Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATAN DARURATAN FRAKTUR PADA


LANSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Blok 3.6 Critical Nursing

Disusun oleh : KELOMPOK 2A

Alga Guruh Pamungkas (4002170090)

Deden (4002170094)

Dewi Ningsih (4002170023)

Hema Malini (4002170092)

Nadila Alviyansyah (4002170080)

Nia Jayanti Pratiwi (4002170038)

Rike Riani (4002170102)

Rini Marlina (4002170001)

Rizki Apriana Muharom (4002170069)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

SEPTEMBER, 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Fraktur pada Lansia.

Dalam pembuatan makalah banyak kendala yang kami hadapi. Namun, pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, kami megucapkan terima kasih
kepada Tim Blok 4.1 Critical Nursing yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu,
kami harapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Terima kasih.

Bandung, September 2020

Kelompok 2A

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia, lansia mengalami perubahan morfologis

pada otot yang menyebabkan penurunan fungsional otot, yaitu kekuatan dan

kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

reaksi. Penurunan fungsi serta kekuatan otot meningkatkan risiko jatuh, dan

juga dapat diperburuk oleh faktor dari lingkungan ( pencahayaan yang buruk,

lantai yan licin).

Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma

atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang,

dan jaringan disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu

lengkap atau tadak lengkap. (Prince & Wilson, 2006 dalam Helmi, 2012).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat

5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat

kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi

diintegritas tulang. Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu

kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.Tetapi fraktur juga

bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degenerative dan patologi (Depkes

RI, 2005 dalam Fadliyah, 2014).

Pada saat terjadi fraktur atau patah tulang, jaringan sekitarnya juga

akan terpengaruh dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke

2
otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan saraf dan kerusakan

pembuluh darah. Dampak dari fraktur ini dapat menyebabkan nyeri,

terganggunya mobilitas fisik, selain itu dalam waktu panjang dapat

mengakibatkan ansietas, karena fraktur yang tidak kunjung sembuh, sehingga

dapat terjadi dilakukannya amputasi bagian tubuh tertentu. Selain itu

memungkinkan terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi.

Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total,

partial yang dapat mengenai tulang panjang dan sendi jaringan otot dan

pembuluh darah trauma yang disebabkan oleh stress pada tulang, jatuh dari

ketinggian, kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif

(osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda yang

dapat dilihat, adanya deformitas berupa penonjolsn ysng abnormal, bengkak,

warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi dan pemendekan, Feel:

nyeri, Move: krepitasi dan terasa nyeri saat digerakkan, gangguan fungsi

pergerakan.

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi

fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,

dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena

kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.

3
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang

mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang

ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel

darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan

tulang nantinya.

Program pengobatan yang diterapkan pada klien frkatur adalah

pemasangan traksi, mengharuskan bedrest (immobilisasi), agar proses

penyembuhan terjadi secara sempurna dan meminimalkan resiko terjadinya

cacat. Keadaaan ini mengakibatkan klien tidak dapat melakukan aktifitas

fisiknya guna memenuhi kebutuhan dasarnya selama menjalani program

terapi yang diterapkan. Tindakan tersebut meskipun dari aspek medik

menguntungkan, tetapi dalam jangka panjang berdampak negative pada klien

karena akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi fisik, intelektual,

emosional serta social.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah agar mampu menerapkan asuhan

keperawatan kegawatan daruratan fraktur pada lansia dan sesuai prosedur.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian fraktur

b. Untuk mengetahui etiologic fraktur

c. Untuk mengetahui manefistasi klinis fraktur

4
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang/ diagnostic fraktur

e. Untuk mengetahui terapi medis fraktur

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam tulisan asuhan keperawatan pada

pasien fraktur pada lansia adalah metode literature review yaitu menggunakan

kemampuan dan pemahaman dalamasuhan keperawatan fraktur pada lansia

sehingga mampu menjelaskan dan menerapkan sesuai dengan prosedur.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall

C , dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentasion menyebutkan bahwa

Fraktur adalah rusaknya kontiunitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal

yang lebih besar dari yang dapat diserap tulang.

B. Etiologi Fraktur

1. Kekerasan langsung

Kekerasan langsng menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian

yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Ketakutan dapat

berupa pemuntiran, penekukan, penekanan, kobinasi dari ketiganya dan

penarikan.

6
C. Patofisiologi Fraktur

D. Manefistasi Klinis Fraktur

1. Deformitas

2. Bengkak/edema

3. Echimosis (memar)

4. Spasme otot

5. Nyeri

6. Kurang / hilang sensasi

7. Kreapitasi

8. Pergerakan abnormal

9. Rontgen abnormal

7
8
E. Pemeriksaan penunjang / diagnostic

1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi / luasnya, fraktur/ luasmya

trauma, scan tulang, temogram, scan CI: memperhatikan fraktur juga

dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

2. Hitung darah lengkap: HB mungkin meningkat / menurun

3. Peningkatan jumlah sop adalah respons stres normal setelah trauma

4. Kreatinin: trauma otot meningkat beban kreatinin untuk ginjal

5. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi

multiple, atau cedera hati.

F. Terapi Medis

a. Fraktur terbuka

Merupakan kasus emergensi karna dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri

dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam ( golongan

period). Kuman belum terlalu jauh mesap, dilakukan:

1) Pembersihan luka

2) Exici

3) Hecting situasi

4) Antibiotik

b. Seluruh fraktur

1) Rekognisis/pengenalan

Riwayat kejadin harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan

selanjutnya.

9
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi

Upaya untuk memanipulasi fregmen tulang sehingga kembali seperti

semula secara optimun. Dapat diartikan reduksi fraktur (setting tulang)

adalah mengembalikan fregmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasfanatomis (Brunner,2001)

3) Retensi/Immobilitas

Upaya yang dilakukan untuk menahan fregmn tulang sehingga

kembali seperi semula secara optimun. Imobilitas fraktu. Setelah

fraktur di reduksi fregmen tulang harus dimonilitas, atau

dipertahankan dalam posisi kesejajaran yng benar sampai penyatuan –

imobilisasi dapat dlakukan dengan fiksasi eksterna atau interna.

4) Rehabilitas

Menghindari atropi dan kontraktur fisioterapi. Segala upaya diarahkan

pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.

10
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

A. Ilustrasi Kasus

Ditemukan Pasien yang bernama Tn. P umur 65 tahun masuk ke IGD RS

Dharma Husada karena tertabrak, klien mengeluhkan nyeri di bagian kaki

sebelah kiri dengan skal nyeri 7 dari rentang 0 – 10. TD : 150/80 mmHg, Nadi

85 x/ menit, RR : 18 x/menit, Suhu : 36,7. Saat di periksa oleh perawat

terdapat luka post operasi di kaki kiri dengan 8 jahitan. Klien aktivitas di

bantu oleh keluarga

B. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian
a) Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Jalan. Banda No. X
Tanggal Masuk : 10 September 2020
Tanggal Pengkajian : 10 September 2020
No. Register : Rm123456
Diagnosa Medis : Fraktur

11
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Hub. Dengan Pasien : Anak
Alamat : Jalan. Aceh No. IX

b) Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama :
Pasien mengatakan Nyeri pada kaki sebelah kiri.
- Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang Ke IGD karena tertabrak, nyeri dirasakan saat
bergerak lalu nyeri seperti di tusuk – tusuk di bagian kaki
kiri dengan skala nyeri 7 dari rentang 0 – 10 kemudian nyeri
datang hilang timbul.
- Riwayat kesehatan lalu :
Pasien Nampak terdapat luka post op di kaki kiri dengan 8
jahitan
- Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga
- Riwayat psikososial dan spiritual :
Support sistem
Pasien mendapat banyak dukungan dari keluarga
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia dan
sunda
Sistem nilai kepercayaan
pasien mengatakan jarang mengikuti pengajian

12
- Lingkungan
Rumah : pasien mengatakan rumah dalam
keadaan bersih dan jauh dari jalan raya
Tempat kerja : pasien mengatakan pekerjaan cukup
kotor dan banyak sekali polusi
- Pola Kebiasaan Sehari-hari Sebelum dan Saat Sakit

Kebiasaan Sebelum Masuk Saat di RS


RS
1. Pola Presepsi dan Manajemen Kesehatan
Bagaimana kondisi Baik Segala aktifitas
kesehatan harus di bantu
dan merasa sakit
di bagian kaki
kiri saat di
gerakan
2. Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral
b. Frekuensi 3x/hari 3x/hari
makan
c. Nafsu makan Baik Baik
d. Makanan Tidak ada Tidak ada
tambahan makanan makanan
tambahan tambahan
e. Makanan Tidak memiliki Tidak memiliki
Alergi makanan alergi makanan alergi
f. Perubahan BB
dalam 3 bulan
terakhir Berat badan 59kg Berat badan 59kg
g. Asupan cairan
h. Jenis
i. Frekuensi Oral Oral

13
j. Volume Air mineral Air mineral
3.Pola Eliminas
BAK
a. Frekuensi 2- 3 kali 1- 2 kali
b. Jumlah output 2000 cc 2000 cc
c. Warna Bening Bening
d. Bau Amoniak Amoniak
e. Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAB
a. Frekuensi 1x/hari Tidak BAB
b. Warna Kuning kecoklatan -
c. Bau Bau khas -
d. Konsistensi Lunak -
e. Penggunaan Tidak Tidak
obat menggunakan obat menggunakan
pencahar pencahar obat pencahar
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari 1x/hari
b. Oral hygiene Tidak sikat gigi
- Frekuensi 2x/hari
- Waktu Siang dan sore
c. Cuci rambut Tidak cuci
rambut
Pola Aktivitas dan Latihan
a. Kegiatan dalam Berjalan Berbaring
pekerjaan
b. Waktu bekerja 10 jam/hari Tidak bekerja
c. Kegiatan waktu Bersih bersih Istirahat
luang rumah
d. Keluhan dalam Tidak ada keluhan Aktivitas terbatas
beraktivitas
e. Olahraga Tidak
Jenis Berjalan kaki berolahraga

14
Frekuensi Setiap hari

Kemampua 0 1 2 3 4
n Perawatan
diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting

Berpakaian √
Berpindah √
Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur 8 jam/ hari
b. Waktu
-Siang -
-Malam 8 jam/ hari
c. Kebiasaan
sebelum tidur

Penggunaan obat tidur Tidak


mengunakan obat
tidur
Kegiatan lain
d. Kesulitan Gelisah dan Sulit
sebelum tidur mika miki karena
-Menjelang Tidur Tidak ada kaki sebelah kiri
kaku

Sering, karena
-Sering terbangun Tidak sering memikirkan
terbangun penyakit yang

15
dialaminya
Pola Kognitif dan Presepsi
Tingkat Sadar penuh Sadar penuh
kesadaran
Presepsi dan konsep diri
Ancaman Dapat Tidak dapat
terhadap diri, menjalankan peran menjalankan
sakit, sebagai suami perannya sebagai
perubahan suami.
peran
Peran dan Hubungan
Berpartisipasi
dalam kegiatan
sosial

Seksualitas dan reproduksi


Pengetahuan Sudah mengetahui Sudah
tentang mengenai mengetahui
seksualitas dan seksualitas dan mengenai
reproduksi reproduksi seksualitas dan
repoduksi
Koping dan manajemen stress
Penyebab stress Tidak mengalami Stress karena
belakangan ini stress penyakit yang
diderita

c) Pengkajian Fisik
- Kesadaran dan CGS : Composmentis (15)
Eye : 4 , Verbal : 5, Motorik : 6
- Pengukuran TTV :
Suhu Tubuh : 36,7 °c
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Pernafasan : 12x/menit

16
- Antopometri :
Tinggi Badan Sebelum dan Saat Sakit : 165 CM
Berat Badan Sebelum dan Saat Sakit : 59 Kg
- Pemeriksaan Kepala :
Inspeksi : Rambut hitam, bentuk normal, dan tidak
terdapat lesi
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak terdapat nyeri
tekan
- Pemeriksaan Mata
Inspeksi : simetris, pergerakan bola mata normal, reflek
pupil normal, tidak memakai kacamata
Tes Ketajaman Penglihatan : normal
- Pemeriksaan Telinga
Inpeksi : Simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Pemeriksaan Pendengaran dengan Garpu Tala :
Rinner : Normal
Webber : Normal
Swabah : Normal
- Pemeriksaan Hidung dan Sinus
Inspeksi : Simetris, Tidak terdapat sinus, tidak terdapat
polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi Sinus : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri lepas
Pemeriksaan Ketajaman Penciuma : Normal
- Pemeriksaan Mulut dan Bibir
Inspeksi : ttidak terdapat stomatitis, mukosa bibir merah
- Pemeriksaan Leher
Inspeksi Leher : Tidak ada lesi, JVP 1 CM, simetris
Inspeksi dan Auskultasi Arteri Karotis : Normal
Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Tiroid : Normal

17
- Pemeriksaan Dada (Kardiovaskuler)
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat
pembengkakan
Perkusi : Daulness
Palpasi : tidak ada udema
Auskultasi : S1 S2 Lup dup

- Pemeriksaan Dada (Dada dan Aksila)


Inspeksi Payudara : Normal
Inspeksi dan Palapasi Aksila : Normal
- Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : simetris, Tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 12 x/menit
Perkusi : Normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada nyeri lepas
- Pemeriksaan Ekstremitas Atas (Bahu, Siku, Tangan)
Inspeksi : Normal
Palpasi : normal
Tes reflex : normal
- Pemeriksaan Ekstremitas Bawah (Panggul, Lutut,
Pergelangan kaki, dan Telapak kaki)
Inspeksi :, terdapat luka post operasi di kaki kiri 8
jahitan.
Palpasi : Terdapat krepitasi di kaki kiri
Tes reflex : Reflek patella di kaki kiri terhambat dan
Babinski terangsang

d) Data Diagnostik dan Laboratorium


Hasil Rontgen bagian kaki kiri terdapat fraktur

18
19
2) Analisa data

Data Etiologi Masalah

DS : Trauma
- Pasien mengatakan
nyeri pada kaki
sebelah kiri Fraktur
P : Nyeri dirasakan
saat bergerak Nyeri Akut
Q: Nyeri seperti Cedera sel
ditusuk-tusuk
R: Nyeri pada kaki
kanan Degranulasi sel mast
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri datang
hilang Pelepasan mediator
timbul kimia HBP
DO : - Pasien
tampak
menahan nyeri
Nocireseptor
- Tanda-tanda vital :
TD : 150/80 mmHg
N : 85 x/menit
Medula spinalis

Korteks serebri

Nyeri Akut

DS : - Fraktur Resiko Infeksi


DO : -Luka tampak
bersih
- Terdapat luka post op Luka Post Operasi
di
kaki kiri dengan 8
jahitan. Post de entri kuman

20
Resiko Infeksi
DS : - Pasien Fraktur Gangguan Mobilitas
mengatakan
Fisik
aktivitas dibantu
keluarga Cedera sel
DO : - Pasien tampak
disibin oleh keluarga
Gg mobilitas Fisik

3) Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri cidera fisik
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
mobilitas
4) Intervensi Keperawatan dan Rasional

No DX Tujuan Intervensi Rasional


.
1. Nyeri akut Tupan : 1. Kaji skala 1. Mengidentifikasi
berhubungan Setelah dilakukan nyeri, kebutuhan
dengan agen injuri intervensi 3x24 perhatikan intervensi dan juga
cidera fisik jam, diharapkan lokasi nyeri, tanda – tanda
Nyeri akut dapat frekuensi, dan perkembangan/
teratasi waktu. resolusi
Tupen : komplikasi.
Setelah dilakukan 2. Kaji TTV 2. Untuk
intervensi 1x24 Seperti nadi dan mengetahui
jam,diharapkan TTD keadaan umum
nyeri pasien dapat pasien
berkurang / 3. Berikan
hilang dengan relaksasi nafas
kriteria hasil : dalam 3. dapat

21
1. pasien mengurangi
menunjukan ansietas dan rasa
ekspresi wajah nyeri
rileks
2. pasien dapat
tidur dengan
nyaman
3. pasien tidak
mengeluh
kesakitan
4. pasien
menyatakan skal
nyeri dari skala 3
–5
2. Resiko tinggi Tupan : 1. monitor 1. untuk
infeksi Setelah dilakukan karakteristrik, mengetahui
berhubungan intervensi 3x24 warna, ukuran, keadaan luka dan
dengan luka post jam, diharapkan cairan, dan bau perkembangan nya
operasi Resiko tinggi luka
infeksi teratasi
Tupen : 2. bersihkan 2. Agar tidak
Setelah dilakukan luka dengan terjadi infeksi dan
intervensi 1x24 konsep steril terpapar kuman
jam, diharapkan atau bakteri
pasien dapat 3. ajarkan 3. memandirikan
terhindar dari pasien dan pasien dan
resiko infeksi keluarga keluarga
dengan kriteria melakukan
hasil perawatan luka
1. integritas kulit

22
normal
2. temperature
normal
Tidak adanya lesi
pada kulit
3. Gangguan Tupan : 1. Monitor TTV 1. Untuk
mobilitas fisik Setelah dilakukan meliputi : TD, mengetahui
berhubungan intervensi 3x24 HR, RR, dan keadaan umum
dengan penurunan jam, diharapkan suhu pasien
mobilitas hambatan 2. Kaji 2. Untuk
mobilitas pasien kekuatan otot mengetahui
dapat teratasi ekstremitas kekuatan otot
sebagian bawah bagian pasien
Tupen : kiri 3. Untuk
Setelah dilakukan 3. Bantu memberikan
intervensi 1x24 aktifitas pasien kenyamanan pada
jam, kekuatan pasien
otot pasien
meningkat
dengan kriteria
hasil dapat
menggerakan
bagian yang
mengalami stroke
secara perlahan

5) Evaluasi

No Dx Waktu Catatan Perawat Paraf


1. Nyeri akut S : Pasien
berhubungan dengan mengatakan Nyeri

23
agen injuri cidera berkurang
fisik O :- Hasil TTV
TD:110/70
HR: 75x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,5C
-Pasien Nampak
rileks dan nyaman
A : Nyeri akut
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
2. Resiko tinggi infeksi S : Pasien
berhubungan dengan mengatakan tidak
luka post operasi nyeri di area luka
O :- Hasil TTV
TD:110/70
HR: 75x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,5C
A : Resiko Tinggi
Infeksi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
3. Gangguan mobilitas S : Pasien
fisik berhubungan mengatakan akan
dengan penurunan mika miki dengan
mobilitas sendiri
O :- Hasil TTV

24
TD:110/70
HR: 75x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,5C
-Pasien mampu
menahan beban
yang diberikan
A : Gangguan
mobilitas fisik
teratasi sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi
-Latihan Rom

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total,

partial yang dapat mengenai tulang panjang dan sendi jaringan otot dan

pembuluh darah trauma yang disebabkan oleh stress pada tulang, jatuh dari

ketinggian, kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif

(osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda yang

dapat dilihat, adanya deformitas berupa penonjolsn ysng abnormal, bengkak,

warna kulit merah, adanya ekimosis, angulasi,rotasi dan pemendekan, Feel:

nyeri, Move: krepitasi dan terasa nyeri saat digerakkan, gangguan fungsi

pergerakan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asih. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. 2007. Edisi ke- 10. Jakarta : EGC

Carpenito, L. J. (2009), Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis.

Edisi ke- 9. Jakarta : EGC

Hartono, A. (2005), Kamus Saku : Perawat. Edisi ke- 22. Jakarta : EGC

Helmi, N.Z. (2012). Buku Ajar : Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : Salemba

Medika

NANDA. (2007-2008). Diagnosa Nanda NIC & NOC. Jakarta : EGC

Paul, M. Morin, M.D; Edward j. Harvy, MD; Beckam, CET; Steffen, MD,

PhD,MBA. (2008) Original Article. Fibular Fixation as an Adjuvant to Tibial

intramedullary nailing in the Cannadian Medical Assocation

Price, Sylvia Anderson, and Wilson, Lorraine Mc Carty, 2005

Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Pendit, B.U. (2006), Buku Ajar : Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R. & Jong, D (2011), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta :

EGC

27
Santoso, B. (2005-2006), NANDA : Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta :

Prima Medika

Widyawati. (2007), Buku Saku : Buku Diagnosa Keperawatan, Edisi ke- 7,

Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai