Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA/SISWI


DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN)
Sri Hendrawati1*), Udin Rosidin2, Santi Astiani3
1
Departemen Keperawatan Anak, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
2
Departemen Keperawatan Komunitas, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran,
3
Mahasiswa Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran,
E-mail:*)sri.hendrawati@unpad.ac.id

Abstrak
Perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah sebagai hasil pembelajaran.
Permasalahan yang muncul di sekolah menengah pertama negeri menunjukan siswa/siswi tidak
melakukan PHBS seperti jarang melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, jarang
menggunakan jamban sehat, jarang membuang sampah pada tempatnya sehingga terjadi beberapa
kasus kejadian penyakit dseperti diare, cacingan, typoid, dan maag. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran PHBS pada siswa/siswi di sekolah menengah pertama negeri. Penelitian
ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah
siswa/siswi di SMPN 3 dan SMPN 4 di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur Garut yang berjumlah 1458.
Teknik pengambilan sempel menggunakan stratified random sampling sehingga didapatkan 317
orang. Penelitian ini menggunakan intrumen kuesioner PHBS di sekolah. Data dianalisis secara
univariat dengan menggunakan nilai mean dan disajikan dalam distribusi frekuensi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa setengah dari responden yaitu sebanyak 160 (50,5%) siswa/siswi sudah
berperilaku baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat, dan hampir setengah responden yaitu
sebanyak 157 (49,5%) siswa/siswi masih berperilaku buruk dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
PHBS pada siswa/siswi ini harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara pemberdayaan UKS bekerjasama
dengan perawat yang ada di puskesmas terdekat dengan melakukan penyuluhan tentang PHBS.

Kata kunci: Pelaksanaan PHBS, PHBS, sekolah.

Abstract
Clean and healthy life behaviour in school environment is an accumulation of behaviours which are
practiced by students, teachers, and community as a result of learning. Problems which arose in
junior high school showed that students did not do clean and healthy life behaviour such as rarely
washing their hands with running water and soap, rarely using healthy toilets, rarely throwing
garbage in the right places so that there were several cases of diseases such as diarrhea, intestinal
worms, typoid, and peptic ulcer.This research aimed to identify the description of clean and healthy
life behaviour in SMPN 3 and SMPN 4 Garut in the area of Guntur Community Health Centre. The
research method used descriptive quantitative. The population in this research was students of SMPN
3 and SMPN 4 Garut, with the total of 1458. The sampling technique used stratified random sampling
so that 317 people were obtained. This research used the clean and healthy life behaviour
questionnaire instrument in schools. Data were analyzed univariately using mean values and
presented in a frequency distribution. The results showed half of the respondents were 160 (50.5%) of
students had behaved well in behaving clean and healthy, and almost half the respondents were 157
(49.5%) students still behaved poorly in the behavior of clean and healthy. PHBS for these students
must be further improved by empowering School Health Unit in collaboration with the nurses at the
nearest community health centre by conducting education about clean and healthy life behaviour.

Keywords: Implementation of PHBS, PHBS, Schools.

295
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Pendahuluan tempat bersosialisasi dengan teman sebaya,


Perilaku hidup bersih dan sehat guru, dan pembina Usaha Kesehatan Sekolah
(PHBS) adalah suatu upaya untuk (UKS) (Ispriantari, Priasmoro & Mashitah,
menciptakan lingkungan sehat untuk 2017).
memperhatikan setiap orang melakukan Menurut Departemen Kesehatan
perilaku kesehatan anggota keluarga atau Republik Indonesia (2010), melihat secara
individu sehingga dapat berperan aktif dalam nasional yang telah memenuhi kriteria PHBS
setiap kegiatan-kegiatan kesehatan di sekolah yang baik tahun 2015 sebesar 40%,
masyarakat (Sondakh, Joseph, & Koem, diharapkan penduduk Indonesia memenuhi
2015). Program PHBS dikembangkan kriteria PHBS di sekolah. Profil Kesehatan
berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyajikan data bahwa
Republik Indonesia Nomor yang berperilaku hidup bersih dan sehat di
2269/MENKES/PER/XI/2011. Didalam lingkungan sekolah terdapat sebanyak 68%.
pedoman ini ada beberapa tatanan yang Sedangkan menurut keterangan Ronosulistyo
mengatur upaya peningkatan PHBS, dan Ina (2009), pencapaian program PHBS di
diantaranya tatanan rumah tangga, tatanan Provinsi Jawa Barat tahun 2007 masih
institusi kesehatan, tatanan tempat-tempat rendah yaitu 34,8%. Sementara itu
umum, tatanan tempat kerja, dan tatanan berdasarkan data Dinas Kesehatan
institusi pendidikan. Kabupaten Garut menunjukkan bahwa pada
PHBS di institusi pendidikan adalah tahun 2018, jumlah yang berperilaku hidup
sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh bersih dan sehat (PHBS) di sekolah sebanyak
peserta didik, guru, dan masyarakat 37,25% sementara target yang ditetapkan di
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran tahun 2018 sebanyak 50%. Hal ini
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara menunjukkan bahwa masih rendahnya
mandiri mampu mencegah penyakit, perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan
meningkatkan kesehatannya, serta berperan sekolah yang ada di Kabupaten Garut belum
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat tercapai. Penelitian lain menunjukkan banyak
(Fahruzi & Devis, 2017). Secara nasional ada faktor yang mengakibatkan siswa/siswi tidak
8 indikator yang dipakai sebagai ukuran melaksanakan PHBS.
untuk menilai dan mengetahui PHBS di Menurut terori Lawrence Green (1980)
tatanan institusi pendidikan mencakup dalam buku Notoatmodjo (2014) menyatakan
mencuci tangan dengan air yang mengalir bahwa perilaku seseorang termasuk kedalam
dan menggunakan sabun, mengkonsumsi pelaksanakan PHBS serta dapat dipengaruhi
jajan sehat di kantin sekolah, menggunakan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama yaitu
jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang faktor predisposing yang terwujud dalam
teratur dan terukur, memberantas jentik pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nyamuk, tidak merokok di sekolah, dan nilai-nilai. Faktor kedua yaitu faktor
membuang sampah pada tempatnya, enabling yang meliputi faktor pendukung
menimbang berat badan dan mengukur tinggi yang terwujud dalam tersedia atau tidak
badan (Dewi, Yudi, & Gabur, 2017). tersedia fasilitas atau sarana dan akses.
Indikator-indikator daam rangka Faktor yang ketiga faktor reinforcing yaitu
meningkatkan perilaku hidup sehat dan faktor pendorong yang terwujud dalam sikap
bersih harus dilakukan dengan baik agar dan perilaku.
tercipta perilaku sehat di lingkungan sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan
Sekolah merupakan salah satu institusi oleh Yulianti (2015), menunjukkan bahwa
pendidikan yang menjadi sasaran PHBS, siswa/siswi yang tidak melaksanakan
sehingga dapat mewujudkan generasi anak perilaku hidup bersih dan sehat disebabkan
sehat dan bisa menerapkan perilaku tersebut oleh adanya beberapa faktor. Faktor tersebut
menjadi lebih baik. Sekolah selain sebagai diantaranya yaitu siswa/siswi memiliki
tempat belajar bagi anak merupakan sarana pengetahuan yang rendah tentang PHBS,
296
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

indikator PHBS, manfaat PHBS, dan pemilihan jajanan sehat. Edukasi PHBS
kerugian tidak PHBS. Dampak dari tidak tersebut diberikan melalui penyuluhan sesuai
melaksanakan perilaku hidup bersih dan dengan upaya pemerintah dalam memberikan
sehat akan menimbulkan beberapa penyakit promosi kesehatan tentang PHBS agar
diantaranya cacingan, diare, sakit gigi, sakit meningkatkan kesadaran siswa/siswi, guru,
kulit, gizi buruk dan penyakit lainnya yang dan masyarakat sekolah, sehingga terhindar
pada akhirnya mengakibatkan rendahnya dari penyakit. Hal tersebut membutuhkan
derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kerjasama sekolah dan tenaga kesehatan
kualitas hidup sumber daya Indonesia dalam membangun lingkungan yang sehat
(Sondakh et al., 2015). Selain itu dampak (Carolina, & Lestari, 2016).
yang akan dialami oleh anak-anak yang Survei awal yang tim peneliti lakukan
tidak melakukan PHBS di sekolah menurut pada tanggal 14 Desember 2018 berdasarkan
WHO sebanyak 100.000 anak Indonesia data dari Dinas Kesehatan terdapat data
meninggal dunia karena penyakit diare setiap PHBS masih ada Puskesmas yang rendah
tahunnya. Hal itu diakibatkan oleh jajanan PHBS-nya salah satunya yaitu Puskesmas
yang tidak sehat atau cuci tangan yang tidak Guntur, maka dari itu tim peneliti melakukan
bersih yang tidak dilakukan anak sekolah. penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas
Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak Guntur untuk mengetahui perilaku
belum melakukan PHBS. Selain itu masih siswa/siswi setiap harinya di sekolah,
terdapat anak usia sekolah yang menderita kemudian tim peneliti melakukan studi
penyakit cacingan karena tidak melakukan pendahuluan ke Puskesmas Guntur
cuci tangan menggunakan sabun (Lumongga Kabupaten Garut. Setelah melakuan
& Syahrial, 2013). wawancara dengan perawat yang memegang
Hasil penelitian Lina (2016), program PHBS, tim peneliti mendapatkan
menunjukkan bahwa apabila lingkungan beberapa informasi. Jumlah sekolah yang di
sekolah kotor akan mengakibatkan pegang di wilayah kerja Puskesmas Guntur
ketidaknyamanan suasana belajar, yaitu sebanyak 32 sekolah diantaranya ada
menurunnya prestasi belajar siswa, serta SD, MI, SMP, MTS, SMA, MA dan SMK.
dapat membuat citra sekolah menjadi buruk. Serta didapatkan data jumlah sekolah ada dua
Dampak dari tidak melaksanakan PHBS sekolah menengah pertama (SMP) yang
tersebut menjadi salah satu dasar pemerintah menjadi binaan Puskesmas Guntur. SMPN
dalam meluncurkan program yang bertujuan tersebut adalah SMPN 3 dan SMPN 4 Garut.
untuk mengubah perilaku yang tidak sehat Berdasarkan informasi yang didapat dari
agar menjadi sehat, sehingga diharapkan puskesmas bahwa SMPN tersebut sudah
sekolah dapat terus menjaga lingkungannya dilakukan pembinaan untuk melaksanakan
agar bersih dan mengajarkan PHBS pada PHBS. Hasil wawancara yang dilakukan
seluruh siswanya (Lolowang, Maramis & kepada guru UKS di SMPN 3 dan SMPN 4
Ratag 2017). Dalam melakukan upaya untuk Garut bahwa di sekolah tersebut masih
mencegah dampak tersebut diperlukan kerja banyak yang tidak melakukan kebiasaan
sama lintas sektoral dalam hal ini diperlukan tentang 8 indikator PHBS sekolah. Indikator
peran tenaga kesehatan khususnya perawat. yang sulit dilaksanakan oleh siswa menurut
Peran yang dapat dilakukan oleh guru UKS adalah mencuci tangan dengan air
perawat antara lain memberikan edukasi yang mengalir dan menggunakan sabun,
tentang PHBS dan cara pencegahan penyakit mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
seperti demam berdarah dengan cara sekolah, menggunakan jamban yang bersih
memberantas sarang nyamuk dan membuang dan sehat atau membuang sampah pada
sampah pada tempatnya, cara pencegahan tempatnya. Apabila ke 8 indikator PHBS
diare/cacingan dengan cara cuci tangan tidak terlaksana maka akan terjadi angka
sebelum makan dan sesudah makan dan kejadian penyakit, penyakit tersebut

297
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

diantaranya diare, cacingan, demam, maag, sekolah yaitu 1) mencuci tangan dengan air
pusing atau demam berdarah. yang mengalir dan menggunakan sabun, 2)
Data mengenai angka kejadian mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
penyakit yang didapat dari UKS sekolah sekolah, 3) menggunakan jamban yang
SMPN 3 dan SMPN 4 Garut yang tercatat bersih dan sehat, 4) olahraga yang teratur dan
dari bulan September 2018 sampai bulan terukur, 5) memberantas jentik nyamuk, 6)
November 2018 terdiri dari SMPN 3 diare 67 tidak merokok di sekolah, 7) menimbang
orang, cacingan 41 orang, demam 89 orang, berat badan dan mengukur tinggi badan, dan
maag 78 orang, pusing 88 orang dan DBD 30 8) membuang sampah pada tempatnya.
orang. Sementara itu di SMPN 4 Garut diare Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan dengan
59 orang, cacingan 30 orang, demam 68 skala pengukuran menggunakan skala likert
orang, maag 89 orang, pusing 73 orang dan dengan rentang nilai 1 sampai 4. Uji validitas
DBD 38 orang. Berdasarkan data tersebut instrumen dilakukan dengan content validity
dapat disimpulkan bahwa tingginya angka kepada pakar kemudian construct validity
kejadian penyakit tersebut kemungkinan yang dilakukan kepada 30 responden
besar disebabkan karena ada indikator yang siswa/siswi SMPN 2 Garut wilayah kerja
belum dilaksanakan dengan baik. Puskesmas Siliwangi yang memiliki kriteria
Berdasarkan permasalahan diatas, tim sama dengan sampel penelitian. Uji validitas
peneliti memandang penting untuk menggunakan uji kolerasi Person Product
melakukan penelitian mengenai gambaran Moment dengan rentang nilai 0,42-0,891.
perilaku hidup bersih dan sehat pada Sedangkan uji reliabilitas instrumen ini
siswa/siswi di Sekolah Menengah Pertama menggunakan rumus Alpha Cronbach
Negeri (SMPN) 3 dan Sekolah Menengah dengan nilai hasil uji >0,809 sehingga
Pertama Negeri (SMPN) 4 Garut Wilayah instrumen dinyatakan reliabel.
Kerja Puskesmas Guntur. Penelitian ini sudah mendapat izin dari
Komite Etik Penelitian Kesehatan
Metode Penelitian Universitas Padjadjaran dengan nomor
Penelitian ini menggunakan rancangan 738/UN6.KEP/EC/2019. Proses
penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini pengumpulan data dilakukan tim peneliti
bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran dengan melaksanakan informed consent
perilaku hidup bersih dan sehat pada terlebih dahulu dan memegang teguh prindip
siswa/siswi di Sekolah Menengah Pertama etika penelitian. Setelah data terkumpul
Negeri (SMPN) 3 dan Sekolah Menengah kemudian diolah dan dianalisis menggunakan
Pertama Negeri (SMPN) 4 Garut Wilayah nilai mean karena data terdistribusi normal.
Kerja Puskesmas Guntur. Populasi pada Perilaku hidup bersih dan sehat
penelitian ini adalah 1.458 orang siswa/siswi. dikelompokan menjadi 2 kategori dengan
Sampel pada penelitian berjumlah 317 orang menggunakan standar skor sebagai berikut:
siswa/siswi menggunakan teknik stratified 1) PHBS dikategorikan baik apabila total
random sampling yaitu, strata atau subjek skor jawaban ≥ nilai mean, dan 2) PHBS
seseorang di masyarakat, jenis ini digunakan dikategorikan buruk jika total skor jawaban <
peneliti untuk mengetahui beberapa variabel nilai mean.
pada populasi yang merupakan hal yang
penting untuk mencapai sampel yang Hasil dan Pembahasan
representatif. Berikut ini merupakan tabel hasil
Instrumen yang digunakan pada penelitian yang meliputi karakteristik
penelitian ini adalah kuesioner yang diadopsi responden (tabel 1), perilaku hidup bersih
dengan memodifikasi instrumen PHBS dari dan sehat secara umum (tabel 2), dan
penelitian Messakh, Purnawati, dan Panuntun perilaku hidup bersih dan sehat untuk setiap
(2019) yang meliputi 8 indikator PHBS di indikator (tabel 3).

298
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 85 26,8
Perempuan 232 73,2
Kelas
VII 159 50,2
VIII 158 49,8

Tabel 1 diatas menunjukkan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri wilayah kerja Puskesmas Guntur yaitu sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 232 orang (73,2%) dan sebanyak 159 (50,2%) merupakan kelas VII dan
sebanyak 158 orang (49,8%) merupakan kelas VIII.

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa/Siswi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri (n=317)
Perilaku Hidup Bersih Jumlah
dan Sehat f %
Baik 160 50,5
Buruk 157 49,5

Tabel 2 menunjukkan bahwa setengah dari responden yaitu sebanyak 160 orang (50,5%)
siswa/siswi berperilaku baik dalam berperilaku hidup bersih dan sehat, dan hampir setengah
responden yaitu sebanyak 157 orang (49,5%) siswa/siswi berperilaku buruk dalam berperilaku
hidup bersih dan sehat.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Siswa/Siswi
di Sekolah Menengah Pertama Negeri untuk Setiap Indikator (n=317)
No Indikator Perilaku Hidup Perilaku Jumlah
Bersih Hidup Bersih f %
dan Sehat dan Sehat
1. Perilaku mencuci tangan dengan Baik 155 48,9
air yang mengalir dan Buruk 162 51,1
menggunakan sabun
2. Perilaku mengkonsumsi jajanan Baik 152 47,9
sehat Buruk 165 52,1
3. Perilaku menggunakan jamban Baik 226 71,3
bersih dan sehat Buruk 91 28,7
4. Perilaku olahraga yang teratur dan Baik 188 59,3
terukur Buruk 129 40,7
5. Perilaku memberantas jentik Baik 163 51,4
nyamuk Buruk 154 48,6
6. Perilaku tidak merokok di sekolah Baik 175 55,2
Buruk 142 44,8
7. Perilaku menimbang berat badan Baik 241 76,0
dan mengukur tinggi badan Buruk 76 24,0
8. Perilaku membuang sampah pada Baik 223 70,3
tempatnya Buruk 94 39,7

299
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Tabel 3 menunjukkan PHBS untuk merokok di lingkungan sekolah. Indikator


setiap indikator yang mencakup 8 indikator. ketujuh yaitu perilaku menimbang berat
Indikator pertama yaitu perilaku mencuci badan dan mengukur tinggi badan
tangan dengan air yang mengalir dan menunjukkan bahwa hampir seluruhnya yaitu
menggunakan sabun menunjukkan bahwa sebanyak 241 orang (76,0%) siswa/siswi
hampir setengahnya yaitu sebanyak 155 berperilaku baik dalam menimbang berat
orang (48,9%) siswa/siswi berperilaku baik badan dan mengukur tinggi badan, dan
dalam cuci tangan, dan sebagian besar yaitu sebagian kecil yaitu sebanyak 76 orang
sebanyak 162 orang (51,1%) siswa/siswi (24,0%) siswa/siswi berperilaku buruk dalam
berperilaku buruk dalam cuci tangan. menimbang berat badan dan mengukur tinggi
Indikator kedua yaitu perilaku badan. Adapun untuk indikator kedelapan
mengkonsumsi jajanan sehat menunjukkan yaitu perilaku membuang sampah pada
bahwa hampir setengahnya yaitu sebanyak tempatnya menunjukkan bahwa sebagian
152 orang (47,9%) siswa/siswi berperilaku besar yaitu sebanyak 223 orang (70,3%)
baik dalam mengkonsumsi jajanan sehat, dan siswa/siswi berperilaku baik dalam
sebagian besar yaitu sebanyak 165 orang membuang sampah pada tempatnya, dan
(52,1%) siswa/siswi berperilaku buruk dalam hampir setengahnya yaitu sebanyak 94 orang
jajan sehat dikantin sekolah. Indikator ketiga (29,7%) siswa/siswi berperilaku buruk dalam
yaitu perilaku menggunakan jamban bersih membuang sampah pada tempatnya.
dan sehat menunjukkan bahwa sebagian
besar yaitu sebanyak 226 orang (71,3%) Hasil Pengukuran Perilaku Hidup Bersih
siswa/siswi berperilaku baik dalam dan Sehat di Sekolah
menggunakan jamban sehat, dan hampir Hasil penelitian mengenai perilaku
setengahnya yaitu sebanyak 91 orang hidup bersih dan sehat di sekolah
(28,7%) siswa/siswi berperilaku buruk dalam menunjukkan bahwa setengah dari responden
menggunakan jamban. Indikator keempat sudah berperilaku baik dalam berperilaku
yaitu perilaku olahraga yang teratur dan hidup bersih dan sehat, dan hampir setengah
terukur menunjukkan sebagian besar yaitu responden masih berperilaku buruk dalam
sebanyak 188 orang (59,3%) siswa/siswi berperilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga
berperilaku baik dalam olahraga yang teratur hal ini harus menjadi perhatian penting
dan terukur, dan hampir setengahnya yaitu sekolah dan usaha kesehatan sekolah yang
sebanyak 129 orang (40,7%) siswa/siswi ada dibawah bimbingan puskesmas. Hasil
berperilaku buruk dalam olahraga teratur dan penelitian ini walaupun setengahnya dari
terukur. responden sudah berperilaku baik tetapi
Indikator kelima yaitu perilaku masih terdapat hampir setengahnya
memberantas jentik nyamuk menunjukkan responden yang masih berperilaku buruk
bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 163 sehingga harus segera ditindaklanjuti.
orang (51,4%) siswa/siswi berperilaku baik Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dalam memberanas jentik nyamuk, dan dilakukan Sulastri, Purna, dan Suyasa (2013)
hampir setengahnya yaitu sebanyak 154 yang mendapatkan hasil bahwa siswa/siswi
orang (48,6%) siswa/siswi berperilaku buruk yang berperilaku baik dalam PHBS sebanyak
dalam memberantas jentik nyamuk. Indikator 42,2% dan siswa/siswi yang berperilaku
keenam yaitu perilaku tidak merokok di buruk sebanyak 57,8%. Hal ini disebabkan
sekolah menunjukkan bahwa sebagian besar karena adanya faktor internal siswa yaitu
yaitu sebanyak 175 orang (55,2%) kurangnya kemauan untuk berperilaku hidup
siswa/siswi berperilaku baik yaitu tidak bersih dan sehat. Adanya fasilitas seperti air
merokok di lingkungan sekolah, dan hampir yang mengalir dan sabun tidak mereka
setengahnya yaitu sebanyak 142 orang gunakan untuk mencuci tangan sebelum
(44,8%) siswa/siswi berperlaku buruk yaitu mengambil/membeli makanan di kantin

300
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

sekolah. Hal ini dapat disebabkan karena diharapkan, akhirnya akan terbentuklah
keadaan sanitasi seperti WC berbau dan perilaku tersebut misalnya membiasakan
kurang bersih sehingga walaupun tersedia siswa/siswi untuk mencuci tangan dengan air
fasilitas cuci tangan tetapi ada faktor yang yang mengalir dan sabun sebelum dan
menghambat juga, selain itu masih terdapat sesudah makan, karena cuci tangan dapat
beberapa siswa/siswi yang membuang membunuh kuman yang ada di tangan dan
sampah begitu saja di depan kantin walaupun masih banyak contoh untuk menggambarkan
sudah tersedia tempat sampah karena tempat hal tersebut (Sulastri, Purna, & Suyasa,
sampahnya jauh atau siswanya yang malas 2013). Hasil penelitian ini juga didukung
berpindah tempat karena sudah berkumpul oleh Teori Green yang menyatakan bahwa
dengan temannya. PHBS merupakan peran guru merupakan salah satu faktor
cerminan pola hidup keluarga yang penguat dalam pembentukan perilaku yaitu
senantiasa memerhatikan dan menjaga faktor yang mendorong untuk bertindak
kesehatan seluruh anggota keluarga. dalam mencapai suatu tujuan yang terwujud
Mencegah lebih baik dari pada mengobati dalam peran keluarga terutama orang tua,
inilah yang menjadi dasar untuk guru dan petugas kesehatan untuk saling
melaksanakan PHBS (Simbolon, & bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama
Simorangkir, 2018). yang baik antara pihak rumah dan sekolah
Hasil penelitian ini juga sejalan yang akan mendukung anak dalam
dengan penelitian Lolowang, Maramis, dan memperoleh pengalaman yang hendak
Ratag (2017), yang menyatakan bahwa dirancang, lingkungan yang bersifat sebagai
setengahnya siswa/siswi memilik perilaku pusat anak yang akan mendorong proses
yang baik (50,9%) dan hampir setengahnya belajar melalui penjelajah dan penemuan
siswa/siswi memiliki perilaku yang buruk untuk terjadinya suatu perilaku. Selain itu
(44,4%) dalam hal PHBS di sekolah. Hal ini peranan sekolah juga tidak kalah penting
dapat disebabkan karena terdapat hubungan dalam membuat suatu kebijakan yang bisa
antara tingkat pengetahuan dengan meningkatkan peran guru terhadap tindakan
pelaksanaan PHBS. PHBS di sekolah PHBS pada siswanya. Hal lain yang mungkin
merupakan sekumpulan perilaku yang di juga bisa dilakukan adalah dengan
praktikan oleh siswa/siswi, guru, dan memberikan informasi PHBS kedalam
masyarakat yang ada di lingkungan sekolah kurikulum pembelajaran di sekolah.
atas dasar kesadaran sebagai hasil Upaya untuk siswa/siswi yang
pembelajaran sehingga secara mandiri berperilaku sudah baik harus bisa
mampu mencegah penyakit, meningkatkan mempertahankan perilaku bersih dan sehat di
kesehatannya serta berperan aktif dalam sekolah dengan tidak membuang sampah
mewujudkan lingkungan sehat dan bersih sembarangan, tidak merokok di sekolah,
(Wokas, Sulastri, & Kartinah, 2018). Konsep memberantas nyamuk, menggunakan jamban
perilaku yang dikembangkan Becker, sehat, olahraga secara teratur dan terukur,
merupakan konsep perilaku sehat. Bahwa sering melakukan menimbang berat badan
perilaku sehat tersebut terbagi menjadi tiga dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
domain, yaitu pengetahuan terhadap sekali, dan upaya untuk siswa/siswi yang
kesehatan, sikap untuk merespon tindakan berperilaku buruk harus bisa meningkatkan
kesehatan, dan praktik domain ini bermanfaat lagi perilaku hidup bersih dan sehat agar
untuk mengetahui seberapa besar tingkat tidak terjadinya pencemaran kuman yang
perilaku sehat setiap individu (Notoatmodjo, akan menyebabkan penyakit serta
2010). siswa/sisiwi tersebut harus sering diberi
Salah satu cara membentuk perilaku pembelajaran atau penyuluhan dari
siswa/siswi adalah dengan cara membiasakan puskesmas. Serta peran guru dalam
diri untuk berperilaku seperti yang memberikan pembelajaran terkait perilaku

301
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

hidup bersih dan sehat, selain itu pihak perilaku cuci tangan yang buruk. Perilaku
sekolah perlu melakukan penyuluhan cuci tangan adalah kegiatan yang dilakukan
peraturan seperti kebiasaan terkait PHBS seseorang dalam membersihkan bagian
karena sudah ada fasilitas yang memadai tangan dengan tujuan untuk membersihkan
seperti tempat cuci tangan, tempat sampah, tangan dari kotoran dan membunuh kuman
toilet, UKS, kantin sekolah, lapang olahrag, penyebab penyakit yang merugikan
alat pengukuran TB dan penimbang BB. kesehatan manusia (Rahayu, Muhlisin &
Sudaryanto, 2016). Perilaku cuci tangan ini
Hasil Pengukuran Perilaku Hidup Bersih sangat penting dilakukan karena merupakan
dan Sehat di Sekolah untuk Setiap salah satu tindakan yang penting untuk
Indikator mencegah masuknya mikroba kedalam tubuh
Perilaku hidup bersih dan sehat di (Paulik et al., 2014).
tatanan sekolah ini terdiri dari 8 indikator. Indikator kedua yaitu perilaku
Dari kedelapan indikator tersebut sudah mengkonsumsi jajanan sehat menunjukkan
terdapat 6 indikator yang memiliki perilaku bahwa hampir setengahnya siswa/siswi
baik tetapi harus terus dipertahankan dan berperilaku baik dalam mengkonsumsi
diberikan penguatan baik oleh pihak sekolah jajanan sehat, dan sebagian besar siswa/siswi
maupun puskesmas yaitu perilaku berperilaku buruk dalam jajan sehat dikantin
menggunakan jamban bersih dan sehat, sekolah. Siswa/siswi memiliki perilaku buruk
perilaku olahraga yang teratur dan terukur, terhadap mengkonsumsi jajanan sehat di
perilaku memberantas jentik nyamuk, kantin sekolah. Kantin sekolah sudah tersedia
perilaku tidak merokok di sekolah, perilaku tetapi masih banyak siswa/siswi yang masih
menimbang berat badan dan mengukur tinggi jajan di luar gerbang sekolah seperti jajanan
badan, dan perilaku membuang sampah pada di pinggir jalan yang berjualan secara
tempatnya. Adapun untuk indikator perilaku terbuka. Hal ini sejalan dengan penelitian
mencuci tangan dengan air yang mengalir yang dilakukan Lina (2016), yang
dan menggunakan sabun dan perilaku mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
mengkonsumsi jajanan sehat siswa/siswi siswa/siswi yaitu sebanyak 56,3%
masih banyak yang berperilaku buruk. berperilaku buruk dalam mengkonsumsi
Indikator pertama yaitu perilaku jajanan sehat di kantin sekolah. Dikatakan
mencuci tangan dengan air yang mengalir berperilaku buruk karena tidak berfungsinya
dan menggunakan sabun menunjukkan kantin sekolah sehingga siswa/siswi
bahwa hampir setengahnya siswa/siswi cenderung jajan di luar lingkungan sekolah.
berperilaku baik dalam cuci tangan, dan Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin
sebagian besar siswa/siswi masih berperilaku sekolah merupakan suatu kebiasaan yang
buruk dalam cuci tangan. Terdapatnya sarana harus ditanamkan pada siswa/siswi. Hal ini
cuci tangan seperti adanya wastafel di setiap sebagai upaya agar siswa/siswi terhindar dari
depan kelas dengan disertai air yang kandungan zat kimia yang terdapat pada
mengalir dan didukung oleh tersedianya makanan yang dijual bebas di luar kantin
sabun untuk mencuci tangan, hal ini mungkin sekolah. Makanan yang ada dikantin sekolah
yang menyebabkan siswa/siswi di sekolah juga harus diawasi oleh pihak guru, supaya
memiliki perilaku cuci tangan yang baik. makanan tetap terjaga kebersihan dan
Berbeda halnya dengan sekolah yang kandungan gizinya. Makanan sehat harus
memiliki sarana untuk cuci tangan yang tidak mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh,
lengkap yaitu sudah terdapat wastafel di sehingga dapat membantu proses
setiap depan kelas tetapi kran airnya sudah pertumbuhan dan perkembanga siswa dengan
pada rusak dan tidak terdapat air mengalir optimal (Proverawati & Rahmawati, 2012).
mungkin hal ini yang bisa menyebabkan Indikator ketiga yaitu perilaku
perilaku siswa/siswi di sekolah memiliki menggunakan jamban bersih dan sehat

302
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan serangkaian gerak raga yang


siswa/siswi sudah berperilaku baik dalam teratur dan terencana untuk memelihara
menggunakan jamban sehat, dan hampir gerak dan meningkatakan keampuan gerak
setengahnya siswa/siswi masih berperilaku (Depkes RI, 2010). Aktifitas fisik ini juga
buruk dalam menggunakan jamban. ditunjang dengan adanya kelas olahraga,
Siswa/siswi sudah memiliki perilaku baik PHBS dalam olahraga dan aktivitas fisik ini
terhadap menggunakan jamban bersih dan akan membantu responden dalam mencegah
sehat. Sudah tersedianyanya sarana jamban obesitas di usia dini dan menjaga responden
bersih dan sehat sehingga siswa/siswi di untuk tetap sehat.
sekolah memiliki perilaku baik terhadap Indikator kelima yaitu perilaku
jamban bersih dan sehat. Hal ini sejalan memberantas jentik nyamuk menunjukkan
dengan penelitian yang dilakukan Solikhah bahwa sebagian besar siswa/siswi sudah
dan Sustini (2013) yang menyatakan bahwa berperilaku baik dalam memberanas jentik
perilaku dikategorikan baik sebesar 67,9% nyamuk, dan hampir setengahnya siswa/siswi
dalam perilaku menggunakan jamban sehat masih berperilaku buruk dalam memberantas
di sekolah. Meskipun sebagian besar jentik nyamuk. Pemberantasan jentik nyamuk
siswa/siswi menggunakan jamban termasuk sudah menjadi program puskesmas, yang
dalam kriteria baik, namun demikian, sudah di umumkan ke setiap sekolah
presentase anak yang berperilaku kurang termasuk. Pelaksanaanya pada sudah
dalam menjaga kebersihan dan kesehatan dilakukan dengan baik karena guru-guru
terkait dengan perilaku hidup bersih dan selalu menginformasikan terkait pentingnya
sehat masih perlu diperhatikan. Jamban pemberantasan jentik nyamuk. Hal ini sejalan
merupakan sanitasi dasar penting yang harus dengan penelitian yang dilakukan Rismawan,
dimiliki setiap sekolah. Pentingnya buang air Anggraeni, dan Kasmini (2018) yang
besar di jamban yang bersih untuk menunjukkan bahwa perilaku dikategorikan
menghindari dari berbagai jenis penyakit baik pada sebagian besar siswa/siswi yaitu
yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh sebanyak 68,3% dalam perilaku
karena itu jamban harus mengikuti standar memberantas jentik nyamuk di lingkungan
pembuatan jamban yang sehat saluran sekolah dikarenakan pendidikan tentang 3M
pembuangan udara agar tidak mencemari Plus dan pemberantasan sarang nyamuk
lingkungan sekitar (Proverawati & secara rutin sudah berjalan dengan baik.
Rahmawati, 2012). PHBS tentang pemberantasan sarang nyamuk
Indikator keempat yaitu perilaku di sekolah ini harus terus dimotivasi agar
olahraga yang teratur dan terukur lebih banyak yang melakukan secara rutin.
menunjukkan sebagian besar siswa/siswi Depkes RI (2010) sendiri untuk menangani
sudah berperilaku baik dalam olahraga yang hal ini telah mengeluarkan petunjuk teknis
teratur dan terukur, dan hampir setengahnya dan pemberantasan sarang nyamuk anak
siswa/siswi masih berperilaku buruk dalam sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan
olahraga teratur dan terukur. Siswa/siswi peran serta anak sekolah untuk menjadi
sudah memiliki perilaku baik terhadap jumantik dalam pelaksanaan pemberantasan
olahraga yang teratur dan terukur. Kegiatan sarang nyamuk di sekolah. Memberatas
olahraga sudah masuk ke jadwal pelajaran di jentik nyamuk di sekolah adalah kegiatan
sekolah sehingga semua siswa/siswi wajib memeriksa tempat-tempat penampungan air
untuk mengikuti olahraga setiap jadwal yang bersih yang ada di sekolah (bak mandi,
sudah ditentukan. Olahraga adalah suatu kolam, dll) apakah bebas dari jentik nyamuk
bentuk aktivitas fisik yang terencana dan atau tidak.
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh Indikator keenam yaitu perilaku tidak
berulang-ulang dan ditujukan untuk merokok di sekolah menunjukkan bahwa
meningkatkan kebugaran jasmani. Olahraga sebagian besar siswa/siswi sudah berperilaku

303
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

baik yaitu tidak merokok di lingkungan tinggi badan yang telah di tetapkan sehingga
sekolah, dan hampir setengahnya siswa/siswi guru mengetahui pertumbuhan siswanya
masih berperlaku buruk yaitu merokok di normal atau tidak nrmal (Evayanti, 2012).
lingkungan sekolah. Siswa/siswi sudah Mengukur berat badan dan tinggi badan
memiliki perilaku baik terhadap indikator merupakan salah satu upaya untuk
tidak merokok di sekolah. Sudah ditentukan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
di sekolah tentang larangan merokok. Sanksi anak, dengan diketahuinya tingkat
diberlakukan bagi siswa/siswi yang pertumbuhan dan perkembangan anak maka
melanggar atau katahuan merokok di dapat memberikan masukan untuk
lingkungan sekolah. Perilaku tidak merokok peningkatan konsumsi makanan yang bergizi
di sekolah dikatakan baik dikarenakan sudah bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk
mendapatkan penyuluhan tentang bahaya mengetahui pertumbuhan seorang anak
merokok, maka penyuluhan harus terus normla atau tidak, bisa diketahui melalui cara
dilakukan dengan harapan bahwa semakin membandingkan ukuran tubuh anak yang
banyak paparan informasi dengan itensitas bersangkutan dengan ukuran tubuh anak
yang tinggi membuat perilaku responden sesuai pada umumnya (Depkes RI, 2010).
dapat drubah dalam hal PHBS tidak Indikator kedelapan yaitu perilaku
merokok dikelas. Rokok ibarat pabrik bahan membuang sampah pada tempatnya
kimia dalam satu batang rokok yang diisap menunjukkan bahwa sebagian besar
akan dikeluarkan 4,000 bahan kimia siswa/siswi sudah berperilaku baik dalam
berbahaya adalah Nikotin, tar dan CO membuang sampah pada tempatnya, dan
(Depkes RI, 2010). Pengawasan orang tua hampir setengahnya siswa/siswi masih
dan guru yang ketat sangat dibutuhkan dalam berperilaku buruk dalam membuang sampah
hal ini, perkembangan teknologi dan pada tempatnya. Siswa/siswi sudah memiliki
pergaulan yang sangat pesat dapat menjadi perilaku baik terhadap indikator membuang
faktor pemicu adanya perokok di usia muda. sampah pada tempatnya. Sekolah sudah
Indikator ketujuh yaitu perilaku menyediakan tempat sampah di setia depan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi kelas dan juga sudah ada peraturan dari pihak
badan menunjukkan bahwa hampir sekolah untuk memberikan sanksi pada
seluruhnya siswa/siswi sudah berperilaku siswa/siswi yang membuang sampah
baik dalam menimbang berat badan dan sembarangan. Hal ini sejalan dengan
mengukur tinggi badan, dan sebagian kecil penelitian yang dilakukan Wokas, Sulastri,
siswa/siswi masih berperilaku buruk dalam dan Kartinah (2018), yang menunjukkan
menimbang berat badan dan mengukur tinggi bahwa PHBS dikategorikan baik sebesar
badan. Siswa/siswi sudah memiliki perilaku 71,1%, dalam perilaku membuang sampah
baik terhadap indikator menimbang berat pada tempatnya dikarenakan pola pikir siswa
badan dan mengukur tinggi badan di sekolah. terhadap penerapan perilaku membuang
Indikator ini sudah menjadi program sampah pada tempatnya masih kurang
puskesmas, tujuan program ini untuk sehingga siswa cenderung melakukannya.
mengetahui perkembangan anak setiap Siswa yang mempunyai perilaku yang baik
bulannya sehingga dilakukan oleh pihak belum tentu melakukan penerapan PHBS
puskesmas untuk mengumumkan pentingnya membuang sampah pada tempatnya, sebagian
pertumbuhan dan perkembangan anak. besar siswa mengetahui dampak yang
Kegiatan menimbang BB dan mengukur TB ditimbulkan akibat membuang sampah
pada siswa/siswi dilakukan dengan tujuan sembarangan, akan tetapi mereka tidak mau
untuk mentaati tingkat pertumbhan pada melakukan penerapan indikator membuang
siswa. Hasil pengukuran dan penimbangan sampah pada tempatnya (Raharjo & Indarjo,
berat badan pada siswa/siswi tersebut 2015). Membuang sampah sembarangan
dibandingkan dengan standar berat badan dan adalah salah satu penyebab tidak

304
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

seimbangnya lngkungan hidup. Agar pihak puskesmas untuk melaksanakan


sampah-sampah tidak mencari lingkungan perilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga
maka sebaiknya membuang sampah pada siswa/siswi yang ada disekolah mampu untuk
tempatnya. Dapat dibedakan tempat melakukan PHBS di sekolah yang meliputi
pembuangan sampahnya, seperti sampah mencuci tangan, kemudian jajan sehat di
organik, dan sampah anorganik (Proverawati kantin sekolah, menggunakan jamban bersih
& Rahmawati, 2012). dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok
Simpulan disekolah, menimbang berat badan dan
Hasil penelitian mengenai perilaku mengukur tinggi badan setiap 6 bulan sekali,
hidup bersih dan sehat di sekolah dan membuang sampah pada tempatnya.
menunjukkan bahwa setengah dari responden Dengan demikian program PHBS dapat
sudah berperilaku baik dalam berperilaku dilakukan dengan cara bekerja sama dengan
hidup bersih dan sehat, dan hampir setengah pihak sekolah. Puskesmas dan pihak sekolah
responden masih berperilaku buruk dalam dapat mengadakan program penyuluhan
berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku untuk mengedukasi siswa/siswi untuk hidup
hidup bersih dan sehat di tatanan sekolah ini bersih dan sehat. Program penyulahan
terdiri dari 8 indikator. Dari kedelapan tentang PHBS atau praktik cuci tangan
indikator tersebut sudah terdapat 6 indikator dengan baik dan benar, dapat dilakukan
yang memiliki perilaku baik tetapi harus dengan mengontrol jajanan yang sehat di
terus dipertahankan dan diberikan penguatan sekolah, program penimbangan BB dan
baik oleh pihak sekolah maupun puskesmas mengukur TB setiap 6 bulan sekali, dengan
yaitu perilaku menggunakan jamban bersih mengadakan tempat sampah di setiap kelas.
dan sehat, perilaku olahraga yang teratur dan
terukur, perilaku memberantas jentik Referensi
nyamuk, perilaku tidak merokok di sekolah, Carolina, P., Carolina, M., & Lestari, R.M.
perilaku menimbang berat badan dan (2016). Hubungan tingkat
mengukur tinggi badan, dan perilaku pengetahuan dan sumber informasi
membuang sampah pada tempatnya. Adapun dengan penerapan perilaku hidup
untuk indikator perilaku mencuci tangan bersih dan sehat (PHBS) pada
dengan air yang mengalir dan menggunakan keluarga di Wilayah Kerja Pustu
sabun dan perilaku mengkonsumsi jajanan Pahandut Seberang Kota Palangka
sehat siswa/siswi masih banyak yang Raya tahun 2016. EnviroScienteae,
berperilaku buruk. Hasil penelitian ini 12(3), 330-337.
walaupun setengahnya dari responden sudah
berperilaku baik tetapi masih terdapat hampir Departemen Kesehatan Republik Indonesia
setengahnya responden yang masih (2010). Pedoman PHBS tatanan
berperilaku buruk sehingga harus segera sekolah. Jakarta: Departemen
ditindaklanjuti. Kesehatan Republik Indonesia.
PHBS ini apabila perilakunya terus
meburuk maka akan berdampak pada Dewi, N., Yudiernawati, A., & Gabur,
timbulnya berbagai penyakit. Lalu untuk M.G.J. (2017). Hubungan perilaku
mencegah hal ini, ada upaya di sekolah hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan adanya program UKS salah satunya terhadap personal hygiene anak usia
dengan cara memberikan penyuluhan sekolah di SDN Tlogomas 2 Malang.
kesehatan tentang PHBS di sekolah serta Nursing News: Jurnal Ilmiah
dilakukan pengawasan oleh puskesmas untuk Mahasiswa Keperawatan, 2(1).
penerapannya. Dapat dilakukan kerjasama
anatara pihak sekolah, Guru UKS dengan Evayanti, N.P. (2012). Persepsi siswa SMP

305
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

dalam penerapan PHBS tatanan Bancak. Jurnal Ilmu Keperawatan


sekolah di Kelurahan Tugu dan Pasir dan Kebidanan, 10(1), 136-145.
Gunung Selatan Kota Depok. Tesis.
Program Studi Magister Ilmu Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
Keperawatan, Fakultas Ilmu kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Keperawatan, Universitas Indonesia,
Depok, Indonesia. Notoatmodjo, S. (2014). Kesehatan
masyarakat ilmu dan seni. Jakarta:
Fahruzi, Z.A. (2017). Efektifitas metode Rineka Cipta.
ceramah dan diskusi terhadap
peningkatan pengetahuan anak kelas
IV tentang cuci tangan pakai sabun di Paulik, E., Boka, F., Kertesz, A., & Balogh,
SDN 044 Pekanbaru. Jurnal H. (2014). Determinants of health-
Kesehatan Komunitas, 3(4), 159-163. promoting lifestyle behaviour in the
rural areas of Hungary. Health
Ispriantari, A., Priasmoro, D.P., & Mashitah, Promotion International, 25(3), 277-
M.W. (2019). The quality of life of 288. doi: 10.1093/heapro/daq025
adolescents with type 1 diabetes in ISSN 1460-2245.
Malang. Jurnal Ners dan Kebidanan
(Journal of Ners and Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Midwifery), 6(1), 001-005. Indonesia Nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Lina, H.P. (2017). Perilaku hidup bersih dan Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
sehat (PHBS) siswa di SDN 42 Bersih dan Sehat.
Korong Gadang Kecamatan Kuranji
Padang. Jurnal Promkes, 4(1), 92- Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012).
103. Perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Jakarta: Nuha Medika
Lolowang, M.A., Maramis, F.R., & Ratag,
B.T. (2017). Gambaran perilaku Raharjo, A.S., & Indarjo, S. (2015).
hidup bersih dan sehat di Sekolah Hubungan antara pengetahuan, sikap,
Dasar Inpres Talikuran Kecamatan dan ketersediaan fasilitas di sekolah
Kawangkoan Utara. Media dalam penerapan PHBS membuang
Kesehatan, 9(3). sampah pada tempatnya. Unnes
Journal of Public Health, 1-11 ISSN
Lumongga, N., & Syahrial, E. (2013). 225-6528.
Pengaruh penyuluhan dengan metode
ceramah dan diskusi terhadap Rahayu A.S, Muhlisin, A., & Sudaryanto, A.
peningkatan pengetahuan dan sikap (2016). Hubungan perawatan botol
anak tentang PHBS di Sekolah Dasar susu dan perilaku mencuci tangan
Negeri 065014 Kelurahan Namogajah dengan kejadian diare pada batita di
Kecamatan Medan Tuntungan tahun Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu.
2013. Kebijakan, Promosi Kesehatan Diakses dari:
dan Biostatistika, 2(1). eprints.ums.ac.id/42539/. Pada
tanggal 20 Desember 2017.
Messakh, S.T., Purnawati, S.S., dan
Panuntun, B. (2019). Gambaran Rismawan, M., Anggaraeni, R.T., &
perilaku hidup bersih dan sehat siswa Kasmini, K.P. (2018). Pelaksanaan
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan program perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) pada SDN di Kota
306
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 295-307, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502

Denpasar. Jurnal Riset Kesehatan sekolah dasar di SDN Jabon 1


Nasional, 2(1), 71-80. Mojoanyar Mojokerto. KTI D3
Keperawatan.
Ronosulistyo, H., & Ina, R. (2009). Dialog
keluarga menuju surga. Grasindo.

Sholikhah, H.H., & Sustini, F. (2013).


Gambaran perilaku hidup bersih dan
sehat tentang foodborne disease pada
anak sekolah di SDN Babat Jerawat I
Kecamatan Pakal Kota
Surabaya. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 16(4), 351-362.

Simbolon, P., & Simorangkir, L. (2018).


Penerapan UKS dengan PHBS di
wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 17(1), 16-25.

Sondakh, Joseph, & Koem, Z.A. (2015).


Hubungan antara pengetahuan dan
sikap dengan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada pelajar di SD
Inpres Sukur Kecamatan Airmadidi
Kabupaten Minahasa Utara.
PHARMACON, 4(4).

Sulastri, K., Purna, I.N., & Suyasa, I.N.


(2013). Hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku anak
sekolah tentang hidup bersih dan
sehat di Sekolah Dasar Negeri
Wilayah Puskesmas Selemadeg
Timur II. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 4, 99-106.

Wokas, A., Sulastri, S.K., & Kartinah, S.K.


(2018). Gambaran tentang perilaku
hidup bersih dan sehat di Sekolah
Dasar Negeri Gumpang 01 Kartasura
Sukoharjo. Doctoral dissertation.
Universitas Muhammadiyah,
Surakarta.

Yulianti, W. (2015). Pengetahuan dan


perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di tatanan sekolah pada anak

307

Anda mungkin juga menyukai