KOMUNITAS
Disusun Oleh :
Kelompok II
1. Ayu Ainun Khofifah (20201002P)
2. Dwi Nurhasanah (20201007P)
3. Karellita Indah Khairumnisa (20201015P)
4. Siti Azaria Multazam (20201034P)
5. Vina Aprillia Damayanti (20201040P)
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, Karena atas berkas dan
berlatih berbagai materi yang disajikan, baik secara mandiri maupun bersama
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya
berdasarkan bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata.
Semua harus berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi
bukti ilmiah terkini yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat
pesat. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat
digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang
sebelumnya. Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya
diyakini bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi
yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini
hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran
dengan posisi telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan
kurangnya oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik
barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang
secara medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima.
Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal
dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara
bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan
dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). Evidenced
Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan
karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang
tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama
pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman
sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan
2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini
C. Manfaat
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based
kebidanan
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based
pada asuhan persalinan terkini
BAB II
PEMBAHASAN
2) Lateral (miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau
ke kanan. Salah satu kaki diangkat sedangkan kaki lainnya dalam
keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat.
Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir,
menjadi tidak normal bila posisi ubun-ubun berada di belakang
atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung posisi ubun-
ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan
harapan bayinya akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila
persalinan berlangsung lama dan ibu sudah kelelahan dengan posisi
lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar,
pengiriman oksigen dalam darah ibu ke janin melalui plasenta
tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan
berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih
nyaman, dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit
kesulitan membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit
dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomi pun
posisinya lebih sulit.
3) Berdiri atau jongkok
Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur
hingga Papua, wanitanya mempunyai kebiasaan melahirkan
dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh
gravitasi tubuh, ibu tak harus bersusah-payah mengejan, bayi akan
keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya (membantu
mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam
pengosongan kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada
posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat
badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu
panggul.
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini
sangat berpeluang membuat kepala bayi cedera, sebab bayi bisa
“meluncur” dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi, biasanya
sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan
kepala dan tubuh bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila
harus membantu persalinan melalui episiotomi atau memantau
perkembangan pembukaan.
4) Merangkak
Posisi meragkak sangat cocok untuk persalinan
dengan rasa sakit pada punggung. Keuntungan : ibu merasa
lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi
nyeri punggung, dan peregangan pada perinium berkurang.
5) Menungging
Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari
panggul selama kontraksi , kadang – kadang dianjurkan
pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk
mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan
pada leher rahim yang bengkak.
6) Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum
pecah dan bila ibunya masih mampu untuk melakukannya.
Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah
sendi panggul , dapat mmempercepat turunnya kepala janin
b. Posisi yang Tidak Dianjurkan
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di
anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang
ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal
ini dikarenankan :
1. Dapat menyebabkan Sindrome supine hypotensi karena tekanan
pada vena kava inferior oleh kavum uteri, yang mengakibatkan ibu
pingsan dan hilangnya oksigen bagi bayi
2. Dapat menambah rasa sakit
3. Bisa memperlama proses persalinan
4. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
5. Membuat buang air lebih sulit
6. Membatasi pergerakan ibu
7. Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
8. Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
9. Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.
c. Patofisiologi
Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan,
ketuban dan lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat
mengakibatkan kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga
menyebabkan hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini
juga akan menyulitkan ibu untuk meneran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evidence Base Midwifery adalah pemeberian informasi kebidanan berdasarkan
bukti dari penelitian yang bias dipertanggung jawabkan. Praktik kebidanan
sekarang lebih di dasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman
praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
B. Saran
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini sebagai berikut:
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak intervensi. Selain
itu diharapkan bidan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga bidan dapat
memberikan asuhan sesuai dengan perkembangan yang ada dan bidan dapat
melakukan asuhan sayang ibu saat persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.