Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah
serius pada saat ini. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease atau
the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi atau tidak mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Andini, Avianty, &
Nasution, 2018).
Data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2015
menunjukan sekitar 1,13 milyar orang didunia menderita hipertensi. Jumlah
penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 milyar orang yang terkena hipertensi dan
diperkirakan setiap tahunnya 10,5 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. (Andini et al., 2018).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga
74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya (Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 yang di dapat
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Jumlah prevalensi
hipertensi tertinggi berada di Bangka Belitung (30,9%), terendah berada di
Provinsi Papua (16,8%), sedangkan Jawa Barat berada di peringkat ke empat
hipertensi (29,4%). Pada tahun 2016 berdasarkan catatan data Kemenkes
terdapat 63 juta kasus dan kematian terbanyak yaitu 427.000 kasus
(Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2015 di Jawa Barat di temukan 530.387 orang kasus yang
terkena hipertensi (0.07 terhadap jumlah penduduk ≥18 tahun), terbesar di 22
Kabupaten/Kota dan 5 Kabupaten/Kota lainnya. Kasus hipertensi di

1
2

Kota Bogor yaitu sebesar (0.05%) terdapat di urutan kedua terbanyak setelah
Kota Sukabumi (0,7%). Hal ini kota Bogor memiliki kasus hipertensi yang
melebihi jumlah rata-rata kasus yaitu sebesar (0,2%). (Kemenkes Provinsi
Jawa Barat, 2015).
Berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2018 diperoleh bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang memiliki angka kejadian ketiga tertinggi
di kota Tasikmalaya yaitu sebesar 23.617. Kemudian didapatkan juga
kejadian hipertensi tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tamansari
yaitu sebanyak 2.494 dimana kejadian hipertensi pada laki-laki sebesar 901
dan pada perempuan sebanyak 1.593 (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,
2018).
Telaah literatur adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan
dengan membaca berbagai buku, jurnal dan terbitan-terbitan lain yang
berkaitan dengan topik penelitian untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan
dengan satu topik atau isu tertentu (Marzali, 2016).
Telaah literatur berisi ulasan, rangkuman dan pemikiran penulis tentang
beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet dan
lain-lain) tentang topik yang dibahas. Telaah literatur yang baik harus bersifat
relevan, mutahir dan memadai (Marzali, 2016).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Telaah
Literatur Mengenai Faktor Risiko Hipertensi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengindentifikasi konsep/teori atau hasil-hasil penelitian tentang
telaah literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
3

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
a. Menjelaskan tentang konsep umum penyakit hipertensi.
b. Menelaah artikel yang terkait dengan penelitian tentang telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi peneliti
Kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
tentang hipertensi, terutama berkaitan dengan telaah literatur
mengenai faktor risiko hipertensi.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
informasi dan sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan
tentang telaah literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan membuat program
dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk pasien hipertensi
yang di rawat di rumah sakit.
b. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi keterangan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan telaah literatur mengenai faktor
risiko hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Istilah “Hipertensi” diambil dari bahasa Inggris “Hypertension”.
Kata “Hypertension” itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni
“Hyper” dan “Tension”. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan
“Tension” berarti tekanan atau tegangan. Hipertension akhirnya
menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut penyakit
tekanan darah tinggi. Disamping itu, dalam bahasa Inggris digunakan
istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi
(Ardiansyah, 2012).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang akan mengakibatkan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortabilitas).
Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik di atas 140
MmHg menunjukkan bahwa ketika tekanan jantung sedang
berkontraksi dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg ketika
tekanan jantung sedang berelaksasi (Aspiani, 2014).
World Health Organization (WHO) dan The International
Society of Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi
merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini
merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan
dua kali atau lebih kontak dengan petugas (Yasmara, Nursiswati, &
Arafat, 2016).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) Hipertensi dibagi menjadi dua,
diantaranya sebagai berikut :

4
5

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita hipertensi
primer. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh factor
berikut ini :
1) Faktor keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua
mempunyai riwayat menderita hipertensi maka garis
keturunan berikutnya mempunyai risiko yang lebih besar
menderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30
g), kegemukan atau makan berlebihan. Stress, merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal,
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Penyebab lain dari
hipertensi sekunder antara lain feokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan
penyakit cushing yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
6

hipersensivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer


(peningkatan aldosterone tanpa diketahui penyebabnya) dan
hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi orang juga dianggap
sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2014).
3. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan, menurut Ardiyansyah (2012), yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
Hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit
ini ketimbang mereka yang tidak mempunyai riwayat
keluarga.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki–laki berusia 35–50 tahun dan wanita paska menopause
berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Berat badan/obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat
kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan
darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan
(25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang
penyebabnya diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang
penyebab hipertensi jenis ini, antara lain :
1) Coarctation aorta
Coarctation aorta yaitu penyempitan aortacongenital
yang (mungkin) terjadi beberapa tingkat aorta torasik atau
7

aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah


melalui lengkungan aorta dan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah di atas area konstriksi.
2) Penyempitan parenkim dan vascular ginjal
Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada
klien dengan hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau
fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkrim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi,
serta perubahan struktur secara fungsi ginjal.
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan
hipertensi melalu mekanisme renin–aldosteron–mediate
volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi,
tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan.
4) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder adrenal–mediate hypertension disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol dan katekolamin. Pada
aldosteron primer, kelebihan aldosteron menyebabkan
hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya
timbul dari adenoma korteks adrenal yang benigna (jinak).
Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum
dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada
sindrom cushing, terjadi kelebihan glukokortikoid yang
diekskresi dari korteks adrenal. Sindrom cushing mungkin
disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal.
5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif
(Ardiansyah, 2012).
8

4. Patofisiologi Hipertensi
Secara garis besar faktor yang berpengaruh pada tekanan darah
arteri adalah curah jantung dan tahanan perifer. Kondisi curah jantung
tergantung dari frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup, dimana
frekuensi denyut jantung diatur oleh reseptor beta-1 dan reseptor
kolinergik, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi
dan tekanan pengisian (yang ditentukan oleh daya renggang vena dan
volume cairan intravaskuler). Tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-
faktor reural, humoral dan renal, dimana mekanisme ginjal bertugas
untuk pemeliharaan jangka panjang pada tekanan darah arteri,
sedangkan untuk mekanisme neural bertanggung jawab atas pengaturan
cepat. Pada saat titik baku arteri secara abnormal tinggi maka
mekanisme cairan renal yang bertugas menanggulangi kondisi tersebut
dan mencegah peningkatan tekanan arteri dalam jangka panjang.
Merokok dapat menyebabkan iritan yang ada didalam rokok
berpengaruh langsung pada paru yang menyebabkan batuk, sesak dan
kanker paru, selain itu bahan toksik yang masuk ke dalam pembuluh
darah akan mengakibatkan perubahan pada tubuh diantaranya denyut
jantung menjadi lebih cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah
spasme, sel-sel darah lebih gampang menggumpal. Arterosklerosis
yang merupakan proses awal mulai terjadinya hipertensi yaitu
gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang kemudian
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
dapat juga bersamaan dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang akan mengganggu aliran atau peredaran darah
di perifer. Kekakuan dan lambatnya aliran darah tersebut membuat
beban jantung semakin berat yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya jantung untuk memompa lebih sering yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi. Salah satu faktor risiko aterosklerosis adalah penyakit
diabetes melitus dimana kadar gula darah yang tinggi menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku dan bersifat asam. Struktur dinding
9

pembuluh darah mengalami kerusakan dan tidak mampu berdilatasi


dengan baik dan merupakan tahap awal menjadi arterosklerosis
(Aspiani, 2014).
5. Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) tanda dan gejala dari penyakit
hipertensi adalah :
a. Mengeluh sakit kepala disertai pusing
b. Lemas
c. Kelelahan
d. Sesak nafas
e. Gelisah
f. Mual
g. Muntah
h. Epistaksis
i. Kesadaran menurun (Nurarif & Kusuma, 2015).
6. Faktor Risiko Hipertensi
Menurut Ardiansyah (2014) secara umum, faktor risiko
terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1) Riwayat hipertensi pada keluarga (keturunan)
Hipertensi ditemukan lebih banyak terjadi pada kembar
monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding heterozigot
(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika memiliki riwayat
genetik hipertensi dan tidak melakukan penanganan atau
pengobatan maka ada kemungkinan lingkungan akan
menyebabkan hipertensi berkembang dalam waktu 30 tahun,
akan muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan
berbagai komplikasi. Menurut Davidson (2004) bila kedua
orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan
tutun ke anak-anaknya dan bila sudah satu orang tuanya yang
10

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-


anaknya.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi
tekanan darah. Sejumlah fakta menyatakan hormon sex
mempengaruhi sistem renin angiotensin. Secara umum
tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah
masa menopause yang menunjukkan adanya pengaruh
hormon.
3) Umur
Hipertensi pada orang dewasa berkembang mulai umur 18
tahun ke atas. Hipertensi meningkat seiring dengan
pertambahan umur, semakin tua usia seseorang maka
pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu. Hal
ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama
aliran darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan tekanan
darah pun meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh
darah menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(arteriosklerosis). Aliran darah pun menjadi terganggu dan
memacu peningkatan tekanan darah.
4) Ras (etnis)
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam
daripada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti
penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan
kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
1) Merokok
Peraturan Pemerintah RI No 109 tahun 2012
menyebutkan bahwa rokok adalah salah satu produk tembakau
yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan atau dihirup
11

asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau


bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan
atau tanpa bahan tambahan.
Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam
rokok ada banyak zat yang berbahaya bagi tubuh diantaranya
adalah nikotin, tar dan karbon monoksida. Nikotin yang
terdapat dalam rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya
pengumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga nikotin
dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Nikotin dalam asap rokok merangsang tubuh
melepaskan adrenalin yang menyebabkan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah (Suiraoka, 2012).
Merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi
dan hal tersebut dapat dilihat secara jelas dari lama merokok,
jenis rokok dan jumlah rokok dikonsumsi.
a) Lama merokok
Semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok semakin
besar juga resiko menderita hipertensi. Dampak rokok
akan terasa setelah 10-20 tahun pasca penggunaan. Rokok
juga dose response effect, artinya semakin muda usia
mulai merokok, semakin sulit untuk berhenti merokok,
maka semakin lama seseorang akan memiliki kebiasaan
merokok. Semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok
semakin besar juga resiko menderita hipertensi dengan
kelompok lama merokok ≤ 10 tahun, 10-20 tahun dan ≥
20 tahun.
b) Jenis rokok
Ada dua jenis rokok yang dikonsumis oleh masyarakat
yaitu rokok dengan filter dan rokok non filter yang
keduanya berpengaruh tehadap kejadian hipertensi.
12

Kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar dari


rokok filter, sehingga risiko yang ditimbulkannya akan
lebih besar. Jenis rokok filter dapat mengurangi masuknya
nikotin ke dalam tubuh karena filter tersebut berfungsi
sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap, sehingga
nantinya tidak terlalu banyak bahan kimia yang akan
masuk sampai ke paru-paru.
c) Jumlah rokok yang dikonsumsi
Jumlah rokok yang dikonsumsi memiliki hubungan
dengan tekanan darah sistolik dan diastolik, seseorang
yang digolongkan pada kelompok perokok berat yaitu
yang menghisap rokok 10-20 batang setiap hari dan yang
ringan adalah yang menghisap ≤ 10 batang setiap hari
(Kurniati, dkk, 2012).
2) Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal
erat kaitannya dengan hipertensi. Tingginya peningkatan
tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat
badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya
hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat
sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi,
tergantung pada masing-masing individu.peningkatan tekanan
darah diatas nilai optimal yaitu > 120/80 MmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Penurunan berat badan efektif untuk menurunkan hipertensi,
penurunan berat badan sekita 5 kg dapat menurunkan tekanan
darah secara signifikan.
3) Stres
Stres merupakan suatu keadaan non spesifik yang
dialami penderita akibat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan
yang melebihi daya dan kemampuan untuk mengatsi dengan
efektif. Stres diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
13

yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf


simpatis mengakibatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Gangguan kepribadian yang bersifat
sementara dapat terjadi pada orang yang menghadapi keadaan
yang menimbulkan stres. Apabila stres berlangsung lama
dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap
(Sutanto, 2010).
4) Asupan
a) Asupan natrium
Garam mengandung natrium (NaCl) yang berperan dalam
pengaturan volume dan tekanan darah. Natrium juga
memiliki peranan untuk mengatur kontraksi otot dan
transmisi sel saraf, serta membantu menjaga
keseimbangan air, elektrolit, serta kadar asam, basa dan
mengikat air. Ketika konsumsi garam dalam jumlah
berlebih, otomatis terjadi peningkatan kadar natrium
dalam darah. Peningkatan natrium ini akan menyebabkan
kondisi hipertonis dimana air tidak mampu dikeluarkan
oleh ginjal sehingga dapat menyebabkan peningkatan
volume darah dalam tubuh. Pada kasus ini pembuluh
darah arteri beradaptasi dengan menebal dan menjadi
semakin sempit, sehingga tekanan darahpun akan
meningkat.
b) Asupan kalium
Penelitian epidemiologi menunjukan bahwa asupan
rendah kalium akan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah dan renal vaskular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah
pada ginjal. Pada populasi dengan asupan tinggi kalium
tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah
dibanding dengan populasi yang mengkonsumsi rendah
kalium.
14

c) Asupan magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap
kontrakasi vaskuler otot halus dan diduga berperan
sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The
Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC)
melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara
magnesium dan tekanan darah.
5) Konsumsi makanan lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan
risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding
pembuluh darah yang lama-lama pembuluh darah akan
tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang
disebut dengan aterosklerosis.
6) Aktivitas fisik (olahraga)
Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Latihan fisik
meninmbulkan adaptasi fisiologik hampir seluruh sistem
dalam tubuh, terutama jaringan otot rangka dan otot
kardiovaskuler. Perubahan ini tergantung dari frekuensi dan
intensitas latihan (Ardiansyah, 2012).
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan yang diberikan pada seseorang yang menderita
penyakit hipertensi adalah :
a. Pengaturan diet
Pengaturan diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan gejala gagal
jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan adalah :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Melakukan pengurangan
15

konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-


angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.
Jumlah asupan natrium yang dianjurkan adalah 50-100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah
seseorang tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian
kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,
yang dapat dipercaya serta dimediasi oleh oksida nitrat pada
dinding vaskuler.
3) Diet kaya dengan buah dan sayuran
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Olahraga
Melakukan olahraga secara teratur, seperti: berjalan, lari,
berenang, bersepeda mempunyai manfaat untuk menurunkan
tekanan darah seseorang serta memperbaiki keadaan jantung.
Melakukan olahraga secara teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah seseorang. Olahraga dapat meningkatkan kadar
high, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat
dari penyakit hipertensi.

c. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


Berhenti mengkonsumsi rokok dan alkohol, sangat penting
untuk mengurangi efek jangka panjang pada penderita hipertensi
karena asap rokok dapat untuk menurunkan aliran darah
keberbagai organ serta dapat meningkatkan kerja jantung.
Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi
menurut Aspiani (2014) adalah :
1) Diuretik : Chlorthalidon
Mengurangi kadar air di dalam tubuh pasien dapat dilakukan
dengan cara mengeluarkan cairan tubuh sehingga cairan di
16

dalam tubuh dapat berkurang sehingga menyebabkan daya


pompa jantung lebih ringan.
2) Penghambat Simpatetik : Kloninin, Metildopa, Reserpin
Menghambat adanya aktivitas di saraf simpatis.
3) Betablocker : Atenolol, Metaprolol, Propanolol
Berfungsi untuk mengatur ritme jantung yang abnormal.
4) Vasodilator : Natrium, Nikardipin
Berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah supaya aliran
darah mengalir lebih lancar sehingga jantung tidak terbebani
dalam memompa darah.
5) ACE Inhibitor : Captopril, Amlodipine
Berfungsi untuk mengobati penyakit hipertensi dengan cara
mencegah tubuh untuk membuat hormon Angiotensin II
(Aspiani, 2014).
8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Menurut Ardiansyah (2012) pemeriksaan penunjang berikut ini
dapat membantu untuk menegakan diagnosa hipertensi :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap Kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Gangguan konduksi
4) Peninggian konduksi
c. Foto Rontgen
Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan kardiomegali
(Ardiansyah, 2012).
17

9. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) beberapa komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi antara lain :
a. Retinopati hipertensif
Retinopati merupakan kondisi rusaknya retina yang
disebabkan oleh tingginya tekanan intraocular akibat hipertensi
yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah kecil retina sehingga menyebabkan penebalan
pada dinding pembuluh darah. Penebalan tersebut menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah yang berdampak pada
penurunan aliran darah yang melaluinya. Akibatnya adalah suplai
darah ke retina berkurang sehingga terjadi kerusakan di berbagai
area retina tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita
adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri kepala,
hingga kebutaan.
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita
hipertensi ini adalah penyakit jantung koroner dan penyakit jantung
hipertensif. Penyakit jantung koroner terkait dengan berbagai
gejala yang muncul akibat terganggunya suplai darah ke otot
jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia,
cedera hingga kematian otot jantung tersebut.
Peregangan yang berlebihan pada dinding pembuluh darah
ini akan menyebabkan luka kecil pada endothelium yang dikenal
dengan luka mikroskopik. Meskipun demikian, luka tersebut sudah
dapat memicu respons pembekuan sehingga pada akhirnya
terbentuk thrombus pada area tersebut. Jika thrombus tersebut
terkelupas, maka akan menyisakan pembuluh darah yang tipis.
Seiring perjalanan waktu penipisan dinding pembuluh darah
tersebut dapat memicu aneurisma yaitu penonjolan dinding
pembuluh darah seperti kantong. Aneurisma ini sangat rentan
untuk pecah yang dapat berakibat fatal.
18

Selain itu tingginya resistensi sistemik pada hipertensi


membuat jantung harus bekerja lebih keras lagi supaya aliran darah
dapat tetap terjaga. Jika hal ini berlangsung lama, akan
menyebabkan pembesaran otot jantung (hipertrofi miokard) yang
menyebabkan penurunan fungsi jantung itu sendiri.
c. Hipertensi serebrovaskular (stroke)
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling penting
penyakit stroke baik karena perdarahan maupun emboli. Risiko
stroke akan semakin bertambah dengan semakin tingginya tekanan
darah. Tingginya regangan pada dinding pembuh darah akan
menyebabkan luka mikroskopik yang dapat menjadi pemicu
terbentuknya thrombus pada area tersebut. Thrombus yang
terbentuk menyebabkan penyempitan pada lumen pembuluh darah
sehingga bisa menurunkan aliran darah serebral. Demikian pula
ketika thrombus terlepas dan ikut bersama aliran darah, maka ia
akan menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah dengan
diameter yang lebih kecil. Penurunan aliran darah ini akan
menyebabkan iskemia hingga kematian sel-sel otak. Kondisi
seperti ini dikenal dengan stroke non-hemoragik.
Selain itu, luka akibat regangan pada dinding pembuluh
darah atau luka bekas dari thrombus yang terlepas menyebbakan
kelemahan pada lokasi dinding pembuluh darah tersebut.
Akibatnya daerah tersebut mudah mengalami aneurisma atau
ruptur, sehingga menimbulkan perdarahan di area otak. Perdarahan
diotak yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak disebut
stroke hemoragik.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Hipertensi merupakan sindrom yang ditandai oleh perubahan
neurologis secara mendadak akibat peningkatan tekanan darah
arteri. Sindrom tersebut akan hilang jika tekanan darah dapat
diturunkan kembali. Gejala yang sering muncul biasanya nyeri
kepala hebat, bingung, lamban, muntah, mual, dan gangguan
19

penglihatan. Gejala ini umumnya bertambah berat dalam waktu 12-


48 jam, pasien dapat mengalami kejang, penurunan kesadaran,
hingga kebutaan. Kondisi ini sering terjadi pada hipertensi maligna
yang mengalami peningkatan tekanan darah secara cepat (Aspiani,
2014).
B. Telaah Artikel Literatur
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016) dengan judul “Analisis
Faktor Risiko Hipertensi Di Puskesmas Kelayan Timur Kota Banjarmasin”.
Jenis penelitian analitik deskriptif. Populasi pada penelitian ini yaitu pasien
yang berobat di Puskesmas Kelayan Timur kota Banjarmasin. Sampel dalam
penelitian ini adalah semua populasi yang masuk dalam kriteria inklusi pada
periode 2 Mei 2016 – 2 Juni 2016. Teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan Consecutive Sampling. Pengumpulan data dengan
membagikan kuesioner. Analisis data dari penelitian ini menggunakan
analisis statistic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko
hipertensi yang ada di Puskesmas Kelayan Timur Kota Banjarmasin adalah
jenis kelamin (berisiko 0.928 kali), kebiasaan merokok (berisiko 1,368 kali),
kebiasaan makan-makanan asin (berisiko 2,898 kali), obesitas (berisiko 1,147
kali), konsumsi makanan lemak jenuh (berisiko 1,505 kali).
Penelitian Sapitri & Suyanto (2016) dengan judul “Analisis Faktor
Risiko Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Pesisir Sungai Siak
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru”. Jenis penelitian analitik deskriptif
yaitu menggunakan desain case control study. Populasi pada penelitian ini
yaitu semua masyarakat di Pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru. Sampel dalam penelitian ini adalah 39 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Consecutive Sampling.
Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner. Analisis data dari
penelitian ini menggunakan bivariat dan multivariat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi yang ada di Pesisir Sungai Siak
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, faktor-faktor yang terbukti merupakan
faktor risiko terjadinya hipertensi adalah tidak biasa melakukan aktifitas fisik
atau olahraga mempunyai risiko menderita hipertensi sebesar 13,47 kali
20

dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan melakukan aktifitas fisik


atau olahraga, orang dengan obesitas (IMT > 25) berisiko menderita
hipertensi sebesar 6,47 kali dibanding dengan orang yang tidak obesitas,
orang yang memiliki riwayat stres mempunyai risiko menderita hipertensi
sebesar 0,19 kali dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat stres
dan faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi adalah
pola asupan garam dan kebiasaan merokok.
Penelitian Darmansyah & Hamsuddin (2017) dengan judul “Faktor
Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Dusun Kamarang Desa Keang
Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju”. Jenis penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu 70 kartu
keluarga masyarakat di Dusun Kamaraang Desa Keang Kecamatan Kalukku
Kabupaten Mamuju. Sampel dalam penelitian ini adalah 62 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuesioner. Analisis
data dari penelitian ini menggunakan univariat dan bivariat. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi yang ada di Dusun Kamarang
Desa Keang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju, ada hubungan umur
dengan kejadian hipertensi pada Masyarakat di Dusun Kamaraang Desa
Keang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Tahun 2017 dengan nilai
p=0,021 < α = 0,05, tidak ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian
hipertensi dengan nilai p= 0,312>α = 0,05, tidak ada hubungan merokok
dengan kejadian hipertensi dengan nilai p= 0,897> α = 0,05 dan tidak ada
hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Masyrakat di Dusun
Kamaraang Desa Keang Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Tahun
2017 dengan nilai p= 0,71> α = 0,05.
Penelitian Heriziana (2014) dengan judul “Faktor Resiko Kejadian
Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Basuki Rahmat Palembang”. Jenis
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada
penelitian ini yaitu semua penderita hipertensi di Puskesmas Basuki Rahmat
Palembang. Sampel dalam penelitian ini adalah 90 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan sampel non random.
21

Pengumpulan data dengan yang dilakukan dengan cara memberikan


kuesioner. Analisis data dari penelitian ini menggunakan univariat dan
bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini adalah ada
hubungan antara faktor riwayat keluarga dan kejadian hipertensi dengan nilai
p value = 0,023 dan PR= 1.620, ada hubungan antara umur dan kejadian
hipertensi dengan nilai p value = 0,012 dan PR = 1.556, ada hubungan antara
jenis kelamin dan kejadian hipertensi dengan nilai p value = 0,044 dan PR =
1.408, ada hubungan antara kebiasaan merokok dan kejadian hipertensi
dengan nilai p value = 0,021 dan PR = 1.472, ada hubungan antara aktifitas
fisik dan kejadian hipertensi di Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun
2014 dengan nilai p value = 0,044 dan PR = 1.400. Penyakit Hipertensi
adalah penyakit tidak menular yang disebabkan oleh riwayat keluarga, jenis
kelamin, kebiasan merokok, aktifitas fisik dan kurangnya pengetahuan.
Penelitian Lita (2017) dengan judul “Faktor Risiko Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru”. Jenis penelitian
kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Populasi pada penelitian ini
yaitu semua Pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya
Pekanbaru. Sampel dalam penelitian ini adalah 180 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Purposive sampling.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuesioner. Analisis
data dari penelitian ini menggunakan univariat. Hasil penelitian faktor
hipertensi yang tidak dapat diubah menunjukkan rata-rata pasien hipertensi
berusia 40 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (51,1%),
memiliki keturunan hipertensi (97,8%), berasal dari suku minang (40,6%).
Faktor hipertensi yang dapat diubah menunjukkan pasien merokok (37,2%),
mengalami stres (65%), obesitas (22,8%) dan memiliki riwayat DM (52%)
jadi yang memiliki peran penting pada pasien hipertensi adalah jenis kelamin,
keturunan, stres dan riwayat diabetes melitus.
Penelitian Kartikasari (2012) dengan judul “Faktor Risiko Hipertensi
Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang”. Jenis
penelitian observasional analitik. Populasi pada penelitian ini 106 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang. Teknik pengambilan sampel
22

dengan menggunakan Simple random sampling. Pengumpulan data yang


dilakukan dengan membagikan kuesioner dan wawancara. Analisis data dari
penelitian ini menggunakan univariat dan bivariat menggunakan uji chi-
square. Hasil uji statistik dengan regresi logistik berganda menunjukkan
faktor risiko hipertensi pada masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten
Rembang adalah usia (p = 0,0026; OR = 11,340 dan 95% CI = 1,346 –
95,553), riwayat keluarga (p = 0,000; OR = 14,378dan 95% CI = 4,027 –
51,332), merokok (p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 – 52,634), dan
obesitas (p = 0,007; OR = 9,051 dan 95% CI = 1,804 – 45,420), sedangkan
faktor jenis kelamin, konsumsi natrium, konsumsi lemak dan aktivitas bukan
merupakan faktor risiko hipertensi. Faktor-faktor yang terbukti sebagai faktor
risiko hipertensi adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas
sedangkan faktor-faktor yang tidak terbukti sebagai faktor risiko hipertensi
adalah jenis kelamin, konsumsi natrium, konsumsi lemak dan aktivitas fisik.
Penelitian Andika & Safitri (2017 dengan judul “Faktor Risiko
Kejadian Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Provinsi Aceh”. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross
sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien rawat jalan di poli
penyakit dalam rumah sakit umum dr. Zainoel Abidin provinsi Aceh tahun
2017 berjumlah 774 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Purposive sampling.
Pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara dan
menggunakan kuesioner. Analisis data dari penelitian ini menggunakan
univariat dan bivariat. Hasil bivariat diperoleh hasil ada hubungan antara
kejadian hipertensi dengan umur (P value=0.003, OR=5.113), Jenis Kelamin
(p value = 0.743), pekerjaan (p value = 0.341), Stress (p value = 0.274),
konsumsi kopi (p value= 0.400), obesitas (p value = 0.041, OR=3.361),
Riwayat keluarga (p value =0.0001, OR=6.616). Berdasarkan analisis
multivariat diperoleh variabel yang paling dominan adalah variabel riwayat
keluarga (p value = 0.001, OR=7.321). Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara umur, obesitas dan riwayat
23

keluarga dengan kejadian hipertensi di RSUD dr. Zainoel Abidin Provinsi


Aceh.
Penelitian Indayani (2016) dengan judul “Faktor Risiko Kejadian
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Kemuning Kabupaten
Kaur”. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case
control. Populasi pada penelitian ini yaitu penduduk yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Kemuning tahun 2016, yaitu berjumlah 11.008
jiwa. Sampel dalam penelitian ini adalah 92 orang. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan Purposive sampling. Pengumpulan data yang
dilakukan wawancara, pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter,
pengukuran tinggi badan (cm) dan memberikan kuesioner. Analisis data dari
penelitian ini menggunakan univariat dan bivariat. Hasil Penelitian
didapatkan ada hubungan Kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kemuning Tahun 2016. Berdasarkan
analisis Chi-Square, nila p= 0,000 ≤ 0,05. Ada hubungan aktifitas fisik
dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Kemuning
Tahun 2016. Berdasarkan analisis Chi-Square, nila p= 0,000 ≤ 0,05. Ada
hubungan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Kemuning Tahun 2016. Berdasarkan analisis Chi-
Square, nila p= 0,000 ≤ 0,05.
Penelitian Nurhidayat & Hariono (2015) dengan judul “Faktor Risiko
Penyakit Hipertensi Berbasis Pedesaan”. Jenis penelitian kuantitatif dengan
rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu semua
masyarkat di Desa Slahung Ponorogo. Sampel dalam penelitian ini adalah
100 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Purposive
sampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuesioner
dan observasi. Analisis data dari penelitian ini menggunakan univariat. Hasil
penelitian didapatkan usia ≥ 40 tahun merupakan faktor risiko dengan
prevalensi tertinggi kejadian hipertensi dengan prosentase sebesar 96% atau
96 responden. Faktor risiko penyakit hipertensi secara berurutan dari yang
paling dominan adalah usia ≥ 40 tahun sejumlah 96 responden, obesitas
sejumlah 88 responden, riwayat keturunan sejumlah 71 responden, jenis
24

kelamin laki-laki sejumlah 71 responden, merokok sejumlah 66 responden


dan konsumsi garam berlebih sejumlah 14 responden. Dengan hasil tersebut
dimungkinkan satu responden mempunyai lebih dari satu faktor risiko
hipertensi.
Penelitian Tjekyan (2012) dengan judul “Prevalensi dan Faktor Risiko
Hipertensi di Kecamatan Ilir Timur II Palembang”. Jenis penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
yaitu Penduduk yang berumur ≥15 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah
512 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan stratified
random sampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
kuesioner dan pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan tensimeter.
Hasil penelitian didapatkan umur merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi, kelompok umur terbanyak yang menderita
hipertensi adalah responden yang berada pada kelompok umur lanjut, jenis
kelamin bukan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi, keadaan fisik (IMT) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi, hipertensi kebanyakan ditemukan pada responden
dengan klasifikasi obese, kebiasaan olahraga bukan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, riwayat merokok bukan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, riwayat
penyakit hipertensi dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi dan riwayat penyakit penyerta bukan merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Kecamatan Ilir
Timur II Palembang tahun 2012.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Karya tulis ilmiah ini mengunakan metodologi telaah literatur. Telaah
literatur adalah uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian lainnya
diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian yang
berisi ulasan, rangkuman dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber
pustaka (artikel, buku, slide, informsai dari internet dan lain-lain) tentang
topik yang akan dibahas. Uraian dalam telaah literatur ini diarahkan untuk
menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang
sudah diuraikan pada perumusan masalah yang ingin diteliti (Marzali, 2016).
Tujuan dari telaah literatur adalah untuk mendapatkan gambaran yang
berkenaan dengan apa yang sudah dikerjakan orang lain sebelumnya, dimana
gambaran ini terkait dengan penelitian seorang peneliti (Marzali, 2016).
Sumber literatur pada karya tulis ilmiah ini menggunakan literatur
primer. Literatur primer yaitu karya tulis asli yang memuat kajian mengenai
sebuah teori baru atau penjelasan suatu gagasan dalam berbagai bidang.
Literatur Primer bisa berupa artikel majalah ilmiah, laporan penelitian,
disertasi, paten, makalah seminar dan lain-lain.
Untuk menguraikan konsep atau teori mengenai telaah literatur
mengenai faktor risiko hipertensi, buku rujukan yang dipakai dalam karya
tulis ilmiah ini sebanyak 3 buah.
Pada tahap awal pencarian data artikel dari jurnal, teknik yang
digunakan peneliti menggunakan Problem Intervention Comparison
Outcome (PICO) dengan menggunakan database Google Scholar dan
diperoleh 20 artikel menggunakan kata kunci Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia yaitu “Faktor Risiko Hipertensi OR Risk Factors For Hypertension
OR Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi OR Factors
That Influence The Incidence Of Hypertension OR Analisis

26
27

Faktor Risiko Hipertensi OR Analysisi Of Risk Factors For Hypertension OR


Gambaran Faktor Risiko Hipertensi OR Overview Of Hypertension Risk
Factors OR Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi OR Risk Factors For
Hypertension.
Dari jumlah tersebut hanya sekitar 10 artikel yang dianggap relevan.
Hasil dari berbagai telaah literatur ini akan digunakan untuk mengidentifikasi
telaah literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang akan mengakibatkan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortabilitas). Seseorang dikatakan hipertensi
jika tekanan darah sistolik di atas 140 MmHg menunjukkan bahwa ketika tekanan
jantung sedang berkontraksi dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg ketika
tekanan jantung sedang berelaksasi.
Penelitian Heriziana (2014), Lita (2017), Kartikasari (2012), Andika & Safitri
(2017), Nurhidayat & Hariono (2015) dan Tjekyan (2012) menyebutkan bahwa
faktor risiko hipertensi adalah riwayat hipertensi pada keluarga.
Seseorang yang salah satu orang tua dengan menderita hipertensi maka orang
tersebut akan memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi daripada orang yang
orang tuanya tidak menderita hipertensi. Riwayat keturunan keluarga yang
menderita hipertensi merupakan salah satu risiko terjadinya hipertensi pada
seseorang, seperti hasil penelitian Fitriana, dkk (2012) yang menyatakan bahwa
responden yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi mempunyai risiko
menderita hipertensi sebesar 7,68 kali daripada yang tidak. Menurut Davidson bila
kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan tutun ke anak-
anaknya dan bila sudah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar
30% akan turun ke anak-anaknya.
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016), Heriziana (2014), Lita (2017) dan
Nurhidayat & Hariono (2015) menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi adalah
jenis kelamin.
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.
Secara umum tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada
perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
menunjukkan adanya pengaruh hormon.

28
29

Penelitian Darmansyah & Hamsuddin (2017), Heriziana (2014), Kartikasari


(2012), Andika & Safitri (2017), Nurhidayat & Hariono (2015) dan Tjekyan (2012)
menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi adalah umur.
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa pertambahan
umur sejalan dengan kenaikan tekanan darah. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur. Sebagian besar
hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55 tahun tekanan
darah pada laki-laki lebih tinggi daripada permpuan. Setelah umur 65 tahun tekanan
darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko
hipertensi bertambah dengan semakin bertambahnya umur.
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016), Heriziana (2014), Kartikasari
(2012), Indayani (2016) dan Nurhidayat & Hariono (2015) menyebutkan bahwa
faktor risiko hipertensi adalah merokok.
Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam rokok ada banyak
zat yang berbahaya bagi tubuh diantaranya adalah nikotin, tar dan karbon
monoksida. Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan risiko
terjadinya pengumpalan darah dalam pembuluh darah dan juga nikotin dapat
menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin dalam asap rokok
merangsang tubuh melepaskan adrenalin yang menyebabkan peningkatan detak
jantung dan tekanan darah. Merokok ada hubungannya dengan kejadian hipertensi
dan hal tersebut dapat dilihat secara jelas dari lama merokok, jenis rokok dan jumlah
rokok dikonsumsi.
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016), Sapitri & Suyanto (2016),
Kartikasari (2012), Andika & Safitri (2017), Nurhidayat & Hariono (2015) dan
Tjekyan (2012) menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi adalah obesitas.
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan
hipertensi. Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya
penambahan berat badan. Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya
hipertensi terjadi pada penambahan berat badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua
obesitas dapat terkena hipertensi, tergantung pada masing-masing individu.
Peningkatan tekanan darah diatas nilai optimal yaitu > 120/80 MmHg akan
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan
30

efektif untuk menurunkan hipertensi, penurunan berat badan sekita 5 kg dapat


menurunkan tekanan darah secara signifikan.
Penelitian Sapitri & Suyanto (2016) dan Lita (2017) menyebutkan bahwa
faktor risiko hipertensi adalah stres.
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung
lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang
percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan binatang
tersebut menjadi hipertensi.
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016), Indayani (2016) dan Nurhidayat
& Hariono (2015) menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi adalah asupan
natrium berlebih.
Garam mengandung natrium (NaCl) yang berperan dalam pengaturan volume
dan tekanan darah. Natrium juga memiliki peranan untuk mengatur kontraksi otot
dan transmisi sel saraf, serta membantu menjaga keseimbangan air, elektrolit, serta
kadar asam, basa dan mengikat air. Ketika konsumsi garam dalam jumlah berlebih,
otomatis terjadi peningkatan kadar natrium dalam darah. Peningkatan natrium ini
akan menyebabkan kondisi hipertonis dimana air tidak mampu dikeluarkan oleh
ginjal sehingga dapat menyebabkan peningkatan volume darah dalam tubuh. Pada
kasus ini pembuluh darah arteri beradaptasi dengan menebal dan menjadi semakin
sempit, sehingga tekanan darahpun akan meningkat.
Penelitian Maulana, Putra & Ulfah (2016) menyebutkan bahwa faktor risiko
hipertensi adalah konsumsi makanan lemak.
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan risiko hipertensi
karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol tersebut akan
melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-lama pembuluh darah akan
tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang disebut dengan
aterosklerosis.
Penelitian Andika & Safitri (2017, Heriziana (2014) dan Indayani (2016)
menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi adalah aktivitas fisik.
Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Latihan fisik meninmbulkan adaptasi fisiologik hampir
31

seluruh sistem dalam tubuh, terutama jaringan otot rangka dan otot kardiovaskuler
dimana perubahan ini tergantung dari frekuensi dan intensitas latihan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seseorang yang dikatakan hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 MmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 MmHg
yang merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan
dua kali atau lebih kontak dengan petugas. Penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer yang terdiri dari genetik, jenis
kelamin, usia dan berat badan/obesitas sedangkan hipertensi sekunder yang
terdiri dari coarctation aorta, penyempitan parenkim dan vaskuler ginjal,
penggunaan kontrasepsi hormonal, gangguan endokrin dan
kegemukan/obesitas dan gaya hidup yang tidak aktif dengan tanda dan gejala
dari penyakit hipertensi, yaitu mengeluh sakit kepala disertai pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, eptaksis dan kesadaran
menurun.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa analisis faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang
tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat hipertensi pada keluarga, umur dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi seperti merokok,
obesitas, stres, asupan natrium, konsumsi makanan lemak jenuh danaktivitas
fisik/olahraga.
B. Saran
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil telaah literatur ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
penyuluhan kesehatan oleh perawat kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat sekitar.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan telaah literatur ini dapat dipertimbangkan untuk dijadikan
salah satu pembelajaran dalam menambah wawasan.

32
3. Peneliti lain
Bagi penelaah selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi seperti ras (etnis).

33

Anda mungkin juga menyukai