1. QUITTER
Quiiter adalah mereka yang berhenti langsung tanpa berpikir panjang saat masalah
menghampiri. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau berusaha dan langsung menyerah
sebelum menghadapi masalah. Mereka tidak ingin melihat hal baik atau semua kemungkinan
yang akan datang dikahirnya. Mereka cenderung memandang masalah selalu berproses dengan
sengsara dan berakhir yang buruk.
Ciri-ciri orang Quitter adalah :
2. CAMPER
Camper adalah mereka yang cepat puas dengan pencapaian yang ada. Mereka menghadapi
masalah, mereka bertindaka, namun mereka akan langsung berhenti saat menemukan titik balik
yang dapat menyelesaikan masalah. Mereka cenderung tidak akan melanjutkan usaha mereka
untuk melihat yang lain lagi dibalik masalah itu.
Ciri-ciri orang Camper adalah :
Cukup senang dengan sesuatu yang telah diusahakannya.
Melepaskan kesempatan untuk maju yang sebenarnya masih dapat dicapai.
Tidak mau mencari peluang dan lebih merasa puas dengan apa yg sudah diperoleh.
Lebih menyukai hal-hal yang tidak beresiko tinggi.
Karena bosan, mereka menghindari cobaan.
Biasa menggunakan kata-kata: ini cukup bagus, kita hanya perlu sampai di sini, dsb.
3. CLIMBER
Climber adalah orang yang selalu menghadapi masalah.Mereka sangat optimis melihat
masalah sebagai peluang mendapatkan keuntungan lain. Mereka tidak memandang masalah dari
satu sisi saja sebagai beban yang berdampak buruk, namun mereka selalu berangapan bahwa
selalu ada jalan keluar.
Ciri-ciri orang Climber :
Pemikir yang selalu memikirkan “peluang… peluang”
Selalu siap menghadapi tantangan.
Percaya diri.
Memahami tujuan hidupnya.
Mereka tidak menyesali ketidakberhasilan.
Mereka pembelajar seumur hidup.
Dapat diandalkan untuk membuat suatu perubahan.
Biasa menggunakan kata-kata: “selalu ada jalan”, “ayo..kita kerjakan”, “sekarang saatnya untuk
bertindak”.
Itulah tipe-tipe manusia dalam menghadapi masalah. Kira-kira, kamu yang mana?
Semoga kilasan ini, dapat membantu kalian untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dan terimaksih telah berkunjung.
Cara Berpikir Positif Saat Menghadapi Tantangan
Konon pada jaman dahulu, Elang dan Kalkun adalah burung yang berteman dengan baik. Di
manapun mereka berada, kedua teman itu selalu pergi bersama-sama.
Satu hari ketika mereka terbang, Kalkun berbicara pada Elang, “Mari kita turun dan mencari
makanan.
Perut saya sudah keroncongan nih !”. Elang membalas, “Baiklah, akupun demikian”. Kebetulan
mereka terbang diatas lahan peternakan yang luas. Maka mereka memutuskan untuk turun mendarat di
peternakan tersebut.
Mereka mendarat dekat dengan seekor Sapi yang sedang makan jagung. Sapi berkata, “Selamat
datang, silakan cicipi jagung manis ini”.Ajakan itu membuat kedua burung ini terkejut. Mereka tidak
biasa melihat binatang lain berbagi makanan Elang bertanya, “Mengapa kamu ber-sedia membagikan
jagung milikmu kepada kami?”. Sapi menjawab, “Oh, kami punya banyak makanan disini. Tuan Petani
memberikan bagi kami apapun yang kami ingin kan”.
Kemudian Kalkun menanyakan lebih jauh tentang Tuan Petani. Sapi menjawab, “Yah, dia
menumbuhkan sendiri semua makanan kami. Kami sama sekali tidak perlu bekerja untuk makanan”.
Kalkun tambah bingung, “Maksud kamu, Tuan Petani itu memberikan padamu semua yang ingin kamu
makan?”. Sapi menjawab, “Tepat sekali!. Tidak hanya itu, dia juga memberikan pada kami tempat untuk
tinggal.” Elang dan Kalkun menjadi syok berat!. Mereka belum pernah mendengar hal seperti ini.
Mereka selalu harus mencari makanan dan bekerja untuk mencari naungan.
Kini, tibalah saatnya mereka meninggalkan tempat tersebut. Kalkun dan Elang mulai berdiskusi lagi
tentang tempat tersebut. Kalkun berkata pada Elang, “Mungkin kita harus tinggal di sini. Kita bisa
mendapatkan semua makanan yang kita inginkan tanpa perlu bekerja. Dan gudang yang disana cocok
dijadikan sarang seperti yang pernah kita bangun dulu.
Namun Si Elang mempunyai pendapat berbeda, dia lebih suka kebebasan dan ingin terbang tinggi
mengarungi langit yang luas dan bebas mencari makanan. Setelah terjadi kesepakatan, Elangpun segera
terbang meninggalkan Kalkun.
Memang benar, setiap hari Kalkun dapat menikmati makanan yang dia inginkan. Kalkun tidak
pernah bekerja dan dia dapat hidup senang. Beberapa hari berlalu, Kalkun tumbuh dengan badang yang
gemuk dan menjadi hewan yang malas bekerja.
Suatu hari Kalkun mendengar istri petani ingin merayakan Hari Raya Thanks Giving yang akan
datang beberapa hari lagi. Istri petani menginginkan hidangan Kalkun panggang sebagai santapan
makan malamnya. Mendengar hal itu, Kalkun ingin segera terbang meninggalkan tempat tersebut.
Namun ketika Kalkun berusaha untuk terbang, dia hanya dapat mengepak-kepakan sayapnya
karena bentuk tubuhnya yang sudah gemuk. Akhirnya di Hari Thanks Giving keluarga tuan petani duduk
bersama menghadapi panggang daging Kalkun besar yang sedap.