Anda di halaman 1dari 5

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017

“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”


Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

ANALISIS PEMBELAJARAN BERDASARKAN PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH FISIKA SISWA KELAS X SMA

Nora Susiana1, Lia Yuliati2, Eny Latifah3


1,2,3
Pendidikan Fisika Pascasarjana-Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang.
e-mail korespondensi: nora.susiana86@gmail.com

ABSTRAK
Selama ini yang sering terjadi dalam pembelajaran kemampuan siswa hanya dinilai dari hasil akhir, tanpa melihat
proses. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembelajaran siswa untuk memotret profil kemampuan
pemecahan masalah pada beberapa materi Fisika kelas X semester 2. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Instrumen yang digunakan berupa instrumen tes essay kemampuan pemecahan masalah dan hasil wawancara dengan
guru. Penelitian ini menghasilkan profil kemampuan pemecahan masalah siswa. Skor kemampuan pemecahan
masalah siswa masih sangat rendah. Kelemahan siswa dalam menyelesaikan permasalahan Fisika adalah: tidak dapat
menentukan informasi yang dibutuhkan, kesalahan dalam menentukan konsep fisika, kesalahan dalam menentukan
persamaan fisika, kesalahan menghitung, dan tidak dibiasakan membuat kesimpulan berdasarkan hasil. Berdasarkan
profil kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa, didapatkan kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah
Fisika siswa masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan siswa
masih terpusat pada guru. Peningkatkan kemampuan pemecahanmasalah siswa dapat dilakukan denganpembelajaran
yang terpusat pada siswa serta guru juga harus memberikan pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
Kata kunci: analisis pembelajaran, kemampuan pemecahan masalah, materi Fisika kelas X

ABSTRACT
All this time, which often occur in learning is the ability of students only judged from the final results, without seeing
the process. This research was conducted to analyze the student learning to catch on problem-solving skills profil in
some materials physics class x 2nd semester. This research uses descriptive method. Instrumen used in this research
is an essay test instrument problem-solving skills and interviews with teachers. Produces of this research is problem-
solving skills profil. Score of problem-solving skills is still very low. Weaknesses of students in solving the problems
of physics is can not determine the information needed, error in determining the concept of physics, errors in
determining the wquations of physics, miscalculations, and not accustomed to make conclusions based on the results.
Based on the students profile of physics problem-solving skills, it was conclude that physics problem-solving skills is
still very low. This is because the learning process is implemented by teachers students centered on
teachers.Increasing students' problem-solving skills can be done with student-centered learning, and teachers must
also provide learning can help students improve their problem-solving abilities.
.
Keywords: analysis of learning, problem-solving skills, materials physics class X

Selama ini yang sering terjadi dalam pembelajaran disediakan. Sehingga siswa dapat melakukan refleksi diri
kemampuan siswa hanya dinilai dari hasil akhir, tanpa dan mengetahui pada bagian mana siswa tersebut
melihat proses. Ketika siswa berhasil menjawab mengalami kesulitan. Begitu juga bagi guru dengan
pertanyaan dengan benar maka siswa tersebut dianggap mengetahui aturan-aturan yang sudah ditentukan dalam
sudah menguasai konsep tanpa perlu meninjau kembali pemecahan masalah fisika, guru dapat mengetahui letak
bagaimana proses yang dilakukan untuk mendapatkan kesulitan siswa dengan cepat.
hasil akhir tersebut. Begitu juga ketika siswa salah Karakteristik pembelajaran Fisika merupakan ilmu
menjawab, maka secara langsung dianggap siswa tidak yang sangat berkaitan dengan proses. Dalam mempelajari
menguasai konsep yang telah dipelajari tanpa melihat Fisika tidak cukup bagi siswa untuk mempelajari konsep
mengapa siswa tersebut tidak dapat menyelesaikan dan melihat hasil yang diperoleh. Siswa perlu untuk
permasalahan pada soal tersebut. Dwi dan Woro (2015) mengetahui proses dalam mendapatkan hasil tersebut
menyatakan dalam penelitiannya bahwa evaluasi proses dengan konsep yang digunakan. Dahar (1989)
pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika menyatakan bahwa banyak murid gagal atau tidak
memberikan penilaian hanya berpedoman pada kunci memberi hasil yang baik dalam pembelajaran karena
jawaban yang ditetapkan dengan tidak melakukan mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efisien
evaluasi proses yang dikerjakan siswa ketika menjawab dan efektif, mereka kebanyakan banya mencoba
permasalahan pada soal. Yanto & Kamaluddin (2013) menghafal pelajaran. Materi Fisika bukanlah materi yang
menyatakan bahwa untuk memecahkan permasalahan dapat dipelajari dengan hanya menghafal. Dalam
fisika, sangat penting bagi guru dan siswa untuk mempelajari Fisika siswa perlu bernalar dan memahami
mengetahui aturan-aturan yang relevan yang didasarkan konsep yang lebih (Yanto & Kamaluddin, 2013). Hastuti
pada konsep-konsep yang diperoleh dari informasi yang (2013) berpendapat bahwa tujuan pembelajaran Fisika

Susiana et al, Analisis Pembelajaran Berdasarkan Profil 210


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami Berdasarkan profil kemampuan pemecahan
Fisika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk masalah fisika siswa, maka dilakukan analisis
memecahkan masalah Fisika dalam kehidupan sehari- pembelajaran untuk menentukan perancangan
hari. pembelajaran yang dapat melatih kemampuan pemecahan
Kemampuan pemecahan masalah merupakan masalah siswa. Hasil analisis lebih lanjut digunakan untuk
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Kim & Pak (2001) merancang bagaimana rencana proses pembelajaran di
menyatakan dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat kelas, situasi pembelajaran, mententukan model dan
menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah pada diri strategi pembelajaran yang tepat.
siswa. Hal ini juga tercantum pada PISA (2014) bahwa
siswa diharapkan memiliki kemampuan pemahaman, METODE
pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi yang
baik.Plotzener (1994) berpendapat bahwa cara yang Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
efesien dalam mempelajari Fisika yaitu memecahkan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk
permasalahan Fisika dengan menyelesaikan soal-soal menggambarkan dan menganalisis suatu hasil penelitian,
Fisika secara mandiri dan runtut. Persoalan Fisika dapat tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
diseslesaikan dengan pemecahan masalah yang termuat di lebih luas (Sugiyono, 2009). Subjek penelitian adalah 28
dalam pertanyaan soal, sebab dibutuhkan kemampuan siswa kelas X SMAN 1 Singosari. Instrumen yang
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dalam digunakan berupa instrumen tes essay kemampuan
menganalisis, meneukan hubungan antar fakta/informasi pemecahan masalah danhasil wawancara dengan guru.
yang diberikan, mengidentifikasi dan merencanakan Soal tes berjumlah 8 soal dalam bentuk essay yang
strategi penyelesaian soal untuk mendapatkan jawaban meliputi materi Fisika kelas X semester 2 yaitu gerak
yang tepat serta menyadari perlunya meneliti kembali lurus beraturan (GLB), gerak lurus berubah beraturan
hasil yang telah diperoleh (Szetala & Nicol, 1992; Ganina (GLBB), gerak jatuh bebas (GJB), dan gerak melingkar.
& Voolaid, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa Penyusunan soal meliputi beberapa langkah yaitu, (1)
kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu memilih materi yang telah diajarkan, (2) menyusun kisi-
bagian penting dalam proses pembelajaran. kisi soal, (3) menyusun soal tes, (4) melakukan analisis
Kesulitan yang dialami siswa berkaitan erat soal, (5) mengkonsultasikan soal kepada guru disekolah
dengan bagaimana siswa dapat mengemukakan pemikiran yang akan diteliti, dan (6) melakukan revisi soal. Teknik
mereka secara lisan ataupun tulisan. Pemikiran siswa wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam memperoleh informasi yang mendukung hasil tes
memecahkan masalah mengenai konsep yang mereka kemampuan pemecahan masalah terhadap pembelajaran
dapati. Lemahnya kemampuan pemecahan masalah siswa yang selama ini dilakukan.
dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang Analisis dilakukan terhadap jawaban siswa
berpengaruh besar yaitu penguasaan konsep siswa. Ketika terhadap aspek kemampuan pemecahan masalah. Teknik
siswa tidak menguasai konsep dengan benar akan analisis data menggunakan rubrik kemampuan pemecahan
mengakibatkan adanya miskonsepsi. Hammer (1996: masalah yang dikembangkan oleh Doctor (2016). Doctor
1318) menyatakan bahwa miskonsepsi adalah konsepsi (2016) mengelompokkan kemampuan pemecahan
menyimpang yang melekat kuat di pikiran siswa. Oleh masalah siswa dalam5tahapan yaitu useful description,
karena siswa sudah memiliki pengetahuan awal sebelum physics approach, specific application of physics,
pembelajaan dilakukan, maka kemungkinan miskonsepsi mathematical procedur, dan logical progression. Rubrik
sudah terbentuk dalam benaknya (Van den Berg, 1991: kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel
13). Oleh karena itu, pendalaman aspek kemampuan 1.
pemecahan masalah dalam pembelajaran harus dilakukan
agar siswa dapat menguasai konsep dengan baik. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan pemecahan masalah yang baik akan
memudahkan siswa untuk memahami konsep yang Hasil wawancara terhadap guru Fisika yang
sedang dipelajari. Dalam memecahkan masalah, siswa dilakukan peneliti memperlihatkan bahwa selama dalam
melibatkan proses berpikir untuk mengumpulkan fakta- kegiatan pembelajaran metode yang sering digunakan
fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif adalah ceramah dan tanya jawab. Kegiatan eksperimen
pemecahan, dan memilih pemecahan yang efektif (Dwi hanya dilaksanakan jika diperlukan dan ada waktu,
dkk, 2013). Kemampuan pemecahan masalah juga dapat selebihnya guru hanya menampilkan PPT yang terdapat
mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuannya animasi dan demonstrasi. Guru merasa bahwa siswa harus
dalam cara-cara yang kreatif dan membangun pemahaman lebih dibimbing dan diarahkan dalam mempelajari konsep
yang mendalam (Crebert, 2011). Seringkali dalam Fisika, sehingga terkadang waktu yang seharusnya dapat
memecahkan masalah siswa dituntut untuk membangun digunakan untuk kegiatan eksperimen habis dipakai untuk
hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan memahami materi saja.
yang telah dimiliki (Tunnisah dkk, 2016).

Susiana et al, Analisis Pembelajaran Berdasarkan Profil 211


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Tabel 1 Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah


Kriteria 4 3 2 1 0
Useful Deskripsi yang Deskripsi yang dibuat Sebagian deskripsi yang Deskripsi yang Tidak
description dibuat berguna, berguna, namun ada dibuat tidak berguna, dibuat salah mendeskripsikan
tepat dan kekurangan kecil hilang atau berisi kesalahan masalah
lengkap (sebagian benar)
Physics Pendekatan Pendekatan fisika sebagian pendekatan dan Pendekatan Solusi yanng
approach fisika yang yang dibuat tepat prinsip fisika yang dibuat fisika yang dibuat sama sekali
dibuat tepat dan tetapi tidak lengkap hilang atau tidak tepat dipilih salah tidak menggunakan
lengkap (sebagian benar) pendekatan fisika
Specific Aplikasi Aplikasi spesifik Sebagian aplikasi fisika Aplikasi spesifik Solusi yang dibuat
application spesifik fisika fisika yang dibuat yang dibuat hilang atau fisika yang sama sekali tidak
of physics yang dibuat tepat tetapi tidak berisi kesalahan (sebagian dibuat salah mengindikasikan
tepat dan lengkap benar) aplikasi fisika
lengkap
Mathemati Prosedur Prosedur matematika Sebagian dari prosedur Siswa Tidak terdapat
cal matematika yang dibuat tepat matematika yang dibuat memeroleh dan prosedur
procedure yang dibuat tetapi tidak lengkap hilang atau berisi kesalahan memproses data matematika
tepat dan (sebagian benar) tidak tepat dan
lengkap tidak lengkap
Logical Solusi masalah Solusi yang dibuat Sebagian dari solusi yang Semua solusi Tidak terdapat
progession yang jelas dan fokus dibuat tidak jelas atau tidak yang dibuat solusi
dimasukkan dengan kekurangan fokus (sebagian benar) tidak jelas, tidak permasalahan
jelas, fokus, dan kecil fokus dan tidak
logis konsisten

Pada kegiatan awal pembelajaran jarang diberikan mengikuti tes. Hasil profil kemampuan pemecahan
apersepsi yang dapat membangun pengetahuan awal masalah Fisika siswa disajikan pada Gambar 1.
siswa mengenai konsep dengan pertanyaan atau animasi, Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah
guru langsung masuk pada materi pembelajaran.Kegiatan Fisika siswa seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa
umpan balik diberikan guru pada kegiatan evaluasi yang tahapanspecific application of physics dan mathematical
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap procedure memiliki persentase yang tinggi dibandingkan
materi yang telah diajarkan. Guru juga memberikan ketiga tahapan yang lain. Meskipun begitu, secara
contoh soal dan menyelesaikannya bersama-sama dengan keseluruhan kelima tahapan kemampuan pemecahan
siswa. Memberikan latihan soal pada akhir pembelajaran masalah termasuk kategori rendah.
dan pekerjaan rumah pada siswa. Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kemampuan pemecahan masalah tahap useful
siswa dapat dilatih dengan berbagai model yang description sebesar 28,6%. Pada tahap ini menunjukkan
mendukung. Guru memiliki peran besar sebagai fasilitator secara keseluruhan siswa tidak dibiasakan untuk
pembelajaran siswa. Namun seringkali model menuliskan informasi penting dalam permasalahan.
pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh guru tidak Tahap useful description merupakan dasar dari tahap
melatihkan siswa untuk mengembangkan keterampilan kemampuan pemecahan masalah yang dapat membantu
berpikir dasar menuju pada pola berpikir tingkat tinggi. siswa untuk mengetahui informasi-informasi penting yang
Akhirnya kualitas proses dan hasil pembelajaran fisika digunakan dalam penentuan konsep dan perhitungan.
masih rendah. Liliasari (2007) mengatakan bahwa Menurut Gok & Silay (2010) tahap awal kemampuan
pembelajaran sains di Indonesia umumnya masih pemecahan masalah sangat penting karena mahasiswa
tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak mempelajari mengidentifikasi dan menuliskan besaran yang tidak
konsep-konsep sains secara verbalistis. Guru-guru diketahui, menyebutkan kondisi permasalahan, dan
mengajar hanya mengacu pada buku ajar menggambarkan sketsa soal. Menurut Doctor dkk (2016)
tanpamenyesuaikannya dengan karakteristik siswa. tahap ini mampu membantu siswa mengorganisasi
Mereka memandang model pembelajaran tradisional informasi-informasi dan besaran fisis yang terdapat dalam
merupakan suatu prosedur yang efektif dalam soal baik secara visual, simbolik maupun tulisan.
membelajarkan sains. Padahal model ini hanya efektif Tahap physics approach diperoleh persentase
dalam hal penggunaan waktu mengajar saja, tetapi tidak sebesar 0% menunjukkan bahwa siswa tidak pernah
dapat membentuk pola pikir tingkat tinggi, serta dilatih untuk menentukan konsep Fisika yang akan
keterampilan bekerjasama secara efektif. digunakan dalam menyelesaikan permasalahan setelah
Berdasarkan hasil tes siswa pada 8 soal uraian membaca soal dan menuliskan informasi-informasi
yang mencangkup materi GLB, GLBB, bola jatuh bebas penting pada tahap useful description. Tahap physics
dan gerak melingkar, dihitung persentase tiap tahapan approach sangat penting bagi siswa sebagai dasar konsep
kemampuan pemecahan masalah dari 28 siswa yang yang digunakan dalam perhitungan dan memperoleh hasil
akhir.

Susiana et al, Analisis Pembelajaran Berdasarkan Profil 212


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

45 43.2
41.4
40
35
Persentase (%)

28.6
30
25
20
15 10.7
10
5 0
0
USEFUL PHYSICS SPECIFIC MATHEMATICAL LOGICAL
DESCRIPTION APPROACH APPLICATION OF PROCEDURE PROGESSION
PHYSICS

Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah

Gambar 1. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa

Doctor dkk (2016) menyatakan bahwa pada tahap sebagian siswa bahkan tidak membuat kesimpulan atau
ini siswa menuliskan konsep dan prinsip fisika yang tepat lebih mengutamakan hasil dari perhitungan.Santrock
dari permasalahan yang diberikan. Chao dkk (2015) juga (2011) menyatakan bahwa pada tahap ini siswa
menyatakan bahwa pada tahap ini siswa menghasilkan memikirkan dan mendefinisikan kembali masalah dan
solusi-solusi yang mungkin terjadi atau konsep-konsep solusi yang telah didapatkan. Tahap ini sangat penting
yang mungkin digunakan. karena dapat membantu siswa mengetahui proses dalam
Tahap scientific applications of physics diperoleh mendapatkan hasil.
persentase sebesar 43,2% menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam menentukan persamaan pada PENUTUP
konsep fisika yang digunakan masih rendah. Hal ini
dikarenakan siswa tidak diajarkan untuk menentukan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
konsep dasar yang akan digunakan pada permasalahan kemampuan pemecahan masalah Fisika siswa masih
tersebut pada tahap physics approach sehingga sangat rendah. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran
berdampak pada kesulitan siswa pada tahap selanjutnya. yang diterapkan oleh guru dan siswa masih terpusat pada
Doctor (2016) membantu siswa dengan menyajikan guru.Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
langkah-langkah dengan menggunakan pendekatan Fisika masalah siswa, maka kegiatan pembelajaran harus
yang digunakan untuk mengarahkan pada kondisi khusus berpusat pada siswa. Guru juga harus memberikan
dari permasalan yang diberikan. Tahap mathematical pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan
proceduers diperoleh persentase sebesar 41,4% kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, model
menunjukkan bahwa kemampuan siswa menerapkan pembelajaran yang digunakan hendaknya harus dapat
konsep dalam perhitungan masih rendah. Siswa banyak mendukung dalam meningkatkan kemampuan pemecahan
salah melakukan perhitungan dan sebagian tidak tahu masalah siswa.
langkah yang akan digunakan selanjutnya. Hal ini
dikarenakan rendahnya persentase siswa pada tahap DAFTAR RUJUKAN
scientific applications of physics yang sangat menentukan
siswa untuk memulai langkah-langkah dalam perhitungan Crebert, G., dkk. (2011). Problem solving skills Toolkit
dalam penyelesaian masalah. Gok & Silay (2010) 2nd Edition Quensland: Griffit University.
menyatakan bahwa pada tahap ini siswa menerapkan
Chao, Kuang. Y, Chun, Szu. F & Yi, Kuen. L. 2015.
langkah-langkah penyelesaian masalah sesuai rencana
Enhancing Students’ Problem-Solving Skills
pada poin sebelumnya.
Through Context-Based Learning. International
Tahap logical progressions diperoleh persentase
Journal of Science and Mathematics Education,
sebesar 10,7% menunjukkan bahwa kemampuan siswa
13(6): 1377-1401.
dalam membuat kesimpulan logis mengenai hasil dari
permasalahan masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta:
siswa tidak dibiasakan untuk membuat kesimpulan Erlangga.
mengenai proses bagaimana hasil itu didapatkan dan

Susiana et al, Analisis Pembelajaran Berdasarkan Profil 213


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017
“Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan
Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Dwi, M. I., H. Arif, & K. Sentot. 2013. Pengaruh Strategi Kim, E & Pak, S.J. 2001. Student Do Not Overcome
Problem Based Learning BerbasisICT Terhadap Conceptual Difficulties After Solving 1000
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Traditional Problems. American Asssociation of
Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Physics Teacher, 70 (7).
Indonesia. 9(1): 8-17.
Liliasari. 2007. Scientific concepts and science generic
Dwi, Nurul P & Woro, S. 2015. Pengembangan skill relationship in the 21st century science
Instrumen Evaluasi Berbasis Taksonomi Structure education.Makalah pada Seminar International 1
of The Observed Learning Outcome (SOLO) untuk SPs UPI. Bandung: SPs UPI.
Menentukan Profik Kemampuan Siswa dalam
PISA. 2014. PISA 2012 Results: What Students Know and
Memecahkan Masalah Fluida Statis. Jurnal
Can Do – Student Performance in Mathematics,
Inovasi Pendidikan Fisika,4 (3) 45-49.
Reading and Science (Volume I, Revised edition,
Doctor, J. L., Dorn, J., Frodermann, E., Heller, K., Hsu, February 2014), PISA, OECD Publishing.
L., Jacson, K. A., Mason, A., Ryan, Q. X., &
Plotzner, Rolf. 1994. The Integrative Use of Qualitative
Yang, J. 2016. Assessing student written problem
and Quantitative Knowledge in Physics Problem
solutions: A problem – solving rubric with
Solving. European University Studies: Peter Lang.
application to introductory physics. Physical
Review Special Topic-Physics Education Tunnisah, T., Syamsu., & I Komang W. 2016.
Research, 12, 010130 Kemampuan Pemecahan Masalah Dinamika
Partikel pada Mahasiswa Calon Guru Fisika
Ganina, S & Voolaid, H. 2010. The Influence of Problem
Berdasarkan Taxonomy of Introductory Physics
Solving on Studying Effectiveness in
Problems. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako, 4
Physics.Journal KVUOA Toimetised, 13(13): 80-
(3): 27-35.
92.
Santrock, J.W. 2011. Educational Psycology, 2nd Edition.
Gok, T., Silay, I. 2010. The Effects of Problem Solving
McGraw-Hill Company,Inc.
Strategies on Students’ Achievement, Attitude and
Motivation. Latin American Journal of Physics Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan.
Education, 4(1). Bandung: Alfabeta.
Hammer, D. 1996. More than misconceptions: Multiple Szetala, W & Nicol, C. 1992. Evaluating Problem Solving
perspectiveson student knowledge and reasoning, in Mathematics.Journal Articles; Reports-
and an appropriaterole for education research. Evaluatiteve, 49(45): 42-45.
American Journal of Physics, 64 (10):1316-1325.
Van den Berg, E. 1991. Miskonsepsi Fisika dan
Hastuti, Isnani., Surantoro, & Dwi, T. R. 2013. Analisis Remediasi. UKSW, Salatiga.
Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Materi
Yanto, Defri. L., Kamaluddin & Fihrin. 2013. Analisis
Pokok Kalor Pada Siswa Kelas X SMA. Jurnal
Hirarki Pemahaman Siswa Kelas XA SMA Negeri
Meteri dan Pembelajaran Fisika, 1(1): 1-11.
5 Palu Pada Materi Hukum Newton. Jurnal
Pendidikan Fisika Tadulako, 1(1): 1-6.

Susiana et al, Analisis Pembelajaran Berdasarkan Profil 214


available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Anda mungkin juga menyukai