PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah
serius pada saat ini. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease atau
the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi atau tidak mengetahui sebelum memeriksakan tekanan darahnya.
Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Andini, Avianty, &
Nasution, 2018).
Data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2015
menunjukan sekitar 1,13 milyar orang didunia menderita hipertensi. Jumlah
penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada
tahun 2025 akan ada 1,5 milyar orang yang terkena hipertensi dan
diperkirakan setiap tahunnya 10,5 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. (Andini et al., 2018).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga
74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya (Kemenkes RI, 2014).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 yang di dapat
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Jumlah prevalensi
hipertensi tertinggi berada di Bangka Belitung (30,9%), terendah berada di
Provinsi Papua (16,8%), sedangkan Jawa Barat berada di peringkat ke empat
hipertensi (29,4%). Pada tahun 2016 berdasarkan catatan data Kemenkes
terdapat 63 juta kasus dan kematian terbanyak yaitu 427.000 kasus
(Riskesdas, 2013).
Pada tahun 2015 di Jawa Barat di temukan 530.387 orang kasus yang
terkena hipertensi (0.07 terhadap jumlah penduduk ≥18 tahun), terbesar di 22
Kabupaten/Kota dan 5 Kabupaten/Kota lainnya. Kasus hipertensi di
1
2
Kota Bogor yaitu sebesar (0.05%) terdapat di urutan kedua terbanyak setelah
Kota Sukabumi (0,7%). Hal ini kota Bogor memiliki kasus hipertensi yang
melebihi jumlah rata-rata kasus yaitu sebesar (0,2%). (Kemenkes Provinsi
Jawa Barat, 2015).
Berdasarkan data 10 penyakit terbesar yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2018 diperoleh bahwa penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang memiliki angka kejadian ketiga tertinggi
di kota Tasikmalaya yaitu sebesar 23.617. Kemudian didapatkan juga
kejadian hipertensi tertinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tamansari
yaitu sebanyak 2.494 dimana kejadian hipertensi pada laki-laki sebesar 901
dan pada perempuan sebanyak 1.593 (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,
2018).
Telaah literatur adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan
dengan membaca berbagai buku, jurnal dan terbitan-terbitan lain yang
berkaitan dengan topik penelitian untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan
dengan satu topik atau isu tertentu (Marzali, 2016).
Telaah literatur berisi ulasan, rangkuman dan pemikiran penulis tentang
beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet dan
lain-lain) tentang topik yang dibahas. Telaah literatur yang baik harus bersifat
relevan, mutahir dan memadai (Marzali, 2016).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Telaah
Literatur Mengenai Faktor Risiko Hipertensi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengindentifikasi konsep/teori atau hasil-hasil penelitian tentang
telaah literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
a. Menjelaskan tentang konsep umum penyakit hipertensi.
b. Menelaah artikel yang terkait dengan penelitian tentang telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi peneliti
Kegiatan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
tentang hipertensi, terutama berkaitan dengan telaah literatur
mengenai faktor risiko hipertensi.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
informasi dan sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan
tentang telaah literatur mengenai faktor risiko hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan membuat program
dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk pasien hipertensi
yang di rawat di rumah sakit.
b. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi keterangan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan telaah literatur mengenai faktor
risiko hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Istilah “Hipertensi” diambil dari bahasa Inggris “Hypertension”.
Kata “Hypertension” itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni
“Hyper” dan “Tension”. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan
“Tension” berarti tekanan atau tegangan. Hipertension akhirnya
menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut penyakit
tekanan darah tinggi. Disamping itu, dalam bahasa Inggris digunakan
istilah “High Blood Pressure” yang berarti tekanan darah tinggi
(Ardiansyah, 2012).
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang akan mengakibatkan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortabilitas).
Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik di atas 140
MmHg menunjukkan bahwa ketika tekanan jantung sedang
berkontraksi dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg ketika
tekanan jantung sedang berelaksasi (Aspiani, 2014).
World Health Organization (WHO) dan The International
Society of Hypertension (ISH) menetapkan bahwa hipertensi
merupakan kondisi ketika tekanan darah (TD) sistolik lebih besar dari
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Nilai ini
merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan
dua kali atau lebih kontak dengan petugas (Yasmara, Nursiswati, &
Arafat, 2016).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) Hipertensi dibagi menjadi dua,
diantaranya sebagai berikut :
4
5
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh sekitar 95% orang. Oleh sebab itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi penderita hipertensi
primer. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh factor
berikut ini :
1) Faktor keturunan
Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika orang tua
mempunyai riwayat menderita hipertensi maka garis
keturunan berikutnya mempunyai risiko yang lebih besar
menderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah
meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan),
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30
g), kegemukan atau makan berlebihan. Stress, merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan (efedrin, prednisone,
epinefrin).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal,
yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat
bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Penyebab lain dari
hipertensi sekunder antara lain feokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan
penyakit cushing yang menyebabkan peningkatan volume
sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
6
4. Patofisiologi Hipertensi
Secara garis besar faktor yang berpengaruh pada tekanan darah
arteri adalah curah jantung dan tahanan perifer. Kondisi curah jantung
tergantung dari frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup, dimana
frekuensi denyut jantung diatur oleh reseptor beta-1 dan reseptor
kolinergik, sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi
dan tekanan pengisian (yang ditentukan oleh daya renggang vena dan
volume cairan intravaskuler). Tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-
faktor reural, humoral dan renal, dimana mekanisme ginjal bertugas
untuk pemeliharaan jangka panjang pada tekanan darah arteri,
sedangkan untuk mekanisme neural bertanggung jawab atas pengaturan
cepat. Pada saat titik baku arteri secara abnormal tinggi maka
mekanisme cairan renal yang bertugas menanggulangi kondisi tersebut
dan mencegah peningkatan tekanan arteri dalam jangka panjang.
Merokok dapat menyebabkan iritan yang ada didalam rokok
berpengaruh langsung pada paru yang menyebabkan batuk, sesak dan
kanker paru, selain itu bahan toksik yang masuk ke dalam pembuluh
darah akan mengakibatkan perubahan pada tubuh diantaranya denyut
jantung menjadi lebih cepat, pembuluh darah cepat kaku dan mudah
spasme, sel-sel darah lebih gampang menggumpal. Arterosklerosis
yang merupakan proses awal mulai terjadinya hipertensi yaitu
gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang kemudian
berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
dapat juga bersamaan dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang akan mengganggu aliran atau peredaran darah
di perifer. Kekakuan dan lambatnya aliran darah tersebut membuat
beban jantung semakin berat yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya jantung untuk memompa lebih sering yang
memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi. Salah satu faktor risiko aterosklerosis adalah penyakit
diabetes melitus dimana kadar gula darah yang tinggi menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku dan bersifat asam. Struktur dinding
9
c) Asupan magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap
kontrakasi vaskuler otot halus dan diduga berperan
sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The
Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC)
melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara
magnesium dan tekanan darah.
5) Konsumsi makanan lemak
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan
risiko hipertensi karena akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah. Kolesterol tersebut akan melekat pada dinding
pembuluh darah yang lama-lama pembuluh darah akan
tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah yang
disebut dengan aterosklerosis.
6) Aktivitas fisik (olahraga)
Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Latihan fisik
meninmbulkan adaptasi fisiologik hampir seluruh sistem
dalam tubuh, terutama jaringan otot rangka dan otot
kardiovaskuler. Perubahan ini tergantung dari frekuensi dan
intensitas latihan (Ardiansyah, 2012).
7. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan yang diberikan pada seseorang yang menderita
penyakit hipertensi adalah :
a. Pengaturan diet
Pengaturan diet dan pola hidup sehat dan/atau dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan gejala gagal
jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan adalah :
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Melakukan pengurangan
15
9. Komplikasi Hipertensi
Menurut Aspiani (2014) beberapa komplikasi yang dapat
ditimbulkan oleh hipertensi antara lain :
a. Retinopati hipertensif
Retinopati merupakan kondisi rusaknya retina yang
disebabkan oleh tingginya tekanan intraocular akibat hipertensi
yang tidak terkontrol. Tekanan darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah kecil retina sehingga menyebabkan penebalan
pada dinding pembuluh darah. Penebalan tersebut menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah yang berdampak pada
penurunan aliran darah yang melaluinya. Akibatnya adalah suplai
darah ke retina berkurang sehingga terjadi kerusakan di berbagai
area retina tersebut. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita
adalah penglihatan ganda, penurunan daya lihat, nyeri kepala,
hingga kebutaan.
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung yang sering timbul pada penderita
hipertensi ini adalah penyakit jantung koroner dan penyakit jantung
hipertensif. Penyakit jantung koroner terkait dengan berbagai
gejala yang muncul akibat terganggunya suplai darah ke otot
jantung sehingga menimbulkan kerusakan, mulai dari iskemia,
cedera hingga kematian otot jantung tersebut.
Peregangan yang berlebihan pada dinding pembuluh darah
ini akan menyebabkan luka kecil pada endothelium yang dikenal
dengan luka mikroskopik. Meskipun demikian, luka tersebut sudah
dapat memicu respons pembekuan sehingga pada akhirnya
terbentuk thrombus pada area tersebut. Jika thrombus tersebut
terkelupas, maka akan menyisakan pembuluh darah yang tipis.
Seiring perjalanan waktu penipisan dinding pembuluh darah
tersebut dapat memicu aneurisma yaitu penonjolan dinding
pembuluh darah seperti kantong. Aneurisma ini sangat rentan
untuk pecah yang dapat berakibat fatal.
18
26
27
28
29
seluruh sistem dalam tubuh, terutama jaringan otot rangka dan otot kardiovaskuler
dimana perubahan ini tergantung dari frekuensi dan intensitas latihan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seseorang yang dikatakan hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 MmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 MmHg
yang merupakan hasil rerata minimal dua kali pengukuran setelah melakukan
dua kali atau lebih kontak dengan petugas. Penyebab hipertensi dibagi
menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer yang terdiri dari genetik, jenis
kelamin, usia dan berat badan/obesitas sedangkan hipertensi sekunder yang
terdiri dari coarctation aorta, penyempitan parenkim dan vaskuler ginjal,
penggunaan kontrasepsi hormonal, gangguan endokrin dan
kegemukan/obesitas dan gaya hidup yang tidak aktif dengan tanda dan gejala
dari penyakit hipertensi, yaitu mengeluh sakit kepala disertai pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, eptaksis dan kesadaran
menurun.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa analisis faktor risiko hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang
tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat hipertensi pada keluarga, umur dan
jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi seperti merokok,
obesitas, stres, asupan natrium, konsumsi makanan lemak jenuh danaktivitas
fisik/olahraga.
B. Saran
1. Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil telaah literatur ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
penyuluhan kesehatan oleh perawat kepada pasien, keluarga pasien dan
masyarakat sekitar.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan telaah literatur ini dapat dipertimbangkan untuk dijadikan
salah satu pembelajaran dalam menambah wawasan.
32
3. Peneliti lain
Bagi penelaah selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian telaah
literatur mengenai faktor risiko hipertensi seperti ras (etnis).
33