Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psoriasis sebelumnya dianggap sebagai penyakit kulit yang tidak
istimewa, pada tahun 1841 didefinisikan oleh Ferdinand von Hebra sebagai suatu
penyakit yang mempunyai kekhususan sendiri. Bahkan saat ini psoriasis dikenal
sebagai penyakit sistemik berdasarkan pathogenesis autoimunologik dan genetik
yang bermanifestasi pada kulit.1
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-
lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin,
Auspitz dan Kobner, Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris. Tempat
prediksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral 1,2
Prevalensi psoriasis sangat bervariasi pada berbagai populasi, antara 0,1
11,8%. Menurut National Institute of Health, jumlah penderita psoriasis mencapai
lebih dari 125 juta pasien di seluruh dunia. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%,
di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam,
misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa indian di Amerika
Prevalensi pasien psoriasis di Indonesia, mencapai 2,5% dari populasi penduduk,
dan dari pravalensi tersebut masih banyak yang belum mendapatkan penanganan
medis.3
Etiopatogenesis psoriasis hingga saat ini belum diketahui Penyebab
psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi genetik tetapi secara
pasti cara diturunkan tidak diketahui. 1,4,5 Psoriasis ini bisa juga disebabkan oleh
faktor imunologik yang mengakibatkan terjadinya proliferasi epidermis diawalin
dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogenoleh sel
langerhans.1,2,3
Onset penyakit dan derajat penyakit dipengaruhi oleh usia dan genetik,
dan dicetuskan oleh berbagai faktor internal dan eksternal, seperti cedera fisik

1
pada kulit, pengobatan sistemik, infeksi, dan stres emosional, gangguan
metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. Kasus psoriasis makin sering
dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi
menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya
menahun dan residif.1 Insidens psoriasis tersebar di seluruh dunia, namun
prevalensinya bervariasi pada etnik dan dareah geografisnya.3
Variasi klinis pada psoriasi ini adalah lesi sangat khas, sering disebut
dengan plak karena terdapat peninggian pada kulit yang berwarna merah dan
berbatas tegas. Diatas plak tersebut terdapat skuama yang berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi :
lentikular, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.1,2,3
Diagnosis psoriasis vulgaris didasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan
yang khas pada psoriasis diantaranya fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik), psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan pada kuku yang disebut
pitting nail atau nail pit berupa lekukan – lekukan miliar.1,2,3,4
Penatalaksanan bertujuan menghambat proses peradangan dan proliferasi
epidermis. Beragam jenis pengobatan tersedia saat ini mulai dari topical , sistemik
hingga dengan terapi spesifik bersasaran alur pathogenesis psoriasis atau yang
dieknal dengan agen biologik, penanganan holistic harus diterapkan dalam
penatalaksanaan psoriasis meliputi gangguan kulit, internal dan psikologik.

2
BAB II
KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Pendahara
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal Berobat : 08 Oktober 2019

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Autoanamnesis (Tanggal 08 Oktober 2019)
Keluhan Utama :
Bercak Kemerahan yang meninggi pada kulit yang disertai rasa gatal
diseluruh tubuh terutama pada kepala, perut, punggung, kedua lengan, siku, kedua
tungkai sejak ± 4 bulan yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien mengeluhkan timbulnya bercak – bercak kemerahan pada kulit
yang disertai rasa gatal Sejak ± 4 bulan yang lalu. Awalnya pertama kali pasien
mengeluhkan bercak kemerahan sebesar biji jagung yang terdapat pada perut nya
dan menyebar ke punggung, kepala, kedua lengan dan siku, dan kedua tungkai
lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal, lama kelamaan bercak – bercak
tersebut membesar sehingga membentuk bercak – bercak kemerahan yang
meninggi dan bersisik tebal, berlapis dan semakin meluas berwarna putih sepertih
serpihan ketombe jika di garuk dan tidak berminyak. Jika bercak – bercak
kemerahan terasa gatal pasien mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas.
Bila keringatan dan pada sore hari terasa lebih gatal. Pasien pernah mengalami
keluhan ± 4 tahun

3
yang lalu dengan bercak kemerahan dan gatal namun semakin memberat
sejak ± 4 bulan yang lalu. Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-akhir ini pasien
mengeluh sedang banyak pikiran. Pasien akhirnya pasien memutuskan untuk
berobat ke poliklinik Rumah Sakit dr, Doris Sylvanus.

2.3 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya ± 4 tahun yang lalu.
 Tidak ada riwayat diabetes.

2.4 Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti Pasien.

2.5 Pemeriksan Fisik (Tanggal 08 Oktober 2019)


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/m
Pernafasan : 20 x/m
Suhu : 36,9 ‘C
Kepala :
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Pupil
isokor kiri kanan
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-), dinding faring hiperemis (-)
Telinga : Normal, tanda radang (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

4
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris,
lesi kulit (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+) simetris
Perkusi : Sonor dikedua paru
Auskultasi :
- Jantung : BJ I-II tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tampak lesi kulit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat, oedem (-), sianosis (-), pitting nail (-)

Ekstermitas Inferior : akral hangat, oedem (-), sianosis (-), pitting nail (-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung

2.4 Status Dermatologis


1. Regio frontalis

Plak eritematosa

skuama

Gambar 1. Frontalis

5
 Tampak plak eritematosa, ukuran 4 cm, disertai dengan skuama berlapis –
lapis (psoriasiformis).

2. Region occipitalis

skuama

Gambar 2. Occipitalis
 Tampak plak eritematosa, ukuran 2-4 cm, multiple, disertai dengan skuama
berlapis – lapis (psoriasiformis).

3. Regio abdomen

Plak eritematosa

skuama

Gambar 3. Abdomen

6
 Tampak plak eritematosa, ukuran 1-4 cm, multiple, anular, sirkumkrip,
disertai dengan skuama berlapis – lapis (psoriasiformis).

4. Region thorakalis posterior

Plak eritematosa
Skuama

Gambar 4 thorakalis posterior


 Tampak plak eritematosa, ukuran 2-4 cm, multiple, anular, sirkumkrip,
disertai dengan skuama berlapis – lapis (psoriasiformis).

5. Regio articulatio cubiti sinistra

vzzzzz Plak eritematosa

skuama

Gambar 5. Regio articulatio cubiti sinistra

7
 Tampak plak eritematosa, , ukuran 1-3 cm, multiple, anular, sirkumskrip,
serta dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis).

6. Regio articulatio cubiti dextra

Skuama

Plak eritematosa

Gambar 6. Articulatio cubiti dextra


 Tampak plak eritematosa, ukuran 1 - 4 cm, multiple, anular, sirkumskrip
disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis).

7. Regio cruris dextra

Plak eritematosa

skuama

Gambar 7. Regio cruris dextra


 Tampak plak eritematosa, ukuran 2 - 4 cm, anular, multiple, sirkumskrip, dan
disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriaformis)

8
8. Regio cruris sinistra

Plak eritematosa

skuama

Gambar 8 Regio cruris sinistra


 Tampak plak eritematosa, ukuran 1-3 cm, anular, multiple, sirkumskrip
disertai dengan skuama berlapis - lapis diatasnya (psoriasiformis).

Pemeriksaan Yang Dilakukan :


1. Pemeriksan tetes lilin
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubahwarnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks
bias. Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada pasien ini (+)
2. Pemeriksan Auspitz
Padafenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkanoleh papilomatous. Cara mengerjakannya demukian : skuama
yang berlapis-lapis dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah
skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika
terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan
perdarahan yang merata. Pada pasien ini (+).

2.5 Diagnosis Banding


1. Tinea coporis
2. Parapsoriasis
2.6 Diagnosis Kerja

9
Psoriasis vulgaris

2.7 Penatalaksanaan
 Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien, seperti:
- menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
- Membersihkan serta memotong kuku.
- mencegah garukan dan gosokan
- cukup istirahat
- menghindari faktor pencetus.
- minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
 Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikasn farmakologi, berupa:
- Sistemik:
cetirizine 1 x10 mg tablet per hari (malam) selama 3 hari jika gatal
- Topikal:
 Desoxymethasone 20 gr, asam salisilat 3%, Vaseline album 20gr, salep yang
di oleh tipis – tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi
dan malam hari.

2.8 Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam

10

Anda mungkin juga menyukai