Masa muda
Nama lengkapnya ialah Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-
Singkili.[3] Menurut riwayat masyarakat, keluarganya diduga berasal dari Persia atau
Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Namun hal
itu belum dapat dipastikan karena minimnya catatan sejarah keluarganya, serta tidak
didukung nama keluarga yang mencirikan keturunan Arab ataupun Persia. Beberapa
ahli berpendapat bahwa ia merupakan putra asli pribumi beretnis Minang Pesisir di
Singkil yang yang telah menganut agama Islam pada masa itu. Pendapat lain
mengatakan dari etnis Batak Singkil beregama Islam yang tidak diketahui lagi
marganya. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia
kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia
pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada
berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Tarekat Syattariyah
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas,[4] syaikh untuk Tarekat Syattariyah Ahmad
al-Qusyasyi adalah salah satu gurunya.[5] Nama Abdurrauf muncul dalam silsilah tarekat
dan ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan Syattariyah di Indonesia.
Namanya juga dihubungkan dengan terjemahan dan tafsir Al-Qur’an bahasa Melayu
atas karya Al-Baidhawi berjudul Anwar at-Tanzil Wa Asrar at-Ta'wil, yang pertama kali
diterbitkan di Istanbul tahun 1884. [6]
Wafat
Abdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia
dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya
Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh.