Anda di halaman 1dari 8

Ikhtisar Kerajaan – kerajaan Hindu Budha

(Tambahan Materi)

1. Kerajaan Mataram Kuno

Letaknya di lembah sungai Progo (Magelang, Muntilan, Sleman, Yogyakarta) dengan


mata pencarian adalah pertanian. (pad arelief candi Prambanan dan camdi
Borobudur). Selain itu dalam bidang perdagangan juga mulai di arahkan melalui
sungai Bengawan Solo (Sehingga daerah tersebut dibebaskan dari membayar pajak)
pada masa Raja Balitung.

Bukti Sejarah :
a. Prasasti Canggal tahun 732 M (Huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta) yang
menerangkan sebelum Sanjaya berkuasa (Mataram Kuno) diperintah oleh raja
Sanna (Paman Sanjaya).
b. Prassati Sojomerto diketahui bahwa Sanjaya adalah keturunan Syailendra yang
beragama Syiwa yang memerintahkan Rakai Panangkaran untuk memeluk agama
Budha. (Selanjutnya keluarga terbagi menjadi dua yaitu sebagai pengikut Hindu
Syiwa dan menganut agama Budha).

Raja – Raja yang menganut agama Budha keturunan dari Syailendra yang memerintah
di Jawa Tengah adalah :

a. Raja Bhanu
b. Raja Wisnu
c. Raja Indra
d. Raja Samaratungga
e. Ratu Pramodhawardani (750 -850 M) yang merupakan Ratu dan masa kejayaan
Kerajaan Mataram Kuno. Yang dibuktikan dengan pembangunan Candi Budha
yang megah seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, Candi
Mendut, dan Candi Borobudur.

Pada masa Rakai Pikatan semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali di
Mataram Kuno (Wilayah Kekuasaanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur) ia
membanguna Candi Prambanan dan pembangunan dilanjutkan pada masa Rakai
Kayuwangi (terjadi perpecahan dan keemasan mulai memudar).

Prasasti Munggu Antan penerus tahta Rakai Kayuwangi adalah Rakai Gurunwangi
(886) dan Rakai Limus Dyah Dawendra (890).

Prasasti Kedu pengganti dari Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang yang
memiliki putri bernama Dyah Balitung yang memerintah sampai tahun 910 (ia
meninggalkan prasasti sebanyak 20 buah ynag tersebar di Jawa Timur).
Prasasti Mantyasih di Kedu memiliki silsilah raja – raja Mataram Kuno dari Dinasti
Sanjaya hingga Dyah Balitung. Sesudah Dyah Balitung digantikan oleh Raja Daksa
(913 – 919) pada masa ini candi Prambanan berhasil diselesaikan.

Selanjutnya digantikan Raja Tulodhong (tidak ada hal – hal yang menonjol) lalu
digantikan Wawa yang naik tahta tahun 924 M.

Mataram Kuno berkembang dengan pesat karena di dukung oleh :

a. Raja – rajanya yang arif dan bijaksana sehingga menjadi panutan


b. Ada kerjasama yang baik antara raja dan para brahmana dan biksu
c. Wilayahnya yang luas, subur dan makmur
d. Adanya toleransi yang tinggi antara pemeluk agama Hindu dan Budha
e. Adanya hubungan dengan luar negeri (Sriwijaya, Siam / Thailand, dan India)

Pada Candi Jawa Tengah Bagian Utara (bercorak Hindu) dan pada Candi Jawa
Tengah Bagian selatan (Bercorak Budha). Selain itu adanya upaya penyatuan
pernikahan politik seperti Pramodya wardani (Budha) menikah dengan Rakai
Pikatan (Hindu) oleh Raja Samaratungga

Pada abad ke 7 semangat kebudayaan raja – raja Mataram Kuno sangat tinggi
dibuktikan banyak prasasti dan candi – candi. Seperti : Prassati canggal, Prasasti
Kelurak, Prasasti Mantyasih.

Candi yang bercorak Hindu : Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi
Prambanan, Candi Sambisari.
Candi yang bercorak Budha : Candi Baka, Candi Borobudur, Candi Kalasan,
Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, dan Candi Mendur.

Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad ke -10 Mataram Jateng mengalami
kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahlan ke Jawa Timur oleh Mpu
Sindok. Selanjutnya Mpu Sindok mendirikan wangsa baru yaitu Dinasti Isyana
dengan kerajaanya adalah Medang Kamulan.

Sebab – sebab mundurnya kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah :


1. Tidak adanya pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan luar
2. Sering dilanda benca alam (Gunung Merapi)
3. Sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang
4. Mendapat ancaman dari kerajaan Sriwijaya

Pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur) bagian Hilir
sungai Brantas oleh Mpu Sindok (dan dikenal selanjutnya Kerajaan Mataram
Kuno, Jawa Timur)
2. Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur

Berdasarkan prasasti Paradah (943) dan Prasasti Anjukladang (973) menyatakan ibu
kota kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur adalah di Watu Galuh. Dekat Jombang di
tepi Sungai Brantas.

Silsilah raja yang pernah memerintah Mataram Kuno di Jawa Timur antara lain :
1. Mpu Sindok
2. Sri Isnatunggawijaya
3. Dharmawangsa
4. Airlangga

Pada masa Dharmawangsa, pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan


kesejahteraan rakyat. Dengan membangun saluran irigasi dan memperbaiki tanggul
Sungai Brantas di Waringin Sapta, Pelabuhan Hujung Galuh, dan kembang Putih di
Tuban untuk memperlancar dan perdagangan laut dengan dunia luar misalnya India,
Burma, dan Campa

Masa kejayaan pada masa Raja Airlangga dengan pendirian tempat pemujaan dan
pertapaan. Dengan majunya karya sastra dengan judul Arjuna Wiwaha yang ditulis
mpu Kanwa yang berisi kisah hidup Raja Airlangga ynag dianggap sebagai Arjuna. Ia
juga disebut sebagai titisan Wisnu atau dengan pengikutnya Hindu aliran Waisnawa.

3. Kerajaan Kediri
Merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur. Silsilah dimulai
dari raja Airlangga ynag memiliki 2 orang putra maka kerajaan di bagi menjadi dua
yaitu :
a. Kerajaan Jenggala yang beribukota di Kahuripan
b. Kerajaan Panjalu / Kediri yang beribukota di Daha

Pada tahun 1044 terjadi peperangan antara Kediri dan Jenggala. Selanjutnya Jenggala
(oleh Garasakan) berhasil menggalahkan Kediri (Sri Samarawijaya) hal ini
menyebabkan kerajaan Kediri / Panjalu sudah tidak tercatat dalam sumber sejarah
dalam beberapa waktu karena wilayah nya akhirnya dikuasai oleh Jenggala.(setelah
58 tahun suram) maka pada tahun 1116 Kerajaan Kediri bangkit kembali dengan raja
yang memerintah :

1. Rakai Sirikan Sri Bameswara


2. Raja Jayabaya
3. Raja Sarweswara
4. Sri Aryyeswara
5. Sri Gandra
6. Kameswara
7. Kertajaya
Kediri merupakan kerajaan agraris dan maritim, sudah mengenal mata uang yang
terbuat dari campuran emas, perak, timah, dan tembaga sudah digunakan. Hubungan
daerah pedalaman dan pesisir berjalan dengan baik. Dalam Kitan Lubdaka
menceritakan kehidupan sosial masyarakat yang pada saat itu. Dalam kitab itu juga
dijelaskan bahwa tinggi dan rendahnya derajat seseorang adalah bukan dari harta,
pangkat dan jabatanya namun terletak pada moral dan perilakunya.

Hal yang paling mencolok dalam pemerintahan Kerajaan Kediri adalah dalam bidang
kesustraan yaitu :

1. Pada masa Jaya Baya (Serat Jangka Jayabaya) meminta pada Mpu Sedah untuk
menggubah kitab Bharatayudha kedalam bahasa Jawa Kuno.
2. Pada masa Kameswara juga dihasilkan karya – karya monumental yaitu :
a. Kitab Wertasancaya oleh Mpu Tanakung
b. Kitab Smaradhahana oleh Mpu Dharmaja
c. Kitab Lubdaka oleh Mpu Tanakung
d. Kitab Kresnayana oleh Mpu Triguna
e. Kitab Samanasantaka oleh Mpu Monaguna

4. Kerajaan Singasari
Ken Arok adalah anak petani yang berasal dari desa Pengkur yaitu sebelah timur
gunung kawi. Berkat bimbingan Pendeta Lohgawe maka ia mampu dan dapat
mengabdi di Tumapel. Pada masa ini ia memesan Keris pada Mpu Gandring (dalam
waktu semalam) dan ia menyanggupinya, namun pada saat Keris itu tinggal mau
membuat sarung kerisnya mau diambil dan tinggal membuat sarung kerisnya maka
oleh Ken Arok keris itu ditusukkan ke Mpu Gandring (Pada saat mau meninggal
Mpu Gandring mengkutuk keris itu akan membunuh tujuh ketirunan dari Ken Arok).
Selanjutnya ia mengabdi pada akuwu (Bupati) yang bernama Tunggul Ametung di
daerah Tumapel. Selanjutnya dengan tipu muslihatnya ia berhasil membunuh Tunggul
Ametung dan meperistri Ken Dedes yang merupakan istri Tunggul Ametung yang
saat itu sedang hamil. Selanjutnya Ken Arok menobatkan diri sebagai Dewa Brahma,
Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa dan bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang
Amurwabhumi agar legitimasai kekuasaanya diterima oleh rakyat.

Pada saat akan membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok meminjamkan kerisnya pada
Kebo Ijo yaitu tangan kanan Tunggul Ametung dan dipamerkanya keris itu pada
publik. (agar nanti dikira yang membunuh Tunggul Ametung adalah Kebo Ijo).

Pada tahun 1222 beberapa pendeta dari Kediri datang ke Tumapel meminta
perlindungan dari kejahatan raja Kediri yaitu Raja Kertajaya. Pendeta itu diterima
baik oleh Ken Arok dan terjadi peristiwa Ganter yang menandakan jatuhnya Kediri
pada Tumapel dan selanjutnya Ken Arok memindahkan pusat kerajaan di timur
Gunung Arjuna.
Masa pemerintahan Ken Arok hanya antara tahun 1222 – 1227 (5 tahun) karena ia
dubunuh oleh Anusapati (anak Ken Dedes dan Tunggul Ametung) lalu selanjutnya
tahun 1227 – 1248 (21 tahun) selanjutnya Anusapati dibunuh oleh Tohjaya
merupakan anak dari Ken Arok dengan Ken Umang (Selirnya Ken Arok) dan
selanjutnya Tohjaya naik tahta pada tahun 1248 dan baru beberapa bulan memerintah
Tohjaya dibunuh oleh Ranggawuni yaitu putra dari Anusapati dan Ranggawuni
memiliki gelar Sri Jaya Wisnuwardhana.

Selanjutnya Ranggawuni (Wisnuwardhana) memerintah didampingi oleh Mahesa


Cempaka (Putra Mahesa Wonteleng yaitu putra dari Ken Dedes dan Ken Arok). Masa
pemerintahan Wisnu Wardhana (1248 – 1268) dan ini adalah tahun keamanan dan
ketenraman ditandai dengan dikeluarkanya prasasti pada tahun 1264 dan tahun 1628
Wisnuwardhana dan selanjutnya digantikan oleh Kertanegara (putra Wisnuwardhana)
dan pada masa inilah nanti masa kejayaan Singasari (1268 – 1292) yaitu dengan
adanya wawasan nusantara yang pertama kali untuk mempersatukan seluruh wilayah
nusantara di bawah Panji Kerajaan Singasari. Seperti mengirim utusan ke Sematra
(Ekspedisi Pamalayu 1275) dan kerjasama dengan Kerajaan Campa. Akibat
banyaknya prajurit yang dikirimkan ke luar daerah maka kondisi kerajaan yang sepi
dimanfaatkan oleh Jaya Katwang (dari Kediri) Untuk menyerang Singasari.
Selanjutnya Kertanegara wafat dan dijadikan Candi Jawi dan Candi Singasari
(berakhirlah kerajaan Singasari).

Sedangkang Mahesa Cempaka memiliki putra yang bernama Lembu Tal yang
nantinya memiliki putra bernama Raden Wijaya (nanti yang akan mendirikan
Kerajaan Majapahit).

5. Kerajaan Majapahit
Sumber utama berasal dari kitab Pararaton (silsilah raja – raja Singasari dan
Majapahit), Kitab Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca (1365), Kitab Sundayana
(menceritakan perang Bubat), dan Kitab Usaha jawa (kisah Gajah Mada dan Arya
Damar menaklukan Bali).
Letaknya di Trowulan (Ibu Kota Majapahit) di kota Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan
Majapahit merupakan lanjutan dari kerajaan Singasari. Karena Raden Wijaya
merupakan putra mahkota dari kerajaan Singasari yang berhasil lolos dari serangan
Jayakatwang (Kediri). Raden Wijaya merupakan keturunan langsung dari Ken Arok
dan Ken Dedes. Setelah melarikan diri ke Madura berkat bantuan Arya Wiraraja maka
ia membuka hutan Tarik untuk dijadikan kerajaan dan menemukan buah Maja yang
begitu dimakan rasanya pahit maka Raden Wijaya kelak memberi nama Kerajaan
Majapahit. Selanjutnya atas bantuan Arya Wiraraja, Raden Wijaya dapat
mengalahkan Kediri (pimpinan Jaya Katwang).

Pada tahun 1293 tentara Mongol datang atas utusan Kubhilai Khan untuk menhukum
Kertanegara (yang telah memotong telinga utusan Cina). Kesempatan ini digunakan
oleh Raden Wijaya (untuk tipu muslihat) menyerang Kediri yang di pimpin oleh
Jayakatwang. Dan sesudah itu, Raden Wijaya dan Arya Wiraraja menyerang balik
tentara kubhilai Khan menyebabkan 3000 tentara Mongol tewas dan lainya melarikan
diri ke negerinya.

Raja – Raja yang memerintah kerajaan Majapahit yaitu :


1. Raden Wijaya (1293 – 1309)
Raja pertama bergelar (Kertarajasa), ia menikahi ke-empat putri Kertanegara
(Kediri) yaitu Tribuwaneswati, Narendraduhita, Prajnaparamitha, dan Gayatri.
Masa damai dan sejahtera karena adanya pelabuhan (Tuban, Gresik, Surabaya,
dan Cangu). Dan tahun 1309 wafat dan digantikan Jaya Negara.

2. Sri Jayanegara (1309 – 1328)


Awal munculnya pemberontakan seperti :
a. Ranggalawe (1309)
b. Nambi (1316)
c. Semi (1318)
d. Kuti (1319)

Pada pemberontakan Kuti maka Jaya Negara mengungsi ke Bedander (dibawah


strategi Gajah Mada) . dan berkat strategi Gajah Mada maka Kuti dapat
dihancurkan, selanjutnya Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan, lalu
diangkat menjadi Patih Daha menggantikan Arya Tilan 1321. Pada tahun 1328
Raja Jayanegara dibunuh oleh Tanca, seorang tabib kerajaan dan dimakamkan di
Candi Srenggapura di Kapopongan. Karena Jayanegara tidak berputra maka
digantikan oleh adik perempuanya yaitu Trbhuwanatunggadewi.

3. Tribhuwanatunggadewi (1328 – 1350)


Terjadi pemberontakan yaitu :
a. Sadeng dan Keta (1331)

Maka Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Gajah Mada mengnatikan Pu
Naga dan mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal untuk menyatukan seluruh
nusantara di bawah Panji Majapahit yaitu :

“Lamun huus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring
Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa”

Sumpah ini berhasil terlaksana, dengan dikuasainya daerah Bali, Sumatra,


Semenanjung Malaka, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
barat.
4. Hayam Wuruk (1350 – 1389)
Naik tahta pada usia 16 tahun dan bergelar Sri Rajasanegara, ia di dampingi oleh
Maha Patih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu Nala (kepala angkatan laut) ini
merupakan masa Keemmasan kerajaan Majapahit. Wilayahnya seluruh nusantara
dan ditambah ke Thailand Campa, Indocina, dan Filipina.
Kecuali kerajaan Sunda (Pajajaran) yang belum dapat terlaksana. Gajah Mada
melakukan politik perkawinan dengan Sunda dan terjadilah peristiwa Bubat.

Peristiwa Bubat yaitu : Pada saat Hayam Wuruk hendak memperistri Dyah
Pitaloka dari kerajaan Sunda (putri Sri Baduga). Maka di daerah Bubat itu Gajah
Mada menghentikan rombongan dan menyampaikan bahwa pernikahan ini
menandakan tunduknya kerajaan Sunda pada Majapahit. Selanjutnya, kaum
bangsawan Sunda dan Sri Baduga tidak berkenan dan karena kalah jumlah maka
rombongan Sunda mengalami kekalahan dan menyebabkan tewasnya Sri Baduga
dan Dyah Pitaloka bunuh diri.

Selanjutnya Hayam Wuruk meninggal tahun 1389, dan tahta Majapahit diserahkan
pada Wikramawardhana (1389 – 1429) diwarnai perang saudara (Perang
Paregreg) antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabumi. Dan kerajaan ini runtuh
pada tahun 1478 (Sina Ilang Kertaning Bumi) atau tahun Candrasengkolo. Akibat
perang saudara, tidak ada pemerintahan yang cakap mengnatika Maha Patih gajah
Mada.

Dikenalnya uang Gobog, dan masyarakat bergama Hindu – Buda dan sudah
adanya Islam yang struktur masyarakat terbagi tiga yaitu Orang Islam dari
samudra Pasai atau Malaka, Orang Tionghoa Islam, dan Penduduk beragam Hindu
– Budha (adanya toleransi yang besar antar ketiga agama).

6. Kerajaan Pajajaran
Berdasarkan sumber sejarah setelah kerajaan Tarumanegara telah terjadi beberapa
perpindahan pusat kerajaan Hindu seperti Galuh, Prahajyan Sunda, Kawali, dan
Pakwan Pajajaran.

a. Kerajaan Galuh
Dalam kitab Carita Parahyangan diketahui bahwa Sanjaya adalah anak dari Raja
Sena yang berkuasa di Kerajaan Galuh. Raja Sena berkuasa selama 7 tahun, dan
diserang oleh Rahyang Purbasora. Sehingga Raja Sena diasingkan di Gunung
Merapi beserta keluarganya disinilah lahir Sanjaya yang nantinya dapat
mengalahkan Purbasora dan menjadi raja di Galuh.

b. Kerajaan Prahajyan Sunda


Nama Sunda muncul dalam Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan di Cibadak,
Sukabumi berangka tahun 1030 M.
c. Kerajaan Kawali
Masa pemerintahan Rahyang Niskala Wastu Kancana yang berpusat di
Astanagede, dalam kitab Pararaton 1357 adanya peristiwa Bubat (perang antara
Sunda dan Majapahit) dan menewaskan Prabu Sri Baduga Maharaja) dan
digantikan oleh Rahyang Ningrat Kencana (cucunya).

d. Kerajaan Pakwan Pajajaran


Selanjutnya pada masa Raja Rahyang Ningrat Kencana digantikan putranya Sang
Ratu Jayadewata (1478) yang bergelar Sri Baduga Maharaja maka ia
memindahkan daerahnya dari Kawali ke Pakwan pajajaran. Sri Baduga Maharaja
menjalin kerjasama dengan Portugis di Malaka untuk melawan pengaruh Islam.
Pada 1522 (Hendrik de Heme) memimpin ekpedisi Portugis ke Sunda dan Ratu
Samiam pengganti Sri Ratu Jaya Dewata memimpin ynag dikenal dengan Prabu
Surawisesa. Pada tahun 1535 ia digantikan oleh Prabu Ratudewa yang berkuasa
1535 – 1543 dan pada masa Prabu Dewata mendapat serangan dari Kerajaan
banten oleh (Maulana Hasanudin dan Maulana Yusuf).

Karya sastra pada masa kerajaan Pajajaran adalah :


a. Carita Parahyangan
b. Sawakanda atau Serat Kanda
c. Sanghyang Siksakandang Karesian

Anda mungkin juga menyukai