Anda di halaman 1dari 6

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),

untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) [1]. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum
zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu
larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak
larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya
hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu
larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

Daftar isi
 1 Istilah Kelarutan
 2 Kelarutan Endapan
o 2.1 Perubahan Kelarutan
 3 Pranala luar
 4 Catatan kaki

Istilah Kelarutan
Jumlah bagian pelarut di perlukan
NO Istilah Kelarutan
untuk melarutkan 1 bagian air
1 Sangat mudah larut kurang Dari 1
2 Mudah larut 1 - 10
3 Larut 10 - 30
4 Agak sukar larut 30-100
5 Sukar Larut 100-1.000
6 Sangat Sukar Larut 1.000-10.000
7 Praktis Tidak larut lebih dari 10.000

Kelarutan Endapan
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif yang melibatkan
pembentukan endapan. Endapan merupakan zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase
padat yang keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal (kristalin) atau koloid, dan
dapat dikeluarkan dari larutan dengan cara penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan (S) suatu endapan, menurut definisi merupakan sama dengan konsentrasi molar
dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan,
konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya. Perubahan
kelarutan dengan tekanan, tak mempunyai arti penting yang praktis dalam analisis anorganik
kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer;
perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang berarti atas
kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat
dikatakan, bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu, meskipun dalam
beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat), terjadi yang sebaliknya. Laju kenaikan
kelarutan dengan suhu berbeda-beda, dalam beberapa hal yang kecil sekali, dalam hal-hal
lainnya sangat besar. Pada beberapa hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat
menjadi dasar untuk pemisahan. Misalnya, pemisahan ion timbel dari perak dan merkurium
(I) dapat dicapai dengan mengendapkan ketiga ion itu mula-mula sebagai klorida , diteruskan
dengan menambahkan air panas pada campuran. Air panas ini akan melarutkan timbal
klorida, tetapi perak dan raksa(I) kloroda praktis tak larut dalamnya. Setelah menyaring
larutan panas itu, ion timbal akan ditemukan dalam filtrat dan dapat diidentifikasikan dengan
reaksi-reaksi khas.[3]

Perubahan Kelarutan

Perubahan Kelarutan dengan komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting dalam analisis
kualitatif anorganik. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam
beberapa hal lebih menguntungkan bila memakai zat lain (seperti alkohol, eter, dan
sebagainya) sebagai pelarut. Pemisahan logam-logam alkali misalnya, dapat dicapai dengan
mengektraksi garam-garamnya secara selektif dengan berbagai pelarut. Dalam hal-hal lain
reagensia yang dipakai dalam pengujian, dilarutkan dalam plarut, dan penambahan reagensia
itu pada larutan uji sebenarnya mengubah komposisi medium. Kelarutan bergantung juga
pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama ion-ion dalam campuran itu. ada perbedaan
yang menyolok antara efek dari apa yang disebut ion-sekutu dan ion-asing. Ion-sekutu adalah
suatu ion yang juga merupakan salah satu bahan endapan. Dengan perak nitrat misalnya, baik
ion perak maupun ion klorida merupakan ion-sekutu, tetapi semua ion lainnya adalah ion-
asing. Umumnya dapat dikatakan, bahwa kelarutan suatu endapan berkuran banyak sekali
jika salah satu ion-sekutu terdapat dengan berlebihan. Meskipun efek ini mungkin diimbangi
dengan pembentukan suatu komplek yang dapat larut dengan ion-sekutu yang berkebihan itu.
Misalnya, kelarutan perak sianida dapat ditekan dengan menambahkan ion-ion perak
berlebihan dengan larutan. Di lain pihak, jika ion sianida ditambahkan berlebihan, mula-mula
kelarutan berkurang sedikit tetapi bila jumlah sianida lebih banyak ditambahkan, endapan
akan melarut seluruhnya disebabkan oleh pembentukan ion kompleks disiano-argentat
[ Ag(CN)2 ]- . Dengan adanya ion-asing, kelarutan endapan bertambah, tetapi penambahan ini
umumnya sedikit, kecuali bila terjadi rekasi kimia ( seperti pembentukan kompleks atau
reaksi asam-basa ) antara endapan dengan ion-asing, dimana pertambahan kelarutan lebih
menyolok, Karena pentingnya efek ion-sekutu dan ion-asing atas kelarutan endapan dalam
analisi anorganik kualitatif.[3]

Pranala luar
 (Inggris) ALOGPS, interactive calculation of aqueous solubility of compounds at
Virtual Computational Chemistry Laboratory using several algorithms
 (Inggris) QUANTUM, web based calculation of aqueous and DMSO solubility of
compounds QUANTUM web based prediction of aqueous and DMSO solubility of
compounds

Catatan kaki
1. ^ Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins ISBN 0-19-
879285-9
2. ^ Dirjen RI, 1979. Farmakope indonesia edisi ke 3. jakarta
3. ^ a b Sevla, G. 1985. Vogel, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi
ke Lima Bagian 1. Jakarta: PT. Kaiman Media Pustaka

Artikel bertopik kimia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia
  dengan mengembangkannya.
KELARUTAN
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan
jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible.
            Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi
dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.
Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan
suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan

Secara kuantitatif,kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di
dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan
mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut
dalam 550 ml air. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas
dan persen. Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-
sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.      PH
2.      Temperatur
3.      Jenis pelarut
4.      Bentuk dan ukuran partikel zat
5.      Konstanta dielektrik pelarut
adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dll.

1. Pengaruh pH
            Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat
organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH
pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air
akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya
sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan  penambahan asam kuat maka akan
terbentuk garam yang mudah larut dalam air.

2. Pengaruh temperatur (suhu)


            Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat
padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan
semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin
renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat
padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah
terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh
kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan
karena gas yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.

3. Pengaruh jenis pelarut


            Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga
bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu
molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut
dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen
lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan
mudah larut dalam senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar.
Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak
mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar,
misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut
dengan mekanisme sebagai berikut :

 Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal.


 Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat
amfiprotik.
 Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.

Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta
dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat
membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan
tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat
menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai
perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.

4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel


            Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat, sesuai
dengan persamaan berikut :
Log S/So = 2 v/2,303 RTr
Keterangan :
S = kelarutan dari partikel halus
So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jari akhir partikel dalam cm2
T = temperatur absolut
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat.
Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel
yang bentuknya simetris.

5. Pengaruh konstanta dielektrik


            Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di
dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut moore dapat diatur
dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik suatu campuran pelarut merupakan hasil
penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan % volume
masing-masing komponen pelarut. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut
campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency
dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut co
solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang umum digunakan dalam
bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.

6. Pengaruh penambahan zat-zat lain


            Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar apabila
didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan
dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara,
surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai
misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).

http://ahmad-my-farmasi07.blogspot.com/2009/09/laporan-kelarutan-farfis.html

Anda mungkin juga menyukai