Anda di halaman 1dari 14

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

KEJANG DEMAM

Kelompok 8 :

1. Arum Dewi Cahyani (2017.1557)

2. Dixi Priandaya (2017.1567)

3. Ela Dewi Masitoh (2017.1569)

4. Anggun Tri Hapsari (2017.1599)

5. Ovyan Taruna Felik (2017.1623)

6. Septi Listiyani (2017.1631)

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO PARAKAN

2019/2020
2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

KEJANG DEMAM

Kelompok 8 :

1. Arum Dewi Cahyani (2017.1557)

2. Dixi Priandaya (2017.1567)

3. Ela Dewi Masitoh (2017.1569)

4. Anggun Tri Hapsari (2017.1599)

5. Ovyan Taruna Felik (2017.1623)

6. Septi Listiyani (2017.1631)

AKADEMI KEPERAWATAN NGESTI WALUYO PARAKAN

2019/2020
3

BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

1.1 Definisi Kejang Demam


Menurut Sofwan (2015), kejang merupakan manifestasi adanya gangguan
sementara yang disebabkan oleh hantaran saraf yang berlebihan dan abnormal
didalam otak.
Kejang demam merupakan suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3
bulaan hingga 5 tahun kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang
dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,90 – 40,00C). kejang demam
berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak
tanpa kecacatan neurologic.
Kejang demam atau steep adalah kondisi saat tubuh balita sudah tidak
dapat menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu tubuh pada
anak balita dapat merangsang kerja saraf jaringan otak secara berlebihan,
sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengordinasikan persarafan-persarafan
pada anggota gerak tubuh antara lain pada lengan dan kaki anak balita
(Winasis,2016)
1.2 Etiologi
1.2.1 bronchitis, bronkopneumoni, morbili, varisela, dan dengue)
1.2.2 demam demam itu sendiri (tonsillitis, faringitis, otitis media akut,
gastroenteritis, setelah imunisasi DPT dan morbili
1.2.3 efek toksin dari mikroorganisme
1.2.4 respon alergik atau keadaan imun yang abnormal akibat infeksi
1.2.5 perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
1.2.6 esenfalitis viral
1.3 Faktor predisposisi
1.3.1 Riwayat keluarga dengan kejang, mencapai 60% kasus diturunkan
secara dominan, tetapi gejaa yang timbul tidak komplet.
4

1.3.2 Angkat kejadian adanya latar belakang kelainan masa prenatal dan
perinatal tinggi.
1.3.3 Angka kejadian adanya kelainan neurologis
1.3.4 Faktor presipitasi kejang demam, cenderung timbul dalam 24 jam
pertama pada waktu sakit dengan demam, atau pada waktu demam
mendadak tinggi. Infeksi saluran pernafasan bagian atas oleh virus lebih
sering sebagai penyebab demamnya dari pada oleh infeksi bilateral.
1.4 Tanda gejala
1.4.1 Timbul kekakuan disertai gerakan kejut dan kuat, bisa berlangsung
beberapa detik sampai menit. Serangan kejang biasanya terjadi dalam
24jam pertama sewaktu demam.
1.4.2 Kadang disertai muntah atau keluar cairan
1.4.3 Bola mata berbalik ke atas, gigi tertutup rapat
1.4.4 Napas berhenti sejenak, kemudian berlanjut
1.4.5 Pingsan (pada kasus berat)
1.4.6 Usai kejang, anak lemas, mengantuk lalu tertidur. Setelah beberapa
detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali
1.4.7 kulit pucat dan mungkin menjadi biru
1.5 Patofisiologi
Kejang demam adalah bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu
rektal lebih 38˚C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium .penyebab
dari kejang demam yaitu factor genetic,proses penyakit, demam itu sendiri,
neoplasma, toksin dan penyakit infeksi sepertitonsilitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke sluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen.
Penyebaran toksik ke seluruh tubuh akan direspon oleh hippotalamus
dengan menaikkan pengaturan suhu hipotalamus sebagai tanda kalau tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus
akan meramgsang kenaikkan tubuh di bagian tubuh yang lain seperti otot,
kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.
5

Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostaglandin.
Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi
pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion
natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel peristiwa
inilah yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuro dengan cepat
sehingga timbul kejang.
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami
penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga
mengalami spasma sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan
jalan nafas oleh penutupan lidah dan spasma bronkus. Setelah itu dapat
menyebabkan beberapa komplikaasi pada tubuh yaitu kerusakan otak karena
mekanisme eksitotosit neuro saraf yang aktif suatu kejang melepaskan
glumate yang mengikat reseptor MMDA (MMetyl D Asparate) yang
mengakibat ion kalsium dapat masuk ke sel otak merusak sel neuron secara
irreversible, retardasi metal dapat terjadi karena deficit neurologis pada
demam neonates, epilepsi karena terjadi kerusakan pada daerah media lobus
temporalis setelah mendapatkan serangan kejang demam yang berlangsung
lama dapat menjadi matang dikemudian hari hingga terjadi serangan elilepsy
yang spontan dan kelainan otak karena serangan kejang demam yang
berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan diotak yang lebih banyak
terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
1.6 Pathway
Faktor genetic, demam, neoplsma, toksin dan penyakit infeksi
(bronkus tonsil, telinga)

ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan proses penyakit

Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen

Suhu tubuh di hipotalamus dan jaringan lain


6

Demam hipotermi

Pelepasan mediator kimia oleh neuron seperti prosta glandin, epinfren

Ion natrium ,ion kalium ke dalam sel neuron dengan cepat

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat menimbulkan


Kejang demam kejang tonik-klonnik

Penurunan kesadaran, spasme otot, lidah dan bronkus


eksitotoksik neuron
Saraf
aktif

Pelepasan melepas glumate


dan mengikat reseptor MMDA
Resiko cedera Bersihan jalan nafas

Ion kalsium masuk ke sel otak


secara irreversible

1.7 Ketidak efektifan perfusi


aringan otak Kerusakan otak
Pemeriksaan diagnostik
1.7.1 Anamnesis mengenal kejang
demam, frekuensi, faktor pencetus, riwayat kelahiran, perkembangan,
keluarga, penyakit terdahulu.
1.7.2 Pemeriksaan pediatrik dan neurologic.
1.7.3 Pemeriksaan laboratorium, diantaranya :
1.7.3.1 Darah tepi, urine
1.7.3.2 Kadar kalsium, fosfor, gula, ureum darah
7

1.7.3.3 Pemeriksaan cairan serebrospinal : pada penderita dengan


tekanan intracranial meninggi, harus hati-hati melakukan pungsi
lumbal, cairan serebrospinal diambil seperlunya, misalnya bila
dicurigai adanya meningitis, pengambilan cairan serebrospinal melalui
lumbal masih dapat dipertanggung jawabkan. Namun bila tumor
serebri, lakukan pemeriksaan foto rontgent tengkorak, arteriografi dan
jangan lakukan pungsi lumbal.
1.7.3.4 Pemeriksaan elekrtoensefalografi
Pemeriksaan fisik dan neurologis (kesadaran, suhu tubuh, tanda
rangsangan meningeal, tanda peningkatan tekanan intra kranial, tanda
infeksi diliar SSP)
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Pertahankan suhu tubuh stabil.
1.8.2 Cegah cedera dan kejang berulang. Dengan memberikan
penyuluhan pada anak dan keluarga.
Perlindungan selama kejang demam dan pencegahan kekambuhan
kejang demam
1.8.2.1 Lindungi anak dari cedera selama kejang, berikan lingkungan yang
aman dengan menyingkirkan benda-benda yang membahayakan.
1.8.2.2 Cegah kekambuhan kejang demam, amati tanda dan gejala
penyakit demam, implementasikan metode pengendalian suhu.

1.8.3 Beri terapi antikonvulsan jika diindikasikan. Terapi antikonvulsan


dapat diindikasikan pada anak-anak yang memenuhi kriteria tertentu
antara lain kejang fikal atau kejang lama, abnormalitas neurologic, kejang
tanpa demam derajat pertama, usia di bawah 1 tahun, dan kejang multiple
kurang dari 24 jam.
1.9 Komplikasi
Komplikasi menurut Riadi dan Sukarmin,(2013) komplikasi yang
terjadi pada pasien kejang demam adalah :
1.9.1 Kerusakan Otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif suatu
kejang melepaskan glumate yang mengikat reseptor MMDA (M
8

Metyl D Asparate) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke


sel ota yang merusak sel neuron secara irreversible.
1.9.2 Retardasi Mental
Dapat terjadi karena deficit neurologis pada demam neonates
1.9.3 Epilepsi
Kerusakan pada daerah medil lobus temporalis setelah
mendapatkan serangan kejang demam yang berangsung lama
dapat terjadi mateng di kemudian hari hingga terjadi seragan
elilepsy yang spontan
1.9.4 Kelainan anatomi otak
Serangan kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada
anak berumur 4 bulan -5 thn
9

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
Identitas anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Identitas orang tua
perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

2.1.2 Riwayat penyakit

2.1.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang meliputi apakah betul ada


kejang,apakah disertai demam,,lama serangan ,pola serangan,
riwayat penyakit sekarang yang menyertai
2.1.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami seranagn kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali? Apakah ada riwayat
trauma kepala, radang selaput otak, dan lain-lain.
2.1.2.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat
trauma,
perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar,spontan, atau dengan tindakan (forcep/vacum), perdarahan
ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan pada saat neonatal
apakah anak panas, diare, muntah, tidak mau minum ASI, dan
kejang-kejang.
2.1.2.4 Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada
10

umumnya setelah mendapatkan imunisasi DPT efek sampingnya


adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
2.1.2.5 Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan menggunakan KPSP (Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan) dan perkembangan meliputi:
2.1.2.5.1 Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial) :
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungannya
2.1.2.5.2 Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan
anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
begian-bagian tubuh tertentu saja dan memerlukan koordinator
yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
2.1.2.5.3 Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh.
2.1.2.5.4 Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
2.1.2.5.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (±25% penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan).

2.2 Diagnosa keperawatan

2.2.1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


2.2.2 Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan proses
penyakit
2.2.3 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan
neurologis
2.2.4 Resiko cidera
11

2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Hipertermi setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. mengetahui
berhubungan tindakan paling tidak setiap perubahan suhu,
dengan keperawatan 2 jam, sesuai suhu 38,9-41,1C
peningkatan laju pengaturan suhu kebutuhan menunjukan
metabolisme selama 3X40 2. Monitor proses inflamasi
menit, status tekanan darah, 2. Untuk acuan
termoregulasi nadi dan respirasi mengetahui
pasien menurun sesuai kebutuhan perkembangan
dengan kriteria 3. Diskusikan klien
hasil : pentingnya 3.untuk
1. suhu tubuh termoregulasi dan menengetahui
dalam rentang kemungkinna perkembangan
normal efek negative dari tubuh secara
2. nadi dan demam yang konstan
pernafasan dalam berlebihan menyangkut
rentang normal 4.Informasikan keseimbangan
3. tidak ada pada pasien suhu tubuh
perubahan warna mengenai indikasi 4.untuk
kulit akibat kelelahan menghindari
akibat panas dan terjadinya resiko
penanganna jatuh
emergensi yang 5.untuk
tepat sesuai menurunkan suhu
kebutuhan tubuh
5.Gunakan matras
pendingin, mandi
air hangat
ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1.Untuk
perfusi jaringan tindakan –tanda vital memantau
12

otak berhubungan keperaawatan 2.Kaji capillary perkembangan


dengan proses selama 3x7 jam refill time (CRT) klien
penyakit masalah 3.Informasikan 2.Untuk
keperawatan kepada orang tua mengetahui aliran
ketidak efektifan untuk menctat darah ke jaringan
jaringan otak di lama kejang 3.Untuk
harapkan dapat setiap kali kejang mengetahui jenis
teratasi dengan 4.Kloaborasi kejang pasien
kriteria hasi : pemberian obat 4.Untuk
1. Nadi 5.Kolaborasi menunjang
dalam pemberian kesembuhan
batas oksigen pasien
normal 5.Agar kebutuhan
90-140 oksigen dalam
x/menit tubuh terpenuhi
2. Pernafasan
20-30
x/menit
3. Suhu
dalam
batas
normal
36,5º-
37,5ºC
4.kejang pasien
kurang dari sering
terjadi menjadi
jarang terjadi

BAB III
13

KESIMPULAN

Kejang demam adalah suatu kejang yang terjadi pada anak usia antara 3
bulaan hingga 5 tahun kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang
dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,90 – 40,00C). Jika kejang tidak ditangani
dengan benar maka bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti
kerusakan otak, epilepsi, kelainan anatomi otak.
14

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai