Anda di halaman 1dari 103

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI RUANG
CENDRAWASIH RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2013

Oleh :

Kartika Rini

011311223030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016
i
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM FISIOLOGIS DI RUANG
CENDRAWASIH RSUD DR. SOETOMO TAHUN 2013

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam Program Studi


Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

Oleh :

Kartika Rini

011311223030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

ii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Usulan Penelitian dengan judul “Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr.
Soetomo tahun 2013”

Telah diuji pada tanggal : 27 Juli 2016

Panitia Penguji Usulan Penelitian

Ketua : 1. Dr. Juniastuti, dr, M.Kes


NIP. 19710624 199802 2 001

Anggota Penguji : 1. Dwiyanti Puspitasari, dr., DTM&H,MCTM., Sp.A(K)


NIP : 19741016 200801 2 014

2. Budi Wicaksono, dr., SpOG


NIP : 19780509 201410 1 001

v
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

vi
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya


{QS. Al-Baqarah : 286}

Untuk mencari ilmu tidak mengenal usia dan waktu


tapi Puncak ilmu adalah ketika kita bisa memberi
manfaat kepada sesama.

Jangan pernah malu dan menyerah untuk maju karena jika kita malu dan menyerah maka
rencana Allah yang indah tidak akan pernah kita rasakan

Kartika Rini

vii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Analiss Faktor Resiko Yang Berhubungan

Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun

2013”

Penulis membuat proposal ini dengan sumber yang relevan yang penulis peroleh

dari buku-buku pustaka, jurnal, hasil penelitian dan internet

Dalam penulisan proposal ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan

baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat

bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, Mkes, Sp.PD, K-EMD, FINASIM SELAKU

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan Pendidikan Program Studi Pendidikan Bidan.

2. Baksono Winardi, dr, SpOG (K) selaku ketua Program Studi Pendidikan Bidan

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan

dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program pendidikan bidan.

3. Budi Wicaksono, dr, SpOG selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Dwiyanti puspitasari, dr., DTM&H,MCTM., Sp.A(K) selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang bermanfaat

bagi penulis.

viii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Atika, S,Si, M.Kes selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah memberikan

bimbingan dan arahan yang bermanfaat bagi penulis.

6. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Bidan yang telah memberikan ilmu yang

sangat bermanfaat bagi kami.

7. Teristimewa bagi keluarga tercinta, putra dan putri yang telah memberikan

semangat dan dorongan serta doa yang tulus.

8. Rekan – rekan PSPB angkatan 6 yang selalu memberikan semangat dan

dorongan.

9. Serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan proposal ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam proposal ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa

mendatang.

Penulis berharap agar proposal ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Surabaya, Juli 2016

Penulis

ix
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

Ikterus neonatorum adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
yang terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis. (Hidayat, 2008). Pada janin menjelang
persalinan terdapat kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2
dari udara dan mengeluarkan CO2 dari paru-paru. penghancuran darah janin inilah yang
menyebabkan terjadinya ikterus fisiologis. (Manuaba, 2010).
Masalah dari penelitian ini adalah masih tingginya prevalensi ikterus neonatorum
yaitu 25%-50% terjadi pada minggu pertama. Studi pendahuluan di Ruang Cendrawasih
RSUD Dr. Soetomo menunjukkan 75,8% bayi baru lahir mengalami ikterus neonatorum.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD Dr. Soetomo.
Metode penelitian ini, analitik dengan case control dengan sampel pasien bayi yang
dirawat di Ruang Cendrawasih RSUD Dr. Soetomo. Pengambilan sampel dengan random
sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Dilaksanakan juni 2016. Variabel independen
adalah jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas, asupan ASI. Variabel
dependen adalah kejadian ikterus neonatorum. Instrumen penelitian menggunakan lembar
pengumpul data. Analisa data menggunakan analisa univariat.
Hasil penelitian dari 124 responden yang persalinan dengan operasi terdapat 65,3%
yang mengalami ikterus neonatorum. Setelah dilakukan uji statistik chi square didapatkan
nilai signifikansi (P=<0,001) yang berarti ada hubungan antara jenis persalinan dengan
kejadian ikterus neonatorum, dari 24 responden dengan trauma lahir dan infeksi, 18
responden terdapat 75% mengalami ikterus neonatorum, setelah dilakukan uji chi square
didapatkan nilai signifikansi (P=0,011) yang berarti ada hubungan antara trauma lahir dan
infeksi dengan kejadian ikterus neonatorum. Dari 63 responden dengan usia kehamilan
kurang bulan terdapat 63,5% mengalami ikterus neonatorum, setelah dilakukan uji chi square
didapatkan nilai signifikansi (P=0,017) yang berarti ada hubungan antara prematuritas dengan
kejadian ikterus neonatorum. Dari 169 responden yang minum ASI+PASI terdapat 57,4%
mengalami ikterus neonatorum setelah dilakukan uji chi square didapatkan nilai signifikansi
(P=0,006) yang berarti ada hubungan antara asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum.
Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara jenis persalinan, trauma lahir dan
infeksi, prematuritas, dan asupan ASI di Ruang Cendrawasih RSUD Dr.Soetomo.

x
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

analysis of risk factors associated with the incidence of neonatal jaundice in Cendrawasih
Lounge Dr. Soetomo Hospital 2013

-Kartika Rini-

Neonatal jaundice is a symptom that is often found in newborns were divided into
physiological and pathological jaundice. In the fetus during labor are a combination of fetal
blood and adult blood that is able to attract O2 from air and remove CO2 from the lungs.
destruction of fetal blood is what causes physiological jaundice.
The problem of this study is the high prevalence of neonatal jaundice which is 25%-
50% occur in the first week. Preliminary study on Paradise Lounge Hospital Dr. Soetomo
showed 75,8% of newborns experiencing neonatal jaundice. The purpose of this study was to
analyze the risk factors associated with the incidence of neonatal jaundice in Cendrawasih
Lounge Hospital Dr. Soetomo.
This research method, analytical case control with patient samples treated infants at
Cendrawasih Lounge Hospital Dr. Soetomo. Sampling with random sampling that met the
inclusion criteria. Implemented June 2016. The independent variable was the type of
delivery, birth trauma and infection, prematurity, breast milk intake. The dependent variable
was the incidence of neonatal jaundice. The research instrument used sheet data collectors.
Data were analyzed using univariate analysis.
The results of the 124 respondents who labor with surgery there are 65,3% who
experienced neonatal jaundice. Having performed statistical tests chi square obtained
significance value (P= <0,001), which means that there is a correlation between the type of
delivery with the incidence of neonatal jaundice, from 24 respondents with birth trauma and
infection, 18 respondents are 75% had neonatal jaundice, after the chi square test obtained the
value of significance (P= 0,011), which means there is a relationship between birth trauma
and infection with the incidence of neonatal jaundice. Of the 63 respondents with a
gestational age preterm contained 63,5% had neonatal jaundice, after the value obtained chi
square test of significance (P= 0,017), which means there is a relationship between the
incidence of prematurity, neonatal jaundice. Of the 169 respondents who drank the
ASI+PASI 57,4% are experiencing neonatal jaundice after the chi square test values obtained
significance (P= 0,006), which means there is a relationship between the intake of milk with
the incidence of neonatal jaundice. The conclusion of this study, there is a relationship
between the type of delivery, birth trauma and infection, prematurity, and intake of milk in
Cendrawasih Lounge Hospitals Dr. Soetomo.

Keywords: Type of Delivery, birth trauma and infection, prematurity, intake of milk, neonatal
jaundice.

xi
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM..................................................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................................................iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI........................................................................................v
MOTTO.................................................................................................................................................vii
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................................................viii
RINGKASAN..........................................................................................................................................x
ABSTRACT..........................................................................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Abortus............................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Ikterus Neonatorum............................................................................6
2.1.2 Insiden Ikterus Neonatorum.............................................................................7
2.1.3 Klasifikasi Ikterus Neonatorum........................................................................8
2.1.4 Etiologi dan Faktor Risiko Ikterus Neonatorum..............................................9
2.1.5 Tanda dan Gejala Ikterus Neonatorum..........................................................12
2.1.6 Penilaian Ikterus Neonatorum........................................................................14
2.1.7 Kern – Ikterus.................................................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................14
2.1.9 Penatalaksaan Ikterus Neonatorum................................................................15

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1 Kerangka Konseptual............................................................................................................................21
3.2 Hipotesis Penelitian...............................................................................................................................22

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian.................................................................................................23

xii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.2 Populasi dan Sampel..................................................................................................23


4.2.1 Populasi Penelitian.............................................................................23
4.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.......................................24
4.2.3 Kriteria Sampel.................................................................................24
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................25
4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel...........................................................25
4.4.1 Variabel Independent........................................................................25
4.4.2 Variabel Dependent..........................................................................25
4.4.3 Definisi Operasional.........................................................................25
4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................................27
4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data.......................................................27
4.7 Cara Pengolahan dan Analisa Data...........................................................................28
4.7.1 Pengolahan Data...............................................................................28
4.7.2 Analisa Data......................................................................................29
4.8 Kerangka Operasional................................................................................................34
4.9 Etik penelitian............................................................................................................36
4.10 Keterbatasan...............................................................................................................37

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN


5.1 Hasil Penelitian...........................................................................................................39
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...............................................................39
5.2 Analisis Hasil Penelitian..............................................................................................40
5.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko.......................................40
5.2.2 Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Kejadian
Ikterus Neonatorum.........................................................................................43
5.2.3 Analisi Faktor Risiko Yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian
Ikterus Neonatorum.........................................................................................48

BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum..52
6.2 Analisis Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum..60

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan.................................................................................................................62
7.2 Saran...........................................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................64
LAMPIRAN

xiii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................................................26


Tabel 4.2 Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol.......................................................................31
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Jenis Persalinan Terhadap Kejadian
Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013.........44
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
Trauma Lahir Dan Infeksi Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang
Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013...........................................................45
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Prematuritas Terhadap Kejadian
Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun
2013..............................................................................................................................46
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Asupan ASI Terhadap Kejadian
Ikterus Neonatorum Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun
2013..............................................................................................................................47
Tabel 5.5 Model Akhir Regresi Logistik Faktor Resiko Kejadian Ikterus Neonatorum..............49

xiv
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual........................................................................................21


Gambar 4.1 Rancang Bangun Penelitian..............................................................................23
Gambar 4.2 Kerangka Operasional.......................................................................................35
Gambar 5.1 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor
Resiko di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.......................................40
Gambar 5.2 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
Trauma Lahir dan Infeksi di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.........41
Gambar 5,3 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
prematuritas di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo..............................42
Gambar 5.4 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko
Asupan ASI di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo......................../.....42

xv
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian..............................................................................66
Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian...........................................................................67
Lampiran 3 Keterangan Kelaikan Etik................................................................................68
Lampiran 4 Lembar Konsultasi...........................................................................................69
Lampiran 5 Lembar Pengumpul Data.................................................................................70
Lampiran 6 Hasil Pengolahan Data ...................................................................................,71
Lampiran 7 Hasil Akhir Regresi Logistik ..........................................................................72
Lampiran 8 Lembar Konsultasi ..........................................................................................73
Lampiran 9 Lembar Perbaikan Skripsi ...............................................................................74

xvi
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

AKBA : Angka Kematian Balita


AKB : Angka Kematian Bayi
AKN : Angka Kematian Neonatal
APGAR : Appearance Pulse Grimace Activity Respiration
ASI : Air Susu Ibu
DM : Diabetes Melitus
G6PD : Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase
IRNA : Instalasi Rawat Inap
M.DGs : Millenium Development Goals
Rh : Rhesus
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SPOG (K) : Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Konsultan)
WHO : World Healthy Organitation

xvii
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Amerika Serikat dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya,

sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada

bayi baru lahir yang sering dihadapi. Sekitar 25% - 50% bayi baru lahir

menderita ikterus pada minggu pertama. Ikterus sendiri merupakan

masalah yang sering muncul pada neonatus yang terjadi akibat akumulasi

bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan (Departemen

kesehatan Indonesia, 2012).

Salah satu tujuan MDGs yang ke 4 adalah menurunkan Angka

Kematian Anak (AKA). Indikator dan target dari tujuan tersebut antara

lain: Angka Kematian Bayi (AKB) 23 per 1000 kelahiran hidup pada

2015, Angka Kematian Balita (AKBA) 32 per 1000 kelahiran hidup pada

2015, Angka Kematian Neonatal (AKN) menurun dengan acuan SDKI

(Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) 19 per 1000 kelahiran hidup

pada tahun 2015 (Kemenkes RI,2011).Di Indonesia penyebab kematian

neonatal 0–6 hari adalah gangguan pernapasan (37%), prematurias (34%),

sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%)

(Depkes, 2013).Walaupun ikterus neonatorum urutan ke enam dari

penyebab kematian neonatal 0-6 hari di Indonesia, tapi ikterus merupakan

masalah yang sering muncul pada masa neonatal dan dampak yang timbul

1
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

seperti kejang-kejang bisa dihindarkan dengan pengawasan yang ketat

pada masa neonatal.

Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa

neonatus terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah

dan jaringan. Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah

merah (hemoglobin) Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun,

sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati

akan mengubah bilirubin indirek (bebas) menjadi direk yang larut dalam

air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi

optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut.

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya ikterus

neonatorum. Secara garis besar faktor yang diduga yaitu faktor maternal

antara lain disebabkan oleh komplikasi kehamilan, penggunaan infus

oksitosin dan ASI,faktor perinatal antara lain jenis persalinan, faktor

trauma lahir dan infeksi, dan faktor neonatus yaitu faktor genetik.

prematuritas ,ABO, G6PD, BMK, dan asupan ASI (A, Aziz Alimul, 2008).

Di RSUD Dr. Soetomo Berdasarkan data yang didapatkan,terjadi

peningkatan kasus ikterus neonatorum, pada tahun 2013 yaitu sebanyak

392 kasus. Pada tahun 2012 sebanyak 380 kasus, sedangkan pada tahun

2011 sebanyak 223 kasus( Laporan IRNA OBGYN 2013).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti ingin meneliti

tentang hubungan antara beberapa faktor risikoyakni jenis persalinan,

infeksi dan trauma lahir, prematuritas dan frekuensi pemberian ASI

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr.

Soetomo tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara jenis persalinan, infeksi dan trauma

lahir, prematuritas dan asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum di

Ruang Cendrawasih tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk :

Menganalisis hubungan antara faktor risiko ikterus neonatorum

dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik faktor resiko (jenis persalinan,

trauma lahir dan infeksi, prematuritas dan asupan ASI)

responden ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD.

Dr. Soetomo.

2. Menganalisis hubungan antara faktor resiko jenis

persalinandengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang

Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

3. Menganalisis hubungan antara faktor resiko trauma lahir dan

infeksidengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang

Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

4. Menganalisis hubungan antara faktor resiko prematuritas

dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih

RSUD. Dr. soetomo.

5. Menganalisi hubungan faktor resiko asupan ASI dengan

kejadian ikterus neonatorumdiRuang Cendrawasih RSUD. Dr.

Soetomo.

6. Menganalisis faktor resiko yang paling berhubungan dengan

kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD.

Dr. Soetomo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Segi Teoritis

Dapat menambah pengetahuan mengenai faktorrisikoyang

berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum, menambah

pengalaman dalam penelitian dan strategi ilmu khususnya mata kuliah

metode penelitian.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

1.4.2 Segi Praktis

1.4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi

praktisi/ klinisi tentang kejadian ikterus neonatorum dan dapat

memberikan penyuluhan atau konseling kepada masyarakat tentang faktor

resiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.

1.4.2.2 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit

sebagai bahan pustaka tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian ikterus neonatorum.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen institusi dan sebagai bahan bacaan mahasiswa

serta dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ikterus Neonatorum

2.1.1 Definisi Ikterus Neonatorum

Ikterus neonatorum adalah menguningnya sklera, kulit, atau

jaringan lain akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh. Keadaan ini

merupakan tanda penting penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran

empedu dan penyakit darah. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%,

maka ikterus akan terlihat. Namun pada neonatus ikterus masih belum

terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah melampaui 5 mg%. Ikterus

terjadi karena peninggian kadar bilirubin indirect (unconjugated) dan kadar

bilirubin direk. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak apabila

bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia dan hipoglikemia

(Markum H, 2005).

Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi

baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi.

(Hidayat, 2008)

Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi

darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara

darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udara dan

mengeluarkan CO2 melalui paru-paru. Pengahncuran darah janin inilah

yang menyebabkan terjadi ikterus yang sifatnya fisiologis. Sebagai

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar bilirubin indirek bayi cukup

bulan sekitar 15 mg % sedangkan bayi cukup bulan 10 mg %. Di atas

angka tersebut dianggap hiperbilirubinemia. (Manuaba, 2010)

2.1.2 Insiden Ikterus Neonatorum

Ikterus biasanya akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

Kejadian ikterus 50% terdapat pada bayi cukup bulan (aterm) dan sekitar

75% - 80% terdapat pada bayi kurang bulan (preterm) (Winkjosastro,

2007).

Pada neonatus ikterus dapat bersifat fisiologis ataupun

patologis.Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran dan

biasanyamenetap dalam 10 – 12 hari. Ikterus yang tampak lebih awal

bersifat menetapatau berkaitan dengan kadar bilirubin yang tinggi. Ikterus

ini memilikisejumlah penyebab patologis, meliputi peningkatan hemolisis,

gangguanmetabolik, endokrin, infeksi, serta ensefalopati bilirubin.

Ensefalopatibilirubin terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan

lipid dindingsel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebulum yang

dapatmenyebabkan kematian sel, dimana bila tidak segera ditangani

dapatmengakibatkan kematian (Franser, 2009: 836).

2.1.3 Klasifikasi

2.1.3.1 Ikterus Fisiologi

Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari

ketiga. Kadar billirubinnya tidak melewati kadar yang membahayakan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-

lambatnya 10 hari pertama.

Ikterus dikatakan Fisiologis bila :

1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.

2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 - 24 jam tidak melewati 15 mg %

pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang

bulan.

3. Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %

perhari.

4. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama

5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik

(kern – ikterus)

6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. (Ngastiyah, 2005)

2.1.3.2 Ikterus Patologis

Ikterus Patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau

kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.

Dasar patologis ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan

menghilangnya ikterus dan penyebabnya.

Menurut Ngastiyah (2005) Ikterus dikatakan patologis bila :

1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama

2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau

melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

3. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.

4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.

5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.

6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.

2.1.4 Etiologi dan Faktor Resiko

2.1.4.1 Etiologi

Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau disebabkan oleh

beberapa faktor menurut (Ngastiyah, 2005) :

1. Produksi yang berlebihan

ibu - bayi tidak sesuai

2. Gangguan konjugasi hepar

3. Gangguan transportasi

Ikatan kompetitif dengan albumin

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

4. Gangguan ekresi

2.1.4.2 Faktor Resiko Ikterus

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih (ikterus nonfisiologis) menurut

Moeslichan (2004) dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini :

1. Faktor Maternal

1)Ras atau kelompok etnik tertentu.

2) Komplikasi dalam kehamilan (DM, inkompabilitas ABO, Rh)

3) Penggunakan oksitosin dalam larutan hipotonik.

4) ASI

5) Mengonsumsi jamu-jamuan

2. Faktor perinatal

1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) dan Infeksi (bakteri, virus,

protozoa)

Pada bayi yang mengalami trauma lahir atau infeksi bisa

menyebabkan hipoksia, hipoglikemi, dan kelainan susunan

syaraf pusat sehingga bilirubin mudah masuk ke dalam sawar

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

darah otak yang akan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin

indirek.

3. Faktor neonatus

1) Prematuritas

Pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan yang kurang bulan

bisa menyebabkan bayi mengalami hipoksia, hipoglikemi, dan

kelainan susunan syaraf pusat sehingga bilirubin mudah masuk

ke dalam sawar darah otak yang akan menyebabkan peningkatan

kadar bilirubin indirek.

2) Faktor genetik

3) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)

4) Rendahnya asupan ASI (dalam sehari min. 8 kali sehari)

Hal ini disebabkan karena kekurangan asupan makanan

sehingga bilirubin direk yang sudah mencapai usus tidak terikat

oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama

makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi

bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke dalam darah dan

mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik. Keadaan ini

tidak memerlukan pengobatan dan tidak boleh diberi air putih

atau air gula dan perlu tindakan sebagai berikut :

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

 Berikan kolostru karena dapat membantu untuk membersihkan

mekonium dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin

tinggi bila tidak segera dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi

kembali sehingga meningkatkan kadar bilirubin dalam darah.

 Bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali

dalam sehari

 Jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum

ASI keluar karena akan mengurangi asupan susu.

 Monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat BAK bayi dan

BAB bayi.

5) Hipoglikemia

6) Hiperbilirubinemia

Faktor yang berhubungan dengan ikterus menurut Prawihardjo (2005) :

1. Usia Ibu

2. Tingkat pendidikan

3. Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi ikterus

4. Riwayat kesehatan Ibu

5. Masa gestasi

6. Jenis persalinan

Dalam persalinan dengan operasi kejadian asfiksia, trauma, dan

aspirasi mekonium bisa berkurang dengan persalinan operasi, resiko

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

distress pernafasan sekunder sampai takipneu transien, defisiensi

surfaktan, dan hipertensi pulmonal dapat meningkat. Hal tersebut

bisa berakibat terjadinya hipoperfusi hepar dan menyebabkan proses

konjugasi bilirubin terhambat. Bayi yang lahir dengan operasi juga

tidak memperoleh bakteri – bakteri menguntungkan yang terdapat

pada jalan lahir ibu yang berpengaruh pada pematangan sistem daya

tahan tubuh. Sehingga bayi lebih mudah terinfeksi. Ibu yang

melahirkan dengan operasi jarang menyusui langsung bayinya

karena ketidaknyamanan pasca operasi, dimana diketahui ASI ikut

berperan untuk menghambat terjadinya sirkulasi enterohepatik

bilirubin pada neonatus.

7. Inkomtabilitas Rhesus

8. Inkompabilitas ABO

9. Berat badan lahir

10. Asfiksia

11. Prematur

12. APGAR score

13. Asupan ASI

14. Terpapar sinar matahari

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2.1.5 Tanda dan gejala

2.1.5.1 Tanda

Tanda yang timbul dari ikterus menurut Surasmi (2003) yaitu :

a. Letargis (lemas)

b. Kejang

c. Tidak mau menghisap

d. Pembesaran pada hati

e. Tampak ikterus: sclera, kuku, kulit dan membrane mukosa.

f. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap, warna tinja gelap.

2.1.5.2 Gejala

Gejala menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan

menjadi

1. Gejala akut :

gejala yang dianggap sebagai fase pertama kern ikterus pada

neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

2. Gejala kronik :

tangisan yang melenking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan

opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

paralysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis

sebagian otot mata dan dysplasia dentalis).

Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang

sebagai berikut :

a. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada

saat kelahiran.

b. Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan

darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang

dibutuhkan.

c. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada

24 jam pertama kelahiran.

2.1.6 Penilaian

Penilaian ikterus secara klinis dengan menggunakan rumus KRAMER (Sri

agung Lestari, 2009) :

No Luas Ikterus Kadar Billirubin


(mg%)
1 Kepala dan leher 5

2 Daerah 1 dan bagian atas 9

3 Daerah 1,2 - badan bagian bawah serta 11

tungkai

4 Daerah 1.2.3, lengan kaki bawah lutut 12

5 Daerah 1,2,3,4 dan kaki serta tangan 16

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

2.1.7 Pemeriksaan diagnostik

1 Pemeriksaan bilirubin serum

Pada bayi yang cukup bulan billirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl,

antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila nilainya diatas 10 mg/dl, tidak

fisiologis. Pada bayi dengan prematur kadar billirubin mencapai

puncaknya 10-12 mg/dl antara 5-7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang

lebih dari 14 mg/dl adalah tidak fisiologis. Dari brown AK dalam text

books of pediatric 1996 : ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan,

bilirubin indirek munculnya ikterus 2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan

kadar bilibirum yang mencapai puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi

dengan premature, bilirubin indirek muncul 3-4 hari dan hilang 7-9 hari

dengan bilirubin mencapai puncak 15 mg/dl/ hari. Pada ikterus patologis

meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl/hari dan kadar bilirubin direk

lebih dari 1 mg/dl. Maisetes 1994 dalam Whaley dan wong 1999 :

Meningkatnya kadar serum total lebih dari 12-13 mg/dl.

2. Ultrasound untuk mengevalusi anatomi cabang kantong empedu.

3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan

hepatitis dari atresia billary.

2.1.8 Penatalaksanaan Ikterus

Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang

meungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam

batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak

mencapai kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan

transfusi tukar dan atau fisioterapi. Resiko cidera susunan saraf pusat

akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing

bayi. Kriteria yang harus dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh

karena fototerapi membutuhkan waktu 12-24 jam, sebelum

memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus

dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang diberikan.

Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya diberikan

pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%.

1. Penatalaksanaan umum

Penatalaksanaan ikterus secara umum menurut Surasmi (2003) antara lain

yaitu :

a. Memeriksa golongan darah Ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu

hamil

b. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi

baru lahir, yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.

c. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang

sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik

di tempat bayi dirawat.

d. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui.

2. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya ikterus

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

Ikterus neonatorum dapat dicegah berdasarkan waktu timbulnya gejala dan

diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini

a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan

1) Kadar bilirubin serum berkala

2) Darah tepi lengkap

3) Golongan darah ibu dan bayi diperiksa

4) Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD biakan darah atau

biopsi hepar bila perlu.

b. Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir. Pemeriksaan yang perlu

diperhatikan.

1) Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan

pemeriksaan darah tepi .

2) Periksa kadar bilirubin berkala.

3) Pemeriksaan penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya.

c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama

ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya.

Pemeriksaan yang dilakukan :

1) Pemeriksaan bilirubin direk dan indirek berkala

2) Pemeriksaan darah tepi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

3) Pemeriksaan penyaring G6PD

4) Biarkan darah, biopsy hepar bila ada indikasi

3. Ragam Terapi

Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi

harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam,

disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada.

a) Terapi Sinar (fototerapi)

Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar

bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi,

bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah laurt

dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga

berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga

menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan pada fototerapi

berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu.

Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara parallel.

Dibagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang

berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif.

Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh

bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kelamin harus

ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek

cahaya dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata

bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

retinanya, begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko

terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan.

b) Terapi transfusi

Jika setelah menjalani fototerapi tidak ada perbaikan dan kadar bilirubin

terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu

dilakukan terapi transfuse darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat

menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang

harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan

perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy,

gangguan motoric dan bicara, serta gangguan penglihatan dan

pendengaran. Untuk itu, darah bayi sudah teracuni akan dibuang dan

ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan bertahap.

Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka

yang menggembirakan, maka terapi transfuse bisa berhenti. Tapi bila

masih tinggi maka perlu dilakukan proses transfusi kembali. Efek samping

yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari

darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini

terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

c) Terapi obat-obatan

Terapi lainya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat Phenobarbital

atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati

sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah jadi direct. Ada juga

obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ

hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti

fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini

dikurangi bahkan dihenntikan. Efek sampingnya adalah mengantuk.

Akibatnya bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga

dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru

memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, terapi obat-obatan bukan

menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya

dengan fototerapi si kecil bisa ditangani.

d) Menyusui Bayi dengan ASI

Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin.

Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI

memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air

besar dan kecilnya.

e) Terapi Sinar Matahari

Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya

dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi

dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda.

Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam

kemudian telungkup. Lakukan anatara jam 07.00 sampai 09.00 pagi.

Inillah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin.

Dibawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di

atas jam Sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke

matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi

disekeliling, keadaan udara harus bersih.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep suatu penelitian adalah suatu hubungan atau

kaitan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya dari masalah yang

ingin diteliti (Notoatmodjo, 2005).

MATERNAL
1. RAS
2. Komplikasi
kehamilan
3. Penggunaan infus
oxytocin
4. ASI
Faktor Risiko
PERINATAL
yang
berhubungan 1. Jenis persalinan IKTERUS
dengan 2. Trauma lahir dan NEONATORUM
ikterus infeksi
neonatorum

A NEONATAL
.

K 1. Genetika

2. Prematuritas
T
3. Frekuensi Asupan ASI
O

R
Gambar 3.1 Faktor Risiko Terjadinya Abortus Spontan

R : Diteliti

E : Tidak Diteliti

O
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

Dapat dijelaskan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

atau berhubungan dengan terjadinya ikterus neonatorum. Secara garis

besar faktor yang diduga yaitu faktor maternal antara lain disebabkan oleh

RAS, komplikasi kehamilan, penggunaan infus oksitosin dan ASI, faktor

perinatal antara lain jenis persalinan, faktor trauma lahir dan infeksi, dan

faktor neonatus yaitu faktor genetik. Prematuritas , obat dan asupan ASI

(A, Aziz Alimul, 2008).

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

(Arikunto, 2006). Menurut Notoatmodjo, 2005 hipotesis merupakan

sebuah pernyataan atau jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan

duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibutikan dalam

penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus

neonatorum

2. Ada hubungan antara trauma lahir dan infeksi dengan kejadian

ikterus neonatorum

3. Ada hubungan antara prematuritas dengan kejadian ikterus

neonatorum

4. Ada hubungan antara asupan ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain penelitian analisisdan berdasarkan waktunya,

penelitian ini merupakan penelitian case control(retrospective)

(Notoatmodjo, 2005).

Faktor Resiko +
Ikterus Neonatorum +
Faktor Resiko -

Faktor Resiko +
Ikterus Neonatorum -
2.1 Populasi Pene
Faktor Resiko -

Gambar 4.1 Rancang Bangun Penelitian

4.2 Sampel Dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh

pasien bayi yang dirawat di Ruang Cendrawasih RSUD Dr.

Soetomo tahun 2013, yang berjumlah 696 bayi.

4.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sample merupakan sebagian atau wakil dari populasi

yang akan diteliti (Arikunto,2006). Dalam penelitian ini

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

sampel yang digunakan berjumlah 396orang yaitu 198

dari kelompok kontrol dan 198 dari kelompok kasus.

Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus

ikterus neonatorummenggunakan rumus penentuan besar

sample ( Nursalam, 2003 ) yaitu

n = N

1 + N(d)²

n = 392
1 + 392(0,05)²

n = 392

1 + 392(0,0025)

n = 392

1 + 0,98

n = 392

1,98

n = 198

Jadi besar samplenya adalah 198 responden

Keterangan : N : Besar Populasi

n : Besar Sample

d : tingkat kesepakatan yang diinginkan (0,05)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

Pada kelompok kontrol pengambilan sample menggunakan

teknik simple random sampling.

Perbandingan antara kelompok kontrol dan

kelompok kasus adalah 1:1, sehingga kelompok kontrol

yang dijadikan sampel juga berjumlah 196 orang. Yang

menjadi kontrol pada penelitian ini adalah pasien yang tidak

mengalami ikterus neonatorumyang dirawat di Ruang

Cendrawasih RSUD. Dr. Soettomo pada tahun 2013.

4.2.3 Kriteria Sampel

Dalam penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan

eksklusi, kriteria inklusi sampel kasus dalam penelitian ini

adalah memiliki rekam medis yang lengkap, sesuai dengan

data yang dibutuhkan.

Kriteria eksklusi sampel kasus dalam penelitian ini

adalah:

1. Ikterus Neonatorum yang terjadi pada 24 jam pertama.

2. Bila terjadi peningkatan kadar billirubin 5 mg% per hari

3. Bayi yang harus pindah ke ruang bayi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Cendrawasih RSUD.

Dr. Soetomo tanggal 1-31 Juni 2015.

4.4 Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional

Klasifikasi variabel dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Variabel Independent

Variabel independen dalam penelitian ini adalah

jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi,

prematuritas dan asupan ASI

4.4.2 Variabel Dependen

Pada penelitian ini variabel dependennya adalah

kejadian ikterus neonatorum.

4.4.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel

secara operasional berdasarkan karakteristik yang

diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional

ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan

ditentukan karakteristiknya. (Hidayat,2009)

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Kriteria


Operasiona Variabel
l
Jenis Bagaimana Tertulis  Rekam Nominal  Beresiko: cara
Persalin cara cara persalinan
an melahirkan persalinan medik dengan
responden di rekam operasi
baik medik  Lembar (Prawiroharjo,
spontan, Pengu 2005)
dengan alat mpul  Tidak
atau operasi Data beresiko :
yang persalinan
didapat dari spontan
rekam (Prawiroharjo,
medik 2005)
responden.

Trauma Adakah Tertulis  Rekam Nominal  Beresiko :


lahir dan bengkak adanya medik adanya cephal
infeksi yang berisi tanda-  Lembar hematom atau
darah tanda dari pengu infeksi pada
karena trauma dan mpul proses
proses infeksi di data persalinan
persalinan rekam (Moeslichan,2
atau adakah medik 004)
sakit oleh
karena  Tidak
bakteri beresiko :
maupun tidak ada
virus ada cephal
pada saat hematom dan
persalinan infeksi pada
yang proses
didapat dari persalinan
rekam (Ngastiyah,20
medik 05)
responden

Prematu Usia Tertulis  Rekam Nominal  Beresiko :


ritas kehamilan usia medik usia
pada saat kehamilan  Lemba kehamilan
melahirkan di rekam

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

yang medik r kurang bulan


didapat dari pengu (Moeslichan,2
rekam mpul 004)
medik data
responden  Tidak
beresiko : usia
kehamilan
cukup bulan
(Moeslichan,2
004)

Asupan Kecukupan Tertulis  Rekam Nominal  Bayi


ASI responden responden medik denganASI
dapat ASI minum  Lemba eksklusif
yang ASI atau r (Ngastiyah,20
didapat dari ASI + pengu 05)
rekam PASI di mpul
medik rekam data  Bayi dengan
medik ASI tidak
eksklusif
(Ngastiyah,20
05)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

pengumpulan data.

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian adalah

sumber data sekunder meliputi jenis persalinan, trauma dan infeksi,

prematuritas dan asupan ASI dan data jumlah pasien melalui rekam medis

dan Instalasi Rawat Inap Kebidanan RSUD. Dr. Soetomo.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

4.7 Cara Pengolahan dan Analisa Data

4.7.1 Pengolahan Data

4.7.1.1 Editing

Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh untuk dikumpulkan. Editting dapat pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

4.7.1.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari beberapa katagori.

Pada penelitian ini peneliti memberikan kode berupa angka pada:

1. Jenis persalinan

Berisiko diberi kode 1

Tidak berisiko diberi kode 2

2. Trauma persalinan dan infeksi

Berisiko diberi kode 1

Tidak Berisiko diberi kode 2

3. Prematuritas

Berisiko diberi kode 1

Tidak Berisko diberi kode 2

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

4. Asupan ASI

ASI eksklusif diberi kode 1

Tidak eksklusif diberi kode 2

4.7.1.3 Entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekwensi sederhana.

4.7.1.4 Tabulating

Tabulating dilakukan berdasarkan kode yang ditujukan

untuk mempermudah dalam penyajian data dalam bentuk distribusi

frekwensi dan persentase (Hidayat,2009)

4.7.2. Analisa Data

4.7.2.1.Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian.Analisa ini menghasilkan distribusi frekwensi dan

persentase dari setiapvariabel.Analisi univariat dilakukan terhadap

jenis persalinan, trauma persalinan dan infeksi, prematuritas dan

asupan ASIdengan perhitungan rumus penentuan besar presentase

sebagai berikut:

𝑓
X= 𝑥 100%
𝑛

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

Ket : X = Hasil Persentase


f = Frekwensi Hasil
n = Total Seluruh Observasi
hasil presentaseyang diperoleh dideskripsikan

menggunakan skala presentase sebagai berikut ::

 100% : Seluruhnya

 76-99% : Hampir seluruhnya

 51-75% : Sebagian besar.

 50% : Setengahnya

 26-49% : Hampir setengahnya

 1-25$ : Sebagian kecil

 0% : Tidak ada satupun

(Notoatmojo, 2010)

4.7.2.2 Analisis Bivariat

Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk

tabel ditribusi frekwensi dan persentase atau proporsiuntuk melihat

tingkat signifikansi hubungan variabel bebas dengan kejadian

ikterus neonatorum, selanjutnya dilakukan analisis statistik Chi

Square (X²) dengan perangkat lunak SPSS dengan tingkat

kemaknaan α = 0.05. Hasil Perhitungan statistik dapat

menunjukkan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara

variabel yang diteliti yaitu jika nilai p< 0,05, maka hasil

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

perhitungan statistik bermakna yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Selain itu juga dilakukan perhitungan Odd Rasio (OR)

untuk melihat estimasi risiko terjadinya outcome, sebagai pengaruh

adanya variabel independen. Yang dimaksud dengan OR adalah

suatu perbandingan pajanan diantara kelompok kasus terhadap

pajanan pada kelompok kontrol. Estimasi Confidence Interval (CI)

untuk OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasinya sebagai berikut.

Bila OR > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya

outcome BilaOR = 1 berarti bukan sebagai faktor risiko dengan

kejadian.Bila OR < 1 berarti sebagai faktor proteksi atau pelindung

Tabel 4.3 Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol

No Faktor Risiko Kasus Kontrol


1 Faktor Risiko (+) A B
2 Faktor Risiko (-) C D
(Sastroasmoro, 2010)

𝐴/𝐶
Rasio Odd =𝐵/𝐷 = ad/bc

4.7.2.3 Analisis Multivariat

Analisis ini merupakan kelanjutan dari analisis

bivariat, dimana variabel yang pada analisis bivariat mempunyai

nilai p lebih kecil dari pada 0,25 dimasukkan kedalam analisis

multivariat. Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

untuk menganalisis hubungan beberapa variabel bebas dengan

variabel terikat. Analisis multivariat yang digunakan pada

penelitian ini adalah adalah analisis multivariat regresi logistik.

Analisis ini digunakan untuk variabel terikat dengan skala

pengukuran variabel kategorik.

Langkah-langkah analisis multivariat kategorik (regresi logistik):

1. Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan kedalam analisis

multivariat. Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat

adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p <

0,25

2. Melakukan analisis multivariat, dengan menggunakan metode

backward.

3. Melakukan interpretasi hasil. Variabel yang berpengaruh terhadap

variabel terikat diketahui dari nilai p masing-masing variabel.

Urutan kekuatan hubungan dari variabel –variabel yang

berpengaruh terhadap variabel terikat. Pada regresi logistik, urutan

korelasi diketahui dari besarnya nilai OR.

4. Menilai kualitas dari rumus yang diperoleh dari analisis

multivariat. Pada regresi logistik kualitas rumus diperoleh dari

kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi dinilai dengan

melihat nilai Area Under Curve dengan metode Receiver

Operating Curve (ROC).Diskriminasi baik jika nilai AUC semakin

mendekati angka 1. Sedangkan kalibrasi dengan metode Hosmer

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

and Lameshow. Kalibrasi baik jika mempunyai nilai p > 0,05.

(Dahlan, 2013 ).

4.8 Kerangka Operasional

Kerangka kerja atau kerangka operasional penelitian merupakan

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang berbentuk

kerangka atau alur penelitian. Penulisan kerangka disajikan dalam bentuk

alur penelitian mulai dari desain hingga analisis datanya (Hidayat, 2007).

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

Populasi

Seluruh Pasien Bayi Yang Dirawat di Rawat di Ruang Cendrawasih RSUD.


Dr. Soetomo Tahun 2013 Yaitu 696 Responden

Sampel Kontrol dengan Cara Sampel kasus dengan cara


Simple Random Sampling Simple Random Sampling

Sampel 396 responden yaitu 198 orang kelompok kasus dan 198 orang
kelompok kontrol

Pengumpulan data dengan lembar pengumpul data

Kejadian Ikterus Faktor Resiko: jenis persalinan,


Neonatorum trauma lahir dan infeksi,
prematuritas dan asupan ASI

Pengolahan Data
1. Memeriksa Ulang
(Editing)
2. Mengkode data (Coding)

3. Memasukkan Data (Entry)


Analisis Data Uji Chi Square+regresi logistik
4. Tabulasi Data
(Tabulating)

5. Tabulasi Data
Penyajian Hasil Penelitian

Gambar 4.2 Kerangka operasional Analisis Faktor Risiko yang


Berhubungan dengan Kejadian Abortus Spontan di RSUD
Pariaman Tahun 2013.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

4.9 Etik Penelitian

Pada penelitian ini penulis hanya mengambil data dari

rekam medik. Terlebih dahulu peneliti mengajukan surat

permohonan izin penelitian ke Direktur Rumah Sakit Umum

Dr. Soetomo, kemudian diteruskan ke instalasi rawat inap

kebidanan dan Instalasi Rekam medik.

Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan

manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan dengan

etika. Oleh karena itu setiap peneliti harus mendapatkan

persetujuan dari institusi tempat penelitian dengan

menekankan pada masalah etik yang meliputi:

1. Anonimity atau tanpa nama

Untuk menjaga identitas kerahasiaan responden

maka peneliti tidak mencantumkan nama subjek

penelitian dari data rekam medis pada lembar

pengumpulan data. Peneliti cukup memberi kode

tertentu.

1. Confidentiality atau Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi dari data rekam medis akan

dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu

saja yang akan dilaporkan sebagai kepentingan

untuk penelitian ini. (Hidayat, 2009)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

4.10 Keterbatasan

Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan data sekunder maka peneliti tidak dapat

mengecek kebenaran data tersebut dan pengalaman peneliti

dalam melakukan penelitian masih terbatas sehingga

penelitian ini masih jauh dari sempurna.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

BAB 5
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr,

Soetomo RSUD. Dr. Soetomo dibawah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Jenis pelayanan yang telah dimiliki adalah Pelayanan kesehatan

dasar, Kebidanan, Obgin, Anak

Di ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo terdiri dari kamar

bersalin dengan 2 tempat tidur dan ruang rawat kebidanan. Ruang rawat

kebidanan terdiri dari kelas 2 dengan 2 tempat tidur dan kelas 3 dengan 18

tempat tidur.

Pada tahun 2013, setiap bulan rata-rata terdapat 90 pasien bayi

dengan berbagai macam diagnosis, sedangkan khusus pasien ikterus

neonatorum terdapat rata-rata 33 pasien. Kasus ikterus neonatorum ini

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 sampai

tahun 2013 terjadi peningkatan kasus ikterus neonatorum sebesar 75, 8%,

yaitu dari 223 kasus pada tahun 2011 menjadi 392 kasus pada tahun 2013.

Pada penelitian ini dari 198 responden yang diteliti ada 32

responden yang dieksklusi dikarenakan terjadi peningkatan kadar bilirubin

> dari 5 mg% per hari dan ada yang dipindah ke Ruang bayi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

5.2. Analisis Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko

Pada gambar 5.1 berikut dapat dilihat karakteristik responden

berdasarkan faktor jenis persalinan yang dibagi menjadi jenis persalinan

berisiko terhadap kejadian ikterus neonatorum yaitu persalinan dengan

operasi dan jenis persalinan tidak berisiko yaitu persalinan spontan.

140 74,1%
120

100 48,8% 51,2%

80 kasus
kontrol
60 25,9%)
40

20

0
beresiko cara persalinan tidak beresiko cara
dengan operasi persalinan spontan

Gambar 5.1 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor


Risiko Jenis Persalinan di Ruang Cendrawasih RSUD.
Dr. Soetomo .

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat diketahui hampir setengah

responden pada kelompok kasus (48,8%) berada pada persalinan dengan

operasi, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar responden

(74,1%) berada pada persalinan tidak berisiko (persalinan normal).

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

Pada gambar 5.2 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan

faktor risiko trauma lahir dan infeksi. Distribusi responden ini

menunjukkan jumlah trauma lahir dan infeksi yang merupakan salah satu

faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.

Faktor risiko trauma lahir dan infeksi ini dibagi menjadi dua kategori

yaitu berisiko yang meliputi adanya cephal hematom atau infeksi pada

proses persalinan dan yang tidak berisiko adalah yang tidak ada cephal

hematom atau infeksi pada proses persalinan.

96,4%
89,2%
160
140
120
100
Kasus
80
Kontrol
60
40 10,8%
20 3,6%

0
Berisiko Tidak Berisiko

Gambar 5.2 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Trauma Lahir dan Infeksi di Ruang Cendrawasih
RSUD. Dr. Soetomo

Berdasarkan gambar 5.2 dapat diketahui sebagian besar responden

pada kelompok kasus (89,2%) tidak ada trauma lahir dan infeksi begitu

juga dengan kelompok kontrol hampir seluruhnya (96,4%) tidak ada

trauma lahir dan infeksi.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

Pada gambar 5.3 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan

faktor risiko prematuritas di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Distribusi responden berdasarkan faktor risiko prematuritas ini dibedakan

menjadi 2 kategori yaitu berisiko jika usia kehamilan kurang bulan dan

yang tidak berisiko yaitu usia kehamilan yang cukup bulan.

160 86,1%

140 75,9%

120

100
Kasus
80
Kontrol
60 24,1%
40 13,9%

20

0
beresiko tidak beresiko

Gambar 5.3 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Prematuritas Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat diketahui sebagian besar

responden pada kelompok kasus (75,9%) merupakan responden dengan

usia kehamilan cukup bulan, begitu juga pada kelompok kontrol hampir

seluruh responden (86,1%) adalah usia kehamilan cukup bulan.

Pada gambar 5.4 dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan

faktor risiko asupan ASI. Distribusi responden berdasarkan faktor risiko

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

asupan ASIini dibagi menjadi 2 kategori yaitu ya jika bayi dapat ASI

eksklusif dan tidak, dapat ASI tidak eksklusif .

58,4% 56,6%
100
90
80 43,4% 41,6%
70
60
Kasus
50
Kontrol
40
30
20
10
0
ASI eksklusif ASI tidak eksklusif

Gambar 5.4 Grafik Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


Asupan ASI Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Berdasarkan gambar 5.4 dapat diketahui sebagian besar responden

pada kelompok kasus (58,4%) merupakan pada kelompok kasus (58,4%)

dengan ASI eksklusif, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar

(56,6%) merupakan responden dengan ASI tidak eksklusif.

5.2.2 Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Ikterus Neonatorum

Analisis ini merupakan tabulasi silang antara dua variabel, yaitu

variabel bebas yaitu faktor risiko (jenis persalinan, trauma lahir dan

infeksi, prematuritas dan asupan ASI) dengan variabel terikat yaitu

kejadian ikterus neonatorum.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

5.2.2.1 Hubungan antara faktor risiko jenis persalinan dengan kejadian

ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko jenis persalinan

dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Jenis


Persalinan Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum Di Ruang
Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Kasus P
Jenis Kontrol Jumlah
Value
Persalinan
N % N % N %
Berisiko 81 65,3 43 34,7 124 100
0,000
Tidak Berisiko 85 40,9 123 59,1 208 100
Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui dari 124 responden yang

persalinan dengan operasi, terdapat 65,3% yang mengalami ikterus

neonatorum, sedangkan dari 208 responden dengan persalinan spontan,

40,9% mengalami ikterus neonatorum.Setelah dilakukan uji statistik Chi

Square didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,000 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus

neonatorum. Nilai OR = 2,726 dengan IK 95%. Karena OR > 1 artinya

ibu yang cara persalinannya dengan operasimemiliki risiko 2,726 kali

untuk mengalami ikterus neonatorum dibandingkan dengan ibu dengan

persalinan normal.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

5.2.2.2 Hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan

kejadian kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih

RSUD. Dr. Soetomo.

Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan

infeksi dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.2

berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Trauma Lahir


dan Infeksi Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang
Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Trauma lahir Kasus Kontrol Jumlah P


dan infeksi N % N % N % Value
Berisiko 18 75 6 25 24 100
0,011
Tidak Berisiko 148 48,1 160 51,9 308 100
Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 24 responden dengan

trauma lahir dan infeksi, 18 responden (75%) diantaranya mengalami

ikterus neonatorum, sedangkan dari 308 responden yang tidak mengalami

trauma lahir 48,1% mengalami ikterus neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi (p) =

0,011,artinya ada hubungan antara trauma lahir dan infeksi dengan

kejadian ikterus neonatorum. Untuk nilai OR didapatkan 3,243. Artinya

responden dengan trauma lahir dan infeksi meningkatkan risiko terjadinya

ikterus neonatorum 3,243 kali dibandingkan responden yang tidak

mengalami trauma lahir dan infeksi.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

5.2.2.3 Hubungan antara faktor risiko prematuritas dengan kejadian

ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko prematuritas

dengan kejadian ikterus neonatum dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko


prematuritasTerhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang
Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

Kasus Kontrol Jumlah P


Prematuritas
N % N % N % Value
Berisiko 40 63,5 23 36,5 63 100
0,017
Tidak Berisiko 126 46,8 143 53,2 269 100
Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui dari 63 responden dengan usia kehamilan

kurang bulan , sebagian besar (63,5%) mengalami ikterus neonatorum,

sedangkan dari 269 responden usia kehamilan cukup bulan, 46,8%

mengalami ikterus neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Squaredidapatkan nilai signifikansi (p) =

0,017, ada hubungan prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum.

Untuk nilai OR didapatkan 1,974. Artinya responden dengan usia

kehamilan kurang bulan meningkatkan risiko terjadinya ikterus

neonatorum 1,974 kali dibandingkan responden dengan usia kehamilan

yang cukup bulan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

5.2.2.4 Hubungan antara faktor risiko asupan ASI dengan kejadian

ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo .

Untuk mengetahui hubungan faktor risiko asupan ASI

dengan kejadian ikterus neonatorum dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko Asupan ASI


Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Cendrawasih
RSUD. Dr. Soetomo

Kasus Kontrol Jumlah P


ASUPAN ASI Value
N % N % N %
Ya 97 57,4 72 42,6 169 100
0,006
Tidak 69 42,3 94 57,7 163 100
Jumlah 166 50 166 50 332 100

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui dari 169 responden yang minum

ASI tidak eksklusif 97 (57,4%) mengalami ikterus neonatorum, sedangkan

dari 163 responden yang minum ASI eksklusif, 42,3% mengalami ikterus

neonatorum.

Setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan nilai signifikansi (p) =

0,006, artinya ada hubungan antara asupan ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum. Untuk nilai OR didapatkan 1,835. Artinya responden yang

diberi ASI tidak eksklusif meningkatkan risiko terjadinya ikterus

neonatorum 1,974 kali dibandingkan responden yang minum ASI

eksklusif.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

5.2.3 Analisis Faktor Risiko Yang Paling Berhubungan Dengan

Kejadian Ikterus Neonatorum

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik yang

dilakukan dengan syarat nilai p pada analisis bivariat kurang dari 0,25.

Langkah-langkah regresi logistik:

1. Menyeleksi variabel yang akan dimasukkan kedalam analisis

multivariat. Variabel yang dimasukkan dalam analisis multivariat

adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai p <

0,25. Berdasarkan hasil analisis bivariat, maka yang diikutkan

kedalam analisis multivariat adalah variabel dengan nilai p < 0,25

yaitu variabel jenis persalinan (p = 0,000), trauma lahir dan infeksi

(p = 0,011), prematuritas (p = 0,017) dan asupan ASI (p = 0,006).

2. Melakukan analisis multivariat, dengan menggunakan metode

backward. Variabel yang sudah terpilih sebagai kandidat

selanjutnya dilakukan analisis secara bersama-sama dengan

menggunakan regresi logistik dengan metode Backward LR.

Persamaan model terbaik dipertimbangkan dengan nilai

signifikansi p < 0,05. Hasil analisis secara multivariat pada

penelitian ini menunjukkan dari 4 variabel bebas yang dianalisis

secara bersama - sama 2 variabel terbukti berpengaruh terhadap

kejadian ikterus neonatorum yaitu variabel jenis persalinan (OR

Exp B 2,102, 95% confidence interval 1,282-3,447), prematuritas

(OR Exp B 1,841, 95% confidence interval 1.016-3,337).

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

Tabel 5.5 Model Akhir Regresi Logistik Faktor Risiko Kejadian ikterus
neonatorum

95% CI
OR
No Variabel B Wald P
Exp B Lower Upper

1 Jenis ,743 8,664 0,003 2,102 1,282 3,447


persalian
2 Trauma lahir ,422 3,103 0,078 1,525 ,954 2,439
dan infeksi

3 Prematuritas ,610 4,043 0,044 1,841 1,016 3,337

4 Asupan ASI ,984 3,810 0,051 2,674 ,996 7,180

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa variabel yang paling dominan

mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum adalah jenis persalinan

dengan nilai statistik Wald 8,664 dengan nilai signifikansi 0,003 dan

variabel prematuritas dengan nilai Wald 4,043 dengan nilai signifikansi

0,044. Sedangkan trauma lahir dan infeksi dan asupan ASI tidak termasuk

variabel yang mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum karena nilai

signifikansi (p) > 0,05. Nilai Statistik Wald ini berfungsi sebagai uji

individu pada variabel. Dapat disimpulkan bahwa variabel jenis persalinan,

prematuritas mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum.

Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode regresi logistik

didapatkan probabilitas individu mengalami kejadian ikterus neonatorum.

1. Apabila responden memiliki kedua faktor risiko yaitu

persalinan dengan operasi dan usia kehamilan kurang bulan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

secara bersamaan maka responden memiliki peluang untuk

mengalami ikterus neonatorum sebesar 66,5%.

2. Apabila responden memiliki faktor risiko jenis persalinan yang

berisiko saja maka peluang responden untuk mengalami

kejadian ikterus neonatorum adalah sebesar 51,9%.

3. Apabila responden memiliki faktor risiko prematuritas saja

maka peluang responden untuk mengalami kejadian ikterus

neonatorum adalah 48,6%.

4. Apabila responden tidak memiliki kedua faktor risiko tersebut

maka peluang responden untuk mengalami kejadian ikterus

neonatorum adalah 33,9%.

3. Menilai kualitas dari rumus yang diperoleh dari analisis

multivariat. Pada regresi logistik kualitas rumus diperoleh dari

kemampuan diskriminasi dan kalibrasi. Kalibrasi dengan metode

Hosmer and Lameshow. Kalibrasi baik jika mempunyai nilai p >

0,05. Pada hasil analisis regresi logistik didapatkan nilai Hosmer

dan Lameshow dengan nilai signifikansi 0,169 yang artinya p >

0,05, sehingga dapat disimpulkan Ho diterima yang berarti model

hasil estimasi adalah signifikan fit (model layak digunakan)

(Dahlan, 2013), (Yamin, 2014). Selain itu dari hasil Nagelkerke R

square diperoleh nilai 0,112 yang berarti bahwa kedua variabel

bebas yaitu jenis persalinan dan prematuritas mampu menjelaskan

pengaruh risiko terhadap kejadian ikterus neonatorum sebesar 11,2

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

% dan 88,8% sisanya disebabkan oleh faktor lain yang belum

diteliti.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 juni sampai dengan 30 juni

2016 di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo . Pengambilan data

dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpul data, dengan melihat

rekam medis pasien. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 396

responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 198 responden

kelompok kasus dan 198 responden kelompok kontrol. Adapun responden

pada kelompok kasus adalah responden yang mengalami ikterus

neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo Tahun 2013,

sedangkan pada kelompok kontrol adalah responden yang tidak mengalami

ikterus neonatorum.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara

faktor risiko (jenis persalinan, trauma lahir dan infeksi, prematuritas dan

asupan ASI) dengan kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih

RSUD. Dr. Soetomo.

6.1 Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kejadian

ikterus neonatorum

6.1.1 Hubungan Antara Faktor Risiko Jenis Persalinan Dengan Kejadian

Ikterus Neonatorum

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk analisis

bivariat maupun regresi logistik pada analisis multivariat untuk faktor

risiko jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum didapatkan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

hasil yang bermakna secara statistik. Berdasarkan uji dengan

menggunakan chi square pada analisis bivariat untuk faktor risiko jenis

persalinan dengan operasi menunjukkan nilai p= 0,000 <α (0,05),

sedangkan untuk nilai Odd Rasionya didapatkan nilai 2,726 yang berarti

persalinan dengan operasi, 2,726 kali berisiko untuk mengalami ikterus

neonatorum dibandingkan dengan persalinan spontan

Begitu juga dengan hasil analisis secara multivariat yang diuji

secara bersama-sama pada uji regresi logistik menunjukkan faktor resiko

jenis persalinan dengan operasi terbukti berhubungan dengan kejadian

ikterus neonatorum dengan nilai p=0,003 < α (0,05). Berdasarkan analisis

multivariat tersebut didapatkan OR 2,102 yang artinya persalinan dengan

operasi memiliki risiko 2,102 kali lebih besar dibanding persalinan spontan

untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum (95% CI: 1,282-3,447).

Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara faktor risiko jenis persalinan dengan kejadian ikterus neonatorum

baik secara bivariat maupun secara multivariat. Hal ini terjadi karena

sebagian besar responden dengan persalinan dengan operasi mengalami

ikterus neonatorum. Dari gambar 5.1dapat diketahui bahwa hampir

separuh responden yang mengalami ikterus neonatorum (48,8%)

merupakan kelompok pesalinan dengan operasi. Pada tabel 5.1 juga dapat

diketahui dari 124 responden dengan jenis persalinan berisiko, sebagian

besarnya (65,3%) mengalami ikterus neonatorum, sementara hanya 34,7%

yang tidak mengalami ikterus neonatorum pada kelompok jenis persalinan

berisiko ini.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Syajaratuddur Faiqah (2013) tentang jenis persalinan dengan kejadian

ikterus neonatorum di Propinsi NTB yaitu 57,9% bayi yang dilahirkan

dengan tindakan mengalami ikterus neonatorum.

Jenis persalinan merupakan salah satu faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum. Kejadian ikterus neonatorum

semakin meningkat pada bayi yang lahir dengan operasi.

6.1.2 Hubungan Antara Faktor Risiko Asupan ASI Dengan Kejadian

Ikterus Neonatorum Spontan

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk analisis

bivariat untuk faktor risiko asupan ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum didapatkan hasil yang bermakna secara statistik dengan nilai

p= 0,006 <α (0,05), sedangkan untuk nilai Odd Rasionya didapatkan nilai

1,835 yang berarti bayi yang minum ASI tidak eksklusif 1,835 kali

berisiko untuk mengalami ikterus neonatorum dibandingkan dengan bayi

yang minum ASI eksklusif. Sementara itu pada analisis secara multivariat

yang diuji secara bersama-sama pada uji regresi logistik menunjukkan

faktor risiko asupan ASI tidak berhubungan dengan kejadian ikterus

neonatorum dengan nilai p=0,078 < α (0,05).

Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara faktor risiko asupan ASI dengan kejadian ikterus neonatorum

secara bivariat. Dari gambar 5.4dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden yang mengalami ikterus neonatorum (58,4%) merupakan

kelompok bayi yang minum ASI tidak eksklusif. Pada tabel 5.3 juga dapat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

diketahui dari 169 responden dengan minum ASI tidak eksklusif, sebagian

besarnya (57,4%) mengalami ikterus neonatorum, sementara pada

kelompok kontrol sebagian besar responden (57,7%) merupakan

responden dengan ASI eksklusif. Sehingga dari hasil tabulasi silang

didapatkan hubungan yang signifikan antara faktor risiko asupan ASI

dengan kejadian ikterus neonatorum.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ida Nursanti tentang hubungan asupan ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum di Yogyakarta (2011) yaitu kurangnya kecukupan ASI

mempunya peluang 3,0 kali lebih besar untuk terjadi kterus neonatorum.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan bahwa

ada hubungan antara faktor risiko asupan ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum. Hal ini membuktikan terdapat kesesuaian antara teori dengan

hasil penelitian. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebagian besar

responden yang mengalami kejadian ikterus neonatorum berada pada

kelompok ASI tidak eksklusif, sedangkan untuk kelompok kontrol

sebagian besar responden berada pada kelompok ASI eksklusif Selain itu

proporsi kejadian ikterus neonatorum yang cenderung lebih banyak terjadi

pada responden dengan bayi dengan ASI tidak eksklusif dibanding dengan

kelompok ASI eksklusif membuktikan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kedua variabel ini.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

Pada penelitian ini masih banyaknya responden dengan ASI tidak

eksklusif, sehingga untuk mengatasinya, diharapkan untuk melakukan

IMD dan anjuran untuk ASI ekslusif.

6.1.3 Hubungan Antara Faktor Risiko Prematuritas Dengan Kejadian

Ikterus Neonatorum

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk analisis

bivariat maupun regresi logistik pada analisis multivariat untuk faktor

risiko prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum didapatkan hasil

yang bermakna secara statistik. Berdasarkan uji dengan menggunakan chi

square pada analisis bivariat untuk faktor risiko prematuritas menunjukkan

nilai p= 0,017<α (0,05), sedangkan untuk nilai Odd Rasionya didapatkan

nilai 1,974 yang berarti bayi yang lahir dengan usia kehamilan uang

kurang bulan 1,974 kali berisiko untuk mengalami ikterus neonatorum

dibandingkandengan bayi yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan.

Begitu juga dengan hasil analisis secara multivariat yang diuji

secara bersama-sama pada uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko

prematuritas terbukti berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum

dengan nilai p=0,044< α (0,05). Berdasarkan analisis multivariat tersebut

didapatkan OR 1,841 yang artinya bayi yang lahir dengan usia kehamilan

kurang bulan memiliki risiko 1,841dibandingkan dengan bayi yang lahir

dengan usia kehamilan cukup bulan.

Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara faktor risiko prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum baik

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

secara bivariat maupun secara multivariat.Dari gambar 5.3 dapat diketahui

bahwa hanya sebagian kecil responden pada kelompok kasus dengan usia

kehamilan kurang bulan .Walaupun demikian, dari kelompok yang

memiliki risiko prematuritas ini, sebagian besarnya (63,5%) mengalami

kejadian ikterus neonatorum, sementara hanya sebagian kecil (36,5%)

yang tidak mengalami ikterus neonatorum.

Prematuritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya ikterus

neonatorum .

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan bahwa

ada hubungan antara faktor risiko prematuritas dengan kejadian ikterus

neonatorum. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebagian besar (63,5%)

responden dengan usia kehamilan yang kurang bulan mengalami kejadian

ikterus neonatorum sedangkan untuk kelompok kontrol sebagian besar

responden (53,2%) usia kehamilan cukup bulan, sehingga pada tabulasi

silang didapatkan nilai yang bermakna atau signifikan secara statistik

antara kedua variabel ini.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reza

Gusni Saputra (2015) si RS PKU Surakarta yang menunjukkan adanya

perbedaan yang bermakna antara bayi prematur dan bayi cukup bulan

dengan kejadian ikterus neonatorum dengan nilai p-value = < 0,001.

Pada penelitian ini masih tingginya angka kejadian ikterus

neonatorum pada kelompok responden dengan usia kehamilan kurang

bulan, sehingga untuk mengatasi hal ini diharapkan pada ibu hamil untuk

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

melakukan pemeriksaan antenatal yang lebih baik dan komprehensif agar

risiko ikterus neonatorum dapat dihindari sehingga mendapatkan hasil

luaran perinatal yang lebih baik.

6.1.4 Hubungan Antara Faktor Risiko Trauma Lahir dan infeksiDengan

Kejadian Ikterus Neonatorum.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square untuk analisis

bivariat untuk faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan kejadian

ikterus neonatorum didapatkan hasil yang bermakna secara statistik

dengan nilai p= 0,011<α (0,05), sedangkan untuk nilai Odd Rasionya

didapatkan nilai 3,243 yang berarti bayiyang mengalami trauma lahir dan

infeksi, 3,243 kali berisiko untuk mengalami ikterus neonatorum

dibandingkan denganyang tidakmengalami trauma lahir dan infeksi.

Sementara itu pada analisis secara multivariat yang diuji secara bersama-

sama pada uji regresi logistik menunjukkan faktor risiko trauma lahir dan

infeksi tidak berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum dengan

nilai p=0,051< α (0,05).

Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan kejadian ikterus

neonatorum secara bivariat. Dari gambar 5.5 dapat diketahui bahwa hanya

sebagian kecil responden yang mengalami trauma lahir dan infeksi.

Walaupun demikian sebagian besar dari responden yang mengalami

trauma lahir dan infeksi (75%) mengalami kejadian ikterus neonatorum.

Sementara hanya sebagian kecil dari kelompok yang mengalami trauma

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

lahir dan infeksi ini yang tidak mengalami kejadian ikterus neonatorum

(25%), sehingga dari hasil tabulasi silang didapatkan hubungan yang

signifikan antara faktor risiko trauma lahir dan trauma dengan kejadian

ikterus neonatorum.

Trauma lahir dan infeksi merupakan salah satu faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian ikterus neonatorum. Trauma lahir dan infeksi

yang berpengaruh terhadap kejadian ikterus neonatorum ini adalah cephal

hematom, (Fraser, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan bahwa

ada hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi dengan kejadian

ikterus neonatorum. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebagian besar

(75%) responden dengan trauma lahir dan infeksi mengalami kejadian

ikterus neonatorum, sedangkan untuk kelompok kontrol hanya sebagian

kecil dengan trauma lahiir (25%), sehingga pada tabulasi silang didapatkan

nilai yang bermakna atau signifikan secara statistik antara kedua variabel

ini.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Arsana (2004) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

trauma lahir dengan kejadian ikterus neonatorum dengan p value = 0,03

dan nilai OR

Pada penelitian ini masih tingginya angka kejadian ikterus

neonatorum pada kelompok responden dengan trauma lahir, sehingga

perlu dilakukan upaya untuk mengatasi hal ini. Diharapkan pada ibu hamil

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang lebih baik dan komprehensif

serta yang terpenting adalah melakukan deteksi dini dan pengobatan

terhadap penyakit yang diderita selama kehamilan, agar risiko ikterus

neonatorum pada neonatus bisa diatasi sehingga mendapatkan hasil luaran

perinatal yang lebih baik.

6.2 Analisis Faktor yang Paling Berhubungan Dengan Kejadian

ikterus neonatorum

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 4 faktor risiko

yang diikutkan kedalam analisis multivariat yaitu jenis persalinan, trauma

lahir dan infeksi, prematuritas dan asupan ASI, hanya 2 faktor risiko yang

bermakna secara statistik yaitu faktor jenis persalinan dengan p value =

0,003 dan prematuritas dengan p value = 0,044.Berdasarkan hasil

perhitungan akhir regresi logistik didapatkan probabilitas atau

kemungkinan responden untuk mengalami kejadian ikterus neonatorum.

Jika responden memiliki kedua faktor risiko yaitu jenis persalinan yang

berisiko dan usia kehamilan yang kurang bulan secara bersamaan maka

akan berpeluang 66,5% untuk mengalami abortus ikterus neonatorum. Jika

hanya memiliki faktor usia yang berisiko saja maka berpeluang sebesar

51,9%, dan jika hanya memiliki usia kehamilan yang kurang bulan saja

maka berpeluang sebesar 48,6%.

Dari hasil analisis multivariat ini dapat diketahui bahwa ikterus

neonatorum disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang apabila dimiliki

secara bersamaan maka akan memperbesar risiko ikterus neonatorum.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya bahwa faktor

jenis persalinan dan prematuritas sangat berpengaruh terhadap kejadian

ikterus neonatorum terkait hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti

menjadi darah dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat

kombinasi antara darah janin dan darah dewasa yang mampu menarik O2

dari udara dan mengeluarkan CO2 dari paru-paru. Penghancuran darah

janin inilah yang menyebabkan kejadian ikterus neonatorum. (Manuaba,

2010)

Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara faktor risiko jenis persalinan dan faktor risiko

prematuritas dengan kejadian ikterus neonatorum. Hal ini mungkin

disebabkan oleh proporsi responden yang berada pada jenis persalinan

dengan operasi dan memiliki usia kehamilan kurang bulan lebih banyak

mengalami ikterus neonatorum dibandingkan dengan kelompok persalinan

spontan dan usia kehamilan cukup bulan yang mengalami kejadian ikterus

neonatorum, sehingga pada hasil analisis bivariat maupun multivariat

didapatkan hubungan yang signifikan antara dua variabel ini dengan

kejadian ikterus neonatorum

Semakin meningkatnya probabilitas responden untuk mengalami

kejadian ikterus neonatorum jika memiliki kedua faktor risiko ini,

sehingga dirasa perlu untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi

ikterus neonatorum. Solusi yang tepat agar terhinrdar dari risiko ikterus

neonatorum ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan antenatal

yang rutin dan komprehensif serta pertolongan persalinan yang benar

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

sehingga faktor risiko ikterus neonatorum bisa dicegah dan pada akhirnya

menghasilkan luaran perinatal yang lebih baik.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang analisis faktor risiko kejadian

ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden berdasarkan faktor risiko yaitu hampir

setengah responden dengan jenis prematuritas berisiko, jenis

persalinan dengan operasi , sebagian besar dengan asupan ASI

tidak eksklusif, sebagian kecil memiliki trauma lahir dan infeksi.

2. Ada hubungan antara faktor risiko jenis persalinan dengan

kejadian ikterus neonatorum di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr.

Soetomo .

3. Ada hubungan antara faktor risiko trauma lahir dan infeksi

dengan kejadian ikterus neonatorum diRuang Cendrawasih

RSUD. Dr. Soetomo.

4. Ada hubungan antara faktor prematuritas dengan kejadian ikterus

neonatorum diRuang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo.

5. Ada hubungan antara faktor risiko asupan ASI dengan kejadian

ikterus neonatorum diRuang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

6. Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian ikterus

neonatorum adalah faktor jenis persalinan dan riwayat

prematuritas.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

7.2 Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)

Memberikan penyuluhan secara rutin kepada pasien yang

berkunjung ke tentang pencegahan faktor risiko kejadian ikterus

neonatorum dRuang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo dan

memberikan informasi tentang persiapan serta skrining pra dini dan

pemantauan kesehatan selama kehamilan agar risiko kejadian

ikterus neonatorum dapat diatasi.

2. Bagi Instansi Kesehatan (Tempat Penelitian)

Membentuk tim penyuluh kesehatan di dan menyedRuang

Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo akan sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan tersebut dalam upaya meningkatkan

pengetahuan masyarakat terutama tentang faktor risiko pada

neonatus sehingga kejadian ikterus neonatorum dapat diatasi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Melakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak

untuk dapat mengetahui dengan jelas gambaran penyebab

kejadian ikterus neonatorum

b. Melakukan penelitian dengan desain studi yang lebih baik

misalnya studi kohort

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian.2010 Jakarta: Rineka Cipta.
Cunningham, F Gary. 2006. Obstetri William. Jakarta: EGC
Dahlan, Sopiyudin. 2013. Statsitik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI. 2013 Profil Kesehatan Indonesia 2013,
retrieved: 30 September 2014 from
http//www.depkes.go.id/folder/view/01/stucture-publikasi-
pusdatin-profil-kesehatan.html.
DepKes RI. 2003. Buku Panduan ManajemenMasalah Bayi Baru Lahir
untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI.
Diane, Fraser. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta: EGC.
Dinkes Jatim. 2012. Profil Kesehatan Jawa Timur from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
Djuwantono, Tono. 2011. Bandung Controversies And Consensus In
Obstetric & Gynecology.Jakarta: Sagung Seto.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Joseph dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri
(Obsgyn).Yogyakarta: Nuha Medika
Llewellyn- Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri
Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetris. Jakarta; EGC.
Mochtar, Roestam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nugraheny, Esti, dkk..2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta:
Pustaka Rihana

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Panduan Penyusunan Usulan Penelitian, Skripsi dan Jurnal PSPB FK
UNAIR 2014/2015.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2010. Dasar- Dasar Metodologi Peneltian Edisi
Ke 3. Jakarta : Sagung Seto.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Winkjosastro, Gulardi Hanifa. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif ( PONEK) Asuhan Obstetri Essensial.
Jakarta:JNPK-KR.
Winkjosastro, Gulardi Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yulianti, Devi. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan &
Persalinan. Jakarta: EGC.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FK UNAIR TAHUN AJARAN 2014/2015

N
Kegiatan Des 15 Jan 16 Feb 16 Maret 16 April 16 Mei 16 Jun 16 Jul 16 Aug 16
o
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1. Pengajuan judul
2. a. Studi
pendahuluan
b. Studi
Kepustakaan
c. menyusun
Proposal Penelitian
d. Konsultasi dan
perbaikan proposal
3. Ujian Proposal
4, Revisi Proposal
Penelitian
5. Mengurus
Perijinan
Penelitian
6. Pelaksanaan
Penelitian
7. Pengolahan dan
Analisa Data
8. Konsultasi dan
Perbaikan
Penelitian
9. Sidang Skripsi
10 Perbaikan Skripsi
.
dan Artikel

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 5

Lembar Pengumpulan Data


Analisa Faktor Resiko yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum
Di Ruang Cendrawasih RSUD. Dr. Soetomo

No. Responden :

No. RM :

Nama :

Umur :

Alamat :

Tanggal Masuk :

Umur Kehamilan :

Riwayat Persalinan :

Riwayat Penyakit :

Pemberian ASI :

70

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Statistics
Jenis Persalinan

Valid 332
N
Missing 1
Mean 1,63
Std. Deviation ,484
Variance ,235

Jenis Persalinan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

berisiko 124 37,3 37,3 37,3

Valid tidak berisiko 208 62,7 62,7 100,0


Total 332 100,0 100,0

Statistics
Riwayat Prematuritas

Valid 332
N
Missing 0
Mean 1,81
Std. Deviation ,393
Variance ,154

Riwayat Prematuritas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ya 63 19,0 19,0 19,0

Valid tidak 269 81,0 81,0 100,0

Total 332 100,0 100,0

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Statistics
Riwayat Prematuritas

Valid 332
N
Missing 0
Mean 1,81
Std. Deviation ,393
Variance ,154

Statistics
Asupan ASI

Valid 332
N
Missing 0
Mean 1,31
Std. Deviation ,463
Variance ,215

Asupan ASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak 229 69,0 69,0 69,0

Valid Ya 103 31,0 31,0 100,0

Total 332 100,0 100,0

Statistics
Kejadian Ikterus

Valid 332
N
Missing 0
Mean 1,50
Std. Deviation ,501
Variance ,251

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kejadian Ikterus

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak 166 50,0 50,0 50,0

Valid ya 166 50,0 50,0 100,0

Total 332 100,0 100,0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Persalinan * Kejadian 332 100,0% 0 0,0% 332 100,0%


Ikterus

Jenis Persalinan * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus Total

tidak ya

Count 81 43 124

Expected Count 62,0 62,0 124,0


berisiko
% within Jenis Persalinan 65,3% 34,7% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 48,8% 25,9% 37,3%


Jenis Persalinan
Count 85 123 208

Expected Count 104,0 104,0 208,0


tidak berisiko
% within Jenis Persalinan 40,9% 59,1% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 51,2% 74,1% 62,7%


Count 166 166 332

Expected Count 166,0 166,0 332,0


Total
% within Jenis Persalinan 50,0% 50,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 18,587 1 ,000
b
Continuity Correction 17,622 1 ,000
Likelihood Ratio 18,816 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Linear-by-Linear 18,531 1 ,000


Association
N of Valid Cases 332

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 62,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Directional Measures
b
Valu Asymp. Approx. T Appr
e Std. ox.
a
Error Sig.

Symmetric ,131 ,047 2,663 ,008


c c
Lambda Jenis Persalinan Dependent ,000 ,000 . .

Kejadian Ikterus Dependent ,229 ,076 2,663 ,008


Nominal by Nominal ,056 ,025 ,000
Jenis Persalinan Dependent d
Goodman and
Kruskal tau ,056 ,025 ,000
Kejadian Ikterus Dependent d

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Cannot be computed because the asymptotic standard error equals zero.
d. Based on chi-square approximation

Directional Measures

Valu Asymppprox. Appro


b
e . Std. T x. Sig.
a
Error

,131 ,047 2,66 ,008


Symmetric
3
c c
Lambda Jenis Persalinan Dependent ,000 ,000 . .

Nominal by Nominal ,229 ,076 2,66 ,008


Kejadian Ikterus Dependent
3
d
Goodman and Jenis Persalinan Dependent ,056 ,025 ,000
d
Kruskal tau Kejadian Ikterus Dependent ,056 ,025 ,000

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Cannot be computed because the asymptotic standard error equals zero.
d. Based on chi-square approximation

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Directional Measures
b
Value Asymp. Approx. T Approx.
a
Std. Error Sig.

Symmetric ,131 ,047 2,663 ,008


c c
Jenis ,000 ,000 . .
Persalinan
Lambda Dependent

Kejadian ,229 ,076 2,663 ,008


Ikterus
Nominal by Nominal Dependent
d
Jenis ,056 ,025 ,000
Goodman Persalinan
and Dependent
d
Kruskal Kejadian ,056 ,025 ,000
tau Ikterus
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Cannot be computed because the asymptotic standard error equals zero.
d. Based on chi-square approximation

Directional Measures
b
Value Asymp. Std. Approx. T
a
Error

Symmetric ,131 ,047

Jenis ,000 ,000


Persalinan
Lambda Dependent

Kejadian ,229 ,076


Ikterus
Nominal by Nominal Dependent

Jenis ,056 ,025


Persalinan
Goodman and Dependent
Kruskal tau Kejadian ,056 ,025
Ikterus
Dependent

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Cannot be computed because the asymptotic standard error equals zero.


d. Based on chi-square approximation

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Phi ,237 ,000

Nominal by Nominal Cramer's V ,237 ,000

Contingency Coefficient ,230 ,000


N of Valid Cases 332

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Jenis 2,726 1,718 4,325


Persalinan (berisiko / tidak
berisiko)
For cohort Kejadian Ikterus 1,598 1,299 1,968
= tidak
For cohort Kejadian Ikterus ,586 ,449 ,766
= ya
N of Valid Cases 332

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat Prematuritas * 332 100,0% 0 0,0% 332 100,0%


Kejadian Ikterus

Riwayat Prematuritas * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus Total

tidak ya

Count 40 23 63

Expected Count 31,5 31,5 63,0


Riwayat Prematuritas ya
% within Riwayat 63,5% 36,5% 100,0%
Prematuritas

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Kejadian Ikterus 24,1% 13,9% 19,0%

Count 126 143 269

Expected Count 134,5 134,5 269,0


tidak % within Riwayat 46,8% 53,2% 100,0%
Prematuritas

% within Kejadian Ikterus 75,9% 86,1% 81,0%


Count 166 166 332

Expected Count 166,0 166,0 332,0


Total % within Riwayat 50,0% 50,0% 100,0%
Prematuritas

% within Kejadian Ikterus 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,662 1 ,017
b
Continuity Correction 5,015 1 ,025
Likelihood Ratio 5,720 1 ,017
Fisher's Exact Test ,025 ,012
Linear-by-Linear 5,645 1 ,018
Association
N of Valid Cases 332

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Phi ,131 ,017

Nominal by Nominal Cramer's V ,131 ,017

Contingency Coefficient ,129 ,017


N of Valid Cases 332

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Riwayat 1,974 1,121 3,476


Prematuritas (ya / tidak)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

For cohort Kejadian Ikterus 1,356 1,081 1,700


= tidak
For cohort Kejadian Ikterus ,687 ,487 ,969
= ya
N of Valid Cases 332

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Trauma Persalinan * 332 100,0% 0 0,0% 332 100,0%


Kejadian Ikterus

Trauma Persalinan * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus Total

tidak ya

Count 18 6 24

Expected Count 12,0 12,0 24,0


ya
% within Trauma Persalinan 75,0% 25,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 10,8% 3,6% 7,2%


Trauma Persalinan
Count 148 160 308

Expected Count 154,0 154,0 308,0


tidak
% within Trauma Persalinan 48,1% 51,9% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 89,2% 96,4% 92,8%


Count 166 166 332

Expected Count 166,0 166,0 332,0


Total
% within Trauma Persalinan 50,0% 50,0% 100,0%
% within Kejadian Ikterus 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6,468 1 ,011
b
Continuity Correction 5,435 1 ,020
Likelihood Ratio 6,747 1 ,009
Fisher's Exact Test ,018 ,009

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Linear-by-Linear 6,448 1 ,011


Association
N of Valid Cases 332

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Phi ,140 ,011

Nominal by Nominal Cramer's V ,140 ,011

Contingency Coefficient ,138 ,011


N of Valid Cases 332

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Trauma 3,243 1,254 8,391


Persalinan (ya / tidak)
For cohort Kejadian Ikterus 1,561 1,205 2,021
= tidak
For cohort Kejadian Ikterus ,481 ,239 ,970
= ya
N of Valid Cases 332

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asupan ASI * Kejadian 332 100,0% 0 0,0% 332 100,0%


Ikterus

Asupan ASI * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus Total

tidak ya

Count 63 166 229


Asupan ASI Tidak
Expected Count 114,5 114,5 229,0

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Asupan ASI 27,5% 72,5% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 38,0% 100,0% 69,0%

Count 103 0 103

Expected Count 51,5 51,5 103,0


Ya
% within Asupan ASI 100,0% 0,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 62,0% 0,0% 31,0%


Count 166 166 332

Expected Count 166,0 166,0 332,0


Total
% within Asupan ASI 50,0% 50,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 149,328 1 ,000
b
Continuity Correction 146,442 1 ,000
Likelihood Ratio 190,820 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 148,878 1 ,000
Association
N of Valid Cases 332

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 51,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Phi -,671 ,000

Nominal by Nominal Cramer's V ,671 ,000


Contingency Coefficient ,557 ,000
N of Valid Cases 332

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian Ikterus ,275 ,223 ,339


= tidak
N of Valid Cases 332

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Asupan ASI * Kejadian 332 100,0% 0 0,0% 332 100,0%


Ikterus

Asupan ASI * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus Total

tidak ya

Count 63 166 229

Expected Count 114,5 114,5 229,0


Tidak
% within Asupan ASI 27,5% 72,5% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 38,0% 100,0% 69,0%


Asupan ASI
Count 103 0 103

Expected Count 51,5 51,5 103,0


Ya
% within Asupan ASI 100,0% 0,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 62,0% 0,0% 31,0%


Count 166 166 332

Expected Count 166,0 166,0 332,0


Total
% within Asupan ASI 50,0% 50,0% 100,0%

% within Kejadian Ikterus 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 149,328 1 ,000
b
Continuity Correction 146,442 1 ,000
Likelihood Ratio 190,820 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 148,878 1 ,000
Association
N of Valid Cases 332

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 51,50.
b. Computed only for a 2x2 table

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Phi -,671 ,000

Nominal by Nominal Cramer's V ,671 ,000

Contingency Coefficient ,557 ,000


N of Valid Cases 332

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian Ikterus ,275 ,223 ,339


= tidak
N of Valid Cases 332

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI


ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RESIKO... KARTIKA RINI

Anda mungkin juga menyukai