Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH &


REKLAMASI LAHAN
(PNT 3110)

Oleh :

Eryan Prakosa

(11215)

LABORATORIUM FISIKA TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
ACARA V
PEMBUATAN TERAS BANGKU
Eryan Prakosa
(11215)
I. PENGANTAR
a. Latar Belakang
Semakin banyaknya fenomena erosi tanah yang terjadi di daerah yang memiliki
kemiringan yang cukup tinggi pada berbagai lahan, merupakan indikasi belum adanya
perhatian yang besar dari petani ataupun pihak yang terkait terhadap erosi. Sehingga dengan
adanya hal ini, kegiatan konservasi sangatlah diperlukan untuk mencegah terjadinya
pengaruh buruk terhadap tanah terutama hubungannya dengan kesuburan tanah pada daerah
tersebut, karena lapisan permukaan atas tanah yang kaya akan unsur hara terkikis dan
mengakibatkan terbentuknya lahan yang marginal. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
tingkat produksi lahan pertanian yang telah diusahakan oleh petani dan biaya produksi yang
dibutuhkan bisa meningkat.
Pencegahan terjadinya erosi pada daerah yang memiliki kemiringan lereng dan rawan
terhadap erosi sangatlah penting adanya karena hal ini dapat merugikan secara ekonomi
dalam jangka waktu yang lama disebabkan lahan petani yang berada pada lereng yang rawan
erosi telah hilang lapisan permukaan tanah (humus) dan untuk mengembalikan ke keadaan
semula diperlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Daerah yang berlereng juga
rawan terhadap terjadinya longsor yang seringkali menimbulkan korban manusia.
b. Tinjauan Pustaka

Pertanian menurut kontur merupakan salah satu model SALT (Sloping Agriculture
Land Technology), yaitu mengubah lahan miring yang tidak produktif menjadi produktif.
Teknik yang dikembangkan memberikan kesempatan kepada petani dan meningkatkan
kesuburan tanah, konservasi lengas tanah, menekan hama dan penyakit, menekan
ketergantungan pada masukan dari luar usahatani. Lebih jauh lagi tehnik ini mengubah lahan
miring yang kritis menjadi lebih produktif. Dengan teknologi SALT diharapkan pendapatan
petani meningkat baik melalui tanaman semusim maupun tanaman keras.( Sutanto, 1999).
Tujuan utama pembuatan teras adalah untuk mengurangi panjang lereng, sehingga
dapat memperkecil aliran permukaan. Di samping itu pembuatan teras juga memberi
kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah (infiltrasi), bahkan ada teras yang sengaja
dibangun supaya tanah dapat meniyimpan air (Seta, 1991).
Teras bangku dibuat pada tanah-tanah dengan kemiringan 15-50 %. Teras bangku
memiliki bidang olah yang dibuat miring ± 0,1 % ke arah dalam yang juga dilengkapi dengan
saluran pembuang aliran( Sarief, 1985)
Teras –teras bangku biasanya dibangun pada tanah pertanian yang mempunyai
kemiringan sekitar 10% sampai 30%. Bagi mereka yang benar-benar memperhatikan tanah
pertaniannya agar awet atau dapat digunakan untuk jangka waktu panjang, untuk diwariskan
pada anak cucunya, usaha pentersaan bahkan ada yang diatur secara baik pada tanah yang
mempunyai kemiringan kurang dari !0%. Pembuatannya memang banyak memerlukan biaya
untuk upah para pekerja. Namun demikian keutuhan, kemanfaatan dan produktifitas dapat
dipertahankan untuk jangka waktu panjang(Utomo,1983).
II. METODOLOGI

Praktikum acara V yang berjudul Pembuatan Teras Bangku ini dilaksanakan pada
tanggal di daerah hutan pinus di Gunung Kidul. Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam
acara ini adalah meteran, klinometer, ajir, palu, selang plastik transparan, pisau, spidol
permanen, plastik, rafia, dirigen plastik dan corong.
Penentuan dan pembuatan garis kontur ini dilakukan dengan metode kerangka “A”
dan metode Levelling sederhana. Untuk meode kerangka “A” ini dengan meletakan salah
satu kaki kerangka tersebut di titik awal garis kontur, kemudian mencari titik garis kontur
yang lain dengan menggerakan kaki kerangka yang lain sehingga tali pemberat berada ± di
tengah-tengah kerangka “A”. Langkah selanjutnya mengantikan posisi kaki kerangka “A”,
posisi kaki pada titik awal menempati posisi kaki kerangka yang ke dua dan kemudian kaki
kerangka dua mencari titi garis kontur yang lain yang ditandai tali pemberat berada ± di
tengah-tengah kerangka “A” disertai pemberian tanda pada tiap titik garis kontur. Kemudian
jalankan kerangka “A” ke arah memotong lereng seperti langkah sebelumnya sampai didapat
ttitk garis kontur yang dari hasil tersebut bisa dibuat sketsa garis kontur.
Pada metode Levelling sederhana ini menggunakan selang plastic yang diisi air
sampai penuh yang tidak ada gelembung udara dan permukaan air pada kedua ujung
selangnya ditandai batas dengan spidol. Salah satu ujung selang diikatkan di patok titik awal
garis kontur dan ujung ynag lain di patok bebas, yang dalam pengerjaannya air pada selang
tidak tumpah. Kemudian tarik ujung selang yang bebas ke arah memotong lereng dan dijaga
tinggi permukaan air selalu di garis tanda batas selama pengerjaannya. Hal ini dilakukan
untuk garis kontur yang lain sehingga dapat membuat sketsa garis kontur.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dilihat dari nilai indeks lereng keseluruhan dan kemiringan lerengnya yang paling
cocok dalam terasering adalah dengan pembuatan teras bangku karena lereng di lokasi
tersebut memiliki kemiringan antara 10% - 60 %. Teras bangku ini dibuat dengan jalan
memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga menjadi suatu deretan
bentuk bangku. Teras bangku merupakan serangkaian bidang datar atau hampir datar yang
miring ke sebelah dalam sekitar 3 %. Bidang tersebut dibatasi oleh bidang tegak dengan
kemiringan 2:1, agar air permukaan tidak mengalir kea rah tepi teras. Pekerjaan penterasan
dimulai dari tempat tertinggi sehingga untuk meratakan lereng dalam mengisi tempat
dibawahnya tanahnya dapat diambil dari tempat lereng atas sebelumnya. Disamping itu,
semakin curam kelerengan suatu tanah maka luas bidang olah teras akan semakin sempit.
Dalam pembuatan teras ini perlu dperhatikan pula garis kontur pada lereng tersebut.
Untuk mengetahui rata tidaknya suatu pemukaan lereng dapat diketahui dengan metode
kerangka ”A” yang memiliki prinsip pada gaya gravitasi dan metode selang dengan prinsip
gaya gravitasi dan persamaan permuakaan air pada kedua ujung selang tersebut. Karena
begiatu sederhana dan mudah pemakaiannya, sehingga metode ini banyak digunakan oleh
petani untuk mengetahui garis kontur pada suatu lereng. Dengan adanya titik garis kontur
dapat diketahui bagian lereng yang tidak rata dengan mnghubungkan tiap titik–titik kontur
yang memilki ketinggian yang sama dari penggunaan kedau metode tersebut. Sehingga
permukaan tanah yang ketinggianya berbeda dengan titik kontur dapat ditambahi tanah atau
dibongkar untuk meratakan tanah tersebut.
Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam. Teras bangku datar
adalah teras bangku yang bidang olahnya datar (membentuk sudut 0 o dengan bidang
horizontal). Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke
arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. Teras
bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke
arah yang berlawanan dengan lereng asli. Air aliran permukaan dari setiap bidang olah
mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah
terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya. Teras
bangku gulir kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak penggalian bidang
olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang
kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap
di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat
efektif mengurangi erosi.
IV. KESIMPULAN

1. Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan
tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga.
2. Di daerah hutan pinus di Gunung Kidul cocok dilakukakan pembuatan teras bangku
karena lereng di lokasi tersebut memiliki kemiringan antara 10% - 60 %.
3. Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam.
4. Dalam pembuatan teras perlu dperhatikan pula garis kontur pada lereng tersebut.
V. PENGHARGAAN

1. Alhamdulilah dan Puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan sehingga saya dapat melaksanakan praktikum konservasi
dan reklamasi lahan dengan baik dan lancar.
2. Bapak Suci Handayani, selaku dosen, pembimbing, dan koordinator praktikum
konservasi dan reklamasi lahan yang selalu tidak bosan dalam memberikan arahan dan
bimbingannya sehingga kami dapat melaksanakan praktikum ini dengan baik.
3. Mas Ali dan Mbak Unun selaku asisten yang membantu kami dalam pelaksanaan
praktikum dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit dari ilmunya dan
hal-hal baru yang dapat dipelajari.
4. Teman-teman kelompok 2 atas kerja sama kalian dalam melaksanakan praktikum
konservasi dan reklamasi lahan
DAFTAR PUSTAKA

A.K. Seta. 1991. Konservasi Sumberdaya. Tanah dan Air; Cetakan ke-2.Kalam Mulia.
Jakarta

Sutanto, Rachman. 1999. Penerapan Organik penerapan Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. STPN-HPS. Yogyakarta. 1999..

Sarief, Saifudidin. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung.

Utomo, W.W. 1983. Pengawetan Tanah. UNIBRAW. Malang

Anda mungkin juga menyukai