Anda di halaman 1dari 9

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Ma’asyiral Muslimin wal muslimat Rahimakumullah!

Hari ini kita umat Islam di seluruh dunia tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri 1440 H.
Lantunan takbir, tahmid, dan tahlil yang mengagungkan asma Allah berkumandang
menyambut hari raya ini. Jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh
penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai ungkapan rasa syukur
dan sikap penghambaan manusia kepada Allah SWT.  

Pada hari ini kita semua bergembira karena kita telah berhasil melewati sebuah ujian maha
berat yaitu mengendalikan hawa nafsu selama sebulan penuh. Tetapi kita pun bersedih
karena hari ini kita telah ditinggalkan oleh sebuah bulan yang agung, bulan suci ramadhan
1440 H.

Hari-hari yang selama sebulan penuh dipadati dengan ibadah, malam-malam yang
diramaikan dengan shalat tarawih dan tadarrus Alquran, dinihari yang diisi dengan tasbih
dan istigfar, saat sore menjelang maghrib yang kita hiasi dengan dzikir dan tilawah alquran,
serta hari-hari dimana kita bekerja keras untuk mencari kehidupan dunia berpadu dengan
amal-amal shalih untuk kebahagiaan akhirat, kini telah berlalu.

Kini tinggallah harapan dan doa, semoga Allah SWT Yang Maha Pengampun berkenan
mencurahkan magfirah atas segala dosa dan kesalahan kita, sehingga sejak pagi ini kita
memulai kehidupan baru, kehidupan yang diwarnai dengan kebersihan dan kesucian jiwa.
Tidak ada perpisahan yang lebih mengharukan dari pada perpisahan dengan Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Di dalamnya kita semua dihantarkan secara
perlahan menuju kepada titik fitrah, yaitu titik penciptaan kita yang bersih dan suci. Karena
itu tidaklah mungkin manusia akan mencapai kesempurnaan dirinya tanpa kembali ke titik
asal diciptakannya. Itulah titik di mana manusia benar-benar menjadi manusia. Bukan
manusia yang penuh lumuran dosa dan kekejaman. Bukan manusia yang dipenuhi
gelimang kemaksiatan dan kedzaliman.

Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa berapa banyak orang yang berpuasa
Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus.
Artinya bahwa ia dengan Ramadhan tidak bisa kembali ke fitrahnya, padahal semua
rangkaian ibadah Ramadhan adalah tangga untuk kembali menuju fitrah. Mengapa
demikian?..Mengapa semua ibadah itu tidak mengantarkan mereka ke titik fitrah?.. Di
manakah letak salahnya?... Jawabannya tentu terletak pada manusianya itu sendiri.

Sebab ternyata masih banyak orang yang memasuki bulan suci Ramadhan tidak maksimal
menjalankan ibadah-ibadah yang Allah dan rasulNya ajarkan. Banyak orang yang
memasuki Ramadhan sekedar dengan semangat beribadah saja, sementara hakikat dan
makna ibadah yang harus dijadikan bekal selama Ramadhan diabaikan. Banyak orang
memasuki Ramadhan semata menahan lapar dan haus di siang hari, sementara di malam 
hari mereka kembali ke dosa-dosa. Banyak orang memasuki Ramadhan bukan untuk
meningkatkan ibadah dan keimanan, melainkan untuk meningkatkan omset-omset maksiat.
Pun banyak orang memasuki Ramadhan dengan semangat di awal-awal saja, sementara di
akhir-akhir Ramadhan di mana Rasulullah beri’tikaf dan memburu malam lailatul qadar,
malah ia sibuk dengan permainan-permainan dan senda gurau. Bahkan yang sangat
menyedihkan adalah bahwa banyak orang yang semangat beribadah hanya di bulan
Ramadhan saja, tetapi begitu Ramadhan berlalu, semua ibadah itu lenyap seketika dari
permukaan. Masjid-masjid yang tadinya ramai dengan shalat malam dan shalat berjamaah,
setelah Ramadhan, mesjid itu kembali kosong dan sepi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd

Saudara-saudara Kaum Muslimin rahimakumullah!

Bulan Ramadhan haruslah menjadi titik tolak bagi kita untuk kembali ke fitrah sejati. Dari
bulan Ramadhan ini lah kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup sebagaimana
ketaatan kita selama bulan Ramadhan. Dalam surah An Nahl : 92,  Allah SWT
mengingatkan kita  :

 ‫ت َغ ْزهَلَا ِم ْن َب ْع ِد ُق َّو ٍة أَنْ َكاثًا‬


ْ‫ض‬َ ‫َواَل تَ ُكونُوا َكالَّيِت َن َق‬
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang
sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali

Ini sebuah pelajaran yang sangat mahal dari Allah SWT. Allah merekam kisah seorang
wanita yang hidupnya sia-sia. Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari
ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Betapa sia-sia apa yang
diusahakannya. Perhatikanlah kaum Muslimin .... Allah melarang agar kita tidak meniru dan
mengulangi akhlak wanita tersebut, karena sesungguhnya  perbuatan sia-sia itu adalah
kerugian yang nyata.

Karena itulah  Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan agar kita selalu
istiqaamah/teguh dalam pendirian. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang
bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi
tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).

Demikianlah, setiap tahun kita menjalani ibadah Ramadhan dengan penuh semangat siang
dan malam. Siangnya kita berpuasa, malamnya kita tegakkan shalat malam, tetapi
benarkah nuansa ketaatan itu akan terus bertahan seumur hidup kita? Atau ternyata itu
hanya untuk Ramadhan? Berapa banyak orang Islam yang selama Ramadhan rajin ke
masjid, tetapi begitu Ramadhan habis, seakan tidak kenal masjid lagi. Berapa banyak orang
Islam yang selama Ramadhan rajin membaca Al Quran, tetapi begitu Ramadhan selesai, Al
Quran dilupakan begitu saja. Mirip dengan kisah wanita yang diceritakan Allah di atas.
Selama Ramadhan ketaatan dipintal, tetapi begitu Ramadhan usai, semua ketaatan yang
indah itu dicerai beraikan kembali.

Oleh karena itu, maka melalui ramadhan dan idul fitri ini, sudah saatnya kita kembali
kepada fitrah kita. Kita kembali melihat dan menyusun angan-angan dan cita-cita hidup kita,
obsesi kita, menuju ke kehidupan yang lebih baik dan diridhoi Allah swt di masa yang akan
datang.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil hamd

Kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah!

Semua kita mencita-citakan masyarakat yang bersih dan negara yang bersih. Itulah yang
kita kenal dengan masyarakat Madani. Tetapi itu semua hanyalah mimpi tanpa adanya
pribadi yang bersih. Karena itu Allah swt. sejak dini menyerukan lahirnya pribadi dan rumah
tangga yang bersih.

Allah berfirman:
‫َّاس َواحْلِ َج َارةُ َعلَْي َها َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ٌظ ِش َداد اَل‬ ِ ِ َّ
ُ ُ‫ين ءَ َامنُوا قُوا أَْن ُف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوق‬
ُ ‫ود َها الن‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الذ‬
 )6:‫ (التحرمي‬  ‫صو َن اللَّهَ َما أ ََمَر ُه ْم َو َي ْف َعلُو َن َما يُ ْؤ َم ُرو َن‬
ُ ‫َي ْع‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6)

Perhatikan, betapa Allah SWT telah memberikan langkah-langkah praktis bagaimana


menuju masayarakat yang baik. Yaitu dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Sebab hanya
melalui kedua unsur inilah pilar pokok sebuah masyarakat dan negara dapat dibangun.
Pribadi yang menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka adalah pribadi yang bersih.
Bersih dari dosa-dosa kepada Allah swt.

Saudara-saudara sidang jamaah Ied yang dirahmati Allah SWT

Dari amalan Ramadhan yang telah kita kerjakan, setidaknya ada 5 pelajaran penting yang
harus dipertahankan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga
dengannya kelak akan lahir masyarakat yang bersih :

Pertama, Jauhi Harta Haram (Tarkul halal min ajlil ibti’ad ‘anil haram).

Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita
untuk memilih yang haram. Masyarakat yang hidup di atas harta haram adalah masyarakat
yang rapuh. Dalam sejarah kita membaca, hancurnya raja-raja terdahulu adalah kerena
kedzaliman mereka terhadap rakyatnya. Banyak hak rakyat yang tidak dipenuhi. Akibatnya
Allah swt. menghancurkan mereka. Dalam Al Qur’an kita membaca firman Allah:

   ‫اب لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬َ َ


ِ ِ‫ك َك ْثرةُ اخْلَب‬
ِ ‫يث فَ َّات ُقوا اللَّهَ ياأُويِل اأْل َلْب‬ ُ ِ‫قُ ْل اَل يَ ْستَ ِوي اخْلَب‬
ُ ِّ‫يث َوالطَّي‬
َ َ َ‫ب َولَ ْو أ َْع َجب‬
)100‫(املائدة‬
Katakanlah: ''Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk
itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu
mendapat keberuntungan.''(QS. Al Maidah: 100)

Dalam ayat ini Allah befirman bahwa harta haram itu sebagai al khabits (kotoran yang
menjijikan). Artinya seandainya harta haram itu dinampakkan Allah berupa kotoran maka
niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karenanya, tidak akan pernah
sama antara alkhabits (kotoran yang menjujikkan) yang jumlahnya banyak dengan ath
thayyib (yang halal dan baik) sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Mengapa?.. Sebab
yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menyebarkan kebaikan.
Oleh sebab itu Allah lalu memerintahkan agar kita bertaqwa:  fattaqullaaha yaa ulil albaab.
Apa artinya? Bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi
harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan
terhantar ke level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa otomatis rumah tangga akan
bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, otomatis masyarakat
akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan. Allah berfirman:

ِ ِ ‫السم ِاء واأْل َر‬ ِ ٍ


‫اه ْم‬ َ ‫ض َولَك ْن َك َّذبُوا فَأ‬
ُ َ‫َخ ْذن‬ ْ َ َ َّ ‫َن أ َْه َل الْ ُقَرى ءَ َامنُوا َو َّات َق ْوا لََفتَ ْحنَا َعلَْي ِه ْم َبَر َكات م َن‬
َّ ‫َولَ ْو أ‬
 )96‫ْسبُو َن(األعراف‬ ِ ‫مِب َا َكانُوا يك‬
َ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al A’raf: 96)

Kedua,  Kendalikan Nafsu dari maksiat (Al isti’la’ ‘alal hawa).

Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan
bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan
nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang
memang tidak punya akal, manusia adalah makhluk yang harus mengatur gejolak
nafsunya. Dengan demikian masyarakat yang hidup di atas bimbingan nafsunya adalah
masyarakat binatang. Ia makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana
yang haram. Ia berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Karena itu di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar
makanan dan minuman haram, seperti babi dan khamr, bahkan itu dianggap biasa. Bukan
hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang
rapuh. Dalam Al Quran Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah
karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal.
Mereka seperti binatang bahkan lebih parah lagi. Allah berfirman:

‫ص ُرو َن هِبَا َوهَلُ ْم‬


ِ ‫س هَل م ُقلُوب اَل ي ْف َقهو َن هِب ا وهَل م أ َْع ٌ اَل يب‬
ُْ ‫َّم َكث ًريا م َن اجْل ِّن َواإْلِ نْ ِ ُ ْ ٌ َ ُ َ َ ُ ْ نُي‬
ِ ِ ِ ‫ولََق ْد َذرأْنَا جِل هن‬
َ ََ َ َ
 )179‫ (األعراف‬     ‫ك ُه ُم الْغَافِلُو َن‬ َ ِ‫َض ُّل أُولَئ‬ َ ِ‫ءَا َذا ٌن اَل يَ ْس َمعُو َن هِبَا أُولَئ‬
َ ‫ك َكاأْل َْن َع ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)

Ketiga, Tundukkan Syetan (As saitharah ‘alasy syaithon).

Kita telah membuktikn selama Ramadhan bahwa syetan dijadikan tidak berdaya. Lihatlah
masjid-masjid penuh selama Ramadhan. Malam harinya–terutama pada sepuluh malam
terakhir–sepanjang malam masjid hidup dengan orang-orang ber’tikaf dan shalat malam. Di
rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung
orang-orang sedang membaca Al Quran. Itu semua adalah bukti nyata bahwa syetan
sebenarnya sangat lemah. Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada
Allah dan hari Kiamat ia masih ikut syetan dan sibuk dengan acara-acara syetan. Dalam Al
Quran banyak sekali peringatan dari Allah mengenai bahaya syetan:
1. Syetan adalah musuh yang nyata. Sebab semua syetan pasti mengajak ke
neraka. Allah berfirman (QS. Fatir : 6) :

 )6‫ (فاطر‬ ‫السعِري‬ ِ ‫َصح‬ ِ ِ ِ ِ‫خَّت‬


َّ ‫اب‬ َ ْ ‫إِ َّن الشَّْيطَا َن لَ ُك ْم َع ُد ٌّو فَا ُذوهُ َع ُد ًّوا إِمَّنَا يَ ْدعُو ح ْزبَهُ ليَ ُكونُوا م ْن أ‬
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

2. Syetan selalu mempengaruhi seseorang supaya keluar dari jalan lurus, dan menuju ke
neraka. Allah befirman (QS. Al A’raf : 16) :

ِ
)16‫ (األعراف‬   ‫يم‬ َ َ‫قَ َال فَبِ َما أَ ْغ َو ْيتَيِن أَل َ ْقعُ َد َّن هَلُ ْم ِصَراط‬
َ ‫ك الْ ُم ْستَق‬
Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.

ِ ِ ‫ب مِب َا أَ ْغ َو ْيتَيِن أَل َُزيِّنَ َّن هَلُ ْم يِف اأْل َْر‬


)39‫ (احلجر‬ ‫ني‬ ُ ‫ض َوأَل ُ ْغ ِو َين‬
َ ‫َّه ْم أَمْج َع‬ ِّ ‫قَ َال َر‬
Iblis berkata: ''Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya'' (QS. Al Hijr : 39)

3. Syetan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan
syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan
tidak menegakkan shalat. Allah berfirman:

‫ص َّد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َع ِن‬ ِ ِ


ُ َ‫ضاءَ يِف اخْلَ ْم ِر َوالْ َمْيس ِر َوي‬
َ ‫يد الشَّْيطَا ُن أَ ْن يُوق َع َبْينَ ُك ُم الْ َع َد َاوةَ َوالَْب ْغ‬ ُ ‫إِمَّنَا يُِر‬
   ‫الصَّاَل ِة َف َه ْل أَْنتُ ْم ُمْنَت ُهو َن‬
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).

4. Syetan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinan supaya seseorang tidak berinfaq,


dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina. Allah berfirman:

ِ ِ ِ
ْ َ‫الشَّْيطَا ُن يَعِ ُد ُك ُم الْ َف ْقَر َويَأْ ُم ُر ُك ْم بِالْ َف ْح َشاء َواللَّهُ يَعِ ُد ُك ْم َم ْغ ِفَر ًة ِمْنهُ َوف‬
ٌ ‫ضاًل َواللَّهُ َواس ٌع َعل‬
  ‫يم‬
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya
dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Keempat, Bersungguh-sungguh mengikuti tuntunan Allah (Ath Tho’ah al muthlaqah lillahi


Ta’ala).
Selama Ramadhan kita telah berhasil patuh dengan sepenuh hati kepada Allah SWT.
Ketika Allah memerintahkan berpuasa, kita langsung berpuasa. Padahal itu perbuatan yang
sangat berat. Sebab yang kita tahan adalah hal-hal yang sebenarnya halal dan boleh
dikerjakan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada alasan lagi setelah Ramadhan untuk tidak
mengikuti tuntunan Allah. Sebab Dialah Allah Yang Maha Mengetahui. Semua yang datang
dariNya pasti benar. Orang-orang yang tidak mengikutiNya pasti celaka.

Dalam sejarah banyak contoh ummat terdahulu yang sombong, tidak mau mengikuti
tuntunan Allah, karenanya mereka menolak ajakan para rasul. Bahkan tidak sedikit dari
mereka yang dengan terang-terangan membunuh nabi-nabi Allah. Semua itu kemudian
dihancurkan Allah. Allah tidak pernah gentar dengan kekuatan apapun dari makhlukNya.
Pun Allah tidak pernah takut akibat apapun yang akan terjadi ketika menimpakan adzab
kepada mereka. Perhatikan apa yang telah ditimpakan kaum Allah kepada kaum Aad,
Tsamuud, Fir’aun, Nuh dan sebagianya. Mereka semua dibinasakan Allah lantaran
kesombongan dan ketidakpatuhannya kepada Allah.

Kelima, Tinggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan (Al hijratu minadz dzunub).

Ramadhan adalah bulan perjuangan untuk menjauhi perbuatan dosa. Selama sebulan
penuh kita telah berhasil membuktikan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan
kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia yang
tidak mengandung nilai pahala sama sekali. Kita berusaha secara maksimal untuk
menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada
Allah SWT. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan
kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Quran dan terjaga dari
segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan
kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.

Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah.
Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masrakat
yang rentan. Ibjarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia
menjadi tidak produktif dan bahkan kepadanya tidak bisa lagi diharapkan kebaikan.

Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii
liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa di antaranya
sebagai berikut:

1. Perbuatan Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.

Artinya seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi
mengagungkan Allah. Kakinya akan terasa berat untuk melangkah ke masjid.
Badannya terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh.
Telinganya tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Quran, lama kelamaan hatinya
menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari batu. Maka ia tidak sensitive
atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah

2. Perbuatan Dosa menghilangkan ruh kecemburuan.

Seseorang yang hidpnya bergelimang dosa, maka ia tidak akan sensitive lagi bila
melihat orang-orang berbuat dosa. Ia tidak tersinggung lagi dengan istrinya yang
auratnya dilihat semua orang. Bahkan ia sengaja mengizinkan untuk mempertontonkan
auratnya di depan banyak orang. Ia tidak merasa tersinggung dengan anaknya yang
berbuat dosa di depan matanya. Akibat lebih lanjut dosa-dosa menjadi marajalela.
Maka menyebarlah kerusakan di muka bumi. Bila kerusakan menyebar, maka turunlah
adzab dari Allah swt.

3. Perbuatan Dosa membuat seseorang tidak lagi mempunyai rasa malu.

Artinya bahwa seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan ia tidak lagi merasa
berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Ingat bahwa
yang membedakan antara manusia dan binatang adalah bahwa manusia mempunyai
rasa malu. Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda: kalau kamu tidak mempunyai
rasa malu kerjakan apa saja yang kamu sukai. Artinya bahwa seorang yang terbiasa
berbuat dosa ia tidak akan mempunyai rasa malu. Bila rasa malu hilang maka hilanglah
kebaikan. Perhatikan Nabi bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksudnya
bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya
kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah
masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan. Sebaliknya masyarakat yang
penuh dosa-dosa adalah masyarakat yang jauh dari kemanusiaan dan penuh nuansa
kekejaman, kedzaliman dan kebinatangan.

4. Dosa membuat seseorang semakin jauh dari kebaikan (ihsan).

Artinya tidaklah mungkin bagi para pendosa itu berbuat ihsan. Ihsan adalah sikap di
mana seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga tidak mungkin baginya
untuk berbuat dosa. Sebab dari kesadaran ihsan seseorang benar-benar akan menjaga
dirinya dari pelanggaran terhadap ajaran Allah. Dalam sebuah hadits Nabi saw.
bersabda: al ihsaan an ta’budallaaha kaannaka taraahu, fain lam takun taraahu fa
innahuu yaraaka. Maka seorang yang telah terbiasa berbuat dosa secara otomatis ia
telah menghancurkan kesadaran ihsannya.

5. Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.

Allah SWT selalu menceritakan bahwa diadzabnya umat-umat terdahulu adalah karena
mereka berbuat dosa dan kemakziatan. Dalam surah Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT
berfirman:

‫الصْي َحةُ َو ِمْن ُه ْم َم ْن َخ َس ْفنَا بِِه‬ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ‫َخ ْذنَا بِ َذنْبِه فَمْن ُه ْم َم ْن أ َْر َس ْلنَا َعلَْيه َحاصبًا َومْن ُه ْم َم ْن أ‬
َّ ُ‫َخ َذتْه‬ َ ‫فَ ُكاًّل أ‬
 )40‫ض َو ِمْن ُه ْم َم ْن أَ ْغَر ْقنَا َو َما َكا َن اللَّهُ لِيَظْلِ َم ُه ْم َولَ ِك ْن َكانُوا أَْن ُف َس ُه ْم يَظْلِ ُمو َن (العنكبوت‬ َ ‫اأْل َْر‬
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak
hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Demikianlah kaum muslimin dan muslimat, 5 (lima) pelajaran penting dari bulan suci
ramadhan yang baru saja berlalu. Ramadhan adalah contoh kehidupan hakiki dan
kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah swt. menjadikan
amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa : la’allakum tattaquun.  Itu tidak
lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba
Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia,
menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada
Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!

Mengakhiri khutbah yang pertama ini, marilah kita syukuri nikmat karunia Allah SWT
kepada kita hari ini, dimana kita telah sampai dan dapat berlebaran dengan penuh
limpahan rahmat dan anugerahNya. Marilah pula kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT,
mengakui segala kekurangan dan kelemahan kita sembari memohon ampun dan taubat
atas segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di masa-masa silam.

Allahumma Ya Allah Yang Maha Pengasih, Kami adalah hamba-hambaMu yang lemah,
yang kerapkajli terpedaya oleh bujukan syetan, yang terkadang bergelimang dalam
kubangan dosa dan kesalahan;Di pagi yang suci ini, di atas hamparan tikar dan sajadah,
kami bersujud meratakan dahi di atas tanah seraya bersimpuh di bawah duli kebesaranMu,
memuji kebesaran dan keagunganMu, memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa
yang telah kami perbuat selama ini. 

Wahai Yang Maha Suci, Wahai Yang Maha Bijaksana, Wahai Yang Awal dari segala yang
awal dan Yang akhir dari segala yang akhir, kami datang menghadapMu dengan wajah
tertunduk malu seraya mengetuk pintu rahmatMu. Ampunilah dosa-dosa kami yang telah
meruntuhkan segala kebaikan kami dan yang mendatangkan bencana. Ampunilah dosa-
dosa kami yang menghancurkan karunia, Ampunilah dosa-dosa kami yang menghalangi
doa, Ampunilah dosa-dosa kami yang menjadi sebab turunnya bala bencana, sebab
sungguh tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau ya Allah Yang Maha
Pengasih dari segala yang mengasihi.

Allahumma Ya Rabbal Alamiin, Ampunilah kami, karena tanpa ampunanMu sungguh kami
termasuk orang-orang yang merugi. Maafkanlah kami ya Allah, apabila selama ini kami
terlalu banyak berbuat dosa dan kesalahan, apabila selama ini kami telah lupa diri dan tidak
pandai mensyukuri segala nikmat dan karuniaMu.

Allahumma ya Rabbi, ampunilah segala dosa dan kesalahan kedua orang tua kami, Ibu dan
Bapak kami yang telah mengasuh, mendidik dan membesarkan kami dengan segala
kepayahan dan penderitaan. Tanpa kami sadari ya Allah, begitu banyak dosa kedurhakaan
yang kami perbuat kepada mereka. Begitu sering kami menyakiti hati dan meneteskan air
mata mereka. Sungguh begitu besar dosa dan kesalahan kami kepada mereka. Karena itu
ya Allah, ampunilah mereka, kasihanilah mereka, terimalah segala amal bakti mereka dan
tempatkanlah mereka di sisiMu sebagai golongan orang-orang yang beruntung.

Ya Allah, perbaikilah sikap keagamaan kami sebab agama adalah benteng urusan kami,
perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat  kami sebagai
tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap
kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap
keburukan.

Allahumma ya Azza wa Jalla, berikanlah kepada kami kekuatan lahir dan batin untuk
menjalani sisa-sisa kehidupan kami, agar kami dapat menjadi hamba-hambaMu yang
pandai mensyukuri nikmat karuniaMu, agar kami dapat senantiasa berserah diri dan
berjuang di jalan yang Engkau ridhoi.

Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati
kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan
jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.
Allahumma Ya Allah, berilah kesabaran kepada kami atas kebenaran, keteguhan dalam
menjalankan perintah, akhir kesudahan yang baik dan ‘afiyah dari setiap musibah, bebas
dari segala dosa, keuntungan dari setiap kebaikan, keberhasilah dengan surga  dan
keselamatan dari api neraka, wahai dzat yang Maha Pengasih.

Allahumma ya Rahman ya Rahiim, besarkanlah kami ummat Islam sebagaimana besar dan
agungnya hari raya Idul Fithri ini, agar kami dapat senantiasa menegakkan kalimat : Laa
ilaaha illa llahu di seluas hamparan ciptaMu.

Amin ….. Amin …… Amin ….. yaa rabbal aalamiin

Anda mungkin juga menyukai