Anda di halaman 1dari 26

MODUL 3.

PEMERIKSAAN FISIK GASTROINTESTINAL


A. Capaian Pembelajaran
Bila dihadapkan pada pasien/ boneka peraga mahasiswa mampu:
1. Melakukan anamnesa wawancara terkait keluhan.
2. Melakukan pemeriksaan fisik sistem gastrointestinal dengan tepat dan
sistematik.
3. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang didapatkan.
4. Memanfaatkan hasil pemeriksaan yang didapatkan untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan pada sistem gastrointestinal.

B. Pemeriksaan Fisik Gastrointestinal


Review Anatomi Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier
Abdomen Luar
1. Abdomen depan yaitu abdomen berhubungan dengan
bagian bawah rongga toraks, dengan batas sebagai
berikut:
 Superior : garis interpapilari (pria) / mamari fold
(wanita)
 Inferior : ligamentum Inguinale dan simfisis pubis
 Lateral : garis aksilaris anterior kiri dan kanan
2. Pinggang / Flank yaitu antara garis aksilaris anterior dan
posterior dari ICS 6 sampai Krista iliaka.
3. Punggung merupakan daerah yang berada antara garis
aksilaris posterior kiri-kanan dari ujung scapula sampai
ke Krista iliaka.
Abdomen
1. Rongga peritoneum
Dalam
Bagian atas
 Tertutup rongga toraks yang bertulang
 Meliputi diafragma, hati, limpa, dan lambung

Bagian bawah
 Berisi usus halus dan kolon sigmoid
2. Rongga retroperitoneum
Meliputi Aorta abdominalis, Vena Cava, Duodenum pars III,
Pankreas, Kolon asenden, Kolon desenden, Ginjal, Saluran
kemih.
3. Rongga pelvis
Dilindungi tulang pelvis, berada di bagian bawah. Rongga ini
berisi: Rektum, Kandung kemih, Pembuluh darah iliaka,
Genitalia interna wanita.
Abdomen juga dibagi menjadi 9 regio yaitu:
Lengkapi Tabel di bawah ini, tulislah organ-orang yang terdapat dalam regio tersebut!
1. Regio Epigastrium: 2. Regio 3. Regio Hipokondrium
 Aorta Hipokondrium Kiri:
 Ujung pilonik
lambung Kanan: Lambung, Limpha, Ekor
 Pankreas Lobus kanan hati, pankreas, Fleksura
 Sebagian hati
Kantong empedu, lienalis pada kolon,
Sebagian duodenum Bagian proksimal ginjal
flekura hepalik kiri, dan Kelenjar
kolon, suprarenal kiri.
sebagian ginjal
kanan,
Kelenjar suprarenal
kanan.

4. Regio Lumbalis 4. Regio Umbilikalis: 5. Regio Lumbalis Kiri:


Omentum Kolon desenden
Kanan:
Masentrium Distal ginjal kiri
kolon asenden Bagian bawah duodenum Sebagian jejenum dan
Sebagian jejenum dan ileum
distal ginjal kanan
ileum
Sebagian
duodenum dan
jejenum

6. Regio Inguinalis/ 7. Regio Supra pubis: 8. Regio Inguinalis/


Fosa Iliaka Kanan: Fosa Iliaka Kiri:
Ileum, vesika urinaria,
Sekum, apendik, bagian uterus Kolon sigmoid, ureter kiri
distal ileum dan ureter dan ovaruim kiri.
Sedangkan pembagian abdomen menjadi 4 regio adalah sebagai berikut

Keterangan :

RUQ : Right Upper Quadrant

LUQ : Left Upper Quadrant

RLQ : Right Lower Quadrant

LLQ : Left Lower Quadrant

Lengkapi Tabel di bawah ini, tulislah organ-orang yang terdapat dalam


kuadran tersebut!
RIGHT UPPER QUADDRAN ( RUQ) LEFT UPPER QUADDRAN ( LUQ)
1. Hepar 1. Lobus kiri hepar
2. Empedu 2. Lambung
3. Pilorus 3. Korpus pankreas
4. Duodenum 4. Fleksura lienalis kolon
5. Kaput pankreas 5. Sebagian kolon transversum
6. Fleksura hepatika kolon 6. Kolon desenden
7. Sebagian kolon asenden
8. Kolon transversum

RIGHT LOWER QUADDRAN ( RLQ) LEFT LOWER QUADDRAN ( LLQ)


1. Sekum 1. Kolon sigmoid
2. Apendiks 2. Sebagian kolon desenden
3. Sebagain kolon asenden

MIDLINE

Aorta, Uterus, Bladder


ANATOMI ORGAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Diaphragm
lrefectedl
Coronary ligaments
Let tiiangul8r
Rlgh\ tnangular ligament

FaTcifo m ligament

Round Igamant

Gallbladder
Alat dan Bahan:
 Baju periksa
 Selimut
 Stetoskop
 Penggaris
 Meteran
 Sarung tangan
 Lampu periksa
 Botol spesimen

Tahapan Pemeriksaan Fisik


1) Persiapan:
a. Siapkan peralatan seperti baju periksa, selimut, stetoskop, penggaris,
meteran, sarung tangan, lampu periksa dan botol spesimen.
b. Cuci tangan.
c. Jelaskan prosedur kepada pasien.
d. Anjurkan pasien untuk berkemih apabila diperlukan tampung
urinnya.
e. Pastikan ruang periksa hangat dan cukup penerangan.

2) Hal-hal yang harus diperhatikan


a. Jaga privasi pasien.
b. Terapkan “universal precautions”.
c. Tentukan jika nyeri abdomen ada sebelum pemeriksaan, maka
periksa daerah yang nyeri pada urutan terakhir.
d. Urutan pemeriksaan Inspeksi, Auskultasi, Perkusi dan Palpasi.
e. Visualisasikan struktur/ organ di bawahnya sebelum memulai
pemeriksaan.
f. Pasien dalam keadaan rileks karena otot abdomen yang mengencang
dapat menyembunyikan keakuratan palpasi dan auskultasi, kandung
kemih harus kosong.
g. Pasien berbaring telentang dengan bantal di bawah kepala dan lutut,
kedua tangan di samping badan atau menyilang dada.
h. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyaman/ nyeri non verbal
seperti perubahan ekspresi wajah, melindung daerah abdomen
dengan tangan atau kaki fleksi pada lutut dan paha.
i. Posisi perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik di sebelah kanan
pasien, kecuali jika ada indikasi lain.
3) Anamnesa
Sebelum memulai wawancara terfokus, periksa data yang telah diperoleh
pada wawancara awal tentang riwayat kesehatan terutama data status
nutrisi, data rekam medik, data riwayat anggota keluarga tentang
penyakit gastrointestinal dan bedah abdomen, pemeriksaan penunjang
dan sumber-sumber lainnya.

Riwayat Kesehatan Saat Ini


a) Nyeri
Kaji karakter nyeri, durasi, pola, frekuensi, waktu nyeri, lokasi
dan distribusi penyebaran nyeri.

Nyeri pada gangguan saluran gastrointestinal dapat dibedakan menjadi


3 macam, yaitu:
Visceral pain Parietal pain Referred pain
Nyeri terjadi pada Nyeri terjadi ketika Nyeri yang berasal dari
salah satu daerah tubuh
organ yang berongga, peritoneum parietal
tapi dirasakan pada
karakteristik berupa mengalami inflamasi, daerah tubuh yang lain.
panas, kolik, kram karakteristik lebih
dari viseral pain dan
menetap
R ight upper quadrant
or epignstric pain from
the g allb ladder, Epignstric pnin from Referred from
bilinry tree nnd the stoma ch. duodenum, • gallbla dder
liver or pnncrens “ “’ ”

App endix po in
Flank p nin from
referred from
periumbilicn I the kidney and/’or
radiating dovm the Refer red from '
nre n to RLQ
lower nbdo men pancreas or
from the ureter spleen
Kidney pnin Referred fro rn
SmaM bowel pancreas or
pin
U reter kidneys

pain
Supropubic
p9 in from the Periumbilical pain Rectal
rectum. colon. from the sm 9II
bladder or bo'weI. appendix,
prostate or proximal
colon
Patterns and referents of abdominal pain.

CHARACTER OF ABDOMINAL PAIN AND IMPLICATIONS


DuII, Aching Peptfc ulcer
disease Prostatitis
Appendicitis Prostatitis Urinal retention
Acute hepatitis Colicky
Burning. Gnaw ing
Bilarycolc
Dye pep si a Colon cancer
Pe pt Ie u leer disease Sharp, Knifel ike
Cramping (“crampy”) Sp lenic abscess
Dye p epsia
Acute ga stritis Sp lenic rupture
GI a mer ul oneph rft is
Acute m echanica I obstr uction Renal colic
Inca rcer ated or strangu lated
Appendicitis Renal tumor
hernia
Colitis Ureteral co Ifc
Irritabl e bowel synd rome
Dfverticu lit Vascu lar liver tumor
H epatoc e II ul ar cancer
is
Pancrea tftfs Variable
G ast roe so pha geaI reflux d isease (GE
Pancreatic cancer StOm ach ca ncer
RD)
Perfora ted g astric Or duodenal
ulcer Peritonitfs Pressu re
Benign prostatic hypertrophy
Prostate cancer

Len Mpg>er”.Duaorarzt
• /fesrt: Ml/ischemia • heart. Ml/ischemia
• lungs.” Pulmonary embolism, pneumonia • 1r/ñ'gs. Pneumonia
• Pancreas.” Pancreatitis • Co//dJodder.” ChoJeti£hiasis, ch oJecystitis
• Spleen. Ruptured spleen • liver: Hepatitis, cancer
• Stomach. Gastric ulcer, esophagitix GER0, hiatal hernia. • /nfesfiries. Duodenal u1err
Vaner5

a Drop/uterus. Ectopic pregnancy, ovarian cyst. pelvic • Orory/tit+rus. Ec£opic p regnancy, ovarian wsL,
PID
infl amma tory disease (PID]
a /ntestrn+s. Perform Lion, constipation, diverticulitis, B /fl ££'5 Nñ'PS.” PE FfOFQtiO FI, Ob5t MCti 0 n. €'Dft5ti ati 0
FI.
hernia, ulcerative cofi”tls Crohn's disease, dive2iculitis.” hernia, ulceraLiw
• colitis
Appendix.- Appendicitis
a Kidney. be p hrolithiasis (kid new stonesl, infection • kidney. Nephrolithiasix infection
b) Phyrosis (heartburn), Ulkus

Dyspepsia atau pirosis merupakan keluhan abdominal seperti


rasa terbakar di ulu hati. Rasa terbakar biasanya memburuk
setelah makan. Asam lambung mengalir ke esophagus bagian
bawah, sehingga menyebabkan sensasi terbakar.
c) Kembung, distensi, merasa penuh dengan gas :
• Sendawa : pengeluaran gas dari lambung melalui mulut
• Flatulens : pengeluaran gas dari rektum
d) Mual,Muntah :

Mual terjadi akibat tekanan pada dinding perut atau esophagus.


Distensi, gangguan peristaltik, dan penggunaan obat dapat
menyebabkan mual.
Beberapa kondisi yang menyebabkan muntah diantaranya obstruksi
usus, ulser lambung, infeksi virus atau bakteri, appendicitis.
• Berisi partikel makanan yang tidak dicerna
• Berisi darah (hematemesis)
• Bila terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah
terang
• Bila darah telah tertahan dlm lambung, akan berubah menjadi
warna kopi karena kerja enzim lambung
e) Perubahan kemampuan mengecap dan menelan, Alergi makanan
f) Diare / konstipasi

Karakteristik dan bau feces : feces berwarna coklat, merah terang, hitam,
kuning pucat dan berminyak.

g) Melena : feces warna merah terang / hitam atau Urin


berwarna coklat

Gangguan pergerakan bowel berhubungan dengan gangguan GI,


seperti gangguan malabsorbsi, irritable bowel syndrome, kanker,
infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi makanan, dan reaksi
terhadap pengobatan.

Pola BAB bervariasi mulai dari 2x/hari hingga 2-3x/minggu.


 Feses berwarna gelap kehitaman menunjukan perdarahan,
biasanya pada saluran cerna atas atau tengah.

 Feses disertai darah merah segar menunjukan perdarahan


saluran cerna sebelah bawah.

 Feses berwarna abu-abu atau seperti tanah liat menunjukan


kekurangan getah empedu pada saluran cerna.

h) Malaise, penurunan berat badan


Perubahan BB dapat menjadi tanda penyakit gastrointestinal (GI),
kanker, gangguan makan. Perubahan BB 1-1.4 kg dalam 48 jam
terjadi akibat perubahan cairan. Penurunan BB pada dewasa secara
signifikan dapat mengindikasikan adanya keganasan.
i) Hernia
j) Meatal stenosis
k) Massa, Inflamasi
l) Edema, Gatal
m) Cystocele / rectocele, Endometriosis

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


- Riwayat penyakit usia kanak-kanak: varicella, gangguan
pencernaan, gangguan makan, anemia sel sabit.
- Riwayat dirawat di RS dan riwayat pembedahan
- Cidera atau penyakit serius
- Alergi
- Pengobatan

Riwayat Kesehatan Keluarga


 Kaji riwayat kanker kolorektal atau kanker saluran pencernaan
pada anggota keluarga.
 Kaji adanya riwayat cystic fibrosis pada anggota keluarga.
 Kaji riwayat aneurisma pada anggota keluarga.
 Kaji riwayat penyakit sel sabit pada anggota keluarga.
 Kaji riwayat penyakit Crohn atau kolitis ulseratif pada anggota
keluarga.

Beberapa perubahan tanda vital terkait gangguan abdominal antara lain:


Hipertensi Aneurisma aorta abdominal, vaskulitis, nyeri abdome
Hipotensi ortostatik Hipovolemia
Demam Infeksi saluran cerna, peritonitis
Defisit pulsasi nadi Diseksi atau aneurisma
Hipotensi/bradikardi Syok terkait rupturnya aneurisma aorta abdominal,
reaksi vasovagal

4) Pemeriksaan Fisik
A. INSPEKSI
 Atur posisi pasien, tempatkan pasien dalam posisi supine.
 Letakan satu bantal di bawah kepala dan satu lagi di bawah lutut
pasien.
 Tutupi dada pasien dengan baju periksa, hanya buka daerah
abdomen. Letakan selimut pada daerah pubis dan tutup sampai
kaki.
1. Visualisasi kuadran atau region abdomen

 Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen menjadi 4


kuadran dan 9 regio.
 Visualiasai organ/ struktur yang ada di bawahnya.

2. Inspeksi bentuk. Kontur dan kesiemetrisan abdomen

 Inspeksi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan simpisis pubis.
Pemeriksa dengan posisi duduk atau berlutut, melakukan observasi setinggi
mata.
 Inspeksi kesimetrisan abdomen, mulai inspeksi dari samping kemudian dari
pemeriksa berdiri di depan kaki tempat tidur/meja periksa dan bandingkan
sisi kiri dan kanan. Identifikasi tonjolan/ massa (ketidaksimetrisan bentuk),
distensi kandung kemih.
3. Observasi lokasi umbilikus

 Observasi umbilikus apakah berada di tengah abdomen, inverted atau


menonjol, perhatikan kebersihan dan tanda-tanda implikasi.
4. Inspeksi kulit abdomen

 Periksa adanya bekas luka/ jaringan parut, striae, pembesaran vena, lecet
atau kemerahan pada kulit, atau adanya ostomy. Observasi lokasi dan
karakteristiknya.

5. Observasi pergerakan dinding abdomen

 Pergerakan abdomen dapat berupa pulsasi atau gelombang peristaltik. Pada


orang dewasa yang kurus, pulsasi dari aorta abdomen di bawah prosesus
xipoideus merupakan hal yang normal.
 Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan
peristaltik atau denyutan aortik.

B. AUSKULTASI
Dalam melakukan auskultasi pemeriksa menggunakan diafragma
stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan bell stetoskop untuk
mendengarkan bunyi vaskular.
1. Auskultasi bising usus
 Mulai aukultasi pada daerah kuadran kanan bawah.
 Kaji karakteristik dan frekuensi bising usus (normal, hipoaktif, hiperaktif
atau tidak ada bising usus).
Hipoaktif: mengindikasikan penurunan motilitas usus, karena efek anastesi
atau obstruksi lanjut.
Hiperaktif: mengindikasikan peningkatan motilitas usus, karena diare,
gastroenteritis, obstruksi tahap awal.
Tidak ada bising usus: dapat terjadi karena perotonitis dan ileus paralitik.
 Hitung bising usus minimal 60 detik.

2. Auskultasi bunyi vaskular dan “friction rub”

 Letakan bell stetoskop pada daerah abdomen dan arteri renalis, iliaka dan
femoralis. Letakan sejajar dengan garis midklavikula di samping aorta di atas
umbilkus untuk mendengarkan bunyi vaskular. (normalnya tidak ada bunyi
yang terdengar, pada dewasa muda mungkin terdengar bunyi dan hal ini
dianggap normal, pada dewasa kurus, pulsasi arteri renalis dapat terdengar)
Bruit terjadi bila ada turbulensi atau obstruksi, mengindikasikan aneurisma
atau stenosis arteri.
 Letakan stetoskop pada daerah hepar dan limpa untuk mendengarkan
friction rub/ suara terdengar kasar dan mengganggu. (Friction rub
diakibatkan oleh gesekan 2 atau satu organ dengan peritoneum. Friction
rub dapat menunjukan adanya tumor, infeksi atau peritonitis)
Friction rub pada costa kanan bawah menunjukan adanya abses hepatic dan
metastasis.
Friction rub pada anterior axila bagian costa kiri bawah mengindikasikan
adanya infraksi, infeksi, abses, atau tumor spleen.

C. PERKUSI
Suara abdomen yang terdengar saat perkusi yaitu:
 Timpany: suara yang keras/ loud hollow terdengar di atas
lambung dan intestinal.
 Dullness: suara yang terdengar singkat, tinggi terdengar pada
hati, limpa.
 Hyperresonance: lebih keras dari timpany, biasa terdengar
pada intestinal yang distensi atau berisi udara.
 Flat: suara yang terdengar sangat halus, pendek, biasa terdengar
bila tidak ada udara pada struktur padat seperti otot, tulang atau
massa tumor.
1. Perkusi pada 4 kuadran abdomen

 Untuk menentukan tingkat suara timpany dan dullness. Normalnya suara


perkusi abdomen adalah timpany, dan pekak pada daerah hepar dan limpa.
Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di
seluruh abdomen harus dipikirkan kemungkinan adanya udara bebas di dalam
rongga perut, misalnya pada perforasi usus. Dalam keadaan adanya cairan bebas
di dalam rongga abdomen, perkusi di atas dinding perut mungkin timpani dan
di sampingnya pekak.
Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah
(shifting dullness). Fenomena papan catur (chessboard phenomenon) di
mana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah- pindah, sering ditemukan pada pasien peritonitis tuberkulosa.

2. Perkusi pada hepar


 Perkusi untuk menentukan batas atas dan bawah hepar.
 Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilikus bergerak ke atas sepanjang
garis midklavikula kanan. Suara pertama yang terdengar adalah timpany,
bila berubah dullness, pemeriksa dapat mengkaji batas bawah hepar, beri
tanda titik dengan pena.
 Perkusi ke arah bawah dari ICS 4 sepanjang garis midklavikula kanan, suara
pertama terdengar resonance/ perkusi pada paru. Lanjutkan perkusi ke
bawah sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah batas atas hepar, beri
tanda titik dengan pena.
 Batas atas biasanya setinggi ICS 6, jarak kedua titik 6-12 cm.
 Lakukan perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang sama.
Ukuran hepar pada garis midsternal kurang lebih 4-9 cm.

3. Perkusi limpa

 Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksilaris kiri
(splenic dullness). biasa terdengar dari ICS 6 sampai ICS 10

D. PALPASI
Tujuan palpasi untuk:
a) Menentukan ukuran dan letak organ.
b) Mengidentifikasi ketegangan otot.
c) Mengidentifikasi adanya massa.
d) Mengidentifikasi adanya nyeri.
e) Mengidentifikasi adanya cairan.
Identifikasi daerah yang nyeri sebelum memulai palpasi dan palpasi
daerah nyeri paling akhir.
1. Palpasi abdomen secara dangkal

 Hangatkan tangan dan jari pemeriksa. Letakan telapak tangan dan jari-jari
pada abdomen, tekan ke dalam abdomen secara dangkal dan
menggunakan jari-jari tangan.
 Palpasi pada seluruh 4 kuadran abdomen.

2. Palpasi abdomen dengan tekanan sedang

 Letakan telapak tangan dan jari-jari pada abdomen, tekan ke dalam


abdomen kurang lebih 2 inch (4-5 cm cm), lakukan pada 4 kuadran abdomen
secara teratur urutannya. Untuk klien yang gemuk/ pembesaran abdomen
dapat menggunakan teknik bimanual.
 Kaji ukuran organ di bawahnya dan identifikasi adanya nyeri atau massa.

3. Palpasi hepar

 Pemeriksa berdiri sebelah kanan, posisikan tangan kiri pemeriksa di bawah


thoraks posterior kanan pada tulang rusuk ke 11 dan 12.
 Minta pasien untuk rileks.
 Angkat daerah tulang rusuk de ngan tangan kiri, letakan tangan kanan pada
abdomen (RUQ) atau di bawah batas bawah hepar.
 Tekan ke dalam dan ke atas sepanjang batas lengkung tulang rusuk.
 Minta pasien untuk menarik napas dalam, saat inhalasi pemeriksa meraba
tepi hepar. (normalnya hepar tidak teraba kecuali pada beberapa pasien
yang kurus, jika teraba tepai hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri)
Jika teraba lancip mengindikasikan hepatitis, teraba tumpul
mengindikasikan keganasan/ kanker.

4. Palpasi limpa

 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan. Letakan tangan kiri di bawah


lengkung rusuk sebelah kiri dan geser posisi limpa ke arah anterior.
 Tekan dengan ujung jari kanan ke dalam batas tulang rusuk kiri ke arah
pasien, minta pasien menarik napas dalam melalui mulut. Diafragma akan
turun dan limpa akan bergerak ke arah ujung jari pemeriksa. (keadaan
norma limpa tidak teraba, kecuali pada ada pembesaran yang jelas)

5. Palpasi lanjut dan perkusi lanjut


Pemeriksaan shifting Dullness
 melakukan perkusi mulai dari sisi abdoment kearah umbilicus, catat perubahan suara dari dullness k
sien supine, pemeriksa
si klien dimiringkan, perkusi dari samping abdoment kearah atas.



Normal : Tidak ada perubahan suara. Abnormal : Jika klien asites maka saat
posisi supine cairan akan berada dikedua sisi abdoment, saat posisi miring
cairan akan mengisi ruang dibawah umbilicus
Pemeriksaan fluid wave
 Digunakan untuk mendeteksi adanya asites.
 Posisi klien supine, anjurkan klien untuk meletakkan kedua tangan diatas
epigastrium, lalu asisten meletakkan tangan digaris tengah abdomen,
pemeriksa meletakkan tangan dikedua sisi abdomen klien dan
menggerakkan salah satu tangan.
 Jika ada pergerakan air kearah tangan yang menopang maka asites ( + )
Pemeriksaan ini tidak pasti harus dikofirmasi dengan USG

Tehnik ballottement
 Tehnik palpasi ini digunakan untuk mengidentifikasi massa atau
pembesaran organ.
 Bisa dilakukan dengan satu tangan atau 2 tangan
 Satu tangan, Gunakan ujung jari untuk menekan dinding abdomen.
 Dua tangan, Letakkan salah satu tangan dibawah panggul dan tekan dinding
anterior abdomen dengan tangan yang lain.
 Pada klien asites dapat dirasakan teraba masa yang bergerak bebas
Pemeriksaan appendiksitis
 Blumberg’s dan Rousing’s sign
Digunakan untuk mengidentifikasi adanya iritasi abdomen.
Prosedur : Palpasi kuadran kiri bawah lalu dengan cepa lepaskan. Tanyakan
pada klien kapan nyeri tarasa ( saat ditekan atau dilepas ) dan dikuadran mana
Hasil :
Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat ditekan
pada kuadrant kiri bawah tanda Rousing’s ( + ) kemungkinan klien
mengalami acut appendiksitis.
Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat tekanan pada
kuadrant kiri bawah dilepas tanda Blumberg’s ( + ) kemungkinan klien
mengalami appendiksitis
 Psoas Sign
Angkat kaki kanan mulai dari paha, letakkan tangan pengkaji pada paha bagian
bawah.
Minta klien mempertahankan posisi kaki dan berikan tekanan pada paha.
Secara normal tidak nyeri.
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot iliopsoas karena
apendisitis

 Obturator Sign
Angkat kaki bagian bawah dan ankle. Fleksikan panggul dan kaki bagian bawah
dan putar kaki kearah internal dan eksternal.
Secara normal tidak nyeri.
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot obturator karena apendisitis
atau perforasi apendik.
5) Cara Kerja
No Prosedur Penilaian
Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Persiapan alat, bahan, pemeriksa dan pasien
2 Anamnesa
 Keluhan utama dan data fokus
 Riwayat kesehatan saat ini
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
3 Pemeriksaaan fiisik: INSPEKSI
a. Visualisasi kuadran dan regio abdomen
b. Mengkaji bentuk/ kontur dan kesimetrisan
abdomen
c. Observasi lokasi umbilkus
d. Observasi kulit abdomen
e. Observasi pergerakan dinding abdomen
4 AUSKULTASI
f. Auskultasi bising usus
g. Auskultasi bunyi vaskular dan friction rub
5 PERKUSI
h. Perkusi pada 4 kuadran abdomen
i. Perkusi hepar
j. Perkusi limpa
6 PALPASI
k. Palpasi abdomen secara dangkal
l. Palpasi abdomen dengan tekanan sedang
(palpasi dalam)
m. Palpasi hepar
n. Palpasi limpa
7 PALPASI DAN PERKUSI LANJUT
o. Pemeriksaan shifting Dullness
p. Pemeriksaan fluid wave
q. Tehnik ballottement
r. Pemeriksaan Apendiksitis:
Blumberg’s dan Rousing’s sign
Psoas Sign
Obturator Sign
8 Setelah selesai pemeriksaan, bantu pasien
untuk mngenakan pakaian dan diskusikan
hasil pemeriksaan, dan terminasi
pemeriksaan.
9 Dokumentasikan hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai