Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR EVIDENCE BASE DALAM ASUHAN KEBIDANAN DI

KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Kelompok II
1. Ayu Ainun Khofifah (20201002P)
2. Dwi Nurhasanah (20201007P)
3. Karellita Indah Khairumnisa (20201015P)
4. Siti Azaria Multazam (20201034P)
5. Vina Aprillia Damayanti (20201040P)

Dosen Pengampuh : Hj. Siti Aisyah, S.Psi SST, M.Kes

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2020
Kata pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Karena atas berkas dan

Rahmat-Nya, Kami dapat menyelesaikan Makalah Konsep Dasar Evidence Base

Dalam Kebidanan di Komunitas.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memudahkan proses

pembelajaran. Dalam mempelajari makalah ini diharapkan banyak membaca dan

berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun bersama

teman- teman, untuk mendapatkan gambaran dan penguasaan yang lebih

mendalam dan luas. Sehingga, setelah mempelajari makalah ini diharapkan

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Palembang  ,   12 November  


2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya
berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata.
Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi
bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat
pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat
digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang
sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya
diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi
yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini
hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran
dengan posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan
kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik
barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang
secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.
Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal
dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara
bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan
karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang
tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama
pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman
sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan
2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini
C. Manfaat
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based
kebidanan
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based
pada asuhan persalinan terkini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evidance Base Midwifery


Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian
informasi berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, Evidence
Base Midwifery adalah pemeberian informasi kebidanan berdasarkan bukti
dari penelitian yang bias dipertanggung jawabkan. Praktik kebidanan
sekarang lebih di dasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan
tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah
dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah
lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan
dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam
penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru
kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang
berkembang diakui untuk platform yang paling ketat dilakukan dan
melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk
bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris
pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu
bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan
tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton,
2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi
pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta
sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan
pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan
transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
B. Manfaat Evidence Base Midwifery
Praktik berdasarkan penelitian merupakan pengguanaan yang
sistematik, ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam
pengambilan keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini
menghasilkan asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi.
Kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa
sebagian intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian
besar komplikasi obstetric yang mengancam jiwa bias di prediksi atau
dicegah.
Asuhan yang dilakukan dituntut tanggap terhadap fakta yang
terjadi, menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi pasien dengan
mengutamakan keselamatan dan kesehatan pasien dengan mengikuti
prosedur yang sesuai dengan evidence base asuhan kebidanan, yang tentu
saja berdasar kepada hal-hal yang sudah dibahas sebeleumnya, yaitu:
standar asuhan kebidanan, standar utama bidan bagi masyarakat. Fungsi
utama profesi kebidanan, ruang lingkup asuhan yang diberikan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan
evidence base tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka
kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang di alami selama persalinan bagi
ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan
masyarakat.
C. Kategori Evidence Base Menurut World Health Organization (WHO)
Menurut WHO, Evidence base terbagi sebagai berikut:
1. Evidence base Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bias dipertanggung jawabkan.
Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya
dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena
di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya.
2. Evidence base Policy adalah satu system peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan
profesi kesehatan dan kedokteran dimasa mendatang.
3. Evidence base Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bias dipertanggung jawabkan.
4. Evidence base report adalah bentuk penulisan laporan kasus yang baru
berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat
diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.
D. Asuhan Persalinan Normal
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10)
Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
sehat.
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga
sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5
aspek tersebut yaitu:
1) Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan
Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making).
2) Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi Aman, sesuai
evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa
ibu.
a. Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, secara emosional
serta merasa didukung dan didengarkan.
b. Menghormati praktek-praktek budaya, keyakinan agama, dan
ibu/keluarganya sebagai pengambil keputusan
c. Menggunakan cara pengobatan yang sederhanan sebelum
memakai teknologi canggih.
d. Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta
dapat dipahami ibu.
3. Aspek Pencegahan Infeksi
4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi)
5. Aspek Rujukan

E. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara


berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia,
sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang
efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a. Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b. Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c. Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman
dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian
e. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan.

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi


adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang
pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat,
keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling
dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin
karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
4. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan
proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan
rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien
5. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik
dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-
plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi
ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi
tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir
secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan
(bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.
6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan
persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya


sesuai martabatnya.
b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan
perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.
g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga
yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan
dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
j. Menghargai privasi ibu.
k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
l. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak
memberi
pengaruh yang merugikan.
m. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi,pencukuran, dan klisma).
n. menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
o. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran
bayi.
p. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
q. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi
bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
E. Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan
Tujuan dan Keuntungan
a.) Tujuan
a. Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan
b. Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran
bayi
c. Mempercepat kemajuan persalinan
d. Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan
bayi
e. Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
f. Lama kala II lebih pendek
g. Laserasi perineum lebih sedikit
h. Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
i. Nilai APGAR lebih baik

a. Posisi yang Dianjurkan


Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain :
1) Setengah duduk atau duduk
Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung
bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman
karena membantu ibu untuk beristirahat diantara kontarksi, alur
jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek,
suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya
grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di
punggung dan kelelah an, apalagi kalau proses persalinannya lama.

2) Lateral (miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau
ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam
keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir,
menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang
atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-
ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan
harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila
persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi
lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar,
pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta
tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan
berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih
nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit
kesulitan membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit
dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomi pun
posisinya lebih sulit.
3) Berdiri atau jongkok
Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur
hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan
dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh
gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah mengejan, bayi akan
keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya (membantu
mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada
posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat
badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu
panggul.
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini
sangat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa
“meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya
sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan
kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila
harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau
perkembangan pembukaan.

4) Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung. Keuntungan : ibu merasa
lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi
nyeri punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.
5) Menungging
Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari
panggul selama kontraksi , kadang – kadang dianjurkan
pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk
mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan
pada leher rahim yang bengkak.

6) Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum
pecah dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya.
Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah
sendi panggul , dapat mmempercepat turunnya kepala janin
b. Posisi yang Tidak Dianjurkan
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di
anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang
ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal
ini dikarenankan :
1. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan
pada vena kava inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu
pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi
2. Dapat menambah rasa sakit
3. Bisa memperlama proses persalinan
4. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
5. Membuat buang air lebih sulit
6. Membatasi pergerakan ibu
7. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
8. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
9. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

c. Patofisiologi
Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan,
ketuban dan lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga
menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini
juga akan menyulitkan ibu untuk meneran.

* Tindakan Bidan Sebelum Menolong Persalinan


Sebelum bidan menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal
sebagai berikut
a. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang
kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang
dirasakan nyaman
c. Membicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan
kehamilan.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu
sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi
kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence Base Midwifery adalah pemeberian informasi kebidanan berdasarkan
bukti dari penelitian yang bias dipertanggung jawabkan. Praktik kebidanan
sekarang lebih di dasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

B. Saran
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain
itu diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat
memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat
melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai