Anda di halaman 1dari 29

Bab 4

Pada akhir perkuliahan ini diharapkan anda dapat:


1. Dapat memahami dan merumuskan deskripsi
persamaan gaya sentral.
2. Dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan solusi persamaan gaya sentral jika
persamaan gaya diketahui.
3. Dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait
dengan solusi persamaan gaya sentral jika
persamaan lintasan diketahui.
4. Dapat memahami dan merumuskan deskripsi
persamaan Hukum Kepler.
5. Dapat memahami dan menyelesaikan
penerapan Hukum Kepler dalam Hamburan
Rutherford.
6. Dapat memahami dan menyelesaikan
penerapan Hukum Kepler pada gerak partikel
dalam medan elektromagnetik.

4.1 DESKRIPSI GERAK

Definisi umum: referensinya terhadap suatu titik tertentu,


gaya arahnya menuju/keluar dari suatu titik tertentu.
Jadi,      
F r   F ' r , v , t  r  rC 
   
 F r , v , t r  rC 
Gaya Sentral 65
Jika titik sentral di pusat koordinat, maka :
     
F r   r F r , v , t  ; rC = 0
 
Gaya tersebut akan konservatif apabila F hanya fungsi dari r ,
sehingga dipenuhi :
  
  F r     r F r   0
dimana, r = bukan vektor
tetapi jika,
  
F r   r F x, y, z 

  F
 0 (tidak konservatif)
Namun jika (x2, y2, z2)  konservatif (buktikan !)

Bentuk paling umum :


     
F r   r  rc F r , v , t 
 
 r  rc  F gaya tolak (menjauhi titik sentral)
 
 r  rc  F gaya tarik (mendekati titik sentral)

Persamaan gaya seperti di atas, umumnya tidak konservatif.



 F  0
Gaya sentral akan konservatif apabila F hanya bergantung dari
 
r  rc
    r  rC   
F r   r  rC F  r  rC  , atau ditulis : F r     f  r  rC 
   
r  rC
konservatif,

iˆ ˆj kˆ
  
 F 
x y z
x  xC F  y  yC F z  zC F

66 Mekanika Dasar

  F x  z  zC F     y  yC F 
y z
F F
 z  z C    y  yC 
y z
F F
 z  z C  y  yC    y  yC z  z C 
  r  rC   r  rC
0

Dalam berbagai buku: gaya sentral adalah gaya yang


arahnya menuju/keluar dari titik tertentu (titik sentral) dan
besarnya hanya bergantung pada jaraknya terhadap titik sentral
(Karena gaya-gaya sentral di alam konservatif).

Contoh : gaya coulomb, gaya gravitasi.


 
  r  rC
F r     f
r  rC
Komponennya :
xx y y
Fx   C f  mx Fy   C f  my
r  rC r  rC
zz
Fz   C f  mz
r  rC

Untuk sederhananya ambil rC  0 , sehingga,
x 
m x  f
r 

y 
m y  f  …………………….(4.1a,b, c)

r 
z 
m z  f 
r 

y (4.1a) –(4.1b).x :

didapatkan,

Gaya Sentral 67
m y x  x y  0

mz x  x z  0  ……………(4.2a,b,c)
mz y  y z  0 

jika, (4.2) diintegralkan terhadap waktu :


 dx dy 
   y x  x ydt    y  x dt
 dt dt 
 d  d 
    y x   y x     x y   x y  dt
 dt   dt 
 y x  x y  c
y x  x y  c  0 atau m y x  x y   m c1 z
analognya,
mz x  x z   m c2 y
………………………. (4.3)
mz y  y z   m c3 x
Persamaan 4.3a dikali z,
m xyz  xyz   mzc1 

 (m xyz  xyz   myc2 )  ……….(4.4)
m xyz  xyz   mxc3 

dijumlahkan di dapat,
0 = mc1z – mc2y + mc3x
atau,
ax + by + cz = 0 ……………… (4.5)

Partikel yang bergerak dengan gaya sentral lintasannya


memenuhi persamaan (4.5) yang merupakan persamaan
bidang.
1. Jadi lintasan partikel yang dipengaruhi oleh gaya sentral
berada pada suatu bidang.
2. Persamaan (3) bisa dituliskan sebagai,
iˆ ˆj kˆ
 
r v  x y z
x y z
  
m r  v  kons tan  mc

68 Mekanika Dasar
 
r  mv  vektor momentum sudut adalah konstan,

  0 sesuai persamaan (4.2)
 
m r a  0
    
  r  F  r  r F   0 r  r   0
Jika gaya yang bekerja pada partikel adalah gaya sentral, maka
: 
1. L  konstan

2.   0
3. Lintasan benda berada pada suatu bidang tertentu

f(r) merupakan gaya sentral konservatif. Sekarang kalau f


hanya fungsi dari r saja, maka ada fungsi U(r) yang memenuhi,

dU
f  ;U = Potensial
dr
atau

r dU 1
F   U ; U
r dr r

Karena F konservatif, maka berlaku hukum kekekalan energi.
1
mv 2  U  E  konstan
2

Persamaan DINAMIKA gaya sentral dalam koordinat polar,


x = r cos  ; y = r sin 

v x  x  r cos   r  sin  
 bidang (dua dimensi)

v  y  r sin   r  cos 
y 

a x  x  r cos   2r sin   r 2 cos   r sin 


*)
a  y  r sin   2r cos   r 2 cos   r sin 
y

 
f r 
r
karena, F 
r
Gaya Sentral 69
r cos  cos 
f r   f r   f r 
x
maka, a x  **)
mr mr m

Sehingga gabungan (**) dan (*)


f
r  r 2  ;(suku-suku cos dan sin, dikelompokkan) ***)
m
r  2r  0
1 d 2
r dt
 
r  0

(dimana cos dan sin saling bebas)

r dt
 
1 d 2
r  0 ; r 2  konstan
k
;   2
r
Persamaan dinamika dalam bentuk polar.
Hukum kekekalan energi di dalam koordinat polar
(perhatikan persamaan v x, vy) :
1
2
 2 2 2

m vx  v y  vz  U  E

1
2
 
m r 2  r 2 2  U  E

1  2 2 h2 
m  r  r 4   U  E
2  r 
1  2 h2 
m  r  2   U r   E
2  r 

m r 2  V r   E ; Keuntungan koordinat polar, bentuk 2


1
2
dimensi ekivalen dengan bentuk 1
dimensi.
1 h2
V  U r   m 2 ; V = Potensial efektif
2 r

70 Mekanika Dasar
  
L  mr  v
iˆ ˆj kˆ
 m r cos  r sin  0  kˆ
r cos  0 0
1 mh 2 L2
Dari hasil persamaan akan didapatkan, 
2 r2 2mr 2
1 1
Definisikan : U  ,r
r U
1 1 dU h
r   2 U   2  ,   2  hU 2
U U d r
dU
 h
d
2
dU d 2u
r  h 2   h 2u 2
d d 2

dari persamaan ***

 r hu 2  
d 2u 2 f
 h 2u 2
d 2
m

 hu 2  
2
d u 1 2 f
 h 2u 2
d 2
u m

Bagaimana dengan fungsi gaya F ?, jika orbit diketahui


 d 2u  f
h 2u 2  2  u    , persamaan Dinamika gaya sentral
 d  m
1
dalam bentuk  dan u   
r

Bentuk integralnya,

Gaya Sentral 71
 du  2  2 f
h 2    u     2 du
2

 d   m u
2
   f (r )dr
m

Persamaan orbit partikel (integral)

2 dv
Persamaan dikalikan dengan
v 2 d

dv  d 2 v  2 dv f
2h 2   2  v d    2 d
d  d  v d m
 1 d   dv  2  1 d 2   2
 2
2h 2       u  
  h 2  dv 
    u 2    f (r )dr
 2 d   d   2 d   d   m

Contoh (1):
Benda bergerak menurut persamaan :
2 2
 x  y
     1 Tentukan fungsi F ?
a b
Jawab :
cos 2  sin 2    2 cos  sin  2 sin  cos  
u2 
a2
 2
b
2u du  
 a2

b2  d
du 2 cos  sin   1 1  du
  2  2  cos  d
d 2u b a  d
d 2u

d 2
 d 2u 
f  mh2u 2  2  u 
 d 
mh2 1 mh2
 2 2  2 2r
ab u ab
 r  mh2  
F f F  2 2r F  krrˆ
r ab

72 Mekanika Dasar
1
Gaya Sentral 
r2
1 2
mr  V  E
2
L2 L2 k
V 2
 U  2

2mr 2mr r
1
karena F  2
r

2E  V  k L
maka, r  ,   2

m r mr 2
L  mvr
 mr 2

Jika sebagai fungsi waktu

r t    E  V  dt
2
m
 t    2 dt
L
mr
k'
jika, V  
r

Sehingga persamaan menjadi,


2 k' 
r t     E  dt
m r

dengan memperhatikan persamaan r dan  didapatkan,
L2
r t   mk ' sin    0 
2
1  1  2 EL
mk ' 2

Gaya Sentral 73
Kekekalan Energi
L2
 V r 
1 2
mr  U  E U
2 2mr 2

r t    E  U  dt E  U 
2 L 2
  2 r 
m mr m
 t    2 dt
L
mr

Persamaan benda yang dipengaruhi oleh gaya sentral,


konservatif
1 1 k'
Untuk gaya F  V  
r2 r r

L2 k'
U 2

2mr r
dr dr d  dr L dr
r      
dt d dt d mr 2 d

2
E  U   L 2 dr d 
L dr
m mr d mr 2 mE  U 

L dr L dr
d   2
r2 2 m E  U  r L2 2mk '
2mE  
r2 r
L dr
d 
r 2mEr  2mk ' r  L2
2

Hasil integrasi, menurut tabel :

dr  mk ' r  L2 
   0  L  sin 1  
r 2mEr  2mk ' r  L
2 2
 r m k ' 2mEL 
2 2 2

74 Mekanika Dasar
mk ' r  L2
atau,  sin    0 
r m 2 k ' 2 2mEL2
L2 mk '
r
1  1  2 EL2 mk ' 2 sin    0 
sehingga, gambaran orbit partikel,

r0 L2
r r0 
1  sin    0  mk '
2 EL2
 1  *)
mk ' 2


pilih, 0  
2
r0
r jika, x  r cos 
1  cos

r0
x2  y2  x 2  y 2   x  r0

1 x
r
x  y  r0   x   r02  2 x 2  2  r0 x
2 2 2

1  x 2 2
 y 2  2  r0 x  r0
2
persamaan lintasan bergantung
pada 

Hal khusus, (perhatikan *)


Jika :
 mk ' 2
=0 orbit lingkaran E
2 L2
 mk ' 2
0<<1 orbit elips E0
2 L2
>1 orbit hiperbola E>0
=1 orbit parabola E=0

Gaya Sentral 75
Diagram energi,
1 2 L2  k '
mr  U  E , dimana U 
2 2mr 2 r

L2
2mr 2 E > 0 hiperbola r1 < r <

r4 r E = 0 parabola r5 < r <


r1
r2 r3
Em < E < 0 elips r2 < r < r4
mk ' 2
r5 k' Emin =  lingkaran r
r 2 L2
U tetap = r3

Gerak Elips

rmin
r0
r
1  cos 
r b
a
rmaks =
r0
1 

  00 
rmaks
X0
rmin =
r0
1 

  180 0 
Pusat elips

76 Mekanika Dasar
dimana, rmin + rmaks = 2a
r0 r r0
 0  2a a
1  1  1 2
a = semi major axis (sumbu mayor).
X 0  a  rmin
r0 r
  0  = menggambarkan beda
1  a  
2

r 
 0 2  a
1 
panjang (X0) dibagi a

r0 r0
r , r cos   X 0 r
1  cos  
1  r cos 
r
r0 r r0
r r r  X 0  r0
 r  X 0
1 X 0
r
2 r0 r
r  r0   X 0 X 0  a r  r0  2 a  r0   02
1  1 
2

r0
b  r 2  X 02  s minor axis (sumbu minor)
1 2

PERUMUSAN DASAR HUKUM KEPLER


4.2

Hukum ini merupakan hukum bagi benda-benda


angkasa (planet). Hukum ini merupakan konsekuensi dari gaya
1
sentral yang berbentuk f  (gaya gravitasi). Jadi hukum ini
r2
Gaya Sentral 77
bukan hukum dasar tetapi hanya penerapan hukum Newton
untuk kasus gaya gravitasi. Gerak benda yang dipengaruhi oleh
gaya sentral (konservatif) orbitnya berbentuk :
- Elips -E < E < 0
- Lingkaran E = - [Emin]
- Parabola E=0
- Hiperbola E>0
- Orbit pada suatu bidang tertentu
- Momentum sudut kekal.
Planet-planet bergerak mengitari matahari dengan suatu
periode tertentu: orbit tertutup. Karena interaksi planet-matahari
berupa interaksi gravitasi (gaya sentral), maka lintasan planet
haruslah berupa lintasan elips (lingkaran hal khusus dari elips).

Hukum I Keppler
Planet-planet mengitari matahari dalam orbit ellips dengan
matahari sebagai salah satu titik fokusnya.

karena momentum sudut planet kekal ( L tetap) maka,
   
L dt  mr x v dt dr
  
 mr x dr r

 m dA 
dA
berakibat,
 
dA L
 tetap/konstan
dt m


Atau luas yang disapu oleh r dalam selang waktu t :

 L
A  t
m

78 Mekanika Dasar
Dengan kata lain untuk selang waktu yang sama, luas

daerah yang disapu vektor r sama besar, pernyataan ini
disebut Hukum II Keppler. Selanjutnya, luas daerah yang

disapu vektor r dalam satu perioda.

 L
A T
m
L
A T  luas elips
m
 a b

 ab m m
jadi, T   ab
L L
r0
a a , a = semi major
1 2
b
axis (½ sumbu mayor)
r0
b , b = ½ sumbu
1 2
minor
r0  r0
b2   r0 a b  r0 a
1 2
 m  2 2 r0  m 
2 2

T   a b    2a 
2 3

 L  8 L 

T2  (sumbu mayor)3.

Hukum III Keppler :


Kuadrat dari perioda planet berbanding dengan
pangkat tiga dari sumbu utama lintasannya yang
berbentuk ellips.
Gaya Sentral 79
HAMBURAN RUTHERFORD/COULOMB
4.3

Berkas partikel bermuatan q yang berasal dari


bahan radioaktif memancarkan dan menumbuk selaput
logam tipis yang intinya bermuatan Q.

Logam tipis

timbal

Hasilnya : Berkas partikel tersebut setelah menumbuk logam


tipis dibelokkan/dihamburkan.
Percobaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Rutherford
dengan menggunakan berkas partikel .

Penjelasan teoritis.
Interaksi yang terjadi antara partikel bermuatan q
dengan inti atom bermuatan Q (interaksi Coulomb).
1 Qq 1
F rˆ V
4  0 r 2
r
r : jarak antara partikel q dengan inti Q. Inti relatif diam
dibandingkan partikel q. Bentuk lintasan : hiperbola E > 0

80 Mekanika Dasar

p2

q

p1

inti
Q

1
V : Pada jarak yang sama dari inti potensial Coulomb
r
sama, sehingga momentumnya (arahnya berbeda) dan energi
kinetik sama. 
F




p2
 

p1

Jika,  p1    p 2   p  mv
 =  (segitiga samakaki)
v = laju awal

Perubahan momentum yang dialami partikel sesudah


dihamburkan.
  
p  p2  p1

Gaya Sentral 81
 
p p2  p sin  mv sin 
 p  2 
sin  sin  sin  sin 12    
mv sin 12  cos 12 

cos 12 

p  2 mv sin 12 

Teorema momentum,

    1 Qq dt
p   F dt p   F cos  dt   cos  d
4 0 r 2
d
 
dimana  = sudut antara p dan F
 
Jika p diambil sebagai referensi, maka arah F bervariasi

dari mula-mula     12     sampai   1


2       Sehingga

integrasi menjadi :
1
   1
 1 2
cos   d 
p 
4 0
Qq 
   
1 r 2 
 dt
 d

2

Dalam sistem koordinat polar, posisi partikel dinyatakan oleh r


d
dan  dimana, = laju sudut = .
dt

82 Mekanika Dasar

p2

F

p
dr
q

p1
b 
Parameter dampak Q
inti

    
v  b  r r // v 

momentum sudut

     
L  mr  v  mr    r 
L  mvb
d
L  mr 2  mr 2
dt

d mvb
dimana, 
dt mr 2

 Qq cos  r 2
jadi, p 
4 o  r 2 vb d

Gaya Sentral 83
1
  
Qq 2
Qq 2 cos 2

4 o  cos  d  4 o vb
 12   

 2mv sin 12 
Qq
tan 12   *
4 o v 2 b
4 o v 2 b
ctg  
1
2
Qq
Catatan :
Dari persamaan di atas, jika  << (kecil) bila E atau
v>> besar (partikel berenergi/ kecepatan besar susah
dibelokkan).
b kecil   besar
b  0     (dipantulkan)
Dalam eksperimen variabel b diganti dengan besaran lain
yang disebut penampang hamburan. Penampang
hamburan d didefinisikan melalui hubungan :
dN
 n d
N
dimana :
N = Jumlah partikel batang
dN = Jumlah partikel yang dihamburkan dalam sudut
antara  dan  + d.
n = Jumlah inti persatuan luas.
d = Penampang hamburan antara sudut  dan  +
d.

84 Mekanika Dasar
maka, d = 2 b db
Variasi b terhadap  dapat diperoleh dari *)
d
1
 Qq db 4 o mv 2 b 2
2
 db  d
cos 2  4 o mv 2 b 2
2 1
2Qq cos 2 12 

Dengan demikian, jika b didapatkan dari persamaan *)


Qq
Maka, b 
4 o mv 2 tan 2

Jadi, d  2 b db
2
 Qq  4 o mv 2 d
 2  
 
 4 o mv tan 2Qq cos 2 2
2 2
2 

2
2
 Qq  1
 2 
 mv  4 o  tan
2  3
2
 cos 2 2

 2 cos  2
2
 Qq
   d
 4 o mv
2 3 
 sin 2
2
 Qq  sin 
d    
 sin 4 
 4 o mv
2
 2

Tulis kembali persamaan :

 kQq
tan  b 
2 mv 2 b Q
inti

1
k
4 o

Gaya Sentral 85
Q = Z e , muatan inti
q = muatan partikel (=2 e untuk partikel alpha )
 = sudut hambur
b = parameter dampak
Energi / laju partikel besar   kecil, partikel tidak mudah
dihamburkan.
kecil   besar
Muatan partikel/ inti besar :  besar
b besar   kecil
b kecil   besar
Partikel-partikel datang dengan parameter dampak
0  b, maka partikel-partikel akan dihamburkan dengan
sudut hambur  dan lebih besar dari .
Penampang hamburan diferensial d
dN = Jumlah partikel yang dihamburkan dengan sudut
antara  dan  + d
N = Jumlah partikel datang
dN
df   n d
N
n = Jumlah inti persatuan luas
df = Fraksi/ perbandingan antara jumlah partikel yang
dihamburkan dengan sudut hambur  dan  + d dengan
jumlah partikel datang.

86 Mekanika Dasar
Persamaan dapat ditulis :
1 kQq

d   db
2 cos 2 2 mv 2 b 2

dimana : d  dN () = dN (b)


Jumlah yang dihamburkan dengan sudut hambur 
atau lebih, berkaitan dengan parameter dampak 0  b.
Luas penampang b2 = 
d ~ -db

db  + d
b 

d

d  2b db
 kQq  sin  d
2

 2  2 
 2mv  sin 2
4

 kQq  sin  d
2
dN
df   2n 2 
 2mv  sin 2
4
N
df  f 2  f1 d   2   1

Sehingga dapat dinyatakan,

Gaya Sentral 87
 kQq  sin 
2

df  2n 2 
d
 2mv  sin 2
4

kQq
f   n d  n  nb 2 ,b 
mv 2 tan 2

2
 kQq 
 n  2  cot 2
 mv  2

f menyatakan, Fraksi jumlah partikel yang dihamburkan


dengan sudut  atau lebih.
Partikel yang dihamburkan dengan sudut hambur
antara  dan  + d akan melalui cincin ds yang berjari-jari
disekitar r sin .

r d
Cincin
permukaan
 + d
bola berjari-

 jari r dan
antara  dan 
+ d
dr

Jadi luas cincin,


ds  2r sin  r d
 2r sin  d
 
 4r 2 sin cos d
2 2

88 Mekanika Dasar
Jumlah partikel yang dihamburkan dengan sudut
hamburan antara  dan  + d. dN = N df, berkaitan
dengan luas cincin ds.
Jumlah partikel yang dihamburkan persatuan luas dengan
sudut hambur  adalah :

N   
dN N df

ds ds
 kQq  sin 
2

2 Nn 2 
d
 2mv  sin 2
4

4r 2 sin 2 cos 2 d

2
Nn  kQq 
N   
1
2  2 
r  2mv  sin 4 2

N() 2
Nn  kQq 
 
r 2  2mv 2 


1800

Inti diam: Berarti pusat massa dan sangat kecil


dibandingkan partikel.

Gaya Sentral 89
Massa akan ~ massa inti
Inti partikel atom sebagian besar
Model atom Rutherford
berupa ruang kosong.

Geiger dan Marsden mendapatkan N(t) eksperimen,


sesuai dengan N()

GERAK PARTIKEL DALAM MEDAN


4.4
ELEKTROMAGNETIK

Partikel bermuatan Q yang berada di dalam



daerah bermedan listrik E akan mengalami gaya
Coulomb :
  
F r   qE r 

Partikel bermuatan q yang berada di dalam daerah



bermedan magnetik B akan mengalami gaya :
 
v 
F  q  Br  Faktor ini hanya untuk menentukan bahwa
c
  
E r  dan Br  bersatuan sama.
 
Jadi medan E dan B hanya memberikan pengaruh
kepada partikel bermuatan

90 Mekanika Dasar
1. Tinjau gerak partikel bermuatan q yang berada di
 
dalam daerah bermedan E dan B konstan.
Gaya yang bekerja pada partikel :
  
v 
F  qE  q  B
c
Kita ambil sistem koordinat kartesis yang salah satu

sumbunya (sumbu z) sejajar B . Jadi terhadap sistem
koordinat ini,

B  Bkˆ
dan terhadap sistem koordinat baru tersebut,

z E  E x iˆ  E y ˆj  E z kˆ

z’
v  v x iˆ  v y ˆj  v z kˆ


B

x’
y’
x

Persamaan dinamika dapat diuraikan :

mx  qE x 
q
v y  Bz  Vz  B y   qE x  qB y
c c

my  qE y 
q
v z  Bx  Vx  Bz   qE y  qB x
c c

mz  qE z 
q
v x  B y  V y  Bx   qE z
c
Gaya Sentral 91
qE z
komponen z; z 
m
qE z
z  V z  t  V zo
m
qE z 2
z t   t  V zo t  z o
2m
Komponen x, y, z saling bergantung, sehingga harus
dipecahkan secara bersama-sama sebagai berikut :
Definisikan variabel kompleks ~  x  iy

~  x  iy   x  iy


, ~
maka (1) + (2) menghasilkan :

m~  qE x  iE y    y  ix 


qB
c

 dimana : A  E x  iE y 
~ qB ~ ~ q
atau ~  A  i
cm m
sehingga,

  i~  A ~ qB
~ 
cm
solusinya :
~tak homogen dan ~homogen
~
~ tak 
A
i
t i~  A~; ~  0 
~h  i~ k  0

maka, misal : ~h  ~0 e ipt

 p 2  p  0 p0 p  

92 Mekanika Dasar
jadi,
~
 t   t  ~0 1  e it
~ A
i
 
~
 t   t  ~0  ~0 cos t  i~0 sin t
~ A
i
jika persamaan terakhir dibandingkan dengan persamaan

A  E x  iE y .
~ q
Maka dengan memperhatikan
m
~    i , maka komponen riilnya :
0 0x oy

qE y
xt   t   0 x   0 x cos  t   0 y sin  t
m
qE y
 t  X 1 cos  t   x 
m
Komponen imajinernya :
 qE x
y t   t   0 y   0 y cos  t   0 x sin  t
m
 qE x
 t  Y1 cos  t   y 
m
hal khusus :

E0 X  X 1 cos  t   x 
Y  Y1 cos  t   y 
Z  V zo t  Z 0

x1 , y1, x, y dicari dari kondisi awal, Vxo = ………, Vyo =


xo =…… yo =

Gaya Sentral 93

Anda mungkin juga menyukai