Anda di halaman 1dari 9

Proposal Penelitian

Sintesis Nanopartikel Perak Termodifikasi Kitosan dari Limbah Kulit


Udang Kaki Putih (Litopenaus vannamei) dan Uji Aktivitasnya sebagai
Antibakteri

Diusulkan oleh:

Rega Desramadhani 4311418059

Program Studi Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang memberi dampak negatif bagi
lingkungan terhadap pertumbuhan industri. Hewan yang merupakan komoditas andalan
sektor perikanan yang menghasilkan limbah cukup banyak adalah udang. Limbah udang
tersebut banyak mengandung kitin yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kitosan
(Suherman et al., 2018).
Udang kaki putih dengan nama ilmiah Litopenaeus vannamei merupakan salah satu
golongan hewan berkulit keras (Crustacea) yang kulitnya terdapat kandungan penting
seperti protein 25-40%, kalsium karbonat 45-50%, dan kitin 15-30% (Imtihani &
Permatasari, 2014).
Kitin merupakan polisakarida yang banyak ditemukan di alam dan dicirikan oleh
struktur berserat. Dasar penyusun utama kerangka luar serangga dan krustasea seperti
udang, kepiting dan lobster. Struktur kitin dapat dimodifikasi dengan menghilangkan
gugus asetil, yang terikat pada radikal amina pada posisi C2 pada cincin glukan, dengan
cara hidrolisis kimiawi dalam larutan alkali pekat pada suhu tinggi untuk menghasilkan
bentuk deasetilasi (Gambar 1) (Goy et al., 2009). Kitosan merupakan polisakarida yang
diperoleh dari deasetilasi kitin yang biasanya berasal dari hewan invertebrata laut
berkulit keras (Crustacea).

Gambar 1. Struktur kimia kitin dan kitosan (Goy et al., 2009)


Nanopartikel perak (AgNPs) berperan penting dalam aktivitas antibakteri, antijamur,
dan antivirus. AgNPs mempunyai aktivitas antimikroba dan bakterisida yang cukup
besar terhadap bakteri seperti E. coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas
aeruginosa (Kalaivani et al., 2018). Antibakteri merupakan senyawa kimia atau biologis
yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri (Sulistijowati et al., 2014).
Nano kitosan merupakan nanopartikel dari kitosan yang mempunyai daya serap dan
kemampuan yang lebih baik sebagai antibakteri dibandingkan dengan kitosan yang
biasanya. Sehingga dilakukan penelitian aktivitas antibakteri yang diuji dengan
menggunakan nanopartikel perak yang telah disiapkan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah yang diharapkan nantinya
dapat dijadikan sebagai dasar penelitian ini:
1. Bagaimanakah kemampuan sintesis nanopartikel perak yang termodifikasi kitosan
dari limbah kulit udang kaki putih.
2. Bagaimanakah pengaruh aktivitas antibakteri terhadap sintesis kitosan yang
termodifikasi dari limbah kulit udang kaki putih.

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kemampuan sintesis nanopartikel yang dimodifikasi oleh kitosan dari
limbah kulit udang kaki putih.
2. Mengetahui pengaruh aktivitas antibakteri terhadap karakteristik kitosan dari limbah
kulit udang kaki putih.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah nilai ekonomis pada limbah kulit udang kaki putih dari modifikasi
kitosan.
2. Memberi informasi bahwa adanya efektifitas kitosan sebagai antibakteri dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
BAB 2

METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Pada penelitian ini, untuk preparasi nanopartikel kitosan, sintesis nanopartikel
kitosan, dan uji antibakteri dengan metode difusi agar dilakukan di Laboratorium Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

2.2. Variabel Penelitian


2.2.1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang selalu mempengaruhi variabel terikat,
variabel bebas dalam penelitian ini adalah massa dari nanopartikel kitosan yang
dilarutkan dalam asam asetat 1%.
2.2.2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, di penelitian
ini sebagai variabel terikat adalah aktivitas nanopartikel sebagai antibakteri.
2.2.3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali ialah variabel yang dikendalikan supaya memberikan pengaruh
minimal. Variabel terkendali pada penelitian ini adalah serbuk udang, temperatur
(oven), penyaringan, dan pengadukan.

2.3. Alat dan Bahan


2.3.1. Alat
Alat yang digunakan di penelitian ini adalah elektrotermal (heating mantle),
pengayak 100 mesh, magnetic stirrer, spektrofotometer UV-Vis, Particle Size
Analyzer, neraca analitik digital, beaker glass, dan seperangkat alat sokletasi.
2.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan dari cangkang
udang, perak nitrat AgNO3, etanol, kitosan, asam asetat, kertas Whatman, kertas
cakram, medium nutrien agar, larutan Trisodium Sitrat (Na 3C6H5O7) 1%, NaOH,
HCl, asam asetat 1%, suspense bakteri E. Coli, suspense bakteri Staphylococcus
aureus, aquadest dan aquademin.
2.4. Prosedur Kerja
2.4.1. Pengolahan Bahan Uji
Udang Vannamei dikumpulkan dari pasar lokal kemudian jaringan yang
terdapat pada udang tersebut dikupas dan cangkangnya dicuci serta dianalisis lebih
lanjut. Kulit udang yang dikeringkan di bawah sinar matahari kemudian digiling
menjadi bubuk halus, dan kitosan dapat diekstraksi dari bubuk halus tersebut.
2.4.2. Preparasi Nanopartikel Kitosan
1. Demineralisasi
Proses ini diacu pada penelitian Amin et al. (2019) dengan
menggunakan larutan HCl 1 M dilakukan pada suhu 25-30°C dengan rasio
sampel larutan HCl 1:10 (gram serbuk udang/ml HCl) dan diaduk selama 120
menit. Setelah itu, ambil endapannya menggunakan kertas saring.
2. Deproteinasi
Proses ini dilakukan di suhu 60-70°C menggunakan larutan NaOH 1 M
dengan perbandingan serbuk udang dan NaOH 1:10 (gram serbuk/ml NaOH)
dan diaduk selama 1 jam. Setelah itu, pisahkan campuran dengan cara disaring
agar mendapatkan endapannya (Amin et al., 2019).
3. Penghilangan Warna
Sebanyak 15% sampel deproteinasi diputihkan dalam natrium
hipoklorida pada perbandingan padat terhadap pelarut 1:10 dan pada suhu
kamar selama 15 menit. Kemudian dicuci dan dikeringkan pada suhu 80°C
selama 12 jam (Anand et al., 2018).
4. Deasetilasi Kitin menjadi Kitosan
Proses ini dilakukan dengan menambahkan 65% NaOH kemudian
dipanaskan pada suhu 100°C selama 1 jam dan diaduk pada kecepatan
konstan. Setelah itu, saring campuran dan cuci endapan dengan aquadest.
Tambahkan larutan HCl encer supaya pH netral. Sampel dibiarkan tidak
tertutup dan dikeringkan dalam oven pada suhu 101°C selama 6 jam. Maka
terbentuk kitosan dalam bentuk putih krem (Anand et al., 2018 & Amin et al.,
2019).
2.4.3. Sintesis Nanopartikel Perak
Tahap sintesis nanopartikel perak di penelitian ini mengacu dan mengadopsi
pada metode yang dikembangkan oleh Fadli et al. (2018). Sintesis diawali dengan
dibuatnya larutan AgNO3 sebanyak 0,17 gram dan melarutkannya ke dalam
aquades 200 ml menggunakan beaker glass dan diaduk rata, kemudian sebanyak 10
ml larutan AgNO3 diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
dipanaskan. Sebanyak 10 tetes larutan Trisodium Sitrat (Na 3C6H5O7) 1%
ditambahkan. Selama proses pemanasan, campuran diaduk menggunakan magnetic
stirrer sehingga terdapat perubahan warna menjadi kuning hingga kecoklatan.
Warna tersebut menandakan bahwa nanopartikel perak telah terbentuk (Ariyanta,
2014).
2.4.4. Karakterisasi Nanopartikel Perak
Nanopartikel perak yang telah terbentuk kemudian dikarakterisasi. Mengacu
pada penelitian Ariyanta (2014), karakterisasi dilakukan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan Particle Size Analyzer.
1. Analisis Spektrofotometer UV-Vis
Masukkan 5 ml sampel ke dalam kuvet, kemudian ukur panjang
gelombangnya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan menggunakan
blangko etanol. Pengukuran larutan AgNO3 1000 ppm juga dilakukan sebagai
pembandingnya.
2. Analisis Particle Size Analyzer
Aquadest dimasukkan terlebih dahulu ke dalam fluid tank sebagai
baseline sebelum pengukuran sampel. Sampel dimasukkan ke dalam fluid
tank beberapa tetes hingga konsentrasi mencukupi. Distribusi ukuran dalam
sampel akan terukur melalui grafik yang dihasilkan.
2.4.5. Uji Antibakteri
Menurut Nurainy et al. (2008) pengujian aktivitas antibakteri larutan kitosan
dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Sterilisasi alat
Sterilisasi alat diawali dengan menyiapkan semua peralatan dan
membungkus semua alat dengan payung kertas kemudian disterilkan dengan
autoclave selama 15 menit dengan suhu 121 ° C. Kemudian masukkan ke
dalam oven untuk mengeringkan alat yang akan digunakan (Fadli et al., 2018).
2. Bakteri uji
Bakteri uji diambil dari pengenceran 10-5.
3. Pembuatan media agar
Sebanyak 3,52 gram nutrien agar ditimbang dan dilarutkan dalam 150
ml aquades. Kemudian dipanaskan diatas hotplate stirer sampai mendidih
sehingga terbentuk larutan agar yang berwarna kuning bening.
4. Pengujian antibakteri kitosan dengan metode difusi agar
Uji aktivitas antibakteri secara kualitatif diacu pada penelitian
Yudhasasmita et al. (2017) yang dilakukan dengan menggunakan bakteri E.
coli dan Staphylococcus aureus. Sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 gram
nanopartikel kitosan yang dilarutkan ke dalam asam asetat 1% dengan volume
50 ml. Setelah itu, masukkan kertas cakram Whatman 42 ke dalam variasi
konsentrasi kitosan tersebut dan diletakkan ke dalam medium nutrient agar
(NA) yang telah mengandung bakteri E. coli dan Staphylococcus aureus.
Petridish diinkubasi selama 24 jam dengan temperature 37°C (Wahyudi et al.,
2011).
Daftar Pustaka

Amin, A., Khairi, N., & Allo, E. (2019). Sintesis dan karakterisai kitosan dari limbah
cangkang udang sebagai stabilizer terhadap Ag nanopartikel. Fullerene Journal of
Chemistry, 4(2), 86.

Anand, M., Sathyapriya, P., Maruthupandy, M., & Hameedha Beevi, A. (2018). Synthesis of
chitosan nanoparticles by TPP and their potential mosquito larvicidal application.
Frontiers in Laboratory Medicine, 2(2), 72–78.

Ariyanta, H. A. (2014). PREPARASI NANOPARTIKEL PERAK DENGAN METODE


REDUKSI LUKA INFEKSI Silver Nanoparticles Preparation by Reduction Method and
its Application as Antibacterial for Cause of Wound Infection. Jurnal Mkmi, 36–42.

Fadli, A. L., Hanifah, A., Fitriani, A., Rakhmawati, A., & Dwandaru, W. S. B. (2018).
Application of silver-chitosan nanoparticles as a prevention and eradication of
nosocomial infections due to Staphylococcus aureus sp). AIP Conference Proceedings,
2014.

Goy, R. C., De Britto, D., & Assis, O. B. G. (2009). A review of the antimicrobial activity of
chitosan. Polimeros, 19(3), 241–247.

Imtihani, H. N. dan, & Permatasari, S. N. (2014). Sintesis dan Karakterisasi Kitosan dari
Limbah Kulit Udang Kaki Putih (Litopenaeus vannamei). Int J Econ Manag Sci, 4(2), 1.

Kalaivani, R., Maruthupandy, M., Muneeswaran, T., Hameedha Beevi, A., Anand, M.,
Ramakritinan, C. M., & Kumaraguru, A. K. (2018). Synthesis of chitosan mediated
silver nanoparticles (Ag NPs) for potential antimicrobial applications. Frontiers in
Laboratory Medicine, 2(1), 30–35.

Nurainy F, Rizal S, Y. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kitosan Terhadap Aktivitas Antibakteri


dengan Metode Difusi Agar (Sumur). Jurnal Teknologi Industri Dan Hasil Pertanian,
13(2).

Suherman, S., Latif, M., & Rosmala Dewi, S. T. (2018). POTENSI KITOSAN KULIT
UDANG VANNEMEI (Litopenaeus vannamei) SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Staphylococccus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa,
Propionibacterium agnes, DAN Escherichia coli DENGAN METODE DIFUSI
CAKRAM KERTAS. Media Farmasi, 14(1), 132.

Sulistijowati, R., Mile, L., & Wulandari, K. (2014). Aktivitas Antibakteri Kitosan Kulit
Udang Vaname ( Litopenaeus vannamei ) Terhadap Bakteri Kontaminan Bakso Ikan
Tuna ( Thunnus Sp.). 2009, 1–7.

Wahyudi, T., Doni,S. & Qomarudin, H. (2011). Sintesis Nanopartikel Perak dan Uji
Aktivitasnya terhadap Bakteri E. colidan S. Aureus. Arena Tekstil, 26(1), 1–60.

Yudhasasmita, S., & Puspito Nugroho, A. (2017). Sintesis dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan
Sebagai Adsorben Cd dan Antibakteri Koliform. Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi,
5(1), 42–48.

Anda mungkin juga menyukai