Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penggunaan statistik dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak
memegang peranan yang cukup penting, meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana. Misalnya seorang ibu rumah tangga menggunakan statistik untuk
mengetahu berapa rata-rata pengeluarannya selama sebulan. Statistik juga
digunakan di Pemerintahan, industri, Rumah Sakit, Perusahaan Swasta dan
lain sebagainya untuk perencanaan dan penyusunan program-program yang
didasari atas fakta di lapangan, dengan kata lain harus berdasarkan data real.
Dari data tersebut kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang
dijadikan dasar untuk mengambil keputusan.
Dalam bidang kesehatan kehadiran statistik sangat banyak sekali
manfaat dan kegunaannya seiring dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan bidang kesehatan tersebut. Oleh sebab itu pemahaman terhadap
statistik sudah menjadi suatu keharusan, khususnya bagi para mahasiswa
kesehatan, akademisi dan praktisi bidang kesehatan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi data ?
2. Apakah jenis-jenis dari data ?
3. Apakah definisi dari skala data ?
4. Apakah jenis-jenis skala data ?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi dari data
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari data
3. Untuk mengetahui definisi skala data
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari skala data

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DATA


Definisi data secara Etimologis merupakan bentuk jamak dari
DATUM yang berasal dari Bahasa Latin dan berarti "Sesuatu Yang
Diberikan". Dalam pengertian sehari-hari data dapat berarti Fakta dari
suatu objek yang diamati, yang dapat berupa angka-angka maupun kata-
kata. Sedangkan jika dipandang dari sisi Statistika, maka data merupakan
Fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan penarikan kesimpulan.
(Siswandari, 2009).
Data merupakan Kumpulan fakta yang diperoleh dari suatu
pengukuran. Suatu pengambilan keputusan yang baik merupakan hasil dari
penarikan kesimpulan yang didasarkan pada Data/Fakta yang akurat.
Untuk mendapatkan Data yang akurat diperlukan suatu Alat Ukur atau
yang disebut Instrumen yang baik. Alat Ukur atau Instrumen yang baik
adalah Alat Ukur/Instrumen yang VALID dan RELIABEL. (Amin, dkk.,
2009).
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010). Data adalah bentuk
jamak (plural) dari kata dotum, data adalah himpunan angka yang
merupakan nilai dari unit sampel kita sebagai hasil
mengamati/mengukurnya.
Sutanto (2007). Mengemukakan data adalah merupakan kumpulan
angka/huruf hasil dari penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita
teliti. Data merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan
riset (Dempsey, 2002). Jadi dari pengertian di atas dapat saya simpulakan
bahwa Data adalah sekumpulan informasi yang biasanya berbentuk angka
yang dihasilkan dari pengukuran atau penghitungan.
Selanjutnya, agar data dapat dianalisis dan ditafsirkan dengan Baik,
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

2
1. Obyektif Data yang diperoleh dari lapangan/hasil pengukuran,
harus ditampilkan dan dilaporkan apa adanya.
2. Relevan Dalam mengumpulkan dan menampilkan Data harus
sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti.
3. Up to Date (Sesuai Perkembangan) Data tidak boleh usang atau
ketinggalan jaman, karena itu harus selalu menyesuaikan
perkembangan.
4. Representatif Data harus diperoleh dari sumber yang tepat dan
dapat menggambarkan kondisi senyatanya atau mewakili suatu
kelompok tertentu atau populasi.
2.2 JENIS-JENIS DATA
A. Data Berdasarkan Sumbernya
Data jika diklasifikasikan berdasarkan sumbernya maka data
dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber datanya.
Jadi untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Data primer biasanya
diperoleh dari observasi, wawancara, Focus Group
Discussion (FGD), dan penyebaran
2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari studi-studi
sebelumnya. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti jurnal, laporan, buku, dan sebagainya.
B. Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk selain angka. Data
kualitatif dapat dikumpulkan dengan cara wawancara, analisis dokumen,
FGD, observasi, pemotretan gambar atau perekaman video. Umumnya data
kualitatif pada akhirnya dituangkan dalam bentuk kata per-kata. Menurut

3
Soeratno dan Arsyad (1993), sekalipun data kualitatif tidak berbentuk angka
namun bukan berarti data itu tidak dapat digunakan pada analisis statistik.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka atau bilangan.
Data kuantitatif biasanya dijadikan sebagai bahan dasar bagi setiap
permasalahan yang bersifat statistik. Data ini umumnya diolah memakai
teknik perhitungan matematika. Data kuantitatif diklasifikasikan oleh Siyoto
dan Sodik (2015) menjadi dua yaitu data kuantitatif berdasarkan proses atau
cara mendapatkannya dan data kuantitatif berdasarkan tipe skala pengukuran
yang digunakan.
Data kuantitatif yang dikelompokkan berdasarkan proses atau cara
mendapatkannya terbagi lagi atas dua yaitu sebagai berikut:
1. Data diskrit adalah data yang diperoleh dengan cara menghitung.
Adapun contoh dari data diskrit misalnya jumlah anggota LPM Penalaran
angkatan XX sebanyak 64 orang. Nilai yang diperoleh akan selalu dalam
bentuk bilangan bulat sebab pengambilan data dilakukan dengan cara
menghitung. Adapun Soeratno dan Arsyad (1993) berpendapat bahwa
berbeda kasusnya jika membicarakan pengertian rata-rata.
2. Data kontinum adalah data yang didapatkan dari hasil pengukuran. Nilai
dari data kontinum dapat berbentuk bilangan bulat ataupun bilangan
pecahan. Contoh data kontinum seperti suhu udara di Rumah Nalar
sebesar 31 derajat Celcius.
Jika data kuantitatif yang dikelompokkan berdasarkan pada tipe skala
pengukuran yang digunakan maka terbagi atas empat jenis yaitu:
1. Data nominal merupakan data yang didapat dengan mengelompokkan
objek berdasarkan kategori tertentu. Data nominal tidak dapat dianalisis
berdasarkan operasi matematis, logika perbandingan, dan sebagainya.
Contoh dari data nominal seperti sekretariat LPM Penalaran UNM terdiri
dari (1) Sekretariat utama dan (2) Sekretariat alternatif. Angka (1) dan (2)
bukan bermakna kuantitatif tetapi hanya sebagai simbol untuk
pengelompokan.

4
2. Data ordinal merupakan data yang disusun secara berjenjang untuk
menunjukkan tingkatan atau urutan data. Data ordinal dapat dianalisis
dengan logika perbandingan dalam ilmu matematika namun belum bisa
dianalisis menggunakan operasi matematika seperti penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Contoh data ordinal yaitu tahapan
prosedur penelitian di LPM Penalaran UNM adalah (1) Term of
Reference(ToR), (2) Seminar proposal, (3) Penelitian lapangan, (4)
Seminar hasil, (5) Research Colloquium.
3. Data interval adalah data yang memiliki sifat dari data nominal dan data
ordinal. Data interval dapat diurutkan berdasarkan kriteria yang
ditentukan. Adapun data interval ini lebih unggul dari data ordinal bahwa
data interval memiliki kesamaan jarak (equality interval) dengan data yang
telah diurutkan. Kelebihan lainnya, menurut Yusuf (2014) bahwa data
interval dapat diolah dengan menggunakan teknik analisis ordinal atau
nominal namun diubah terlebih dahulu ke bentuk skala ordinal atau
nominal. Contoh data interval yaitu rentang IPK mahasiswa antara 3,00
sampai 3,50 sama jaraknya dengan 2,50 sampai 3,50.
4. Data rasio adalah data yang memiliki sifat dari data nominal, data ordinal,
dan data interval. Data rasio memiliki kelebihan dibandingkan data
interval karena data ini memiliki nilai nol (0) mutlak, yang berarti bahwa
nilai 0 benar-benar tidak memiliki nilai. Hal ini juga menjadikan data rasio
dapat diolah menggunakan operasi dasar matematis.
C. Data Berdasarkan Waktu Pengumpulannya
Data dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu pengumpulannya
yaitu sebagai berikut:
1. Data Berkala (Time Series) merupakan data yang dikumpulkan secara
berkala dari waktu ke waktu. Pengambilan data ini biasanya digunakan
untuk melihat perkembangan dari waktu ke waktu.
2. Data Cross Section merupakan data yang diperoleh pada waktu yang telah
ditentukan untuk mendapatkan gambaran keadaan atau kegiatan pada saat
itu juga.

5
2.3 DEFINISI SKALA DATA
Skala pengukuran data’ = ‘skala data’ pada dasarnya dimaksudkan
untuk mengklasifikasikan Variabel yang akan diukur agar tidak terjadi
kesalahan dalam menentukan teknik analisis data dan tahapan penelitian
selanjutnya. Skala pengukuran data merupakan seperangkat aturan yang
diperlukan untuk ‘mengkuantitatifkan’ data dari pengukuran suatu variabel.
Dalam melakukan analisis statistik, perbedaan jnis data sangat berpengaruh
terhadap pemilihan model atau alat uji statistik. Tidak sembarangan jenis data
dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Untuk itu skala pengukuran data
(variabel) sangat menentukan dalam uji statistik.
2.4 JENIS-JENIS SKALA DATA
Sedangkan macam-macam skala pengukuran data dapat berupa :
1. Skala Nominal
Adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokan atau
pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi
angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif
melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif. Suryabrata, S (2003)
menyebut bahwa skala nominal adalah skala yang ditetapkan berdasarkan
atas proses penggolongan yang bersifat diskrit dan saling pilah (mutually
exclusive). Banyak variabel dalam penelitian sosial menggunakan skala
nominal seperti agama, jenis kelamin, tempat lahir, asal sekolah, dsb.
Untuk itu skala nominal mempunyai sifat:
a. Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah)
b. Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa
sembarang).
Skala nominal merupakan skala yang paling sederhana disusun
menurut jenis (katagorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol
untuk membedakan sebuah karakteristik lainnya. Skala nominal
merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala pengukuran
yang ada. Skala nominal hanya bisa membedakan benda atau peristiwa
yang satu dengan yang lainnya berdasarrkan nama (predikat).

6
Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasi objek,
individual atau kelompok dalam bentuk kategori. Pemberian angka atau
simbol pada skala nominal tidak memiliki maksud kuantitatif hanya
menunjukkan ada atau tidaknya atribut atau karakteristik pada objek yang
diukur. Misalnya, jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dan kode 2
untuk perempuan.
Angka ini hanya berfungsi sebagai label. Kategori tanpa memiliki
nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa pun. Kita tidak bisa mengatakan
perempuan dua kali dari laki-laki. Kita bisa saja mengkode laki-laki
menjadi 2 dan perempuan dengan kode 1, atau bilangan apapun asal
kodenya berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Oleh karenanya, pada variabel dengan skala nominal tidak dapat
diterapkan operasi matematika standar (aritmatik) seperti pengurangan,
penjumlahan, perkalian, dan lainnya. Peralatan statistik yang sesuai
dengan skala nominal adalah proposisi seperti modus, distribusi frekuensi,
Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.
Ciri-ciri Skala nominal:
a. Hasil penghitungan tidak dijumpai bilangan pecahan
b. Angka yang tertera hanya label saja
c. Tidak mempunyai urutan (ranking)
d. Tidak mempunyai ukuran baru
e. Tidak mempunyai nol mutlak
f. Tes statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.
2. Skala Ordinal
Adalah pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun
berdasarkan atas jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya
disusun secara terurut dari yang rendah sampai yang tinggi menurut suatu
ciri tertentu, namun antara urutan (ranking) yang satu dengan yang lainnya
tidak mempunyai jarak yang sama
Skala ordinal banyak dipergunakan dalam penelitian sosial dan
pendidikan terutama berkaitan dengan pengukuran kepentingan, persepsi,

7
motivasi serta sikap, apabila mengukur sikap responden terhadap suatu
kebijakan pendidikan, responden dapat diurutkan dari mulai Sangat Setuju
(1), Setuju (2), Tidak Berpendapat (3), Kurang Setuju (4), dan Tidak
Setuju (5), maka angka-angka tersebut hanya sekedar menunjukkan urutan
responden, bukan nilai untuk variabel tersebut. Adapun cirri dari skala
ordinal adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya.
Dapat juga dikatakan bahwa skala ordinal merupakan skala yang
didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai
jenjang yang lebih rendah atau sebaliknya. Skala ordinal ini lebih tinggi
daripada skala nominal, dan sering juga disebut dengan skala peringkat.
Hal ini karena dalam skala ordinal, lambing-lambang bilanganhasil
pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan
atau tingkatan objek yang diukur menurut karakteristik tertentu.
3. Skala Interval
Adalah skala pengukuran di mana jarak satu tingkat dengan tingkat
lainnya sama, oleh karena itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang
sama (equal unit scale). Suryabrata, S (2003) mendefinisikan bahwa skala
interval merupakan skala yang dihasilkan dari proses pengukuran, di mana
dalam pengukuran tersebut diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran
yang sama.
Adapun ciri-ciri skala interval adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data bersifat logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik
khusus yang dimilikinya
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang
sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori

8
e. Angka nol hanya menggambarkan suatu titik dalam skala (tidak punya
nilai nol absolut).
Dengan demikian skala interval merupakan skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai
boobot yang sama. Analisis statistik yang digunakan ialah mempunyai
karakteristik uji statistik parametik. Skala interval mempunyai
karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan
ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.
Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai intrinsik, sudah
memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan.
Pengertian “jarak belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang
diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak.
4. Skala Ratio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai NOL MUTLAK
dan mempunyai jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar memiliki
nilai nol mutlak disebut skala rasio, dengan demikian skala rasio menunjukkan
jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat (precise). Jika kita memiliki
skala rasio, kita dapat menyatakan tidak hanya jarak yang sama antara satu
nilai dengan nilai lainnya dalam skala, tapi juga tentang jumlah proposional
karakteristik yang dimiliki dua objek atau lebih, dan contoh untuk skala ini
adalah uang.
Adapun ciri-ciri dari skala rasio adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan
yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori
e. Angka nol menggambarkan suatu titik dalam skala yang
menunjukkan ketiadaan karakteristik (punya nilai nol absolut).

9
Tes yang digunakan adalah tes statistik parametik. Skala rasio
adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat
semua karakteristik skala nominal, ordinal, dan skala interval ditambah
dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat adanya nilai nol bersifat
mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa
diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada
skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan /rasio.
Pengukuran pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah
pengukuran tinggi dan berat.
Keempat skala diatas jika akan digunakan dalam kuisioner dapat
dilakukan dengan pendekatan, misalnya Skala Likert , Skala Guttman, dan
Semantic Differential, Rating Scale
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala
Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara
lain : Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP),
Sangat Tidak Penting (STP). Untuk penilaian ekspektasi pelanggan, maka
jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Sangat Penting (SP) = 5, Penting (P)=
4, Ragu-ragu (R) : 3, Tidak Penting (TP) : 2 , Sangat Tidak Penting (STP) : 1.
sedangkan untuk penilaian persepsi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya: Sangat Baik (SB) : 5, Baik (B) : 4, Ragu-ragu (R): 3, Tidak
Baik (TB) : 2 Sangat Tidak Baik (STB) : 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Keuntungan skala Likert adalah
:
a. Mudah dibuat dan diterapkan

10
b. Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-
pertanyaan, asalkan mesih sesuai dengan konteks permasalahan
c. Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga
informasi mengenai item tersebut diperjelas.
d. Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item
tersebut diperjelas
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas.
diantaranya : ‘ya’ dan ‘tidak’; ‘benar-salah’, dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi,
kalau pada Skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata ‘sangat setuju’
sampai ‘sangat tidak setuju’, maka pada Skala Guttman hanya ada dua interval
yaitu ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’. Penelitian menggunakan Skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
3. Skala Thurstone
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh
Thurstone untuk tidak terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir
pertanyaan atau pernyataan. Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan
dengan langkah-langkah seperti berikut.
a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang
merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan
tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
b. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau
lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat
memilih ke dalam 11 tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri
atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit, E F netral, dan J
K merupakan kategori tidak disenangi atau tidak favorit.
c. Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan
penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya

11
merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang
disediakan.
d. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang
mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen
di bidang pendidikan karena model ini mempunyai beberapa kelemahan
yang di antaranya seperti berikut.
a. Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat
skala.
b. Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada
skor sama mempunyai sikap berbeda.
c. Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau
penilai.
d. Memerlukan tim penilai yang objektif.
4.  Semantic Differential
Skala ini merupakan salah satu dari skala factor yang dikembangkan
untuk menganalisis dua masalah :
a. Pengukuran populasi dan multidimensional 
b. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui 
Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti
psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode ini didasarkan pada
proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian
konotatif yang berada dalam ruang cirri multidimensi yang disebut ruang
semantic. Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala
penilaian dalam titik ekstrim yang berlawanan yang biasa disebut bipolar.
Biasanya di antara titik ekstrim di dadapati 5 atau 7 tititk-titik butir skala
dimana responden menilai suatu konsep atau lebih pada setiap butir skala.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Biostatistik merupakan ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,


pengolahan, penyajian dan analisis data termasuk cara pengambilan kesimpulan
dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep propabilitas.
Data adalah segala keterangan atau informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang suatu keadaan. Data dibagi berdasarkan sifatnya, bedasarkan
sumbernya, dan berdasarkan waktu pengumpulannya.
Skala pengukuran data’ = ‘skala data’ pada dasarnya dimaksudkan untuk
mengklasifikasikan Variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan teknik analisis data dan tahapan penelitian selanjutnya. Skala dibagi
menjadi skala nomina, skala ratio, skala ordial, skala interval
3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah yang kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pendengar.

13

Anda mungkin juga menyukai