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis (neoplasma) sesuai dengan masalah yang terjadi pada kasus.

Rencana atau intervensi yang dilakukan adalah dengan manajemen nyeri. Tujuannya

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan tingkat nyeri

menurun dengan kriteria hasil mengeluh nyeri menurun, meringis menurun, frekuensi nadi

membaik (60-100 x/menit) dan tekanan darah membaik (110-130/70-90 mmHg). Intervensi yang

dapat dilakukan pada klien adalah identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi faktor yang

dapat memperberat dan memperingan nyeri, berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi

nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, anjurkan menggunakan analgesic secara tepat, dan kolaborasi

pemberian analgesic.

Masalah yang diangkat didasarkan pada harapan klien agar nyeri yang sangat pada bagian

perut yang dirasakan berkurang agar klien bisa beraktivitas seperti biasanya. Oleh karena itu,

selain penggunaan analgesik, klien juga diberikan teknik non-farmakologis yaitu pelatihan teknik

relaksasi napas dalam sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien. Menurut

Smelzer & Bare (2015), prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak

pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang

mempertahankan homeostasis lingkungan internal individu. Adanya perbedaan intensitas nyeri

disebabkan oleh karena pemberian teknik relaksasi napas dalam, jika teknik relaksasi napas

dalam dilakukan dengan benar maka akan menimbulkan penurunan nyeri yang dirasakan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Mioma uteri merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang

berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,

leiomyoma uteri/ uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering

ditumakan pada traktus genetalia wanita, terutama wanita sesudah produktif/ menopause

(Aspiani, 2017). Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan

rasa adanya tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga

menjalar ke punggung (Manuba, 2009).

Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan dari

pengkajian klien antara lain: nyeri akut, gangguan mobilitas fisik dan ansietas. Masalah

utama yang muncul yaitu nyeri akut. Intervensi yang dilakukan khususnya pada kasus

klien adalah manajemen nyeri dengan pelatihan teknik relaksasi napas dalam sehingga

dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien. Prinsip yang mendasari

penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang

merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostasis

lingkungan internal individu.

5.2. Saran

Diharapkan kepada pelayanan keperawatan untuk dapat meningkatan program

manajemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien dengan mioma uteri

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup klien pula. Untuk pendidikan kesehatan

diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang


keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu dengan mioma uteri guna

mengurangi rasa nyeri yang diderita ibu/ klien.


DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, C.M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Apriyani, Yosi. (2013). Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma Uteri
di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebinanan. Vol. 2 No. 5
Arifint, et.al. (2019). Karakteristik Penderita Mioma Uteri di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. Manado: Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR), Vol. 1, No. 3
Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Faisal, L.Y. (2005). Penyakit Kandungan: Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim dan Indung
Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Lubis, P.N. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Bogor: Jurnal CDK-284, Vol. 47,
No. 3
Manuba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai