Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1.1 Definisi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air.
Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh,
oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa
menyebabkan hal yangat berartibagi tubu, salah satunya adalah kematian. Karenanya,
berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut,
agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan
manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut.

a. Pengukuran Saturasi Oksigen


Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan
oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Tarwoto, 2006).
Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain :
a). Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan keadaan
hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2
rendah ditandai dengan sianosis . Oksimetri
nadi adalah metode pemantauan non invasif secara kontinyu terhadap saturasi oksigen
hemoglobin (SaO2).
Meski oksimetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri
oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap
perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan
dalam banyak lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum,
dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi
oksigen selama prosedur.
b). Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak mengkonsumsi
oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di bawah 60%, menunjukkan bahwa
tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran
ini sering digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal
Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak aliran darah
pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
c). Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah
dekat . Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan
dalam berbagai kondisi.
d). Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat kejenuhan oksigen
yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa.
Pemantauan saturasi O2 yang sering adalah dengan menggunakan oksimetri nadi
yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam pemantauan
klinis (Giuliano & Higgins, 2005). Untuk pemantauan saturasi O2 yang dilakukan di
perinatalogi ( perawatan risiko tinggi ) Rumah Sakit Islam Kendal juga dengan
menggunakan oksimetri nadi. Alat ini merupakan metode langsung yang dapat
dilakukan di sisi tempat tidur, bersifat sederhana dan non invasive untuk mengukur
saturasi O2 arterial (Astowo, 2005 ).
b. Alat yang digunakan dan tempat pengukuran
Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi
cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua
diode ini mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh darah,
biasanya pada ujung jari atau daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain dari
probe (Welch, 2005).
4. Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi
Kozier (2010) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi :
a. Hemoglobin (Hb)
Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah maka akan
menunjukkan nilai normalnya. Misalnya pada klien dengan anemia memungkinkan
nilai SpO2 dalam batas normal.
b. Sirkulasi
Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang di bawah sensor
mengalami gangguan sirkulasi.
c. Aktivitas
Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat menggangu
pembacaan SpO2 yang akurat

1.2 Fisiologi Sistem Pernapasan


Stuktur Sistem Pernafasan terbagi 2:
1. Sistem pernafasan Atas
Sistem pernafasaan atas terdiri atas mulut,hidung, faring, dan laring.
a. Hidung: Pada hidung udara yang masuk akan mengalami penyaringan, humidifikasi,
dan penghangatan
b. Faring : Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara danmakanan.
Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang
berfungsi menangkap dan dan menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama
udara.
c. Laring : Laring merupakan struktur yang merupai tulang rawan yang bisa disebut
jakun. Selain berperan sebagai penghasil suara, laring juga berfungsi mempertahankan
kepatenan dan melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.

2. Sistem pernafasan Bawah


Sistem pernafasaan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan
bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru dan pleura.
a. Trakea: Trakea merupakan pipa membran yang dikosongkan oleh cincin kartilago
yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan kiri.
b. Paru. Paru-paru ada dua buah teletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru
terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh
satu bronkus. Jaringan-jaringn paru sendiri terdiri atas serangkain jalan nafas yang
bercabang-cabang, yaitu alveoulus, pembuluh darah paru, dan jaringan ikat elastic.
Permukaan luar paru-paru dilapisi oleh dua lapis pelindung yang disebut pleura. Pleura
pariental membatasi toralk dan permukaan diafragma, sedangkan pleura visceral
membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan pleura
yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah gerakan friksi
selama bernafas.

Berdasarkan tempatnya proses pernafasan terbagi menjadi dua dua yaitu:


a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum proses
ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni :
1. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga
terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih, system saraf pusat dan
system pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.

2. Pertukaran gas alveolar Setelah oksigen masuk alveolar, proses proses pernapasan
berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi
adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran
kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida Tahap ke tiga pada proses pernapasan adalah
tranpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbon dioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
b. Pernapasan internal Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengaju pada proses
metabolisme intra sel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen
dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses
ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai
kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan
sel jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:


1. Menghirup udara (inspirasi) Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling
masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume
rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
2. Menghembuskan udara (ekspirasi) Tidak banyak menggunakan tenaga, karena
ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan.
Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi,
difusi dan transportasi.
1. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
a. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka
tekanan udaranya semakin rendah.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru
dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
c. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari
alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
3. Transportasi Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar hb.

I.3 Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pernapasan


1. Faktor Fisiologi
a. Penurunan Kapasitas Pembawa Oksigen
Secara fisiologi,Hemoglobin membawa 97% oksigen yang telah berdifusi ke
jaringan. Setiap proses yang menurunkan atau mengubah hemoglobin contohnya
seperti anemia dapat menurunkan kapasitas darah yang menurunkan oksigen.
b. Penurunan Konsentrasi Oksigen Inspirasi
Apabila konsentrasi oksigen yang diinspirasi menurun maka kapasitas darah yang
membawa oksigen juga akan menurun.
c. Hipovolema
Suatu kondisi penurunan volume darah sirkulasi yang diakibatkan kehilangan cairan
ekstraseluler yang terjadi pada kondisi, seperti syok dan dehidrasi berat.
d. Peningkatan Laju Metabolisme
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolic, Akibatnya tubuh mulai memecah
pesediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur
Kondisi ini dipengaruhi oleh kondisi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan
paru dalam mensintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Pada usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil pemaparan
yang sering pada anak-anak lain dan pemaparan asap dari rokok orang lain.
c. Anak Usia Sekolah dan Remaja
Pada usia ini berisiko mengalami infeksi saluran nafas akut akibat kebiasaan buruk
seperti merokok.
d. Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan
Kondisi stres,kebiasaan merokok,diet yang tidak sehat,kurang olahraga yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Lansia
Proses penuan yang mengakibatkan perubashan pada fungsi normal pernapasan,
Seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, kifosis tulang belakang yang
menghambat ekspansi paru.

3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih ( obesitas ) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan
malnutrisi berat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi
kerja otot pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolic.
c. Merokok
Merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah perifer.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu ( panas & dingin ) dapat berpengaruh terhadap afinitas / ketuaan ikatan
Hb & oksigen
b. Kegiatan
Pada dataran tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan
oksigen juga ikut turun, Akibatnya orang akan mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung.
c. Polusi
Asap dan debu sering kali menyebabkan sakit kepala, pusing dan berbagai gangguan
pernafasan lain.
Wartonah, Tarwoto. 2006

I.4 Macam-macam gangguan yang munkin terjadi pada sistem pernapasan


Jika alat pernapasan terganggu akibat penyakit atau kelainan maka tentu saja proses
pernapasan akan mengalami gangguan, dan bahkan bisa menyebabkan kematian. berikut
ini macam-macam gangguan pernapasan yang umum terjadi pada manusia yaitu.

1. Asma Atau Sesak Napas


Penyakit ini terjadi akibat dari penyubatan saluran pernapasan yang di sebabkan alergi
terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis, penyakit ini bersifat turunan, jika
ibu atau ayah mempunyai penyakit asma maka kemungkinan besarnya anaknya akan
mempunyai asma juga.
2. Influenza atau Flu
Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama influenza. Gejala
yang muncul yakni pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, dan tenggorokan terasa gatal
3. Tuberkulosis (TBC)
Pada penyakit ini merupakan penyakit pada paru-paru yang di sebabkan oleh serangan
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-
bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang
meluas, sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya napas penderita terengah-
engah.
4. Asidosis
Penyakit ini merupakan kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah,
sehingga pern apasan terganggu.
5. Difteri
Penyakit ini teradi akibat adanya penyumbatan pada rongga faring atau laring oleh lendir
yang dihasilkan kuman difteri.
6. Emfisema
Merupakan penyakit pembengkakan karena pembuluh darahnya kemasukan udara.
7. Pneumonia
Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang
menyebabkan terjadinya radang paru-paru.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
1. Masalah keperawatan yang pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
- Pernah mengalami batuk dengan sputum.
- Pernah mengalami nyeri dada.
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas.
2. Riwayat penyakit pernapasan
- apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain ?
- bagaimana frekuensi setiap kejadian?
3. Riwayat kardiovaskuler
- pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau
peredaran darah.
4. Gaya hidup
- merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1. Mata
- konjungtiva pucat (karena anemia)
- konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema.
- Edema periorbital.
3. Jari dan kuku
- Sianosis
- Clubbing finger.
4. Mulut dan bibir
- membrane mukosa sianosis
- bernapas dengan mengerutkan mulut.
5. Hidung
- pernapasan dengan cuping hidung.
6. Vena leher
- adanya distensi / bendungan.
7. Dada
- retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan)
- pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
- Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Sara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural
friction)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
8. Pola pernapasan
- pernapasan normal(eupnea)
- pernapasan cepat (tacypnea)
- pernapasan lambat (bradypnea)

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


- EKG
- Echocardiography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1:
Ketidakefektifan pola napas
2.2.1 Definisi
Inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat
2.2.2 Batasan Karakteristik
Subjektif :
Dyspnea
Napas pendek
Objektif:
Perubahan ekskrusi dada
Mengambil posisi titik lampu (tripod)
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi
Penuurunan ventilasi semenit
Penurunan kapasitas vital
Napas dalam (dewasa Vt500ml pada saat istirahat, bayi 6-8ml/kg)
Napas cuping hidung
Ortopnea
Fase ekspirasi memanjang
Pernapasan bibir mencucu
Kecepatan respirasi
Usia dewasa 14 tahun atau lebih: <11 atau >24 [kali permenit],
Usia 5-14: <15 atau >25
Usia 1-4: <20 atau >30
Bayi: <25 atau >60
Takipnea
Rasio waktu
Pengguanaan otot bantu asesorius bernapas

2.2.3 Faktor Yang Berhubungan


Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk dinding dada
Penurunan energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot pernafasan
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi Neuromuskuler
Kerusakan persepsi/kognitif
Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang
Imaturitas Neurologis

Diagnosa 2: Ketidakefektifan bersihan jalan napas


2.2.4 Definisi: ketidak mampuan mengeluarkan secret atau obstuksi saluran nafas guna
mempertahankan jalan nafas yang bersih
2.2.5 Batasan Karakteristik
Subjektif:
Dispnea
Objektif:
Suara napas tambahan
Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
Batuk tidak ada atau tidak efektif
Sianosis
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Ortopnea
Gelisah
Sputum berlebihan
Mata terbelalak
2.2.6 Faktor Yang Berhubungan
Lingkungan
Obruksi jalan nafas
fisiologis
Diagnosa 3:
Gangguan pertukaran gas
2.2.7 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida di membrane
kapiler- alveolar
2.2.8 Batasan Karakteristik
Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihatan
Objektif
Gas darah arteri yang tidak normal
pH arteri yang tidak normal
ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
warna kulit tidak normal
konfusi
sianosis
karbondioksida menurun
diaphoresis
hiperkapnia
hiperkarbia
hipoksia
hipoksemia
iritabilitas
napas cuping hidung
gelisah
somnolen
takikardi
2.2.9 Faktor Yang Berhubungan
Perubahan membrane kapiler-alveolar
Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Diagnosa 4:
Resiko aspirasi
2.2.10 Definisi
Risiko masuknya secret secret gastrointestinal, secret secret oropharingeal, benda benda
padat atai cairan kedalam tracheobronkhial.
2.2.11 Batasan Karakteristik
Factor risiko
Objektif
Berusia dibawah 3 tahun (non NANDA)
Penurunan motilitas GI
Keterlambatan pengosongan lambung
Pennekanan reflex batuk dan muntah
Pembedahan atau trauma pada wajah, mulut dan leher
Selang GI
Kendala elevasi tubuh bagian atas
Gangguan menelan
Sfingter esophagus bagian bawah yang tidak kompeten
Peningkatan residu lambung
Peningkatan tekanan didalam lambung
Pemberian obat
Adanya slang trakeostomi atau endotrakea
Penurunan tingkat kesadaran
Situasi yang menghambat elevasi tubuh bagian atas
Slang pemberian makan
Penggunaan akawat gigi
Saran Penggunaan
Selalu gunakan diagnosis paing spesifik untuk pasien yang mempunya batasan
karakteristik utama. Resiko cedera tidak boleh digunakan untuk pasien mempunya
batasan karakteristik atau faktor resiko untuk resiko aspirasi.
Jika etiologi resiko aspirasi adalam gangguan menelan, kedua diagnosis tersebut dapat
digunakan.

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola napas
II.3.1 Tujuan Kriteria Hasil
 Menujukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikan oleh satatus pernafasan:
status ventilasi dan pernafasan yang tidak terganggu: kepatenan jalan nafas; dan
tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang normal
 Menunjukkan status pernafasan: ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan
oleh indicator gangguan sebagai berikut *(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,
berat sedang, ringan, tidak ada gangguan):
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
Ekspansi dada simetris
 Menunjukkan tidak adanya gangguan status pernafasan: ventilasi, yang
dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5:gangguan ekstrim, berat sedang
ringan, tidak ada gangguan
Penggunaan otot aksesorius
Suara nafas tambahan
Pendek nafas

II.3.2 Intervensi Keperawatan Dan Rasional


Manajemen Jalan Nafas: memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Pengisapan Jalan Nafas: mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara
memasukkan kateter pengisap ke dalam jalan nafas oral atau trakea pasien
Manajemen Anafilaksis:meningkatkan ventilasi dan perfusi jaringan yang
adekuar untuk individu yang mengalami reaksi alergi berat (antigen-antibody)
Manajemen Nafas Buatan:memelihara selang endotrakea dan selang trakeostomi
serta mencegah komplikasi serta menceganh komplikasi yang berhubungan dengan
penggunaaanya
Manajemen Asma: mengidentifikasi, mengobati, dan mencegah reaksi
inflamasi/konstriksi di jalan nafas
Ventilasi Mekanis: mengunakan alat buatan untuk membantu pasien bernafas
Penyapihan Ventilator Mekanis: membantu pasien untuk bernafas tanpa bantuan
ventilator mekanis
Pemantauan Pernafasan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang adekuat
Bantuan Ventilasi: meningkatkan pola pernafas spontan yang optimal sehingga
memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru
Pemantauan Tanda Vital: mengumpulkan dan meganalisi data kardiovaskular,
pernafasan, dan suhu tubuh pasien untuk menetukan dan mencegah komplikasi
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
 Pantau adanya pucat sianosis
 Pantau efek obat pada status pernafasan
 Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
 Kaji kebutuhan inserasi jalan nafas
 Observasi da ndokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasan
ventilator
 Perawatan pernapasa (NIC)
Pantau kecepatan irama, dan upaya pernafasan
Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, peggunaan otot-otot bantu, serta
retraksi otot supraklavikular dan interkosta
Pantau pernafasan yang berbunyi, seperti mendengkur
Pantau pola pernafasan; bradipnea;takipnea; hiperventilasi; pernafasan kussaul;
pernapasan Cheyne-stokes; dan pernafasan apneastik, pernapas Biot dan pola
ataksik
Perhatikan lojkasi trake
Auskultasi, suara nafas, perhatikan area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan
adanya suara nafas tambahan
Pantau peningkatan kegelisahan ansietas, dan lapar udara
Catat perubahan pada SaO2,SvO2,CO2 akhir tidal, dan nilai gas darah arteri
(GDA), jika perlu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernafasan. Uraikan teknik
 Didkudikan cara menghindari allergen, sebagai contoh:
Memeriksa rumah adanya jamur didinding rumah
Tidak menggunakan karpet dilantai
Menggunakan filter elektronik alat perapian dan AC
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok di dalam
ruangan
 Instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberitahu
perawat pada saat terjadi ketidak efektifan pola pernafasan
Aktivitas kolaboratif
 Konsultasikan dengan ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan
fungsi ventilator mekanis
 Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernafasan, nilai GDA, sputum,
dan sebagainya, jika perlu atau sesuai protocol
 Berikan obat(misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protocol
 Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara atau oksigen yang dilembabkan
sesuai program dan protocol institusi
 Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernafasan. Uraikan jadwa
Aktivitas lain
 Hubungkan and dokumentasikan semua data hasil pengkajian(misalnya,sensori,
suara nafas, pola pernafasan, nilai GDA, sputum, dan efek obat pada pasien)
 Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif, jika perlu
 Tenagkan pasien selama periode gawat nafas
 Anjurkan nafas dalam melalui abdomen selam periode gawat nafas
 Untukmembantu memperlambat frekuensi pernafasan, bombing pasien
menggunakana teknik pernafasan, bombing pasien menggunakan teknik
pernafasan bibir mencucu dan pernafasan terkontrol
 Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan menbersihkan sekret
 Minta pasien untuk mengubah posisi, batuk dan nafas dalam setiap
 Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk menurunkan
ansietas dan meningkatkan kerasaan kendali
 Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan, uraikan posisi
 Sinkronisasikan antara pola pernafasan klien dan kecepatan ventilasi
Diagnosa 2: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.3.3 Tujuan Dan Kriteria Hasil
 Menujukan pembersihan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan oleh
pencegahan aspirasi; status pernafasan: kepatenan jalan nafas; dan status
pernafasan: ventilasi tidak terganggu,
 Menujukkan Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas, yang
dibuktikkan oleh indicator gangguan sebagai berikut (sebutkan 1- 5 :
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan):
Kemudahan bernafas
Frekuensi dan irama pernafasan
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Pergerakan sumbatan keluar dari jalan nafas
Contoh Lain
Pasien akan:
 Batuk efektif
 Mengeluarkana sekret secara efektif
 Mempunyai jalan nafas yang paten
 Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yang jernih
 Mempunyai irama fan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
 Mampu mendeskrifsikan rencana untuk perawatan dirumah

2.3.4 Intervensi Keperawatan Dan Rasional


Manajemen Jalan Napas: memfasilitasi kepatenan jalan udara
Pengisapan Jalan Nafas: mengeluarkan sekret dari jalan nafas dan memasukkan
sebuah kateter pengisap ke dalam jalan nafas oral atau trakea
Kewaspadaan Aspirasi: mencegah atau memilnimalkan faktor resiko pada pasien
yang beresiko mengalami aspirasi
Manajemen Asma: mengidintifikasi, menangani, dan mencegah reaksi inflamasi/
konstriksi di dalam jalan nafas
Peningkatan Batuk: menigkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat
keturunan mengalami tekanan intratoraksik dan kompresi parenkim paru yang
mendasari untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara
Aktifitas keperawatan
Pengkajian
 Kaji dokumentasi hal-hal berikut
Kefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Keefektifan obat resep
Kenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia
Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
Fakrtor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif,mucus kental, dan
keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan
 Pengisapan jalan nafas (NIC)
Tentukan kebutuhan pengisapan oral atu trakea
Pantau status oksigen pasien (tingkat Sa)2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(tingkat MAOP[muan areterial pressure] dan irama jantung)
Segera sebelum, selama, dan setelah pengisapan
Catat jenis jumlah sekret yang dikumpulkan
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya oksigen,
pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermitternt positive pressure
breathing([PPB])
 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok di dalam
ruang perawatan; beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok
 Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk
memudahkan pengeluaran sekret
 Ajarkan pasien untuk membabat/mengganjal lika insisi pada saat batuk
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, sperti warna
karakter, jumlah, dan bau
 Pengisapan jalan nafas (NIC) instruksikan kepada pasien dan/ atau keluarga
tentang pengisapan jalan nafas, jika perlu
Aktifitas kolaborasi
 Rundingkan dengan ahli terapi perrnafasan, jika perlu
 Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhanutntuk perkusi atau peralatan
pendukung
 Berikan udara/oksigen yang telah dihumidikasi(dilembabkan) sesuai dengan
kebijakan institusi
 Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonic,dan perawatan paru
lainya sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi
 Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
Aktifitas kolaborasi
 Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sektret
 Anjurkan penggunaan spirometer insentif(smith-sim,2001)
 Jika pasien tidak mampu ambulansi, pindahkan pasien dari satusisi tempat tidur
ke sisi tempat tidul yang lain sekurangnya setiap dua jam sekali
 Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur, untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan control diri
 Berikan pasien dukungan emosi(misalnya, meyakinkan pasien bahwa batuk tidak
akan menyebabkan robekkan atau” kerusakan” jahitan)
 Atur posisi pasien yang memunkinkan untuk mengembangkan maksimal rongga
dada(misalnya, bagian kepala tempat tidur ditingikan 45derajat kecuali ada
kontraindikasi[collard et al.,2003;Drakulovic et al.,1999])
 Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret setiap
 Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea, jika perlu. (Hiperoksigenasi
dengan amu bag sebelum dan setelah pengisapan siang endotrakea atau
trakeostomi.)
 Pertahankan keadaan hidrasi untuk mengencerkan sekret
 Singkirkan atau tangani faktor penyebab, seperti nyeri, keletihan, dan sekret yang
kental
Diagnosa 3: gangguan pertukaran gas
2.3.5 Tujuan Dan Kriteria Hasil
Respon Alergi Sistemik: keparahan respon hipersensitivitas imun sistemik terhadap
antigen lingkungan (eksgenus) tertenru
Keseimbangan Elektrolit Dan Asam –Basa: Keseimbangan elektrolit dan non
elektrolit dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh
Respons Ventilasi Mekanis: Orang Dewasa: pertukaran alveolar dan perfusi
jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis
Status Pernafasan: Pertukaran Gas: Pertukaran CO2 atau O@ di alveoli untuk
mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
Status Pernafasan: Ventilasi: perpindahan udara masuk dan keluar paru- paru
Perfusi Jaringan: Paru: keadekuatan aliran darah melewati vaskulatur paru yang
utuh untuk perfusi unit alveoli-kapiler
Tanda- Tanda Vital: Kondisi ,suhu, pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang
normal
2.3.6 Intervensi Keperawatan Dan Rasional
Manajemen Asam-Basa: menigkatkan keseimbangan asam basa dan mencegah
komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa
Manajemen Asam-Basa: Asidosis respiratori: meningkatkan keseimbangan asam-
basa dan mencegah komplikasi akibat kadar pCO2 serum yang lebih tinggi dari yang
diharapkan
Manajemen Asam-Basa- Alkalosiss Respiratory: meningkatkan keseimbangan
asam-basa dan mencegah komplikasi akibat kadar pCO2 serum yang lebih rendah
dari yang diharapkan
Manajemen Jalan Nafas: memfasilitasi kepatenan jalan nafas
Manajemen Anafilaksis: meningkatkan keadekuatan ventilasi dan perfusi jaringan
untuk individu yang mengalami reaksi alergi(antigen-antibodi) berat
Manajemen Asma: mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah reaksi terhadap
imflamasi/konstuksi di jalan nafas
Manajemen Elektrolit seru yang tidak normal atau diluar harapan
Perawatan Emboli: Paru: membatasi komplikasi pada pasien yang mengalami atau
beresikko terhadap okslusi sirkulasi paru
Pengaturan Hemodinamik: mengoptimalkan frekuesi jantung, preload, afterload,
kontraktilitas jantung
Interpretasi Data Laboratorium: menganalisis secara kritis data laboratorium
pasien untuk membantu penganbilan keputusan klinis
Ventilasi Mekanis: pengunaan alat buatan untuk membantu pasien bernafas
Terapi Oksigen: memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya
Pemantauan Pernafasan: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
memastikan kepatenan jalan nafas dan adekuatnya pertukaran gas.
Bantuan Ventilasi: meningkatkan pola pernafasan spontan yang optimal dalam
memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam paru
Pemantauan Tanda Vital: mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskular,
pernafasan, dan suhu tubuh utntuk menetukan dan mencegah komplikasi
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
 Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi
sputum sebagai indicator keefektifan penggunaan alat penunjang
 Pantau saturasi O2 dengan oksimeter
 Pantau hasil gas darah(misalnya, kadar PaO2 yang rendah, dan PaCO2 yang
tinggi menunjukkan perburukan pernafasan)
 Pantau kadar elektrolit
 Pantau status mental(misalanya,tingkat kesadaran, gelisah, dan konfusi)
 Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
 Observasi terhadap sianosis,terutama membrane mukosa mulut
 Manajemen jalan nafas(NIC)
Identifikasi kebutuhan pasien terhadap pemasangan jalan nafas actual atau potensial
Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan
Pantau status pernafasan dan oksigenasi, sesuai dengan kebutuhan
 Pengaturan hemodinamikan (NIC)
Auskultasi bunyi jantung
Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama, dan denyut jantung pantau adanya
edemaperifer, distensi vena jugularis, dan bunyi jantung S3 dan S4
Pantau fungdi alat pacu jantung, jika sesuai
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen,pengisap, spirometer,
dan IPPB)
 Ajarkan kepada pasien teknik bernafas dan relaksasi
 Jelaskan kepada pasiendan keluarga alas an pemberian oksigen dan tindakanan
lainya
 Informasikan kepada pasien dan keluarga alas an pemberian oksigen dan tindakan
lainya
 Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok itu dilarang
 Manajemen jalan nafas (NIC)
Ajarkan tentang batuk efektif
Ajarkan kepada pasieen bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan, sesuai
dengan kebutuhan
Aktivitasa Kolaboratif
 Konsultasikan dengan dokter tentang pentingnya pemeriksaan gas darah arteri
(GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya
perubahan kondisi pasie
 Laporkan perubahan pada pengkajian terkait (misalnya, sensorium pasien,suara
nafas, analisis gas dara arteri, sputum, efek obat)
 Berikan obat yang diresepkan(misalnya, natrium bikarbonat) untuk
mempertahankan keseimbangan asam-basa
 Persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
 Manajemen jalan nafas (NIC)
Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen, jika perlu
Berikan bronkodilator, jika perlu
Berikan terapi aerosol, jika perlu
Berikan terapi nebulizer ultrasonic, jika perlu
 Pengaturan hemodinamik (NIC): Berikan obat antiaritmia, jika perlu
Aktivitas lain
 Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk
menurunkan ansietas dan meningkatkan rasa kendali
 Beri penenangan kepada pasien selama periode gangguan dan kecemasan
 Lakukan hieiene oral secara teratur
 Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misalnya pengendalian
demam dan nyeri, mengurangi ansietas)
 Apabila oksigen dirogramkan bagi pasien yang memiliki masalah pernafasan
kronis, pantau aliran oksigen dan pernafasan secara hati-hati karena adanya resiko
Depresi pernafasan akibat oksigen
 Buat rencana perawatan untuk pasen yang mengguanakan ventilator, yang
meliputi:
Meyakinkan keadekuatan pemberian osigen dengan melaporkan ketidak normalan
gas darah arteri, menggunakan ambu bag yang dilekatkan pada sumber oksigen di
sisi tempat tidur, dan lakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan
Meyakinkan keefektifan pola pernafasan dengan mengkaji sinkronisasi dan
kemunkinan kebutuhan sedasi
Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan dan
mempertahankan slang endotrakea atau pengantian slang endotrakea di tempat
tidur
Memantau komplikasi (misalnya, penmothoraks, aerasi unilateral
Memastikan ketepatan penempatan selang ET
 Manajemen jalan nafas (NIC)
Aturposisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
Atur posisi untuk mengurangi dyspnea
Pasang jalan nafas melalui mulut atau nasofaring, sesuai dengan kebutuhan
Bersihkan sekret dengan menganjurkan batuk melalui pengisapan dukung untuk
bernafas pelan dalam: berbalik; dan batuk
Bantu dengan spirometer insentif; jika perlu
Lakukan fisio therapy dada, jika perlu
 Pengaturan hemodinamik (NIC)
Meniggikan bagian kepala tempat tidur, jika perlu
Atur posisi pasien ke posisi trendelenburg jika perlu
Diagnosa 4
2.3.7 Tujuan Dan Kriteria Hasil
Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan :
Tidak akan mengalami aspirasi yang dibuktikan oleh pencegahan aspirasi; status
menelan dan status pernapasan: ventilasi tidak mengalami gangguan
Menunjukkan pencegahan aspirasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Dengan indikator Indikator:
Menghindari factor resiko
Memposisikan diri sendiri tegak saat makan dan minum
Memilih konsistensi makanan dan minuman yang tepat
Memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan
Pasien akan:
Menunjukan peningkatan kemampuan menelan
Menoleransi asupan ora dan secret tanpa aspirasi
Menoleransi pemberian makan per enteral tanpa aspirasi
Mempunyai bunyi paru yang bersih dan jalan napas yang paten
Mempertahankan kekuatan dan tonus otot yang adekuat

2.3.8 Intervensi Keperawatan Dan Rasional


Pengkajian
 Periksa residu lambung sebelum pemberian makan dan pemberian obat
 Auskultasi suara paru sebelum dan setelah pemberian makan
 Pantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan
 Verifikasi penempatan slang enteral sebelum pemberian makan dan obat
 Evaluasi tingkat kenyamanan keluarga tentang pemberian makan, pengisapan,
penempatan posisi pasien, dan sebagaina
Kewaspadaan aspirasi (NIC):
 Pantau tingkat kesadaran, reflek batuk, muntah dan kemampuan menelan
 Pantau status paru-paru

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Instruksikan pasien dan keluarga tentang teknik pemberian makan dan menelan
 Instruksikan pada keluarga tentang penggunaan pengisap untuk mengeluarkan secret
 Tinjau bersama pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala aspirasi serta
pencegahannya
 Bantu keluarga untuk membuat rencana kedaruratan bila pasien mengalami aspirasi
dirumah

Aktivitas kolaboratif
 Laporkan segala perubahan pada warna secret paru yang menyerupai makanan atau
asupan makanan
 Konsultasikan kepada ahli terapi okupasi
 Lakukan perujukan kea gen perawatan dirumah untuk mendapat bantuan perawatan
dirumah
 Kewaspadaan aspirasi (NIC): sarankan konsultasi pada ahli patologi bicara, jika
perlu
Aktivitas lain
 Berikan waktu kepada pasien untuk menelan
 Sediakan kateter pengisap disamping tempat tidur pasien dan lakukan pengisapan
selama makan jika perlu
 Libatkan keluarga selama pasien makan
 Berikan dukungan dan penenangan
 Tempatkan pasien pada posisi semifowler atau fowler saat makan, jika
dikontraindikasikan gunakan posisi berbaring miring
 Gunakan spuit jika perlu saat memberikan makan
 Variasikan konsistensi makan untuk mengidentifikasi jenis makanan yang lebih
mudah ditoleransi pasien
 Untuk pasien yang terpasang slang trakeostomi atau endotrakeal kembangkan
manset selama dan setelah makan
Kewaspadaan aspirasi (NIC):
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama 30-45 menit setelah makan
 Potong makanan kecil-kecil
 Berikan makanan dlam jumlah sedikit
 Hindari cairan atau penggunaan agen pengental
 Patahkan atau haluskan tablet obat sebelum digunakan
 Minta obat dalam bentuk eliksir
Perawatan dirumah
Ajarkan pemberi asuhan keluarga bagaimana menggunakan mesin pengisap secret
Untuk bayi dan anak-anak
 Pilih mainan yang sesuai dengan usia tanpa bagian-bagian mainan yang kecil dan
dapat dibongkar pasang, jangan berikan balon kepada anak yang masih kecil
 Hindari makanan seperti kacang, permen karet, anggur dan permen kecil
 Ajarkan orangtua untuk tidak menopang botol
 Untuk bayi baru lahir dengan sumbing bibir atau sumbing palatum rujuk kestaf
perawatan pediatric untuk teknik pemberian makan
 Untuk bayi baru lahir yang normal, selalu ingat bahwa bayi sangat mudah
mengalami regurgitasi saat diberikan makanan, pastikan bayi tegak dan sendawakan
dengan sering selama makan, posisikan bayi berbaring miring

Untuk lansia
 Individu lansia yang rapuh mugkin memerlukan penatalaksanaan kasus untuk
mempertahankan hidup yang mandiri, lakukan perujukan sesuai kebutuhan dan jika
tersedia
 Mungkin memerlukan pemeriksaan menelan yang dimodifikasi untuk memastikan
kemampuan menelan secara aman, terutama pasca CVA.
III. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Vol:1. Jakarta: EGC
NANDA. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika
Harahap. 2005. Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperwatan
Rufaidah Sumatera Utara Volume 1
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi
dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran Kozier. Fundamental of Nursing
Tarwanto, Wartonah. 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
3. Salemba:Medika.
Carperito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC: Jakarta
Alimul, Azis. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika: Jakarta
Buku Ajar Biologi, Hal : 21, Penerbit : Citra Pustaka, Penulis : Ikhsan Hanafi, S.Pd.

Banjarmasin………………….2016

Preseptor Akademik preceptor klinik

(………………………………………) (……………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai