Anda di halaman 1dari 2

NAMA : EMANUEL P. A.

RURON
NIM : 182380029
KELAS : PPLK B
SEMESTER : IV

SOAL

1. FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS AGROFORESTRY

A. FAKTOR SOSIAL

Faktor pembatas agroforestry dalam bidang sosial adalah masyarakat masih


memegang erat adat dan budaya, dan kebiasaan secara turun temurun sehingga
masyarakat masih menggunakan sistem atau pola tanam yang tidak teratur. Sistem
penggunaan lahan yang diterapkan secara perorangan harus selaras dengan budaya
setempat dan visi masyarakat terhadap kedudukan dan hubungan mereka dengan
alam. Bentuk bentang lahan penggunaan lahan dan perkembangannya merupakan
bagian dari identitas masyarakat yang hidup di dalamnya. Petani biasanya memiliki
kebutuhan yang kuat untuk memihak pada budaya setempat. Sejarah dan tradisi
memainkan peranan penting dalam kehidupan, cara dan sistem penggunaan lahan
mereka. Perubahan yang tidak selaras dengan nilai-nilai sosial, budaya, spiritual
mereka, bisa menyebabkan stress dan menciptakan kekuatan yang berlawanan.
Kemampuan untuk memperoleh kehidupan yang layak (termasuk mewariskan
sesuatu kepada anak cucu) dan sesuai dengan budaya setempat akan memberikan
rasa harga diri pada individu atau keluarga. (Reijntjes et al., 1992).
B. FAKTOR ABIOTIK/LINGKUNGAN
Faktor abiotik yang menjadi pembatas dalam agroforestry antara lain
kesehatan hutan, seperti masalah kelembaban, kekeringan, dan genangan air akibat
kelimpahan yang berlebihan. Angin juga merupakan faktor abiotik yang penting
karena windthrow (pencabutan atau pemutusan pohon karena angin kencang)
menyebabkan hilangnya stabilitas hutan dan pohon-pohonnya. Seringkali, faktor
abiotik mempengaruhi hutan pada saat yang bersamaan. Kebakaran hutan baik
yang disebabkan oleh manusia ataupun kilat , dan faktor abiotik terkait juga
mempengaruhi kesehatan hutan dan ketidak seimbangan nutrisi: defisiensi, bahan
kimia beracun, herbisida, dan polutan udara.

C. FAKTOR BIOTIK
Fator biotic yang menjadi pembatas dalam agroforestry adalah stratifikasi
atau pelapisan tajuk merupakan susunan tumbuhan secara vertikal didalam suatu
komunitas tumbuhan. Terjadi karena dua hal penting yang dialami tumbuhan
dalam persekutuan hidupnya dengan tumbuhan lain. Pertama akibat persaingan
antar tumbuhan munculah spesies pohon yang mampu bersaing, unggul, kuat dan
menjadi spesies dominan atau berkuasa dibandingkan dengan spesies lainnya.
Yang kedua adalah akibat sifat toleransi spesies pohon terhadap intensitas radiasi
matahari. Spesies-spesies pohon yang intoleran mendapatkan kesempatan ruang
tumbuh yang cepat, tinggi pohonnya mencapai posisi paling atas. Tetapi pohon
intoleran yang ternaungi oleh pohon lainnya maka pertumbuhannya akan terlambat
dan kemungkinan besar tidak akan bertahan hidup pada hutan-hutan yang sangat
lebat dan akhirnya mati.

Anda mungkin juga menyukai