Anda di halaman 1dari 12

PEMBIAYAAN KESEHATAN DIMASA YANG AKAN DATANG

NAMA : CHINTYA LEBA LEO


NIM : 1807010354
SEMESTER/KELAS : V/C

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan
memegang peranan yang sangat vital untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan penting dari
pembangunan kesehatan di suatu negara diantaranya adalah pemerataan
pelayanan kesehatan dan akses dan pelayanan yang berkualitas/ assured
quality. Oleh karena itu reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara
segera memberikan fokus penting kepada kebijakan pembiayaan kesehatan
untuk menjamin terselenggaranya kecukupan, pemerataan, efisiensi dan
efektifitas dari pembiayaan kesehatan itu sendiri. (Departemen Kesehatan
RI, 2004).
Negara-negara di dunia melalui badan kesehatan internasional WHO
telah sepakat untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) di tahun
2014. UHC merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga di
dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bermutu dengan biaya
yang terjangkau yang mencakup dua elemen inti didalamnya yakni akses
pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan
perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan
kesehatan dimana negara Indonesia pada saat ini sedang berada dalam masa
transisi menuju cakupan pelayanan kesehatan semesta tersebut.
Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia hingga tahun 2017 baru
mencapai 72,9% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan jumlah peserta
183 juta jiwa (BPJS Kesehatan, 2018). Target kepesertaan JKN 100% di
tahun 2019 sulit dicapai karena masih ada 27,1% jumlah penduduk yang
belum menjadi peserta JKN. Bahkan Dewan Jaminan Sosial Nasional
(DJSN) pada tahun 2019 memprediksikan capaian kepesertaan JKN sebesar
82,4%. Jika tidak ada upaya yang luar biasa maka penduduk akan kehilangan
hak-hak kesehatan yang semestinya diterima. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menegaskan pentingnya implementasi UHC di mana semua orang
akan dapat menerima pelayanan kesehatan berkualitas sesuai kebutuhan
tanpa menyebabkan kesulitan keuangan akibat kewajiban untuk membayar
pelayanan kesehatan tersebut. UHC juga mencakup inisiatif kesehatan yang
dirancang untuk mempromosikan kesehatan yang lebih baik, misalnya
kebijakan upaya pencegahan penyakit melalui vaksinasi, pemberian
pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan paliatif yang berkualitas dan efektif
(WHO, 2014).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu pembiayaan kesehatan ?
b. Bagaimana strategi pembiayaan serta sumber biaya kesehatan ?
c. Apa yang dimaksud dengan UHC ?
d. Bagaimana risiko pembiayaan kesehatan dimasa yang akan datang?
e. Bagaimana dampak terhadap pencapaian UHC ?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui apa itu pembiayaan kesehatan
b. Untuk mengetahui strageti pembiayaan dan sumber dana kesehatan
c. Untuk mengetahui apa itu UHC
d. Untuk mengetahui risiko pembiayaan kesehatan dimasa yang akan
datang
e. Untuk mengetahui dampak terhadap pencapaian UHC
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN KESEHATAN


Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus
dikeluarkan atau disediakan untuk menyelenggarakan dan memanfaatkan
bermacam-macam upaya keseatan baik yang diperlukan oleh individu,
keluarga, dan kelompok/masyarakat (Azwar, 1996). Pembiayaan
kesehatan mempengaruhi pengembangan tenaga, penyelenggaraan upaya
keseatan dan kontribusi finansial untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Dalam mengukur aktifitas yang berkaitan
dengan upaya peningkatan kesehatan, pada dasarnya WHO memberikan
bahwa setiap kriteria global dapat dikatakan sebagai pengeluaran untuk
kesehatan adala segala pengeluaran atau pembiayaan yang dikeluarkan
dengan tujuan utama adalah meningkatkan derajat kesehatan, baik
individu maupun kelompok.

B. STRATEGI DAN SUMBER BIAYA KESEATAN


Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara
diarahkan kepada beberapa hal pokok yakni; kesinambungan
pembiayaan program kesehatan prioritas, reduksi pembiayaan kesehatan
secara tunai perorangan (out of pocket funding), menghilangkan
hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan
dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi
sumber daya (resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan
dapat diterima pengguna jasa. Sumber dana biaya kesehatan berbeda
pada beberapa negara, namun secara garis besar berasal dari:
 Anggaran pemerintah.
 Anggaran masyarakat.
 Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri.
 Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.
Pembiayaan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah
satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan
kesehatan. Alasannya antara lain:
1. Pemerintah dapat mendiversifikasikan sumber-sumber pendapatan
dari sektor kesehatan.
2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada
masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
3. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi
yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.

C. UNIVERSAL HEALTH COVERAGE (UHC)


Pengertian UHC yang telah disepakati secara global melalui
WHO, Universal Health Coverage atau Cakupan Kesehatan Semesta
adalah seluruh masyarakat memiliki akses ke pelayanan kesehatan yang
mereka butuhkan, kapan saja dan dimana saja mereka
membutuhkannya tanpa kesulitan finansial. Universal Health Coverage
(UHC) merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga di
dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan
yang bermutu seperti yang dijamin undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) dan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Secara umum, tugas dari BPJS Kesehatan adalah
mengumpulkan dan mengelola dana amanah yang berasal baik dari iuran
masyarakat maupun bantuan iuran yang dibayarkan oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah. Selanjutnya dana amanah itu dikelola dan
digunakan untuk membayar manfaat pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Adapun penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional ini sendiri
mengacu pada pelaksanaan Universal Health Coverage (UHC) atau
cakupan kesehatan semesta . Jauh sebelum itu sistem jaminan sosial
nasional tersebut rampung, pemerintah daerah sudah lebih dulu
menerapkan sistem jaminan bidang kesehatan bagi masyarakat daerah
yang dikenal dengan Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Menghadapi
tantangan menuju UHC, maka pemerintah menyusun strategi dengan
pengintegrasian Jamkesda kedalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang akan dikelola secara terpusat oleh BPJS, namun kebijakan
tersebut tidak didukung oleh kondisi yang ada didaerah, pemerintah
pusat dihadapkan pada variasi sistem Jamkesda yang meliputi sistem
pengelolaan, paket manfaat yang diterima peserta jamkesda, dan sasaran
penerima bantuan iuran (PBI).

D. RISIKO PEMBIAYAAN KESEHATAN DIMASA YANG AKAN


DATANG
Situasi pembiayaan saat ini menunjukkan prinsip bahwa daerah
yang mempunyai jumlah penduduk banyak dan padat, SDM lengkap,
fasilitas yang baik, dan kemampuan melakukan klaim dengan baik akan
memperoleh dana BPJS besar. Keadaan ini diperburuk dengan situasi
kalau di daerah tersebut terjadi tindakan yang tidak baik misalnya
penipuan di pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan klaim BPJS,
serta dengan adanya pandemi covid -19 banyak dana yang akan
dikeluarkan. Dana BPJS sebagian besar akan digunakan per kapita oleh
penduduk Jawa dan perkotaan. Hal ini akan membahayakan prinsip
keadilan sosial. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan iuran pogram
Jaminan Kesehatan pada saat terjadi wabah pandemi Covid-19 menuai
banyak kritik dan menimbulkan masalah politik yang berkepanjangan
dari berbagai kalangan masyarakat. Dengan tidak mengabaikan adanya
pandangan yang menyatakan bahwa Keputusan Pemerintah yang tidak
populis, kebijakan Pemerintah menetapkan kenaikan iuran itu merupakan
bagian strategi mengatasi defisit pembiayaan program tersebut yang
mengalami defisit yang semakin meningkat.
Dengan berbagai pemahaman yang diperoleh untuk pembiayaan
kesehatan terkait penyenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di
masa yang akan datang semakin memerlukan dukungan biaya tinggi
untuk penyakit tidak menular. Begitu pula dalam melaksanakan
penguatan kesehatan masyarakat, Pemerintah memerlukan fitur baru
untuk melakukan tindakan pencegahan dan mempromosikan gaya hidup
sehat. Pada sisi lain, juga diperlukan investasi dalam sistem informasi
kesehatan digital terintegrasi yang kuat untuk petugas kesehatan garis
depan. Tinjauan ini menggambarkan inisiatif UHC inovatif Indonesia
bersama dengan peta jalan masa depan yang diperlukan untuk memenuhi
tujuan pembangunan berkelanjutan. Biaya tinggi untuk penyakit tidak
menular memerlukan fitur baru untuk pencegahan dan promosi gaya
hidup sehat. Demikian pula dengan investasi dalam sistem informasi
kesehatan digital terintegrasi yang kuat untuk petugas kesehatan garis
depan, sangat penting untuk mengantisipasi dampak dan keberlanjutan.
Tinjauan ini menggambarkan inisiatif UHC inovatif Indonesia bersama
dengan peta jalan masa depan yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
pembangunan berkelanjutan. Perkiraan pengeluaran kesehatan global dan
nasional di masa depan adalah masukan yang berharga untuk
perencanaan sistem kesehatan dan dapat memandu kemajuan menuju
pencapaian kesehatan universal cakupan (UHC).
Salah satu upaya untuk melindungi dan mengatasi hal tersebut,
mayarakat swasta dalam bentuk PMDN atau PMA sebaiknya berperan
serta di dalam sistem pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan.
Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit)
dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara tersebut,
beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi
akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena memperoleh
jaminan. Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko
(sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara
tersebut, beban ekonomi yang harus dipikul oleh masing-masing peserta
asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung kepastian karena
memperoleh jaminan. Unsur-unsur asuransi kesehatan yaitu, ada
perjanjian, ada pembelian perlindungan, ada pembayaran premi oleh
masyarakat.
E. DAMPAK TERHADAP PENCAPAIAN UHC (UNIVERSAL
HEALTH COVERAGE)
Dampak nyata suatu kebijakan adalah upaya pencapaian sebuah
program, peraturan dapat mencapai dampak yang diinginkan atau tidak,
yaitu ketika: a) ouput kebijakan dari badan pelaksana sejalan dengan
tujuan dari kebijakan; b) kelompok sasaran utama mematuhi output
tersebut; dan c) tidak ada subversi yang serius terhadap output kebijakan
atau dampak terhadap konflik kebijakan. Dampak output kebijakan
sebagaimana dipersepsi adalah persepsi susah untuk diukur padahal
itulah yang menjadi utama pada proses implementasi kebijakan. Dampak
yang dipersepsikan dapat diterjemahkan sebagai dampak yang
sebenarnya dengan pemberian penilaian dari orang mempersepsikannya.
Kelompok yang tidak menerima dampak dari kebijakan yang
dipersepsikan biasanya disebabkan karena mereka memandang dampak
sebagai sesuatu yang tidak konsisten terhadap tujuan dari kebijakan atau
melihat peraturan sebagai suatu hal yang tidak terlegitimasi atau bahkan
mempertanyakan validitas data dari dampak yang dilaporkan.
Berdasarkan sistem Jaminan Kesehatan Semesta atau Universal
Health Coverage (UHC) ini, keberadaan BPJS mempunyai posisi sangat
strategis dan penting bagi penyelenggaraan pelayanan dan sarana yang
memberi ruang bagi masyarakat untuk memperoleh akses dan layanan
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang selama ini masih menjadi
barang langka dan sulit dijangkau, dengan adanya BPJS, telah menjadi
sarana untuk memperoleh layanan kesehatan yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Operasional kegiatan penyelenggaraan kesehatan
melalui BPJS ini didukung oleh dana yang dialokasikan dari APBN oleh
Pemerintah dalam bentuk subsidi bagi masyarakat yang tidak mampu.
Sumber dana lainnya, diperoleh dari iuran yang dibayarkan oleh peserta
BPJS yang jumlahnya ditentukan menurut golongan dan layanan yang
diberikan berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah
(Achmad Subianto; 2010).
UHC telah muncul sebagai global dan prioritas kesehatan
nasional, dan realisasi progresif UHC dipandang sebagai jalur penting
untuk meningkatkan kesehatan hasil dan mencapai kesetaraan yang lebih
besar di bidang kesehatan semua populasi. Mencapai UHC untuk semua
populasi membutuhkan harmonisasi politik, sosial, ekonomi, dan
kesehatan kepemimpinan, serta mampu sistem kesehatan yang matang
memastikan efisiensi dan keadilan. Selanjutnya kesehatan sistem
pembiayaan harus mampu memberikan himpunan yang memadai dari
sumber daya yang dikumpulkan untuk kesehatan yang membutuhkan
mempertahankan pasokan sumber daya yang cukup untuk membiayai
layanan kesehatan utama di tingkat negara. Sumber daya yang
dikumpulkan terdiri dari pendapatan prabayar melalui pemerintah
pembiayaan, asuransi kesehatan sosial, asuransi swasta, atau Bantuan
Pembangunan Kesehatan (DAH) yang membantu mengurangi risiko
keuangan tingkat individu di seluruh populasi dan dengan demikian
mendanai perawatan untuk lebih banyak orang. Itu landasan UHC
menyediakan akses ke esensial layanan kesehatan untuk semua populasi
dan perlindungan terhadap belanja kesehatan bencana paling baik
didukung melalui pembentukan yang cukup dan stabil persediaan sumber
daya yang dikumpulkan untuk kesehatan.
Sebaliknya, tantangan yang terus-menerus dalam stabilitas atau
kecukupan sumber daya kesehatan yang dikumpulkan, serta
ketergantungan pada pengeluaran di luar anggaran, dapat secara
signifikan menghambat apakah dan bagaimana UHC dapat berhasil
diimplementasikan, Sedikit yang diketahui tentang bagaimana sumber
keuangan untuk kesehatan mungkin menjadi katalisator atau membatasi
potensi kemajuan di masa depan UHC. Studi sebelumnya telah
mengeksplorasi bagaimana menerjemahkan sumber daya kesehatan
untuk mencapai UHC dengan menawarkan biaya perkiraan pencapaian
UHC. Meskipun studi seperti itu dapat berguna untuk tujuan
perencanaan awal, sering kali gagal untuk memperhitungkan inefisiensi
sistem dan tantangan implementasi yang terkait dengan peningkatan
skala program. Selain itu, ukuran biaya layanan kesehatan secara
fundamental berbeda dari kuantifikasi jumlah total pengeluaran
kesehatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan mempertahankan
sistem kesehatan nasional. Studi lain memiliki melacak perubahan
historis dalam total pengeluaran kesehatan dan asosiasi antara perubahan
ini dan pendapatan, serta hubungan retrospektif antara publik
pengeluaran untuk kesehatan dan kemajuan UHC. Mencapai jaminan
kesehatan universal (UHC) yaitu akses ke layanan kesehatan penting dan
perlindungan risiko keuangan semakin dipandang penting untuk
meningkatkan hasil kesehatan. Meskipun kenaikan UHC dalam
kebijakan global dan nasional agenda, sedikit yang diketahui tentang
bagaimana pembiayaan kesehatan mungkin atau mungkin tidak
membatasi realisasi progresif dari tujuan yang ada.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Universal Health Coverage (UHC) merupakan sistem kesehatan yang
memastikan setiap warga di dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu seperti yang dijamin undang-undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Secara umum, tugas dari BPJS Kesehatan adalah
mengumpulkan dan mengelola dana amanah yang berasal baik dari iuran
masyarakat maupun bantuan iuran yang dibayarkan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. , Berbagai tantangan yang terus-menerus dalam stabilitas
atau kecukupan sumber daya kesehatan yang dikumpulkan, serta ketergantungan
pada pengeluaran di luar anggaran, dapat secara signifikan menghambat apakah
dan bagaimana UHC dapat berhasil diimplementasikan, Sedikit yang diketahui
tentang bagaimana sumber keuangan untuk kesehatan mungkin menjadi
katalisator atau membatasi potensi kemajuan di masa depan UHC.
Penyelenggaraan UHC di Indonesia dilakukan dengan pembagian
kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah dan BPJS
Kesehatan. Peran Pemerintahan Daerah dalam JKN terbatas dalam hal untuk
memastikan kepesertaan penduduk di wilayahnya dengan memberikan bantuan
iuran yang berasal dari APBD. Dalam kaitannya dengan risiko finansial JKN,
Pemerintahan Daerah berkontribusi dalam bentuk pemotongan penerimaan pajak
rokok yang menjadi hak daerah untuk disetorkan langsung kepada BPJS
Kesehatan melalui mekanisme sebagaimana yang diatur oleh Menteri Keuangan.
Dana BPJS sebagian besar akan digunakan per kapita oleh penduduk Jawa dan
perkotaan. Hal ini akan membahayakan prinsip keadilan sosial. Kebijakan
Pemerintah untuk menaikkan iuran pogram Jaminan Kesehatan pada saat terjadi
wabah pandemi Covid-19 menuai banyak kritik dan menimbulkan masalah
politik yang berkepanjangan dari berbagai kalangan masyarakat. Dengan tidak
mengabaikan adanya pandangan yang menyatakan bahwa Keputusan
Pemerintah yang tidak populis, kebijakan Pemerintah menetapkan kenaikan
iuran itu merupakan bagian strategi mengatasi defisit pembiayaan program
tersebut yang mengalami defisit yang semakin meningkat.
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan yang makin tidak terkendali serta
mengantisipasi ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan
kesehatan sehingga perkembangan penyakit semakin tidak terkendali, maka
pilihan yang tepat untuk pembiayaan kesehatan adalah asuransi kesehatan.
Mengingat kondisi ekonomi negara dan masyarakat serta keterbatasan sumber
daya yang ada, maka perlu dikembangkan pilihan asuransi kesehatan dengan
suatu pendekatan yang efisien, efektif dan berkualitas agar dapat menjangkau
masyarakat luas.

B. SARAN
Secara praktis, dalam melaksanakan integrasi Jaminan Kesehatan Daerah ke
Jaminan Kesehatan Nasional, tindakan pemerintah bukan sebatas
mensentralisasikan seluruh sistem yang ada kedalam sistem yang lebih besar,
tetapi juga harus seimbang dalam menjaga kesinambungan semangat
desentralisasi dan kepentingan masyarakat di daerah dalam payung Jaminan
Kesehatan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Binarupa Aksara.
Budiarsih. 2020. Hukum dan Sistem Pembiayaan Kesehatan. Surabaya:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Setyawan, Febri. 2015. Sistem Pembiayaan Kesehatan. 12(2) :119-126 .
Adiyanta, F. 2020. Urgensi Kebijakan Jaminan Kesehatan Semesta (Universal
Health Coverage) bagi Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19. Administrative Law &
Governance Journal. 3(2) :2621–2781.
WHO. 2014. Tracking Universal Health Coverage: First Global Monitoring
Report. Prancis: WHO.

Anda mungkin juga menyukai