Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN


DI INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester VI Mata Kuliah Sistem
Informasi Kesehatan

Dosen Pengampu : Heny Rosiana, S.SiT, M.Keb

Disusun Oleh :

Nur Laila Izzati


P1337424418039

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG


DAN PROFESI BIDAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, inayah dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul
Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Kesehatan Di Indonesia ini dapat
Saya selesaikan dengan baik tanpa suatu kendala yang berarti.
Makalah berjudul “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Kesehatan
Di Indonesia” ini secara garis besar menjelaskan terkait konsep- konsep
pengembangan SIK, analisis dalam SIK, rancangan dalam SIK, implementasi dari
SIK, pemeliharaan dari SIK, dan peningkatan dalam SIK. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas semester 6 dari mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan.

Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi Saya dalam mencari ilmu dan
terkhusus untuk para pembaca semua dalam menambah ilmu serta pengetahuan.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.

Pekalongan, 11 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................2
1.4.1 Manfaat Akademik............................................................2
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan..................................2
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat..................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

2.1 Konsep pengembangan SIK di Indonesia.............................................3

2.2 Analisis Perencanaan SIK di Indonesia................................................5

2.3 Rancangan Sistem Informasi Kesehatan…...........................................8


2.4 Implementasi SIK di Indoenesia………..………………………...….10
2.5 Pemeliharaan SIK di Indonesia……………………………………....12
2.6 Peningkatan SIK di Indonesia………………………………………..17

BAB III PENUTUP..............................................................................................18


3.1 Kesimpulan..........................................................................................18

3.2 Saran....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu bagian penting


yang tidak dapat dipisahkan dari Sistem Kesehatan di suatu negara.
Kemajuan atau kemunduran Sistem Informasi Kesehatan selalu
berkorelasi dan mengikuti perkembangan Sistem Kesehatan, kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahkan mempengaruhi Sistem
Pemerintahan yang berlaku di suatu negara. Suatu system yang terkonsep
dan terstruktur dengan baik akan menghasilkan Output yang baik juga.
Pada zaman sekarang, teknologi informasi mempunyai peranan
penting dalam bidang industri maupun kehidupan kita sendiri. Salah satu
bidang industri yang memanfaatkan berkembangnya teknologi informasi
adalah bidang kesehatan.Teknologi informasi sudah berkontribusi banyak
dalam kehidupan kita, salah satu contohnya dalam bidang kesehatan yaitu
rekam medis elektronik (EMR) yang digunakan oleh dokter untuk
mengetahui riwayat penyakit anda, obat-obatan apa saja yang sudah
pernah di konsumsi, apakah anda mempunyai sebuah alergi, dan lain-lain.
Tanpa teknologi informasi, pengumpulan dan pengambilan data
tersebut tidaklah mudah untuk rumah sakit yang mempunyai ribuan pasien
jika dilakukan secara manual. Teknologi informasi juga memudahkan
komunikasi jarak jauh dengan adanya internet. Seluruh rumah sakit akan
mengakses database yang berisi dengan data pasien, sehingga
memudahkan pasien dan rumah sakit apabila pasien menggunakan rumah
sakit yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka


rumusan masalah dapat dirinci sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep-konsep dalam pengembangan SIK di Indonesia?

1
2. Bagaimana analisis dalam analisis dalam pengembangan SIK?
3. Bagaimana rancangan dari SIK di Indonesia?
4. Bagaimana implementasi dari SIK di Indonesia?
5. Bagaimana pemeliharaan dari SIK di Indonesia?
6. Bagaimana dalam melakukan peningkatan SIK di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui dan menjelaskan terkait analisis dan perancangan Sistem
Informasi Kesehatan di Indonesia
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep-konsep dalam pengembangan SIK di
Indonesia
b. Untuk mengetahui analisis dalam analisis dalam pengembangan
SIK
c. Untuk mengetahui rancangan dari SIK di Indonesia
d. Untuk mengetahui implementasi dari SIK di Indonesia
e. Untuk mengetahui pemeliharaan dari SIK di Indonesia
f. Untuk mengetahui cara melakukan peningkatan SIK di Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Akademik


Sebagai bahan referensi dalam belajar sekaligus menambah wawasan
bagi penulis terkait analisis dan perencanaan Sistem Informasi
Kesehatan di Indonesia.
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
mengimplementasikan sistem informasi kesehatan pada fasilitas
kesehatan yang berkualitas.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

2
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
bagi masyarakat tentang analisis dan perencanaan Sistem Informasi
Kesehatan di Indonesia .

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan di


Indonesia
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi
kekurangan maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam
melakukan pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep
dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang
bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi


Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada
penggunaan teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan
teknologi komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).

Pada pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem


informasi adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting
yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam
sistem informasi suatu organisasi adalah:

a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi


b. Informasi yang tersedia, tidak relevan
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu
e. Terlalu banyak informasi
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat
g. Adanya duplikasi data (data redundancy)
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

3
2. Sistem informasi organisasi adalah sistem yang dinamis

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh


dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup


Sistem informasi memiliki umur layak guna yang panjang
pendeknya tersebut ditentukan diantaranya oleh perkembangan organisasi
tersebut. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka
kebutuhan informasi juga akan berkembang sehingga sistem informasi
yang sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan
organisasi tersebut. Serta Perkembangan teknologi
informasi. Perkembangan teknologi informasi yang cepat
menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan
untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa berfungsi
secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan oleh perangkat keras yang
digunakan sudah tidak di produksi lagi, atau perusahaan pembuat
perangkat lunak yang sedang digunakan, dan sudah mengeluarkan versi
terbaru.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang
tinggi. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan
prasyarat yang mutlak untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang
terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus
berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek
komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan
dengan mengembangkan kedua aspek tersebut.

5. Pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang


dipilih untuk pengembangan sistem tersebut

4
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem
sangat bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas
dari sistem informasi tersebut. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan
berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu
sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang,
termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi.

6. Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan


pendekatan fungsi dan dilakukan setelah menyeluruh (holistic)
Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan
secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara
sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana.

7. Informasi telah menjadi asset organisasi


Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan
salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena
keberadaan informasi tersebut:

a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,


b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan
kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang
mudah dipahami
Dalam penjabaran sering digunakan istilah berikut, sistem, subsistem,
modul, submodule, dan aplikasi. Masing-masing subsistem dapat terdiri atas
beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan
masing-masing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan
kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi
pemahaman maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan
penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan
dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.

5
2.2 Analisi Perencanaan Sistem Informasi Kesehatan
Analisis sistem informasi merupakan fase pertama dalam pengembangan
dalam pembangunan sistem informasi yang utamanya difokuskan pada masalah
dan persyaratan-persyaratan bisnis, terpisah dari tekhnologi apapun yang dapat
atau akan digunakan untuk mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut.

Desain (Perancangan) sistem adalah sebuah tekhnik pemecahan masalah


yang saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali bagian-
bagian komponen menjadi sistem yang lengkap-harapannya, sebuah sistem yang
diperbaiki. Analisis dan desain sistem informasi didefinisikan sebagai proses
organisasional kompleks dimana sistem informasi berbasis komputer di
implementasikan. (Al fatta, 2007)

Analisis Sistem adalah menganalisis dan mendefinisikan masalah dan


kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi. Analisis
Sistem merupakan Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam
bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan
yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan. Analisis situasi sistem
informasi kesehatan dilakukan dalam rangka pengembangan sistem informasi
kesehatan. Dalam melakukan analisis yang pertama kita lakukan adalah
menganilisis sistem. Dalam tahap analisis sistem ini kita akan melakukan
penelitian tentang sistem lama. Sehingga dari analisis sistem tersebut akan dapat
ditarik kesimpulan yang bisa digunakan sebagai tolak ukur sistem yang akan
dibangun.

Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis


SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antar komponen dengan memanfaatkan
deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan
masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem informasi
kesehatan secara berkelanjutan. SWOT merupakan akronim dari
Strength (kekuatan/kondisi positif), Weakness (kelemahan internal

6
sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem), dan  Threats (ancaman/
rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal sistem).

Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan


analisis strategis. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta
berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem dan menekan dampak ancaman
yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga
bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:

a. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis


dan holistik yang menyangkut situasi dimana organisasi berada,
identifikasi dan analisis berbagi alternatif yang layak untuk
dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang diperkirakan
paling ampuh.
b. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di
satu pihak, serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
c. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada
kuadran tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi
organisasi untuk melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut
secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan
pasar yang dilayani.

Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka


langkah-langkahnya adalah:

1. Langkah 1 : Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak


untuk diatasi secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2 : Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok
untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih
dahulu pada Langkah 1.
3. Langkah 3 : Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan
Langkah 2) ke dalam Pola Analisis SWOT. Pada waktu
mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam

7
sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan
kelemahan merupakan faktor internal yang perlu diidentifikasikan di
dalam sistem, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor
eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem.
Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa:
pemerintah, masyarakat luas, stakeholder internal dan eksternal, dan
pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan, atau jika terlalu
banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen masukan,
proses, dan keluaran. Masukan termasuk fisik dan non fisik. Proses berupa
pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk
tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja
sama. Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model,
media informasi, publikasi, pengguna informasi.
4. Langkah 4 : Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang
direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk
pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan program secara
berkelanjutan.
5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu,
dan susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program
penanganan.

Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan


masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara
berkelanjutan. Jika kekuatan lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik
dari ancaman, maka strategi pengembangan sebaiknya diarahkan kepada
perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih kecil dari
kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi
pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan
penataan sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan
dan peluang yang ada, dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar.

2.3 Rancangan Sistem Informasi Kesehatan

8
Perancangan Sistem adalah merancang output, input, struktur file,
program, produser, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk
mendukung system informasi. Tujuan perancangan sistem adalah untuk
mempermudah dalam pengolahan data pasien dan dalam penyimpanan datanya
maka diperlukan adanya pembuatan sistem informasi atau pengembangan sistem
informasi, sehingga informasi yang dihasilkan lebih cepat dan akurat.

Gambaran umum sistem yang diusulkan adalah dibuatnya sistem informasi


yang terintegrasi dalam pengolahan data pasien dengan menggunakan database
untuk penyimpanan datanya sehingga mempermudah dalam proses pengolahan
dan penyimpanan datanya. Perancangan prosedur yang diusulkan pada
perancangan prosedur sistem informasi pelayanan kesehatan yang diusulkan
misalnya pada prosedur pelayanan kesehatan yang diusulkan sudah menggunakan
pengolahan berbasis komputer.

Untuk perancangan basis data dapat berupa:

1. Normalisasi, merupakan proses pengelompokan data kedalam bentuk


tabel atau relasi atau file untuk menyatakan entitas dan hubungan
mereka sehingga terwujud suatu database yang mudah untuk
dimodifikasi. Normalisasi bertujuan agar data menjadi lebih sedehana
dan mudah untuk diatur serta untuk menghilangkan redudansi data.
2. Relasi table, merupakan gambar relasi tabel dari sistem informasi
pelayanan kesehatan yang diusulkan.
3. Entity relationship diagram.
4. Struktur file, dalam pembuatan program dibutuhkan suatu struktur file
yang dimaksudkan untuk dapat melakukan kegiatan dalam pengelolan
data secara komputerisasi, agar mempermudah sistem kerja computer
5. Kodefikasi, dalam perancangan ini dibuat untuk memberikan identitas
pada suatu objek. Dengan adanya sistem kodefikasi ini diharapkan
dapat mengelola data dengan efisien baik pada saat memasukkan data
kedalam komputer dan mengambil data dan diharapkan tidak adanya
redudansi data. Adapun pengkodean tersebut diantaranya : kode

9
pasien, nomor registrasi, nomor rekam medis, kode desa, kode poli,
kode dokter, kode ruang, kode registrasi rawat inap,  kode obat.

Kemudian untuk perancangan antar muka dapat berupa:

1. Struktur menu, merupakan bagan yang menerangkan urutan dari


sistem yang dibuat untuk sistem pelayanan kesehatan masyarakat,
tentukan antara client dan Server. Pada sistem informasi pelayanan
kesehatan terdapat tiga client yaitu petugas pendaftaran, yang dapat
diakses hanyalah menu data yang di dalamnya terdapat Master Data
dan Data Pasien; dokter, yang dapat diakses oleh dokter hanyalah
menu rekam medis; obat, yang dapat diakses oleh bagian obat
hanyalah menu obat yang di dalamnya terdapat data obat dan
data resep.
sedangkan pada server terdapat struktur keseluruhan menu yang dapat
diakses hanya oleh admin.
2. Perancangan input, merupakan gambaran interface atau antarmuka
tempat memasukan data-data kedalam sistem. Berikut ini form-form
utama untuk input data adalah form login, form input data pasien, 
form input registrasi,  form Input rekam medis,  form input desa,  form
input obat, form input dokter, form input poli, form input registrasi
pasien rawat inap.
3. Perancangan output, merupakan perancangan yang dihasilkan dari
pengolahan data pelayanan kesehatan dan dapat dicetak sebagai
output. Kartu berobat, resep obat, laporan stok obat, dan laporan
keuangan.

Terakhir, ada perencanaan arsitektur jaringan

2.4 Implementasi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Implementasi Sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang telah


didesain kedalam bentuk pemograman untuk menghasilkan suatu tujuan yang
dibuat berdasarkan kebutuhan. Atau Sebuah sistem terintegrasi atau sistem
manusia-mesin, untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi,

10
manajemen dalam suatu organisasi. Langkah-langkah dalam implementasi sistem
informasi kesehatan:

1. Pemprograman.
2. Pengujian program.
3. Instalansi Program
4. Pengetesan Sistem
5. Pelatihan Personil
6. Konversi sistem

Implementasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Era Desentralisasi

SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan


disemua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat Perturan perundang undangan. Bagian atau ranah yang menyebutkan
SIK adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor
932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem
laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Kebutuhan akan data dan informasi
disediakan melalui penyelenggaraan SIK, yaitu dengan cara pengumpulan,
pengolahan, analisis data serta penyajian informasi.

Desentralisasi merupakan fenomena yang kompleks dan sulit


didefenisikan. Defenisinya bersifat kontekstual karena tergantung pada konteks
historis, institusional, serta politis di masing-masing Negara. Namun, secara
umum desentralisasi dapat didefenisikan sebagai pemindahan tanggung jawab
dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pembangkitan, serta pemanfaatan
sumber daya serta kewenangan administrative dari pemerintah pusat ke :

a.       Unit-unit territorial pemerintah pusat atau kementrian.

b.      Tingkat pemerintahan yang lebih rendah.

c.       Organisasi semi otonom.

11
d.      Badan otoritas regional

e.       Organisasi nonpemerintah atau organisasi yang bersifat sukarela.

Pada era desentralisasi, masalah menonjol yang dihadapi adalah perubahan


struktur dan fungsi sumber daya manusia, khususnya di tingkat distrik dan
provinsi, setelah peleburan kantor wilayah dan kantor Departemen Kesehatan
(Depkes).Perubahan SIK di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten
semenjak era desentralisasi, sebenarnya tidak hanya dipicu oleh kebijakan itu
sendiri (seakan-akan menimbulkan korban Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS) yang mengalami kekosongan data dan informasi) tetapi juga didorong
oleh perkembangan  teknologi informasi yang cukup pesat serta difusi teknologi
tersebut di sektor kesehatan secara meluas. Aturan yang lebih inci dan mendalam
dalam hal pemanfaatan teknologi informasi (informatika) dan pembinaan teknis
kepada para petugas di daerah akan mencakup konsep data kesehatan masyarakat
(tidak hanya penyakit dan status kesehatan, tetapi juga sumber daya dan indikator
kinerja manajemen pelayanan kesehatan), standar dan aturan website Dinas
Kesehatan sebagai data repository maupun format pertukaran data serta
interoperabilitas data antar organisasi. 

SIK memberikan dukungan informasi kepada proses pengambilan keputusan


disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan (Sistem Kesehatan). Maka, SIK
harus sesuai dengan struktur manajemen kesehatan dari Sistem Kesehatan.
Dengan adanya desentralisasi, maka pengembangan SIK diserahkan pada
kemampuan dan kebutuhan daerah sesuai kondisinya masing-masing.
Karakteristik data yang dibutuhkan di pusat dan daerah pun berbeda dimana
daerah mesti menjaring data berdasar ID yang unik, sedangkan kebutuhan pusat
lebih kepada jumlah data yang tidak serinci data di daerah.

Implementasi SIK di era desentralisasi mencakup sistem pencatatan dan


pelaporan seperti data vital, surveilans, data pelayanan, pemetaan, pengendalian
wabah tetapi, ini masih belum terintegrasi
dengan database yang online diwebsite Dinas Kesehatan dan Depkes sesuai
standar dan interoperabilitasnya. Pemanfaatan internet yang semakin luas

12
dikalangan medis seharusnya mampu meningkatkan proses pembelajaran
dikalangan medis dan masyarakatnya. Perubahan tentu tidak semudah itu terjadi.
Diperlukan pengembangan secara bertahap, pelatihan, penelitian dan tenaga-
tenaga baru bidang informatika kesehatan.

2.5 Pemeliharaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Pemeliharaan sistem informasi adalah suatu upaya untuk


memperbaiki, menjaga, menanggulangi, mengembangkan sistem yang ada.
Pemeliharaan ini di perlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kinerja sistem yang kita ada agar dalam penggunaannya dapat optimal.

Pemeliharaan Sistem wajib dilakukan selama sistem masih


beroperasi karena beberapa alasan. Misalnya mungkin sistem masih
menyisakan masalah–masalah yang tidak terdeteksi selama pengujian
sistem. Serta mengantisipasi apabila ada orang jahil menerobos keamanan
sistem yang bisa merugikan instansi. Pemeliharaan itu dibagi menjadi dua
yaitu pemeliharaan hardware dan pemeliharaan software. Sistem perlu
dipelihara karena beberapa hal, yaitu:
 Sistem memiliki kesalahan yang dulunya belum terdeteksi,
sehingga kesalahan-kesalahan sistem perlu diperbaiki.
 Sistem mengalami perubahan-perubahan karena permintaan
baru dari pemakai sistem.
3. Sistem mengalami perubahan karena perubahan
lingkungan luar (perubahan bisnis).
 Sistem perlu ditingkatkan.

Tahap pemeliharaan dilakukan setelah tahap implementasi. Sistem


baru yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama
masa hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan
jika muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya,
organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki
tersebut. Pemeliharaan Sistem meliputi:

a. System Back-Up

13
Membuat Salinan/copy untuk data-data penting perusahaan
yang ada pada computer user maupun server ke dalam backup
storage (External Disk).
b. System Optimization
Melakukan Defragmentasi data dan membuang sampah-
sampah yang ada pada computer, serta memperbaiki kesalahan
setting sehingga computer dapat berjalan normal
c. System Rebuild
Membangun dan menata ulang kembali system yang rusak
oleh faktor yang tidak disengaja, agar system dapat bekerja normal
kembali.
d. System Upgrade
Menambah fungsi, memperbaharui system yang ada sesuai
dengan kebutuhan pelanggan, serta melakukan testing stabilitas
untuk hardware dan software.
e. Training dan Pelatihan
Memberikan Pengarahan dan konsultasi kepada operator
computer, sehingga operator dapat mengoperasikan computer
sesuai dengan prosedur pengoperasian komputer yang baik dan
benar.
f. Update Anti Virus & Pembersihan Virus
Melakukan Update Definition file Anti Virus sehingga anti
virus yang ada dapat memproteksi komputer dari serangan virus
baik virus lam amaupun baru, dan juga melakukan scaning virus
serta membersihkan komputer dari Virus.
g. System Security
Pemasangan Firewall dan sistem authentifikasi untuk
pengamanan system dan data penting perusahaan dari orang luar
yang tidak berkepentingan.

Langkah-langkah pemeliharaan sistem terdiri atas:

14
1) Penggunaan Sistem, Yaitu menggunakan sistem sesuai dengan
fungsi tugasnya masing-masing untuk operasi rutin atau  sehari-
hari.
2) Audit Sistem, Yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal
untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi
kriteria kinerja. Hal semacam ini disebut penelaahan setelah
penerapan dan dapat dilakukan oleh seorang auditor internal.
3) Penjagaan Sistem, Yaitu melakukan pemantauan untuk
pemeriksaan rutin sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik.
Selain itu juga untuk menjaga kemutakhiran sistem jika sewaktu-
waktu terjadi perubahan lingkungan sistem atau modifikasi
rancangan software.
4) Perbaikan Sistem, Yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi
terjadi kesalahan (bugs) dalam program atau kelemahan rancangan
yang tidak terdeteksi saat tahap pengujian sistem.
5) Peningkatan Sistem, Yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem
ketika terdapat potensi peningkatan sistem setelah sistem berjalan
beberapa waktu, biasanya adanya potensi peningkatan sistem
tersebut terlihat oleh manajer kemudian diteruskan kepada spesialis
informasi untuk dilakukan modifikasi sesuai keinginan manajer.

Jenis – jenis pemeliharaan sistem meliputi :

 pemeliharaan korektif, adalah pemeliharaan yang mengkoreksi


kesalahan – kesalahan yang ditemukan pada sistem, pada saat
sistem di jalankan / berjalan.
 Pemeliharaan adaptif, yaitu pemelihaaan yang bertujuan untuk
menyesuaikan perubahan yang terjadi
 Pemeliharaan perfektif, pemeliharaan ini bertujuan untuk
menigkatkan cara kerja suatu sistem
 Pemeliharaan preventif, pemeliharaan ini bertujuan untuk
menangani masalah – masalah yang ada

Siklus Hidup Pemeliharaan Sistem (SMLC), meliputi:

15
 Permintaan Perubahan
 Mengubah permohonan pemeliharaan menjadi suatu perubahan
 Menspesifikasi perubahan
 Membangun pengganti
 Menguji pengganti
 Melatih pengguna dan melakukan tes penerimaan,Dll.

Prosedur Pemeliharaan Sistem

a. SDLC dan SWDLC


Aplikasi yang professional dalam SDLC dan SWDLC dan teknik
maupun perangkat modeling yang mendukungnya adalah hal-hal
keseluruhan yang terbaik yang dapat seseorang lakukan untuk
meningkatkan maintainabilitas system.
b. Definisi data standar
Trend ke arah sistem manajemen database relasional mendasari
dorongan ke normalisasi data dan definisi data standart.
c. Bahasa pemrograman standar
Penggunaan bahasa pemrograman standart,misalnya C atau
COBOL,akan mempermudah pekerjaan pemeliharaan.
d. Rancangan Moduler
Programer pemeliharaan dapat mengganti modul program jauh
lebih mudah daripada jika ia berurusan dengan kedeluruhan program.
e. Modul yang dapat digunakan Kembali
Modul biasa dari kode yang dapat digunakan kembali,dapat
diakses oleh semua aplikasi yang memerlukannya. Dokumentasi
standar Diperlukan system,pemakai,perangkat lunak dan dokumentasi
operasiyang standart sehingga semua informasi yang diperlukan untuk
beroperasi dan pemeliharaan aplikasi khusus akan tersedia.
Kontrol sentral Semua program,dokumentasi dan data test
seharusnya diinstal dalam penyimpanan pusat dari system CASE
(Computer-Aided Softtware Engineering atau computer Assisted
Software Enginering.

16
Tantangan mengelola pemeliharaan sistem adalah sama dengan
tantangan mengelola usaha-usaha lain,yaitu tantangan untuk mengelola
manusia. Prioritas untuk mengarahkan pemeliharaan sistem adalah
mengumpulkan sekelompok pemelihara yang berkompeten dan
termotivasi,serta menyuplai mereka dengan perngkat dan sumber-sumber
untuk melakukan pemeliaraan sistem yang terjadwal maupun yang tidak
terjadwal. Pemeliharaan sistem terjadwal dapat dibuat menurut kalender
atau diagram gantt.Pemeliharaan tidak terjadwal biasanya dilakukan atas
inisiatif pemakai dan operator. Bagaimanapun juga pihak manajemen
seharusnya menetapkan suatu cara untuk mengawali,merekam,dan
mengevaluasi aktivitas pemeliharaan. Dengan melalui evaluasi kegiatan
pemeliharaan,seorang manager akhirnya dapat mengoptimalkan program
pemeliharaan sistem secara keseluruhan.

2.6 Peningkatan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Dalam tahun 2010, Pusat Data dan Informasi giat menyusun Roadmap
untuk penguatan/peningkatan SIK nasional. Inisiatiinisiatif yang diidentifikasikan
di dalam Roadmap 5 tahun ini adalah khusus untuk menangani tiga permasalahan
besar SIK di atas. Informasi lengkap mengenai inisiatif yang disusun di dalam
Roadmap ini bisa dilihat bila Roadmap ini diterbitkan. Salah satu inisiatif yang
disusun dalam Roadmap ini adalah SIKDA Generik. Yang jelas, untuk
memperkuatkan SIK nasional, adopsi TIK harus ditingkatkan agar semua dapat
berbasis elektronik dan data bisa dikirim dan diakses dengan cepat dan tepat.

Namun untuk memodernisasikan SIK dengan adopsi TIK memerlukan


investasi yang sangat tinggi karena melibatkan banyak dana untuk perangkat
keras, lunak, implementasi dan operasional. Ini menjadi hambatan utama (selain
faktor lain seperti kekurangan dalam infrastruktur seperti listrik).

Hal tersebut merupakan sebab mengapa implementasi TIK di sektor


Kesehatan masih belum menyeluruh.Dengan alasan ini, Pusdatin mengambil
inisiatif untuk membangun perangkat lunak SIK yang bisa dipakai di Puskesmas,
Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi, dan di tingkat

17
nasional sebagai Bank Data Kesehatan Nasional yang gratis (berbasis open
source) untuk semua. Untuk fase pertama tahun 2011, SIKDA Generik akan
konsentrasi dalam semua modul kecuali modul Rumah Sakit yang akan dibangun
pada fase kedua tahun 2012.

Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi


antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Bentuk fisik dari SIK
terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan
aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem informasi
rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran
data antar aplikasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan merupakan sarana untuk menunjang pelayanan


kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang
efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di
semua jenjang, bahkan di puskesmas atau di rumah sakit kecil sekalipun. Bukan
hanya data, bahkan juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang
dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan
terlaksana dengan baik.

3.2 Saran

Penggunaan terhadap sistem informasi kesehatan harus lebih


disosialisasikan lagi agar tidak hanya rumah sakit dan puskemas besar saja yang
bisa menggunakan sistem informasi ini tetapi tempat – tempat kesehatan seperti
pustu, posyandu dan tempat-tempat kesehatan lainnya agar bisa menggunakan
sistem informasi ini. Agar semua jaringan data maupun informasi terkoneksi
dengan baik hingga ke pusat, sehingga data menjadi valid dan meminimalkan
terjadinya kesalahan pada tatanan sistem informasi kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al Fatta, Hanif. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk

Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta : Andi.

Hakam, Fahmi. 2016. Analisis, Perancangan dan Evaluasi Sistem Informasi

Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97

TAHUN 2015 TENTANG PETA JALAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

TAHUN 2015-2019. Diakses melalui:

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/PMK-

No-97-Th-2015-ttg-Peta-Jalan-Sistem-Informasi-Kesehatan-Tahun-2015-

2019.pdf

19
20

Anda mungkin juga menyukai