Anda di halaman 1dari 8

1

ARTIKEL
PERJUANGAN INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN
FAKHRI MUBARAK PUTRA
1IA20 Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

1
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

a. Perjuangan Indonesia melawan Penjajahan sebelum abad XX

Setelah Majapahit runtuh, agama Islam menyebar secara luas ke kawasan Nusantara, tetapi
sisa-sisa ajaran moral masih dikenal dalam Budaya Jawa yaitu lima hal terlarang yang
berhubungan dengan moral, yaitu :
1. Membunuh
2. Mencuri
3. Berzina
4. Meminum miras
5. Berjudi

Diawali dengan Kerajaan Sriwijaya yang dimana pada masa itu dipimpin oleh seorang raja
bernama Syailendra. Kerajaan ini menggunakan huruf Pallawa serta mengandalkan jalur
perhubungan laut dan juga yang pertama kali mendirikan universitas agama Buddha. Kerajaan
ini memiliki cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang tercermin dalam
semboyan “marvuat vanua Criwijaya siddhayatra subhiksa”. Nilai-nilai Pancasila sendiri sudah
tercermin dengan adanya umat Hindu-Buddha yang dapat hidup secara berdampingan,
hubungan antar wilayah, sebagai wilayah pusat pelayanandan perdagangan sehingga
masyarakat bisa hidup dalam kemakmuran.
Setelah itu Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh putra Tribhuwana Tunggadewi, yaitu Hayam
Wuruk serta Mahapatih Gajah Mada. Nilai-nilai Pancasila terdapat banyak nilai agama yang
dapat hidup berdampingan serta semboyan “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua”. Akhirnya, hubungan negara tetangga juga berlangsung baik atas dasar Mitreka
Sateta, lalu Sumpah Palapa yang berisi tentang cita-cita mempersatukan negara (nusantara
raya) dan akhirnya ada nilai gotong royong yang menumbuhkan musyawarah untuk mufakat.
Selanjutnya kedatangan bangsa Eropa yang membawa budaya Kristen. Nilai-nilai tersebut
diterima secara terbuka oleh masyarakat. Dan masyarakat dengan berbagai keyakinan dapat
hidup berdampingan pada masa itu. Disinilah mulainya bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda
mulai berdatangan. Bangsa Eropa mulai berlomba-lomba mendapatkan rempah-rempah karena
hasil alamnya yang melimpah. Apa yang dicita-citakan oleh para pemimpin wilayah nusantara
pada masa itu menjadi hilang. Kedaulatan negara hilang, hancurnya rasa persatuan,lenyapnya
kemakmuran, dan munculnya kebodohan dan kemelaratan.
Imperialisme oleh bangsa Eropa dengan gigih dan dengan semangat patriotik melalui
perlawanan secara fisik oleh para pahlawan di berbagai daerah dan awal XIX, Belanda
mengubah sistem pemerintahan resmi yaitu Pemerintahan Hindia Belanda dan usaha Belanda
dalam menguatkan kolonialismenya menemui berbagai perlawanan di berbagai daerah.
Kebangkitan nasional yang terjadi pada tahun 1908 menjadi momentum dalam membangkitkan
kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara, salah satunya berdirinya organisasi
Budi Utomo yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 dilanjutkan dengan Sarikat Dagang Islam
(1911), Indische Partij (1913), dan PNI (1927). Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

b. Kebangkitan Nasional
1. Budi Utomo

Budi Utomo adalah sebuah organisasi yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908 yang dimana
ketuanya adalah Soetomo. Sejak berdiri hingga pada kongres pertama pada bulan Oktober
1908, Budi Utomo merupakan kumpulan pelajar dari Stovania sebagai intinya yang bertujuan
untuk dirumuskan secara samar-samar yaitu Kemajuan Hindia dan jangkauan geraknya pun
sangat terbebas pada wilayah Jawa dan Madura. Cabang Budi Utomo berdiri di Jakarta,
Bandung, Bogor, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Probolinggo. Untuk
mengkonsolidaesikan diri, Budi Utomo mengadakan kongres pertama di Yogyakarta tahun 1908
dan setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya keputusan yang diambil adalah sebagai
berikut :
1. Budi Utomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
2. Kegiatan utama ditujukan kepada bidang pendidikan dan budaya
3. Ruang gerak terbatas hanya pada daerah Jawa dan Madura

Pada kongres ini juga membuat susunan pengurus besar dimana R. T. Tirtokusumo, bupati
Karanganyar menjadi ketuanya dan pusat organisasi di Yogyakarta, tetapi karena tidak
melibatkan diri dalam bidang politik dan dianggap tidak berbahaya maka sebagai organisasi Budi
Utomo disahkan oleh pemerintah kolonial sebagai badan hukum. Dengan demikian, diharapkan
bahwa organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara luas. Tetapi, harapan itu tidak
terkabul disebabkan lambatnya gerak organisasi karena beberapa hal :
1. Kesulitan keuangan
2. Para bupati mendirikan organisasi sendiri
3. Keluarnya anggota-anggota dari golongan pelajar mahasiswa
4. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan golongan priyayi daripada penduduk pribumi
5. R. T. Tirtokusumo sebagai ketua Budi Utomo juga seorang Bupati ternyata lebih banyak
memperhatikan pemerintahan kolonial Belanda daripada memperhatikan reaksi rakyat
Indonesia
6. Bahasa Belanda memiliki prioritas pertama daripada bahasa Indonesia
7. Menonjolnya pengaruh priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya sehingga golongan
pelajar yang lebih nasionalis malah terdesak ke belakang.

Meskipun demikian sampai akhir 1909, Budi Utomo telah memiliki cabang di 40 tempat dengan
jumlah anggota lebih dari sepuluh ribu orang. Jumlah yang pada waktu itu dianggap sudah
cukup besar. Sedangkan usaha untuk memajukan pada Perjuangan Indonesia Melawan
Penjajahan
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

tahun-tahun berikutnya tidak begitu mencapai sukses , pengaruhnya menurun namun Budi
Utomo tetap melaksanakan kegiatannya di bidang sosial.
2. Sumpah Pemuda 1928

Berawal dari Bandung dimana para pemuda yang tergabung ini dalam kelompok umum
mendirikan organisasi Jong Indonesia tanggal 26 Februari 1927, dimana organisasi ini dimotori
oleh Mr. Sunario, RM Yusupadi, Ganuhadiningrat, Sugiono, dan Mr. Sartono yang kemudian
berdiri Perserikatan Nasional Indonesia tanggal 4 Juli 1927 dengan tokoh utamanya Ir.Soekarno.
Tanggal 9 Desember 1927, berdiri organisasi bernama Jong Sumatranen Bond dengan tokoh
utamanya Tengku Mansur, Muhammad Anas, Abdul Munir Nasution, Kamun, dan Muhammad
Amir serta Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia pada tanggal 17 Desember
1927. Kongres Pemuda I 27 April-2 Mei 1926, peserta sepakat perlunya sebuah ikrar dan
menugasi empat pemuda untuk merumuskannya. Tiga butir ikrar sudah dirancang M Yamin,
satu di antara pemuda yang ditugaskan merampungkan ikrar pada kongres itu, bicara panjang
lebar tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia. Dua butir ikrar telah disepakati dan tinggal
butir ketiga yang belum ada satu kata antara M Yamin, Jamaluddin Adinegoro, dan Tabrani. M
Yamin dan Jamaluddin setuju dengan "Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Melayu". Sementara Tabrani, aktivis Jong Java dan pemimpin redaksi Hindia
Baru, yang juga ketua panitia kongres mengusulkan istilah bahasa Indonesia, seperti yang sudah
ditulisnya pada bulan-bulan sebelumnya di korannya. Pemufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia dengan keyakinan bahwa perjuangan yang dilakukan bersama akan lebih
mudah untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia. Maka tanggal 17-18 Desember 1927
dibentuk PPPKI, yang dipelopori Ir. Soekarno dari Partai Nasional Indonesia. Perhimpunan ini
terdiri dari beberapa organisasi pergerakan nasional seperti Partai Syarikat Islam Indonesia, Budi
Oetomo, Partai Nasional Indonesia, Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan
kelompok Studi Indonesia. PPPKI diharapkan mampu mempersatukan dan menjadikan gerakan
politik nasional berada dalam satu koordinasi yang baik. Namun dalam perkembangan
selanjutnya, PPPKI tidak mampu mewujudkan cita-citanya, karena terjadi pertentangan antara
tokoh-tokoh partai yang tergabung di dalamnya. Tekanan dari pemerintah Hindia Belanda juga
menjadi salah satu sebab semakin menurunnya peran perhimpunan ini dalam pergerakan
nasional Indonesia. Kongres Pemuda II digelar tanggal 27-28 Oktober 1928, dipimpin Sugondo
Joyopuspito dengan sekretaris M Yamin. Kongres sendiri lahir sebagai gagasan dari
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh
Indonesia. Tampil sebagai pembicara, M Yamin, Purnomowulan, Sarmidi Mangunsarkoro,
Ramelan, Theo Pangemanan dan Mr. Sunario yang membicarakan masalah peranan pendidikan
kebangsaan dan kepanduan dalam menumbuhkan semangat kebangsaan. Atas inisiatif PPPI,
kongres dilaksanakan di tiga gedung berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat sehingga
menghasilkan Sumpah Pemuda. Rapat pertama, Sabtu 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke
Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng, Jakarta. Sugondo Joyopuspito dalam sambutannya,
berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. M
Yamin dalam uraiannya menyorot arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya,
ada lima faktor yang memperkuat Persatuan Indonesia, yaitu sejarah, Perjuangan Indonesia
Melawan Penjajahan
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

hukum adat, bahasa, pendidikan, dan kemauan. Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928 di
Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Dua pembicara, Purnomowulan
dan Sarmidi Mangunsarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan,
harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus
dididik secara demokratis. Rapat ketiga, di Gedung Indonesische Huis Kramat (Gedung
Indonesische Clubgebouw), Jalan Kramat 106 Jakarta. Pada sesi ini, Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan Ramelan
mengutarakan gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Kongres II ini
dihadiri utusan Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond,
Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Betawi, PPPI, Sekar Rukun,
Minahasa Bond, Madura Bond, termasuk pengamat dari pemuda Tionghoa, seperti Kwee Thiam
Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey kay Siang dan Tjio Djien Kwie. Kongres ini sebagai kelanjutan
dari Kerapatan Besar Pemuda atau Kongres Pemuda Pertama pada tanggal 27 April-2 Mei 1926.
Sebelum kongres ditutup, diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya WR Supratman, disambut
dengan meriah peserta kongres. Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil
kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia yang
sekarang dikenal dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Perjuangan Indonesia Melawan
Penjajahan
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

3. Penjajahan Jepang (1942-1945)

Tentu, kalian masih ingat bahwa Jepang dengan mudah berhasil menguasai daerah-daerah Asia
Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mengapa demikian? Karena: 1. Jepang telah
berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii
pada tanggal 7 Desember 1941; 2. Negeri-negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang
menghadapi peperangan di Eropa melawan Jerman; 3. Bangsa-bangsa di Asia sangat percaya
dengan semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, dan Jepang pelindung
Asia) sehingga tidak memberi perlawanan. Bahkan, kehadiran Balatentara Jepang disambut
dengan suka cita karena Jepang dianggap sebagai ‘saudara tua’ yang akan membebaskan
bangsa-bangsa Asia dari belenggu penjajahan negara-negara Barat. Secara resmi Jepang telah
menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia
Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang tanpa banyak menemui
perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, bangsa Indonesia menyambut
kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang, perasaan gembira karena akan
membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa Belanda. Sebenarnya,
semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ yang disampaikan Jepang
merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat menerima kedatangan Balatentara
Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan negara imperialis
lainnya. Jepang termasuk negara imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara
imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi
sangat penting artinya bagi kemajuan industri Jepang. Apalah arti kemajuan industri apabila
tidak didukung dengan bahan mentah (baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar
barang hasil industri yang luas. Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara
Jepang ke Indonesia adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia.
Artinya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan
yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama
pendudukan Balatentara Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam
sehingga bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan. Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara
ketat oleh pasukan Jepang untuk kepentingan peperangan dan industri Jepang, melalui berbagai
cara berikut:
a. Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan romusha. Romusha adalah tenaga
kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek-proyek
yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat kita yang meninggal ketika
menjalankan romusha, karena umumnya mereka menderita kelaparan dan berbagai penyakit
b. Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada
pemerintah Balatentara Jepang.
c. Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi
kebutuhan konsumsi perang. 2. Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang Perjuangan Indonesia
Melawan Penjajahan
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

Setelah menduduki Indonesia Jepang mengambil berbagai kerbijakan. Kebijakan Pemerintah


Balatentara Jepang, meliputi berbagai bidang, diantaranya :
a.Bidang ekonomi
1) Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa produksi
beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perluasan areal
persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun demikian produksi pangan antara
tahun 1941-1944 terus menurun.
2) Pengawasan pertanian dan perkebunan. Pelaksanaan pertanian diawasi secara ketat dengan
tujuan untuk mengendalikan harga barang, terutama beras. Hasil pertanian diatur sebagai
berikut: 40% untuk petani, 30% harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang
sangat murah, dan 30% harus diserahkan ke ‘lumbung desa’. Ketentuan itu sangat merugikan
petani dan yang berani melakukan pelanggaran akan dihukum berat. Badan yang menangani
masalah pelanggaran disebut Kempetai (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti
rakyat. Pengawasan terhadap produksi perkebunan dilakukan secara ketat. Jepang hanya
mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina. Kedua jenis tanaman itu
berhubungan langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi harus
dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal, ketiga
jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang
di bidang ekonomi sangat merugikan rakyat. Pengerahan sumber daya ekonomi untuk
kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian dan kekayaan penduduk, Jepang
selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap penduduk harus menyerahkan
kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga
(emas dan berlian), hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar
usaha usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nogyo Kumiai
(Koperasi Pertanian).
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan
rakyat Indonesia semakin sengsara dan penuh penderitaan. Penderitaan dan kesengsaraan
rakyat Indonesia selama pendudukan Jepang lebih buruk apabila dibandingkan dengan
penderitaan dan kesengsaraan pada masa penjajahan Belanda. Padahal, Jepang menduduki
Indonesia hanya tiga setengah tahun, sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga
setengah abad. b.Bidang pemerintahan Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang
adalah pemerintahan militer yang sangat diktator. Untuk mengendalikan keadaan,
pemerintahan dibagi menjadi beberapa bagian. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16
dengan pusatnya di Jakarta (dulu Batavia). Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan
pusatnya di Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia bagian Timur diperintah oleh Tentara ke
2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel). Pemerintahan Angkatan Darat disebut
Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut disebut Minseibu. Masing-masing daerah dibagi
menjadi beberapa wilayah yang lebih kecil. Pada awalnya, Jawa dibagi menjadi tiga provinsi
(Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur) serta dua daerah istimewa, yaitu Yogyakarta dan
Surakarta. Pembagian ini diang-gap tidak efektif sehingga dihapuskan. Akhirnya, Jawa dibagi
menjadi 17 Karesidenan (Syu) dan diperintah oleh seorang Residen (Syucokan).
Perjuangan Indonesia Melawan Penjajahan

Daftar Pustaka
https://repository.unikom.ac.id/44040/1/Pancasila%20Dalam%20Konteks%20Sejarah
%20Perjuangan%20Bangsa.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fs/sejarah-sri%20pangestu.pdf
http://eprints.dinus.ac.id/14415/1/[Materi]_pendudukan_jepang_di_indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai