Anda di halaman 1dari 5

AKU GENERASI UNGGUL BANGSA INDONESIA

oleh : Ilma Alviani

Generasi Unggul Bangsa Indonesia. Satu kalimat dengan penuh makna dan arti. Di era
modern ini para generasi muda lah yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia. Generasi muda
bangsa Indonesia dipersiapkan menjadi bibit-bibit yang unggul guna menjadi penerus bangsa.

Aku salah satu dari generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia.Aku
seorang generasi muda yang baru saja lulus dari bangku SMA. Ya tujuanku selanjutnya adalah
menjadi mahasiswa. Aku Ilma Alviani tinggal di Mojokerto. Aku dibesarkan dan di didik sampai
saat ini berkat bimbingan dari kedua orang tuaku. Ayahku bekerja sebagai guru PNS di sebuah SMP
Negeri di daerahku. Ibuku sama seperti ayah bekerja sebagai guru PNS di sebuah SMA Negeri di
daerahku. Ya kedua orang tuaku adalah guru lebih tepatnya guru Matematika. Adikku masih
berumur 10 tahun yang sekarang duduk di kelas 4 SDI.

Bicara tentang generasi unggul bangsa Indonesia mengingatkan bahwa sebuah kesuksesan
keberhasilan, prestasi dapat tercapai dengan adanya kemauan yang tinggi, kerja keras, dan semangat
yang kuat. Dulu waktu aku masih duduk di bangku SD aku sudah menyukai pelajaran menghitung,
menurutku menghitung itu hal asyik. Setiap malam aku selalu di dampingi orang tuaku untuk
belajar menyiapkan hari esok. Pada saat duduk di bangku kelas 5 ada sebuah olimpiade matematika,
olimpiade tersebut bisa diikuti oleh semua siswa yang ingin mendaftar. Aku pun tergugah untuk
ikut mendaftar olimpiade tersebut. Mengikuti olimpiade tersebut pun tidak langsung ikut saja
melainkan ada seleksi lebih dahulu tingkat sekolah. Aku pun berusaha belajar lebih giat dengan
mendapat dukungan yang kuat dari kedua orang tuaku mereka selalu menyemangatiku.

Hari ini, seleksi sekolah pun dilaksanakan hatiku sungguh berdebar. Selama ini aku selalu
berusaha yang terbaik tak hanya usaha do’a pun selalu mengalir. Ridlo ayah ibuku juga hal pertama
yang harus di dapat. Selama ini juga ayah dan ibu yang selalu membimbingku dan mensupportku
agar selalu giat berusaha. Aku berusaha semaksimal mungkin yang aku bisa. Dan hari ini aku akan
menghadapi perang untuk melangkah menjadi yang lebih baik kedepannya. Aku mengerjakan soal
soal yang di ujikan sama seperti murid yang lain yang mengikuti seleksi. Setelah selesai
mengerjakan soal aku berserah diri pasrah akan apapun hasilnya. Aku selama ini sudah berjuang
sesuai yang aku mampu yang aku bisa. Sekarang waktunya melihat apa hasil dari kerja kerasku
selama ini.

Seminggu setelah seleksi ada pengumuman, ya pengumuman siapa yang akan mengikuti
olimpiade tersebut mewakili sekolahku. Hatiku tak karuan pada saat itu ada perasaan senang, takut,
semua bercampur aduk jadi satu.Dan hasilnya aku harus mencoba kesempatan lain, ya bukan berarti
aku gagal. Hanya saja kali ini bukan kesempatanku untuk mengikuti olimpiade tersebut. Aku tidak
patah semangat. Justru hal ini menjadi motivasiku untuk bangkit dan lebih giat lagi nantinya.

Hari-hari terus berlalu, aku pun sudah kelas akhir, tidak ada olimpiade yang bisa diikuti di
kelas akhir melainkan harus fokus pada ujian akhir atau UN. Semua murid belajar semaksimal
mungkin agar nanti bisa mendapatkan hasil yang bagus semaksimal mungkin. Aku pun salah satu
dari mereka yang sama-sama sedang berjuang. Menjelang 2 bulan sebelum UN aku pun belajar
lebih giat lagi serta dukungan dari kedua orang tuaku sungguh luar biasa. Usaha ini pun kuimbangi
dengan do’a.

UN pun tiba aku pun mengerahkan segala kerja keras yang aku lakukan 2 bulan terakhir ini.
Aku merasa bersyukur karena bisa mengerjakan dengan lancar. Setelah UN aku menunggu hasil
nilainya. Dan pada akhirnya memang usaha tidak akan mengkhianati hasil, aku memperoleh NUN
27.00 dengan rata rata nilai 9 pada setiap mapel. Waktu SD hanya ada 3 mapel yaitu Matematika,
Ipa, dan Bahasa Indonesia. Aku pun menjadi peraih nilai UN tertinggi kedua di sekolahku, aku
sangat bersyukur. Aku senang kerja kerasku selama ini telah menghasilkan buah yang manis.

Tamat SD perjuanganku tidak berhenti, aku akan segera duduk di bangku SMP. Aku
mendaftar di SMP yang dahulu adalah sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Berbasis Internasional)
namun pada waktu aku masuk SMP kebijakan tersebut telah dihapuskan oleh pemerintah. Aku pun
mendaftar di sekolah yang jaraknya 3 km dari rumahku itu, beruntung dulu belum ada sistem
zonasi, jadi aku bisa melanjutkan sekolah di sekolah impianku.

Hari pertama duduk di bangku SMP. Tidak langsung mengenakan seragam melainkan aku
dan semua siswa SMP lainnya harus menjalani MOS yang mana disini lah pengenalan lingkungan
sekolah dan pelatihan mental diberikan pada kami semua. Ya hingga akhirnya tiba kami pun resmi
menjadi siswa SMP yang mengenakan seragam putih biru.

Hingga suatu ketika ada pendaftaran untuk menjadi anggota OSIS (OSIS Organisasi Siswa
Intra Sekolah). Aku bersemangat, semua aturan pun kuikuti dan kupatuhi, namun hal ini tak sesuai
yang kuharapkan tapi aku tidak pernah putus semangat, meskipun tersisa langkah terakhir yaitu
wawancara saja aku gagal, aku belum mendapat kesempatan lagi. Hal ini tidak membuatku berkecil
hati justru hal inilah yang semakin memotivasi bagiku.

2 tahun sudah aku duduk di bangku SMP, sebentar lagi aku akan duduk di bangku kelas 3.
Kelas 3 sama halnya pada saat kelas 6 SD dulu ya tepatnya aku akan menghadapi ujian nasional
kembali. Semangat dan kerja keras pun akan segera dilakasanakan kembali. Pada saat kelas 2 akhir
ada olimpiade matematika lagi, dan aku tertarik untuk mencoba kembali. Aku pun belajar lebih giat
lagi lebih dari dulu yang pernah kulakukan di SD. Dan sekali lagi usaha memang tidak pernah
membohongi hasil, aku pun ikut ke dalam sebuah lomba bernama SIC atau SMANSASOO
INTELIGENCE COMPETITION yang diselenggarakan oleh SMA favorit di daerahku. SMA itu
pun juga menjadi impianku kelak, SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO. Menjelang lomba pun aku
selalu mempersiapkan yang terbaik, sama seperti sebelumnya usaha dan kerja keras yang tinggi
harus dilakukan tak lupa diimbangi dengan do’a. Dukungan orang tua juga memiliki peran penting,
dan disini guruku memberi pembinaan yang sangat intensif.Hampir setiap jam aku keluar atau
escape dari kelas untuk melakukan bimbingan intensif bersama guru matematikaku. Hal ini juga
mebuat aku ketinggalan mata pelajaran di kelas, namun aku pun tanggap seusai pembinaan intensif
aku langsung mendatangi guru-guru yang mata pelajarannya telah aku tinggalkan, aku menanyakan
tugas dan materi apa saja yang telah mereka berikan sehingga aku pun tidak tertinggal jauh dengan
teman- temanku di kelas.

Hari demi hari semakin dekat jelang lomba SIC, ku semakin sering saja escape. Hal ini
bukan menjadi masalah bagiku, aku tetap melaksanakan pembinaan intensif dengan semangat yang
tinggi juga tak pernah lupa untuk mengejar materi yang telah aku tinggalkan saat jam pelajaran di
kelas. Hingga akhirnya, besok adalah lomba SIC, malam hari menjelang lomba aku tidak belajar
terlalu keras aku hanya mereview materi - materi yang telah aku pelajari. Keesokan harinya pun aku
siap untuk mengikuti lomba. Aku tidak menyangka aku bisa menginjakkan kaki di sekolah SMA
impianku. Lalu aku pun mulai melihat lihat sekitar dan berjalan menuju ruang tak lupa meminta
do’a pada guru pembinaku. Aku pun mengerjakan soal-soal dengan usaha semaksimal mungkin.
Hari ini waktunya aku menunjukkan kemampuanku dan pasrah akan hasil yang kuterima nantinya.
Pengumuman langsung diumumkan hari itu, dan tentu saja aku sangat gugup. Aku pun
mendengarkan dengan seksama dan lagi ini masih bukan kesempatanku. Aku tidak mengeluh aku
tidak patah semangat aku tetap menjadikan ini motivasi. Aku yakin ALLAH telah menyiapkan
rencana yang lebih indah daripada ini semua, tetapi meskipun aku gagal aku mendapat sebuah
sertifikat peserta, aku sangat bangga. Aku mempunyai sebuah sertifikat walau hanya bertuliskan
peserta tapi aku sangat yakin suatu saat nanti akan kuubah tulisan peserta ini menjadi “JUARA 1”.

Lomba SIC pun berlalu. Tak lama kemudian sekitar 2 bulan, ada OSN tingkat kabupaten,
dan tentu saja aku dibimbing kembali guna mengikuti OSN tersebut. Masih sama seperti sebelum-
sebelumnya semangat yang kumiliki masih sama masih membara menyala seperti api. Pembinaan
pun kujalani dengan ketertinggalan pelajaran yang selalu aku kejar. Jika jam pelajaran aku
bimbingan intensif sebaliknya saat istirahat aku berada di ruang guru untuk mengejar
ketertinggalan. Semua tidak kuambil pusing semua kujalani dengan hati senang dan ikhlas. Latihan
soal, latihan soal, latihan soal kira-kira itulah yang kuhadapi akhir akhir sebelum 2 minggu
menjelang OSN tingkat kabupaten. Bagaimana jika gagal? Aku sudah siap akan semua resiko. Yang
perlu kulakukan adalah semangat usaha dan kerja keras yang tinggi, do’a, dukungan orang tua dan
bimbingan guru. Pagi, siang, malam semua soal matematika, tidak apa apa akan kuhabiskan semua
materi ini. Aku yakin aku sanggup melakukannya, aku mampu. Hingga tiba waktu OSN perasaan
gugup selalu muncul ketika aku akan berperang. Perang guna menuju kesuksesan menjadi generasi
unggul kebanggaan bangsa Indonesia.

Tiba di tempat aku menerima soal OSN sungguh aku selalu merasa yakin aku pasti bisa.
Aku sudah berusaha keras dan sungguh-sungguh diimbangi do’a serta tak lupa dukungan orang tua
dan guru. Namun lagi dan lagi kegagalan yang ku dapatkan. Mengeluh? Tidak. Menyerah? Tidak.
Tambah semangat? Iya. Lagi dan lagi kegagalan juga lagi dan lagi menambah motivasi, tidak larut
disini aku pun harus mempersiapkan hal lain yaitu UN SMP.

Menjelang 1 bulan sebelum UN kulakukan kerja kerasku. Aku berusaha lagi semaksimal
mungkin agar bisa diterima di SMA favoritku, belajar adalah makanan setiap hari. Di satu sisi aku
sangat bersyukur karena di SMP aku selalu masuk peringkat 10 besar. Les tambahan pagi di sekolah
pun selalu diikuti hingga tiba detik menjelang UN waktu untuk semua siswa SMP perang. Untuk
kedua kali aku berperang bergelut dengan soal soal ini dengan tambahan pelajaran Bahasa Inggris,
mapel UN di SMP pun ada 4. UN telah dilaksanakan, pengumuman nilai NUN keluar, dan aku
mendapat NUN senilai 27.90. NUN senilai itu pun di posisi ranking paralel aku berada di urutan
113 dari 340 siswa. Masa SMP akan berakhir kini akan berganti dengan putih abu abu.

Selamat datang di dunia putih abu abu. Ya seperti yang kalian tau aku ingin bersekolah di
SMAN 1 SOOKO MOJOKERTO namun hal ini tidak terjadi karena orangtuaku menginginkan
anaknya untuk mondok di pondok pesantren. Alangkah berat hatiku meninggalkan sekolah
impianku, namun dengan awal yang menolak hatiku pun luluh karena aku berfikir ridlo orang tua
adalah ridlo ALLAH juga, sehingga meskipun aku memaksakan jika orangtua tidak begitu ridlo
sama saja tidak akan berjalan lancar. Aku pun ikut saran orang tuaku untuk mondok di pesantren.

Jombang, kota santri ini tempat dimana aku akan tinggal dan menimba ilmu selama 3 tahun
kedepan. Aku mulai menyesuaikan adaptasiku disana. Memasuki tahun ajaran baru aku pun duduk
di kelas X SMA. Aku sekolah di salah satu pondok pesantren di Jombang, yakni Darul Ulum.

Darul Ulum pondok barokah sejuta santri tepatnya di SMA Darul Ulum 1 Unggulan BPP
Teknologi Jombang. Sekolah ini sama akan seperti sekolah SMA biasanya, namun aku baru tau
jika disini ada kelas excellent dan kelas reguler. Kelas excellent dibagi menjadi dua yakni putra dan
putri, dibedakan karena memang sekolah pondok jadi kelas putra dan putri pun di pisah. Ada tes
yang harus dilakukan guna bisa masuk ke dalam kelas excellent. Kelas excellent ini berjumlah 6
kelas mulai kelas X sampai kelas XII putra dan putri.
Awalnya aku tidak begitu tertarik dengan kelas excellent ini, saat pembinaan intensif pun
aku tidak terlalu berusaha keras, hingga akhirnya diadakan tes pembagian kelas osn dan pada saat
tes disediakan dua pilihan mapel dari mapel-mapel UN dan aku memilih pilihan pertama
matematika dengan pilihan kedua biologi. Dan alhasil dengan ridlo orang tua aku pun berhasil
masuk kelas excellent ini dengan bidang OSN yang sama yaitu matematika. Setiap tahun diadakan
seleksi namun mulai dari kelas X sampai kelas XI aku pun masih belum mampu melaju di bidang
OSN. Aku tidak berkecil hati, aku pun juga mencoba organisasi walaupun dulu pernah gagal di
OSIS aku mencoba organisasi jurnalis dan lagi di tahap wawancara aku selalu kurang beruntung
padahal hanya tinggal selangkah saja. Aku tidak berkecil hati, aku selalu bersyukur.

Hingga suatu ketika ada sebuah lomba kimia yakni OKI Olimpiade Kimia Indonesia aku
mengikutinya entah mungkin ini jauh hubungannya dengan matematika, akan tetapi ini berpengaruh
dengan masa depanku karena saat kuliah nanti aku ingin di jurusan farmasi. Farmasi sendiri adalah
jurusan dengan dasar Kimia yang kuat, aku pun mencoba terjun di dunia Kimia. Dengan usaha dan
do’a yang keras, namun masih tetap sama keberhasilan yang tertunda. Aku belum menjadi juara
OKI aku tidak mengeluh, aku memfokuskan diri lagi untuk mempersiapkan UN dan SNMPTN
karena aku sudah duduk di bangku SMA yang mana akan segera menyandang gelar mahasiswa.

Bulan maret adalah bulan mendekati pendaftaran SNMPTN. Aku menuliskan pilihanku
yakni di Universitas impian Universitas Brawijaya dengan jurusan pertama Farmasi dan kedua
Fisika Murni. Fisika? Ya setelah menjelajah di Kimia kurang puas aku tertantang di bidang Fisika.
Mata pelajaran UN pilihanku pun Fisika. Pada tanggal 23 Maret 2019 adalah pengumuman
SNMPTN dan aku sangat gugup untuk membuka pengumuman dengan keberaian dan ketegaran
yang kuat saat kubuka hasilnya aku lolos, aku menang, aku berhasil lolos SNMPTN di jurusan
kedua ku Fisika, walau bukan pilihan pertama aku yakin aku bisa menjadi yang terbaik karena ini
merupakan pilihan terbaik ALLAH untukku. Aku sangat bersyukur karena ternyata banyak sekali
teman-temanku yang menelan pahitnya gagal di SNMPTN. Aku bersyukur karena aku sudah
mendapatkan PTN dan sekarang yang aku fokuskan adalah belajar untuk persiapan UN.Menjelang
UN kami berusaha semaksimal mungkin dan saat berperang pun kami kerahkan semaksimal
mungkin diiringi do’a yang kuat. Teman-temanku yang gagal SNMPTN pun sedang berusaha di
bidang SBMPTN dan jalur-jalur lainnya. Walaupun mungkin dalam bidang lomba, organisasi aku
belum mendapatkan kesempatan tetapi aku sangat bangga karena dari ratusan ribu lulusan SMA aku
menjadi salah satu yang lolos seleksi SNMPTN.

Begitulah cerita perjalanan prestasiku, mulai sekarang aku akan berusaha lebih maksimal
lagi dari sebelumnya agar aku bisa meraih kesuksesan dan jadi Generasi Unggulan Penerus Bangsa
Indonesia. Aku bangga jadi anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai