OLEH
NIM : PO530333219317
TINKAT II B
PRODI FARMASI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Beakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi organisme saat
dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan dan zat yang menyediakan nutrisi.
Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi, injeksi, merokok, ingesti, absorpsi melalui kulit, atau
disolusi di bawah lidah.
Dalam farmakologi, obat adalah zat kimia, biasanya struktur kimianya diketahui, yang ketika
diberikan pada organisme hidup akan menghasilkan efek biologis. ] Obat farmasi, juga disebut
medikasi atau obat dalam pemahaman masyarakat umum, adalah zat kimia yang digunakan untuk
mengobati, menyembuhkan, mencegah, atau mendiagnosis suatu penyakit atau untuk
meningkatkan kesejahteraan
Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua pengetahuan
tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-
sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimianya.Teknik analisis obat secara
kualitatif didasarkan pada golongan obat menurut jenis senyawanya secarakimia, dan bukan
berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini disebabkan karena kadang-kadang suatu obat dengan
struktur kimia yang sama, mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda.
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetauhi Pengantar Analisa Kualitatif Obat ?
2. Untik Mengetahui Apa Saja uji Identifikasi Obat?
BAB II
PEMBAHASAN
asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai obat luar (keratolitikum)
asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat analgetikum dan antipiretikum
nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat pengawet.
Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai
bahan obat atau bahan baku pembantu/bahan tambahan, diperlukan untuk memastikan jenis bahan
obat atau bahan tambahan tersebut. Dalam dunia kedokteran dewasa ini digunakan sekitar 1000
macam senyawa obat. Tidaklah praktis melakukan identifikasi sedemikian banyak senyawa, karena
itu materi analisis kualitatif ini diarahkan kepada beberapa golongan obat yang khusus saja. Dalam
analisis kualitatif/identifikasi senyawa-senyawa anorganik dan senyawa-senyawa organik, terdapat
perbedaan-perbedaan yang penting. Sebagian besar senyawa-senyawa anorganik merupakan senyawa-
senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu dalam identifikasinya secara
konvensional (secara kimiawi). Senyawa-senyawa organik pada umumnya terikat melalui ikatan
kovalen, dan belum ada suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasinya secara
konvensional. Mengingat umumnya senyawa obat adalah senyawa organik, maka hal ini juga menjadi
kendala dalam analisis senyawa obat tersebut.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teknik analisis kualitatif senyawa
organik juga semakin berkembang. Identifikasi pemastian jenis senyawa dilakukan secara modern
menggunakan instrumen-instrumen seperti spektrofotometri UV–Vis, spektrofotometri IR,
spektrofotometri Massa, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid
Chromatography(HPLC), kromatografi gas (KG) atau Gas Chromatography(GC) yang dapat
memberikan hasil yang valid. Mengingat instrumen-instrumen tersebut tidak dimiliki oleh
seluruhdaerah tempat mahasiswa berada, sehingga metode analisis konvensional masih menjadi
pilihan agar analisis obat tersebut dapat dilakukan di manapun dengan peralatan yang sederhana. Oleh
karena itu untuk memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa, maka diperlukan materi
pembelajaran tentang teknik pengujian secara konvensional yang didasarkan pada sifat fisika dan
kimia senyawa obat tersebu
Dalam melakukan identifikasi obat secara konvensional, kita mempergunakan sifat-sifat
bahan baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia.
Bila kita ingin tahu nama dan jenis sampel cair tersebut, maka kita harus melakukan analisis kualitatif
terhadap sampel cairan itu. Langkah pertama adalah menentukan sifat fisik sampel tersebut, seperti
warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis, dan kelarutannya. Begitu pula jika sampel yang kita
jumpai berbentuk padatan, kita tentukan sifat fisiknya meliputi warna, bau, warna nyala, titik leleh,
bentuk kristal, dan kelarutannya.Harus disadari bahwa untuk melalukan analisis kualitatif yang cepat
dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat fisik bahan-bahan yang dianalisa.
Pengetahuan ini sangat diperlukan dalam menarik kesimpulan yang tepa
2.2 Identifikasi Obat
Metode identifikasi obat secara konvensional dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
I. Uji Pendahuluan, meliputi :
a. Penyandraan/penginderaan (organoleptik) yaitu mengidentifikasi sifat fisik obat
menggunakan indera untuk menentukan bentuk, warna, bau, dan rasa obat
b. Penentuan sifat-sifat fisika, seperti kelarutan, penentuan titik lebur, dan titik didih,
c. Pengujian derajat keasaman obat menggunakantes keasamand.Penentuan unsur-unsur
obat
II. Penentuan gugusan fungsional yang khas (uji golongan)
III. Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi-reaksinya dengan pereaksi tertentu dan
pengamatan bentuk kristal menggunakan mikroskop.
2.2.1 Uji Pendahuluan
A .Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat fisik obat meliputi bentuk,
warna, bau, dan rasa obat menggunakan indera.
Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan hasil
pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya. Pada umumnya
bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna putih, oleh karena itu adanya pewarnaan lain dari
bahan dapat menjadi titik awal untuk identifikasi lanjutan.
Berikut ini warna spesifik beberapa bahan obat :
Dipiridamol: kuning
Etakridin: kuning
Etaverin: kuning terang
Menadion: kuning terang
Niklosamida: kuning pucat
Nitrazepam: kuning muda
Riboflavin: kuning sampai kuning-jingga
Tetrasiklin: kuning
B. Tes kelarutan
Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat digunakan untuk
identifikasi obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap beberapa pelarut (air,
alkohol, atau pelarut lainnya). Tes kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam
tabung reaksi kemudian di dalamnya ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati
apakah zat tersebut dapat larut.Apabila tidak ditentukan lain untuk menyatakan kelarutan zat, istilah
kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan-
perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian
tertentu menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat larut dalam volume tertentu pelarut
C. Uji keasaman
Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan atau pH larutan obat/zat.
Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan menggunakan kertas lakmus merah atau
biru. Larutan yang bersifat asam akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan larutan
yang bersifat basa akan mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru. Hasil uji keasaman ini
dapat digunakan pula untuk mengetahui jenis senyawa yang dianalisis. Larutan senyawa-senyawa
golongan asam, misalnya asam benzoat, asam sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah
pasti mengubah lakmus biru menjadi merah. Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa
dan alkaloid asam (garamnya). Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi
biru , tetapi karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan lakmus merah menjadi biru
hampir tidak jelas. Sedangkan alkaloid asam, misalnya efedrin HCl, akan mengubah lakmus biru
menjadi merah danperubahannya sangat jelas
D. Penentuan unsur-unsur
Penentuan unsur dalam identifikasi senyawa obat adalah tahap untuk menentukan
keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) pada obat yang
diidentifikasi. Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), dan
halogen (Cl, Br, dan I). Keberadaan unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap langkah
pengujian senyawa obat tersebut.
Untuk melakukan pengujian unsur, maka zat uji sebelumnya didestruksi/dipijarkan bersama
dengan logam natrium. Kemudian sisa destruksi/residu dilarutkan dalam air untuk selanjutnya
dilakukan pengujian unsur. Keberadaan unsur N, S, P, dan halogen dapat disesuaikan dengan unsur-
unsur penyusun senyawa obat yang dapat dilihat pada rumus kimia obat yang tertera pada monografi
masing-masing dalam Farmakope Indonesia. Adanya unsur-unsur tersebut dapat digunakan sebagai
pengarah pada langkah uji selanjutnya, sebagai contoh yaitu :
jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran unsur N, maka
pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N pada rumus
kimianya, seperti benzokain (C9H11NO2), parasetamol (C8H9NO2), salisilamid
(C7H7NO2), dan lain-lain;
jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran unsur N dan Cl,
maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan CL
dalam rumus kimianya, seperti efedrin hidroklorida (C10H16NOCl), difenhidramin
hidroklorida (C17H22NOCl), kloramfenikol (C11H12Cl2N2O5), dan lain-lain;
Jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran unsur N dan Br,
maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan Br
dalam rumus kimianya, seperti bromheksin (C14H20Br2N2), bromisoval (C6H11BrN2O2),
skopolamin-N-butilbromida (C21H30NO4Br), dan lain-lain;
jika hasilpengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran unsur N dan S,
maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N dan S
dalam rumus kimianya, seperti metionin (C5H11NO2S), sulfametoksazol (C10H11N3O3S),
tolbutamid (C12H18N2O3S), dan lain-lain;
jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiranunsur N,S dan
Cl, maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang mengandung unsur N, S, dan
CL dalam rumuskimianya, seperti hidroklorotiazid (C7H8ClN3O4S2), promazin hidroklorida
(C17H21N2SCl), tiamin hidroklorida (C12H18N4OSCl2), dan lain-lain;
III.1 Kesimpulan
Identifikasi obat secara sederhana (konvensional) didasarkan pada sifat-sifat bahan baik sifat
fisik maupun sifat kimianya. Metode identifikasi obat secara konvensional dapat dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu
3) uji penegasan.
Untuk memudahkan dan mengarahkan uji identifikasi obat, maka lakukan ke 3 langkah
tersebut secara bertahap. Hasil uji pendahuluan digunakan sebagai pengarah dalam langkah uji
selanjutnya, misalnya rasa pahit, mudah larut dalam air, pH asam, uji unsur positif mengandung
unsur N. Maka pengujian selanjutnya dapat diarahkan pada garam-garam hidroklorida alkaloid
(dilakukan uji golongan alkaloid). Kemudian dilakukan uji penegasan dengan melihat identifikasi
masing-masing senyawa obat pada monografinya dalam Farmakope Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA