Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANTARA
DENGAN
TENTANG
JAKARTA
JANUARI 2010
PERJANJIAN KERJA SAMA OPERASIONAL (K S O)
ANTARA
DENGAN
TENTANG
Nomor :
Nomor : 046/TST-RSCM/XII/09
Pada hari ini Rabu tanggal dua puluh sembilan bulan Desember tahun dua raibu sepuluh (29/12/2010)
kami ryang bertanda tangan di bawah ini :
2. Ir. S. Yulianto AS
Direktur PT. Gratia Jaya Mulya dengan demikian bertindak untuk dan atas nama serta secara sah
mewakili PT. Gratia Jaya Mulya, yang didirikan berdasarkan Akta Notaris ................ Nomor : ....
tanggal ................., yang berkedudukan di Jakarta, berkantor di Boulevard Timur Blok ZC 1 No.
10-11 Kelapa Gading 14240.
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang
berkedudukan di di Jalan Let.Jen S Parman Kav 84-86 Jakarta 11420.
2. PT. Gratia Jaya Mulya, adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang jasa
peralatan pendidikan dan alat kesehatan, suatu perseroan terbatas yang didirikan menurut
dan berdasarkan perundang-undangan Negara Republik Indonesia, yang seluruh anggaran
dasarnya telah dirubah sebagaimanan tertuang dalam akta tertanggal ...............
(..................................) nomor ..., yang dibuat oleh Maria Rahmawati Gunawan, Sarjana
Hukum, Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya tertanggal ................
(.............................) nomor .................
3. Pesawat MRI merk Siemens Magnetom Avanto 1.5 Tesla adalah peralatan kedokteran
imaging magnetik untuk melakukan pencitraan dalam rangka membantu menegakkan
diagnosis penyakit untuk selanjutnya disebut Pesawat MRI.
4. Jenis pemeriksaan MRI terdiri dari pemeriksaan dengan kontras dan tanpa kontras. Untuk
pemeriksaan dengan kontras, selain pemakaian Pesawat yang lebih lama, diperlukan
tambahan bahan habis pakai berupa kontras. Biaya bahan tambahan kontras yang
diperlukan untuk pemeriksaan tersebut dikelola oleh PIHAK PERTAMA dan biaya
tambahan film yang diperlukan untuk pemeriksaan dikelola oleh PIHAK KEDUA serta
dimasukkan dalam unsur tarif tetapi tidak diperhitungkan dalam bagi hasil. Jadi unsur
tarif yang diperhitungkan dalam bagi hasil adalah Tarif Pemeriksaan Pesawat dengan
Kontras dan Tarif Pemeriksaan Pesawat tanpa Kontras.
5. Tarif pemeriksaan MRI dengan kontras dan tanpa kontras adalah tarif yang disusun dan
ditetapkan berdasarkan keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
berupa besaran biaya untuk pemakaian Pesawat MRI termasuk jasa dokter dan biaya
bahan habis pakai yang diperlukan yang merupakan lampiran serta tidak terpisahkan dari
Perjanjian Kerjasama Operasional ini.
6. Bahan Habis Pakai adalah bahan untuk operasional yang terdiri atas film, bahan medis
habis pakai, amplop dan bahan lain-lain yang berkaitan dengan kebutuhan untuk Pesawat
MRI. Kualitas bahan medis habis pakai yang digunakan dan disediakan oleh PIHAK
KEDUA berdasarkan persetujuan dari PIHAK PERTAMA.
7. Bagi hasil adalah prosentase yang disepakati bersama yang diperhitungkan dari
pendapatan. Pendapatan = Jumlah tindakan x tarif pemeriksaan MRI.
8. Target adalah suatu perhitungan didasarkan atas jumlah Pendapatan (Revenue), terkecuali
pasien gratis, penelitian dan pasien tidak tertagih.
9. Pelaksana pemeliharaan PESAWAT MRI merk Siemens Magnetom Avanto 1.5 Tesla
adalah PT. Siemens Indonesia.
10. Uptime 95% (sembilan puluh lima persen) adalah waktu operasional PESAWAT MRI
selama 1 (satu) tahun. Bila terjadi kerusakan, diharapkan tidak melebihi dari 5% (lima
persen) operasional dalam setahun.
MRI 1,5 T (Rev TST 260110) 3
Jadi, waktu aktif/siaga pertahun adalah 347 hari atau 95% hari pertahun.
Maksimum waktu mati/rusak yang diperkenankan setahun adalah 18 hari atau 5% hari pertahun.
Penalti akan dikenakan kepada PT. Siemens Indonesia apabila alat MRI sebagaimana dimaksud di
atas mati/rusak sehingga tidak dapat digunakan lebih dari 18 hari per tahun, besar penalti yang
dikenakan adalah sebagaimana yang tercantum dalam Perjanjian Kontrak Pemeliharaan antara
PIHAK KEDUA dan PT. Siemens Indonesia.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud
Maksud diadakan Kerjasama Operasional adalah dalam rangka membantu peningkatan mutu
pelayanan kesehatan khususnya terhadap pasien yang membutuhkan pemeriksaan MRI di Rumah
Sakit Kanker “Dharmais”, dengan prinsip saling menguntungkan Kedua Belah Pihak.
Pasal 3
Tujuan
Tujuan Kerjasama Operasional adalah :
1. Tercapainya penyediaan Pesawat MRI merk Siemens Magnetom Avanto dengan
metode mutakhir 1.5 Tesla yang diadakan oleh PIHAK KEDUA dalam keadaan
selalu siap pakai dengan hasil pemeriksaan yang akurat.
2. Tersedianya jenis pelayanan pencitraan magnetik yang bermutu.
Pasal 4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kerjasama Operasional ini adalah :
1. PIHAK PERTAMA menyediakan dan memberikan ijin kepada PIHAK KEDUA untuk
memanfaatkan sebagian ruangan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” seluas ....... m², dalam
rangka penempatan dan pengoperasian Pesawat MRI.
2. PIHAK KEDUA menyediakan dan menempatkan 1 (satu) unit Pesawat MRI,
sebagaimana terlampir dalam lampiran 1 yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Rumah Sakit Kanker “Dharmais” ini, sesuai Business Plan dan proyeksi Cash Flow yang
telah disetujui Kedua Belah Pihak yang kemudian dioperasionalkan oleh PIHAK
PERTAMA.
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 5
Hak
1. HAK PIHAK PERTAMA
a. Mengoperasionalkan Pesawat MRI untuk pelayanan pasien di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais”.
b. Menetapkan besaran tarif pemeriksaan MRI sesuai kesepakatan Kedua Belah Pihak.
c. Menunjuk dan menentukan dokter spesialis Radiologi yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk manajemen medis dalam pengoperasian Pesawat MRI.
Pasal 6
Kewajiban
1. Kewajiban PIHAK PERTAMA
a. Menyediakan sebagian ruangan di Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” yang telah direnovasi, termasuk fasilitas listrik, air dan telepon sesuai kebutuhan
operasional dan pemeriksaan MRI, yang selanjutnya digunakan untuk menempatkan dan
pengoperasian Pesawat MRI, sesuai spesifikasi sebagaimana terlampir yang merupakan
lampiran yang tidak terpisahkan dari Kerjasama Operasional ini.
b. Mengelola pelayanan medis untuk menjamin standar
kualitas pelayanan Departemen Radiologi.
Pasal 7
Pembagian Bagi Hasil
1. PIHAK PERTAMA berhak mendapatkan pembagian hasil penerimaan:
Sebesar 27% dari tarif pemeriksaan, sejak tahun pertama sampai PIHAK KEDUA
mencapai BEP yaitu sebesar Rp 47,884,000,000 (empat puluh tujuh milyar delapan ratus
delapan puluh empat juta rupiah).
Sebesar 35% dari tarif pemeriksaan setelah PIHAK KEDUA mencapai BEP sampai
dengan berakhirnya Kerjasama Operasional ini.
2. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan pembagian hasil penerimaan:
Sebesar 73% dari tarif pemeriksaan, sejak tahun pertama sampai PIHAK KEDUA
mencapai BEP yaitu sebesar Rp 47,884,000,000,- (empat puluh tujuh milyar delapan ratus
delapan puluh empat juta rupiah).
Sebesar 65% dari tarif pemeriksaan setelah PIHAK KEDUA mencapai BEP sampai
dengan berakhirnya Kerjasama Operasional ini.
Pasal 8
Tata Cara Pembayaran Bagi Hasil Dan Denda
1. PIHAK KEDUA akan menyetorkan uang yang diterima dari pemeriksaan MRI sampai
dengan jam 14.00, sesuai persentase pada Pasal 7 yang merupakan hak PIHAK PERTAMA,
setiap hari ke rekening Bendahara Penerima di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.di Bank .......
nomor rekening 122 00 83 000 268. Sedangkan untuk penerimaan harian di atas jam 14.00 akan
dimasukkan dalam setoran hari berikutnya.
Untuk hari libur dimana pelayanan bank tutup, maka setoran akan dilakukan pada jam 14.00 hari
kerja berikutnya.
Pasal 9
Pelaporan Dan Pengawasan
1. Pelaporan
a. PIHAK KEDUA sebagai pengelola manajemen keuangan pelayanan MRI, harus
membuat laporan pendapatan harian berdasarkan jenis pemeriksaan dan jenis pembayaran
pasien, serta laporan lain yang terkait secara tertulis tentang kegiatan pelayanan yang
ditujukan ke PIHAK PERTAMA.
b. Laporan diberikan secara bulanan kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya
pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan ke Bagian Perbendaharaan Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” dengan tembusannya disampaikan ke Bagian Akuntansi Rumah Sakit Kanker
“Dharmais”. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka laporan harus
disampaikan pada hari kerja pertama setelah hari libur.
2. Pengawasan
a. PIHAK PERTAMA menunjuk 1 (satu) orang
yaitu Koordinator Pelayanan Masyarakat Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, sebagai
Pengawas kegiatan pelayanan.
b. PIHAK PERTAMA menunjuk Kepala Bagian
Akuntansi Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, sebagai pengawas kegiatan keuangan.
Pasal 10
Jaminan
1. PIHAK KEDUA, menjamin bahwa Pesawat MRI dalam keadaan baik, tanpa cacat, lengkap
sesuai spesifikasi yang tercantum dalam lampiran sebagaimana pada Pasal 4 ayat 2.
2. PIHAK KEDUA, menjamin terlaksananya pemeliharaan peralatan secara rutin dengan
standar laik operasional, tersedianya suku cadang dan sarana pendukung selama berlangsungnya
Kerjasama Operasional ini.
3. PIHAK KEDUA, menjamin pemeriksaan MRI dengan up time 95% dari total jam kerja
operasional dan tidak dihitung hari libur atau hari hari dimana ditetapkan oleh pemerintah atau
pihak Rumah Sakit Kanker “Dharmais”adiologi sebagai hari libur.
4. Selama berlangsungnya Kerjasama Operasional, PIHAK KEDUA tidak mengadakan
perubahan kepemilikan atas alat dalam bentuk apapun.
5. Selama masa jangka waktu Kerjasama Operasional ini, PIHAK PERTAMA tidak boleh
melakukan kegiatan yang serupa atau mengadakan pesawat untuk pelayanan MRI atau Kerjasama
Operasional MRI dengan pihak ketiga lainnya di lingkungan Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
yang akan menjadi kompetitor dari Kerjasama Operasional ini.
6. Apabila target penerimaan BEP sebesar Rp 47,884,000,000 (empat puluh tujuh milyar
delapan ratus delapan puluh empat juta rupiah) tidak tercapai dalam 4 tahun, maka jangka waktu
Kerjasama Operasional akan diperpanjang 1 (satu) tahun.
7. Apabila sejak tahun pertama penerimaan pendapatan pelayanan KSO rata-rata melampaui
20% dari target penerimaan yang tercantum di Proyeksi KSO MRI selama 5 (lima) tahun dan
karena tuntutan pelayanan sebelum masa KSO berakhir diperlukan penggantian PESAWAT yang
teknologinya lebih canggih, maka PARA PIHAK dapat melakukan kesepakatan bersama untuk
melakukan revisi perjanjian ini dengan membuat perhitungan bisnis plan sehubungan penggantian
PESAWAT dan memperhitungkan sisa masa KSO yang masih akan berjalan selama 3 tahun
didasarkan saling menguntungkan PARA PIHAK, dan yang terkait dengan revisi perjanjian akibat
penggantian tersebut dimasukkan dalam Addendum Surat Perjanjian Kerja Sama Operasional ini
Pasal 11
Status Alat
1. Status Pesawat MRI setelah berakhirnya Kerjasama Operasional ini tetap milik PIHAK
KEDUA.
2. Setelah berakhirnya Kerjasama Operasional seperti yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini, maka
PIHAK KEDUA berhak mengambil kembali Pesawat MRI milik PIHAK KEDUA dengan biaya
dari PIHAK KEDUA sendiri.
Pasal 12
Asuransi
Biaya asuransi Pesawat MRI ditanggung oleh PIHAK KEDUA :
Pasal 13
Pasien Penelitian dan Pasien Miskin
1. Untuk Pasien Penelitian, diberikan Diskon 50% dari tarif pemeriksaan dengan alokasi maksimum
jumlah pasien sbb.:
Pemeriksaan Penelitian / bulan Pemeriksaan Penelitian / tahun
Tahun I : 5 pemeriksaan 60 pemeriksaan
Tahun II : 6 pemeriksaan 72 pemeriksaan
Tahun III : 7 pemeriksaan 84 pemeriksaan
Tahun IV : 7 pemeriksaan 84 pemeriksaan
Tahun V dst : 7 pemeriksaan 84 pemeriksaan
2. Setiap bulan dialokasikan pemeriksaan MRI kepada pasien miskin dengan besaran plafon senilai 5
pemeriksaan dengan tarif rata-rata yang disepakati. Jumlah tersebut dapat diakumulasikan ke bulan
selanjutnya apabila plafon di bulan sebelumnya belum digunakan semua. Tapi tidak dapat
diakumulasikan untuk tahun berikutnya jika plafon tahun berjalan belum digunakan semua.
Pasal 14
Berakhirnya Perjanjian
1 Berakhirnya Perjanjian
a. Dengan berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerjasama
Operasional ini, maka secara otomatis Perjanjian Kerjasama Operasional ini telah berakhir
dengan sendirinya, kecuali dilakukan perpanjangan waktu atas kesepakatan Kedua Belah
Pihak dengan persyaratan yang telah ditentukan kemudian.
b. Jangka waktu Perjanjian Kerjasama Operasional ini adalah 8
(delapan) tahun sejak ditandatangani oleh Kedua Belah Pihak, kecuali terjadi sebagaimana
yang tercantum pada Pasal 10 ayat 6.
c. Dengan berakhirnya Perjanjian Kerjasama Operasional ini,
tidak membebaskan segala kewajiban yang belum diselesaikan oleh Kedua Belah Pihak.
2 Pengakhiran Perjanjian karena Wanprestasi
a. Disamping ketentuan jangka waktu Perjanjian Kerjasama Operasional, PIHAK
PERTAMA atau PIHAK KEDUA berhak untuk mengakhiri Perjanjian Kerjasama
Operasional ini dengan pemberitahuan tertulis mengenai alasan Pengakhiran tersebut kepada
pihak yang melanggar dan atau lalai memenuhi satu atau lebih ketentuan Perjanjian
Kerjasama Operasional ini (”Wanprestasi’).
b. Apabila Perjanjian Kerjasama Operasional ini berakhir karena Wanprestasi, tidak
membebaskan segala kewajiban yang belum diselesaikan oleh Kedua Belah Pihak dari
pendapatan, penghasilan dan penerimaan yang diperoleh sampai dihentikannya pengoperasian
pesawat MRI.
3 Akibat Pengakhiran Perjanjian
Pasal 15
Keadaan Memaksa (Force Majeure)
1. Yang dimaksud Force Majeure dalam Kerjasama Operasional ini adalah perang, huru hara,
blokade ekonomi, bencana alam seperti banjir, gempa bumi, badai dan sebab-sebab lain di luar
kemampuan manusia yang dapat mempengaruhi pelaksanaan Kerjasama Operasional.
2. Bila terjadi Force Majeure seperti tersebut dalam ayat 1 Pasal ini, maka dengan persetujuan
Kedua Belah Pihak dapat dilakukan perubahan pada Kerjasama Operasional ini.
Pasal 16
Penyelesaian Perselisihan
1. Segala permasalahan yang mungkin timbul selama berlangsungnya Kerjasama Operasional ini,
akan diselesaikan oleh Kedua Belah Pihak secara musyawarah dan mufakat
2. Apabila penyelesaian perselisihan seperti cara yang tersebut dalam ayat 1 Pasal ini tidak berhasil,
maka PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk memilih penyelesaian perselisihan
melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
3. Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan ayat 1 dan atau ayat 2 Pasal ini, menjadi beban
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing.
Pasal 17
Addendum
1. Setiap ada perubahan isi Perjanjian Kerjasama Operasional ini harus dimusyawarahkan yang
kemudian mencantumkannya dalam perjanjian tambahan/addendum yang merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerjasama Operasional ini.
2. Hal-hal tehnis yang belum cukup diatur dan atau ada perubahan, akan ditentukan kemudian
secara bersama.
Pasal 18
Penutup
1. Perjanjian Kerjasama Operasional ini akan tetap berlaku dan mengikat PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA walaupun para pejabat yang menandatangani Perjanjian Kerjasama
Operasional ini mengalami perubahan.
2. Perjanjian Kerjasama Operasional mulai berlaku dan mengikat Kedua Belah Pihak setelah
ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.