Anda di halaman 1dari 10

UPEJ 8 (1) (2019)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

Identifikasi Sikap Peserta Didik terhadap Mata Pelajaran Fisika di Sekolah


Menengah Atas Negeri 5 Kota Jambi
Astalini, Dwi Agus Kurniawan, Rahmat Perdana, Haerul Pathoni
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
Jalan Raya Jambi – Ma. Bulian, KM 15, Mendalo Indah, Jambi. Kode Pos 36361 Telp. (0741) 583453,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sikap siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri
Diterima Januari 2019 5 Kota Jambi terhadap pembelajaran fisika. Jenis penelitian yang digunakan penelitian
Disetujui Januari 2019 kuantitatif dengan rancangan penelitian survei. Penelitian ini melibatkan 126 siswa Sekolah
Dipublikasikan Maret Menengah Atas Negeri 5 Kota Jambi. Data dikumpulkan melalui kuisioner sebanyak 54
2019 pernyataan dan digunakan skala likert 5 poin dan wawancara sebagai pengguat dari kuisioner.
Keywords: Analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif. Hasil analisis yang diperoleh pada
Attitudes, Implication, indikator normalitas ilmuwan yaitu Cukup dengan persentasi 50.0%. Indikator Normalitas
Scientist Ilmuan dengan persentasi sebesar 69.8% dengan kategori Cukup. Indikator sikap penyelidikan
terhadap fisika sebanyak 51.6 % berkategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut sebagian di
Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota jambi siswa memiliki sikap yang cukup baik terhadap
pembelajaran fisika.

Abstract
The aims of this research is to determine the student’s attitude in Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota
Jambi towards physics learning. This is quantitative study using survey design. This study involved 126
students from the Jambi 5 State High School. Data were collected through questionnaires as many as 54
statements and used a 5-point Likert scale and interviews as a reinforcer of the questionnaire. Data analysis
used is descriptive statistical analysis. The results of the analysis obtained on the indicator of scientist
normality are sufficient with a percentage of 50.0%. Scientific Normality Indicator with a percentage of
69.8% with the enough category. Indicators of attitude toward investigation of physics as many as 51.6%
are sufficiently categorized. Based on these results in part at the Negeri 5 Senior High School in Jambi City
students have a fairly good attitude towards learning physics.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : dwiagus.k@unja.ac.id
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

PENDAHULUAN memiliki pandangan tersebut sikapnya akan


berbeda, dengan peserta didik yang memiliki
Pendidikan adalah suatu kegiatan, yang pandangan lebih positif selama proses
sangat penting bagi semua manusia, dengan pembelajaran. Sikap positif peserta didik dalam
adanya pendidikan manusia dapat merubah proses pembelajaran dapat mepengaruhi atau
tingkah laku dan pengetahuan menjadi lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik
baik. Pendidikan adalah sebuah proses untuk tersebut, begitu pula sebaliknya (Arsaythamby
memperoleh dan menanamkan keterampilan Veloo, 2015). Oleh karena itu, untuk peserta
yang dilakukan, oleh peserta didik (Wood, 2011). didik yang memiliki sikap positif dalam
Pendidikan itu sendiri mempunyai tujuan untuk pembelajaran akan mempengaruhi atau
mengembangkan potensi yang terdapat pada meningkatkan hasil belajar dari peserta didik
perseta didik, agar dapat berfikir secara kritis tersebut.
maupun kreatif (Sisdiknas, 2003). Dalam Sikap itu berasal dari dalam diri peserta
pendidikan di Indonesia sendiri, terdapat didik itu sendiri, yaitu perasaan terhadap suatu
beberapa tingkatan, salah satunya tingkat objek yang diperlihatkan dalam perasaan suka
Sekolah Menengah Atas. Sekolah Menengah Atas ataupun tidak suka. Hal ini sesuai dengan
merupakan tingkat pendidikan yang wajib (Nursa’adah, 2016) bahwa sikap merupakan
ditempuh, sebelum melanjutkan ke tahap tingkah laku atau perbuatan akibat reaksi
pendidikkan selanjutnya ke tingkatan yang lebih seseorang terhadap orang lain atau benda
tinggi. Dalam tingkat pendidikan sekolah tertentu. Peserta didik yang tidak menyukai
menengah atas, mempelajari berbagai ilmu fisika, dapat dilihat dari sikap dan hasil
pengetahuan salah satu ilmu yang di pelajari belajarnya terhadap fisika. Sikap, baik itu negatif
ialah ilmu fisika. Fisika merupakan salah satu maupun positif dalam pembelajaran fisika sangat
ilmu yang berkembang dari pengamatan gejala mepengaruhi hasil belajar di fisika dan sains,
alam dan interaksi yang terjadi di dalamnya yang diketahui bahwa peserta didik bersikap
(Asih, 2017). Selain itu fisika merupakan ilmu negatif terhadap pembelajaran fisika akan
sains yang berintegrasi dengan perilaku dan membuat pembelajaran sekarang atau
gejala-gelaja fenomena alam yang dikatikan kedepannya semakin sulit (Erdemir, 2009).
dengan fenomena sekarang atau yang terjadi saat Kurangnya sikap positif yang dimilki peserta
ini (Giancoli, 2014). didik, terhadap pelajaran fisika mengakibatkan
Mata pelajaran fisika dapat dikategorikan berbagai masalah. Peserta didik yang memiliki
sebagai mata pelajaran yang kurang disukai oleh sikap negatif terhadap fisika akan mengurangi
peserta didik. Peserta didik menganggap fisika tingkat kepercayaan dirinya dan membuat hasil
sebagai subjek yang sulit selama masa sekolah kinerja buruk yang disebabkan kurangnya
dan semakin sulit lagi ketika mereka mencapai mencari informasi untuk menyelesaikan masalah
perguruan tinggi (Guido, 2013). Itu semua fisika (Olasimbo, 2012). Apabila peserta didik
dikarenakan fisika tidak harus handal dalam memiliki sikap negatif terhadap pelajaran fisika
matematikanya saja, melainkan harus handal maka mereka juga akan bersikap negatif
dalam logika juga. Physics lessons require a strong terhadap guru fisika (Guido, 2013). Sikap positif
logic and some basic knowledge of mathematics, peserta didik terhadap mata pelajajaran fisika
based on contentan alysis and synthesis (Guzel, akan terintegrasi dengan Implikasi Sosial dari
2004). Dalam proses pembelajaran, khususnya Fisika, sikap ilmiah, kesenangan belajar fisika,
dalam pelajaran fisika, sikap peserta didik ketertarikan memperbanyak waktu untu k
sangatlah penting. Sikap yang berlangsung belajar fisika, dan tertarik berkarir dibidang
selama terjadinya proses pembelajaran sangat fisika. Implikasi sosial dari fisika menunjukkan
penting dalam mengarahkan perilaku manusia bagaimana pengaruh atau dampak dari ilmu
(Kaya, 2011). Karena, peserta didik yang fisika terhadap kehidupan sosial. Ini dapat
35
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

berupa sikap terhadap manfaat sosial dan belajar. Selain itu pada saat melakukan
masalah kemajuan dan penelitian ilmiah (welch, praktikum fisika siswa bisa merangkai alat
2010). Implikasi sosial dari fisika ini sendiri dengan baik yang sesuai dengan prosedur dan
mempunyai manfaat bagi setiap peserta didik, rajin melakukan percobaan.
karena akan membentuk kemandirian dan Sikap terhadap penyelidikan dalam fisika
kerjasama dalam proses pembelajaran. Suatu memuat persepsi apeserta didik terhadap cara
konsep yang memahami seseoang sebagai atau tindakan dalam memecahkan masalah atau
individu yang mandiri, mandiri dan mandiri persoalan difisika. Dalam mempelajari fisika,
(Kuukkanen, 2012). Dalam pembelajaran peserta didik biasanya melakukan penyelidikan,
disekolah, ketika didalam kelas dan di baik dalam pembelajaran dikelas maupun di lab.
laboratorium, kita dapat menjumpai implikasi Meski mencakup proses sains tradisional,
sosial dari fisika, yaitu kerja sama dan penyelidikan juga mengacu pada penggabungan
kemandirian peserta didik tersebut didalam proses-proses tersebut dengan pengetahuan dan
kelompok belajarnya. Kerja kelompok penalaran ilmiah serta pemikiran kritis
memberikan peserta didik tentang gambaran (Lederman, dkk, 2013). Peserta didik
lebih akurat bagaimana orang lain melihat mengembangkan keyakinan selama sekolah
dirinya dan mendapatkan pemahaman lebih baik bahwa untuk mendapatkan kesimpulan maka
tentang diri sendiri sehingga dapat membantu diperlukannya langkah demi langkah yang harus
mengevaluasi perilaku interpersonal peserta diikuti dalam sebuah metode ilmiah, beginilah
didik (Burke, 2011). Misalkan dalam sebuah para ilmuwan menghasilkan pengatahuan baru
kelompok diskusi atau praktikum suatu materi, (Moeed, 2013). Bentuk penyelidikan fisika
peserta didik dituntut untuk bekerja sama, saling dikelas dapat dilihat dari langkah-langkah
mengenal pribadi peserta didik dan mengatur bagaimana peserta didik menjawab suatu soal,
pemerataan pembagian kerja tiap individu, baik yaitu dengan mengamati gambar ilustrasi
dari segi kemampuan atau keahlian, kejadian, mengumpulkan dan mengklasifikasi
melaksanakannya secara mandiri dan data yang diketahui, menafsirkan serta
mempertanggung jawabkan hasilnya. Bentuk menganalisis dengan menggunakan rumus yang
kemandirian peserta didik juga dapat dilihat dari sesuai untuk pemecahan soal. Saat
pengerjaan tugas atau PR yang diberikan oleh dilaboratorium, penyelidikan fisika oleh peserta
guru serta bagaimana peserta didik menambah didik dapat dilihat dari bagaimana peserta didik
wawasan lewat pengayaan dan sumber-sumber memperoleh data percobaan, yakni dengan
lainnya (internet). mengamati dan memutuskan alat yang perlu
Normalitas ilmuwan merupakan digunakan, membuat hipotesis, mengambil atau
seseorang yang berpenampilan biasa dan sama mengumpulkan data berdasarkan prosedur yang
dengan orang biasa. Seorang ilmuwan sering tepat untuk membuktikan hipotesis, mengukur
digambarkan di media masa. Menurut siswa objek, menganalisis data percobaan kemudian
menggambarkan ilmuan sebagai orang tua menyimpulkan hasil dan membandingkan data
berjenggot/ berkacamata yang selalu bekerja di dengan teori.
laboratorium, mencatat temuan baru dan Sikap sangat penting dalam proses
membaca buku (Christidou, 2011 p. 143). berlangsungnya pembelajaran. Karena jika
Seorang ilmuwan dapat menyelesaikan masalah peserta didik memiliki sikap negatif terhadap
dan menemukan sesuatu yang baru. Sikap yang pelajaran fisika, maka mereka juga akan bersikap
tergambar dari para ilmuan dalam memecahkan negatif terhadap guru fisika (Guido, 2013). Oleh
masalah dan menemukan penemuan-penemuan sebab itu, guru harus mengetahui bagaimana
baru tersebut yang dapat dijadikan panutan sikap peserta didik yang terjadi selama poses
siswa. Dalam pembelajaran fisika misalnya siswa pembelajaran karena dengan mengetahui sikap
didalam kelas rajin mencatat dan tekun dalam peserta didik, guru dapat memperbaiki desain
36
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

pembelajaran di kelas, sesuai dengan atau pada seluruh populasi yang diguakan untuk
kemampuan yang peserta didik miliki. Salah satu menggambarkan sikap, pendapat, prilaku, atau
sikap peserta didik, yang perlu diperhatikan oleh ciri khusus populasi (Creswell, 2012 : 752). Pada
seorang guru adalah sikap ilmiah. Trumper desain penelitian ini diterapkan karena sesuai
(2006) sikap ilmiah sangat mempengaruhi dengan tujuan penelitian, dimana tujuannya
proses pembelajaran yang melibatkan sikap adalah mengetahui Sikap Siswa SMA terhadap
peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap mata pelajaran Fisika.
ilmiah yang tingggi akan membantu proses Sampel yang peneliti gunakan berasal dari
pembalajaran sains dan fisika menjadi lebih baik. 126 Siswa SMAN 5 yang berlokasi di Kota Jambi.
Hal ini dikarenakan sikap ilmiah dapat Dengan siswa laki-laki sebanyak 58 orang dan
membentuk peserta didik berfikir secara kreatif siswa perempuan sebanyak 68 orang penelitian
dan kritis. ini peneliti menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan
Tujuan penelitian ini mengetahui sikap sampel berdasarkan kriteria dari peneliti
peserta didik terhadap pembelajaran fisika di (Kerlinger, 2014).
sekolah menengah atas tepatanya di Sekolah Instrument dan Prosedur. Pada penelitian
Menengah Atas Kabupaten Batanghari. Indikator ini, penelitian menggunakan instrument angket
sikap tersebut meliputi Implikasi Sosial dari yang diadopsi dari Rio Darmawangsa yang
Fisika, Sikap Terhadap Penyelidikan dalam memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0.9
Fisika, kesenangan dalam belajar fisika, dan dengan jumlah valid sebesar 54 pernyataan
ketertarikan berkarir dalam bidang fisika. Dalam Darmawangsa (2018). Pada penelitian ini,
penelitian ini pertanyaan penelitian sebagai peneliti menggunakan 4 indikator yang
berikut : menggunakan skala likert 5 (lima) (untuk
1. Bagaimana sikap peserta didik terhadap pernyataan positif Sangat Tidak Setuju memiliki
implikasi sosial dari fisika ? skor 1, Tidak Setuju memiliki skor 2, Netral
2. Bagaimana sikap peserta didik terhadap memiliki skor 3, Setuju memiliki skor 4 dan
normalitas ilmuan? Sangat Setuju 5. Untuk pernyataan negatif Sangat
3. Bagaimana sikap peserta didik terhadap Tidak Setuju memiliki skor 5, Tidak Setuju
penyelidikan dalam fisika? memiliki skor 4, Netral memiliki skor 3, Setuju
4. Apa saja kendala yang dihadapi untuk memilki skor 2 dan Sangat Setuju memiliki skor
meningkatkan sikap peserta didik dalam 1), angket dapat dilihat pada tabel 1. Wawancara
pembelajaran fisika ? menggunakan jenis wawancara semi-struktur.
5. Bagaimana solusi untuk meningkatkan Analisis data, pada penelitian ini
sikap peserta didik dalam pembalajaran menggunakan data analisis kuantitatif
fisika menggunakan program SPSS untuk mencari
Temuan penelitian ini dapat berkontribusi statistik deskriptif, statistik deskriptif
untuk meningkatkan sikap peserta didik merupakan suatu gambaran atau penyajian data
terhadap pembelajaran fisika. dalam jumlah besar, dalam hal ini berupa
frekuensi ringkasan, misalnya modus, mean,
METODE PENELITIAN median, minimum, maksimum dan standar
deviasi (Cohen, Manion & Morrison, 2007).
Rancangan Penelitian yang digunakan oleh Dilanjutkan dengan wawancara yang
peneliti adalah Penelitian Kuantitatif yang diperuntukan untuk memperkuat hasil dari data
menggunakan rancangan penelitiannya adalah kuantitatif. Langkah-langkah dalam wawancara
Penelitian Survei. Merupakan porsedur dalam dapat dilihat sebagai berikut: (1) untuk
penelitian kuantitatif di mana peneliti menghitung frekuensi seperti ide, tema,
mengadministrasikan survei pada suatu sampel potongan data dan kata-kata. (2) memperhatikan
37
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

pola dan tema. (3) mencoba membuat data yang variabel. (9) menemukan variabel intervening:
baik, menggunakan intuisi untuk mencapai mencari variabel lain yang tampaknya
kesimpulan. (4) apakah kelompok mengatur item 'memblokir' perhitungan untuk apa yang
ke dalam kategori, jenis, perilaku, dan klasifikasi? diharapkan menjadi hubungan yang kuat antar
(5) membuat metafora yang menggunakan variabel. (10) membangun rantai bukti yang
bahasa kiasan dan konotatif daripada bahasa logis: mencatat kausalitas dan membuat
literal dan denotatif, menjiwai data, sehingga kesimpulan. (11) Menciptakan koherensi
mengurangi data, membuat pola, menyelaraskan konseptual/teoritis: bergerak dari metafora
data, menghubungkan data dengan teori. (6) untuk membangun tory untuk menjelaskan
memisahkan variabel untuk menguraikan, fenomena (Cohen, Manion & Morrison, 2007).
membedakan dan 'membongkar' ide, yaitu
berpindah dari drive ke integrasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengaburkan data. (7) menyerah secara khusus
ke dalam umum, membawa sejumlah besar Implikasi Sosial dari Fisika
variabel di bawah sejumlah kecil (sering) Pada implikasi sosial siswa SMA terhadap
variabel hipotetis yang tidak teramati. (8) fisika dapat kita lihat hasilnya dari angket yang
mengidentifikasi dan mencatat hubungan antar telah disebarkan, dengan hasil seperti tabel 1.
Tabel 1. Implikasi Sosial dari Fisika
Karakteristik Standard Medi
Mean Modus Min Max %
Interval Sikap Total deviasi an
Sangat 0.8
5–9 1
Tidak Baik
10 – 13 Tidak Baik 7 5.6
2.44 17.11 16.00 17.00 8 24
14 – 17 Cukup 63 50.0
18 – 21 Baik 49 38.9
22 – 25 Sangat Baik 6 4.8
TOTAL 126

Pada tabel 1, tercatat sebanyak 43.7% siswa Normalitas Ilmuan


(55 dari 126) berkategori baik dengan skor Hasil angket yang telah disebarkan dan
maksimal dari keseluruhan pernyataan di diolah tentang Normalitas Ilmuan dapat dilihat
indikator 1 adalah 24. Hal ini menunjukkan pada tabel 2.
bahwa siswa paling banyak mengakui tentang Pada tabel 2 dapat dideskripsikan bahwa,
adanya implikasi dari fisika terhadap kehidupan data yang dominan sebanyak 26.2 % siswa (33
sosial mereka. Sebanyak 50.0% siswa (63 dari dari 126) berada pada kategori baik untuk
126) berkategori cukup yang berarti siswa masih indikator normalitas keilmuwan. Sedangkan
bingung mengenai adanya peran ilmu fisika 69.8% siswa (88 dari 126) dapat dikategorikan
dalam kemajuan teknologi. Sedangkan 6.4% cukup. Sedangkan 4.0% siswa (5 dari 126)
siswa (8 dari 126) berkategori tidak baik hal ini berkategori buruk. Skor maksimum yang diraih
menunjukkan siswa tidak mengerti tentang yaitu 22 dan skor minimum yaitu 11. Dalam hal
adanya implikasi yang baik pada kehidupan ini siswa sepertinya belum mengerti tentang cara
sosial mereka. kerja ilmuan. Hal ini memperlihatkan bahwa,
siswa masih belum bisa melihat diri sendiri
sebagai ilmuan.

Tabel 2. Normalitas Ilmuan


38
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Karakteristik Standard
Mean Modus Median Min Max %
Interval Sikap Total deviasi
5–9 Sangat Tidak 0 0
Baik
10 – 13 Tidak Baik 5 4.0
1.95 16.26 15.00 16.00 11 22
14 – 17 Cukup 88 69.8
18 – 21 Baik 32 25.4
22 – 25 Sangat Baik 1 0.8
TOTAL 126

Sikap dalam Penyelidikan tehadap Fisika siswa berkategori tidak baik memiliki persentase
Hasil angket yang telah disebarkan dan 3.2% siswa (4 dari 126). Skor maksimum yang
diolah tentang Sikap dalam penyelidikan peserta diraih yaitu 41 dan skor minimum yaitu 22. Hal
didik Sekolah Menengah Atas terhadap fisika ini menjelaskan bahwa umumnya siswa sudah
dapat dilihat pada tabel 3. bersikap dengan baik terhadap penyelidikan
Pada tabel 3, siswa di SMAN 5 Kota Jambi fisika yang biasa dilakukan. Namun sebagian
dominan menjawab netral dan setuju pada siswa juga tidak terlalu suka memecahkan
angket dengan perolehan data yang seimbang masalah sendiri melainkan bertanya kepada
yaitu 51.6% siswa (57 dari 126). Namun untuk ahlinya atau alternative lain. Ini juga berarti
siswa yang berkategori baik secara keseluruhan sikap siswa dalam penyelidikan fisika tergolong
berdasarkan analisis data perolehan yakni standar dan biasa saja serta tidak terlalu
sebanyak 45.3% siswa (57 dari 126). Sedangkan berpengaruh pada perkembangan belajarnya.
Tabel 3. Sikap dalam Penyelidikan Fisika
Karakteristik Standard
Mean Modus Median Min Max %
Interval Sikap Total deviasi
9 – 16.2 Sangat 0 0
Tidak Baik
16.3– 23.4 Tidak Baik 4 3.2
3.62 30.1 27.00 30.00 22 41
23.5– 30.6 Cukup 65 51.6
30.7– 37.8 Baik 53 42.1
37.9– 45 Sangat Baik 4 3.2
TOTAL 126

Implikasi Sosial dari Fisika Pertanyaan : Menurut anda, apakah fisika


Hasil analisis angket pada tabel 1 dengan merupakan pelajaran yang sulit?
indikator implikasi sosial dari fisika di SMA Jelaskan alasannya!
Kabupaten Batanghari, memperlihatkan Jawaban : Ya, sulit sekali. karena harus
dominan peseerta didik berkategori baik. menghapal banyak rumus. Setiap
Berdasarkan hasil wawancara memperlihatkan ada soal, rumusnya pasti beda-
bahwa meskipun fisika itu sulit bagi peserta beda bentuknya, banyak tetapan
didik, karena harus mempelajari rumus dan atau angka-angka yang harus
konsep-konsep yang abstrak, tetapi mereka tau dihapal. Dan teori-teorinya pun
bahwa konsep dan rumus fisika tersebut telah kebanyakan harus berhayal dulu
diterapkan dan banyak membawa manfaat saat belajar, Jadi susah kalau
dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini belum tau gambarannya.
merupakan wawancara yang dilakukan
berdasarkan indikator implikasi sosial dari fisika.
39
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Pertanyaan : Adakah manfaat atau aplikasi dari Jawab : Saya kurang tau. Tapi mungkin bisa.
mempelajari fisika dalam Karena seorang ilmuan juga sama
kehidupan sehari-hari? Jelaskan! seperti yang lainnya. jika ilmuan
Jawaban : Ada. Bisa dibilang banyak. Yang dibilang tidak bisa punya keluarga
sepele seperti melempar bola atau pernikahan yang bahagia, pasti
basket ke ring, ngukur banyak yang menghindar jadi
kecepatannya dll juga aplikasi seorang ilmuan.
fisika. Trus kalo manfaat dalam Dari hasil wawancara tersebut, siswa dapat
kehidupan misalnya seperti pada membayangkan keseharian dari para ilmuan dan
teknologi kendaraan atau listrik, menganggap bahwa seorang ilmuan juga
banyak memakai konsep fisika. memiliki sisi kehidupan yang normal seperti
Konsep dan prinsip-prinsip fisika banyak manusia umum. Ini menunjukkan bahwa, siswa
diaplikasikan pada kehidupan dan berkontribusi mempunyai pandangan bahwa ilmuan
banyak dalam pengembangan dan konkordansi merupakan orang normal, tidak menuduh ilmuan
kehidupan di era ini (Vello, 2015). Peserta didik sebagai seorang yang pendiam dan tidak dapat
yang bisa menghargai peran fisika dalam bersosialisasi sehingga dijauhkan dari kehidupan
kehidupan sehari-hari, hanyalah peserta didik masyarakat sekitar. Hal ini ditegaskan dengan
yang berprestasi baik di fisika SMA, berbakat siswa mulai menganggap ilmuwan sebagai orang
dalam sains, dan sangat baik dalam matematika yang realistis (Leblebicioglu, et. al, 2011 p. 160),
(Guido, 2013). penemu dan pemecah masalah, melakukan
Normalitas Ilmuan banyak hal, unik, bekerja sebagai pemikir (Balcin
Sikap normalitas ilmuwan siswa yang paling and Ergun, 2018 p.68). Normalitas keilmuan,
dominan yaitu kategori Cukup dengan menilai bagaimana siswa melihat para ilmuwan
presentase sebesar 50.0%. Siswa yang dan menempatkan diri sendiri sebagai seorang
menyetujuinya, dapat menempatkan dirinya pembelajar sains atau ilmuan.
seperti halnya ilmuwan dengan segala macam Sikap dalam Penyelidikan Terhadap Fisika
kehidupan dan kebiasaannya. Hasil dari Hasil analisis data angket pada tabel 3
wawancara yang telah dilakukan, menunjukkan dengan indikator sikap dalam penyelelidikan
bahwa semua ilmuwan mempunyai kehidupan terhadap fisika di SMA Kabupaten Batanghari
normal seperti manusia umumnya yang bekerja menunjukkan dominan peserta didik berada
dan memiliki keluarga. Berikut ini hasil pada kategori baik. Berdasarkan hasil
wawancaranya. wawancara, peseta didik yang berkategori baik
Pertanyaan : Apakah kamu tau tentang para memiliki sikap yang aktif dalam melakukan,
ilmuan fisika? Jika anda apabila menemukan hal-hal yang bertentangan
mengetahuinya, Menurut anda, dengan hasil eksperimen maka peserta didik
bagaimana kehidupan para ilmuan- menanggapi dengan kritis, memiliki rasa ingin
ilmuan tersebut dikeseharian tahu yang tinggi dan pantang menyerah.
mereka? Pertanyaan : Bagaimana perasaan anda saat
Jawab : Iya tau. Seperti Einstein atau melakukan eksperimen?Jelaskan
newton. Kalau kehidupan mereka, alasannya.
mungkin sama seperti orang-orang Jawab : saya menyukainya. Melakukan
pada umumnya. Makan, tidur, eksperimen/percobaan. Dengan
bekerja, meneliti dilabor mungkin. melakukan eksperimen, pelajaran
Pertanyaan : Menurut anda, bisakah seorang fisika jadi tidak membosankan.
ilmuan mempunyai pernikahan Saya juga jadi tau aplikasi hukum-
atau keluarga yang bahagia? hukum fisika.
Jelaskan alasannya!
40
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Pertanyaan : Jika anda kesulitan mencari peserta didik menunjukkan bahwa mereka
jawaban atau hal-hal tertentu saat menghargai cara ilmiah mengumpulkan bukti,
eksperimen, anda lebih suka berpikir kreatif, berpikir rasional, menanggapi
mencari jawaban sendiri atau secara kritis, dan berkomunikasi, kesimpulan,
bertanya kepada teman? karena mereka menghadapi situasi kehidupan
Jawab : Kalo saya masih bisa, saya lebih yang berkaitan dengan sains (Bybee et. al., 2009).
suka mencari tau sendiri dan baca Masalah Yang dihadapi Dalam Meningkatkan
dibuku. Tapi kalau memang tidak Sikap
tau, saya baru bertanya ke guru Dari hasil yang telah diperoleh dari
atau teman. responden yang telah mengisi angket yang
Hasil wawancara yang dilakukan, disebarkan oleh peneliti, peneliti mendapatkan
didapatkan bahwa peserta didik suka melakukan ada 3 kendala yang didapati oleh siswa terhadap
eksperimen, yang menandakan bahwa peserta sikapnya pada pembelajaran fisika (Tabel 4) :
didik tersebut suka berfikir kritis, menemukan Implikasi Sosial dari Fisika (2.2 %), Normalitas
hal-hal baru yang menarik dari fisika lewat Ilmuan (4.0%), dan Sikap dalam Penyelidikan
penyelidikan yang mereka lakukan. Ilmu Fisika fisika (3.2 %).
berlandaskan pada konsep-konsep sehingga Pada hasil yang telah didapat dari
dalam mempelajari hal-hal abstrak ini akan responden, peneliti juga menemukan kendala
memiliki hambatan untuk peserta didik dan guru yang lainnya, yaitu implikasi sosial dari fisika,
(Civelek, 2014). Dengan melakukan eksperimen, ada 8 responden atau 6.4% dari 126 siswa
ilmu fisika yang abstrak menjadi lebih mudah berkategori sikap buruk dan Normalitas Ilmuan
dipahami dan diminati peserta didik. Peserta 4.0% dari 5 responden berkategori sikap buruk.
didik yang masih kukuh untuk mencari jawaban Kendala yang dihadapi siswa yaitu mereka
atas permasalahan yang sulit dalam penyelidikan berfikir bahwa fisika merupakan sesuatu yang
menunjukkan kepercayaan diri peserta didik rumit dan abstrak sehingga sulit untuk mencari
terhadap kemampuannya. Kepercayaan diri pemecahan masalahnya. Siswa seringkali sulit
peserta didik terhadap kemampuan mereka memaknai symbol kejadian dalam persamaan
dalam mempelajari ilmu alam dan matematika (Kabil, 2015). Selanjutnya pada sikap dalam
sangat menentukan keterlibatan mereka dalam penyelidikan terhadap fisika, 3.3% siswa atau
aktivitas penyelidikan (Stefan and Ciomos, sejumlah 31 siswa berkategori sikap tidak baik.
2010). Sikap peserta didik yang suka bertanya Kendala yang dihadapi siswa berupa pola fikir
setelah berusaha mencari solusi atau jawaban Siswa yang lebih suka mendapat jawaban secara
tersebut menunjukkan bahwa rasa instant dalam fisika dan tidak menyukai kegiatan
keingintahuan peserta didik sangat besar yang terstruktur karna hal itu rumit dan tidak
terhadap penyelidikan yang dilakukannya.Sikap menyenangkan. Anggapan siswa bahwa fisika itu
positif inilah yang dapat dimiliki oleh seorang sangat abstrak dan sangat sulit merupakan salah
ilmuan (Nasrodin, 2013). Bentuk Apresiasi dan satu masalahnya (Pehlivan dan Koseoglu, 2011).
dukungan untuk penyelidikan ilmiah dari
Tabel 4. Kendala yang didapati pada peserta didik Sekolah Menengah Atas Negeri Kabupaten Batanghari
Statement Siswa (n=126)
Implikasi Sosial dari Fisika 8 (6.4%)
Normalitas Ilmuan 5 (4.0%)
Sikap dalam Penyelidikan Fisika 4 (3.2%)

41
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

SIMPULAN Mathematics, Science & Technology


Education,vol 10(6), Hal. 565-574.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan,
Cohen, L. M. (2007). Research Methods in Education.
diperoleh bahwa sikap siswa di sekolah
New York : Routledge.
menengah atas negeri 5 Kota Jambi pada
indikator Normalitas Ilmuan, dan Sikap terhadap Creswell, J. W. (2012). Research Design Pendekatan
penelitian fisika bersikap cukup baik. Hal ini Kualitatif, Kuantitaif dan Mixed Cetakan ke-2.
dikarenakan sikap yang cukup pada kedua Yogyakarta: Pusaka Belajar.
indikator tersebut akan mempengaruhi Implikasi
sosial dari Fisika. Sikap cukup siswa merupakan Christidou, Vasilia. (2011). Interest, attitudes and
sikap yang simbang dalam pembelajaran fisika images related to science: Combining students’
voices with the voices of school Science,
dikarenakan mata pelajaran yang sulit untuk
teachers, and popular science. International
dipahami.
Journal of Environmental & Science Education,
6(2), 141-159.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawangsario, R. (2018). Pengembangan
Arsaythamby Veloo, R. N. (2015). Attitude towards instrument sikap siswa sekolah menengah atas
Physics and Additional Mathematics terhadap mata pelajaran fisika. JPF: Jurnal
Achievement towards Physics Achievement . Pendidikan Fisika, 6(1), 107-114.
International Education Studies, 35-43.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.
Arslan, N. I. (2015). High school students’ educational Tentang sistem pendidikan nasional.
and career interest (science–technology–
mathematics) and career adaptabilities. Erdemir, N. (2009). Determining students’ attitude
Australian Council for Educational Researc, towards physics through problem-solving
166-172. strategy. Asia-Pacific Forum on Science
Learning and Teaching, 1-19.
Asih, D, A, P. (2017). Pengaruh Pengguna Fasilitas
Belajar di Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Guido, R. M. (2013). Attitude and Motivation towards
Keterampilan Proses Sains. Jurnal Formatif, Learning Physics. International Journal of
7(1): 13-21. Engineering Research & Technology , 2087-
2094.
Balçın, Muhammed Doğukan, and Ayşegül Ergün.
(2018). Secondary School Students’ Giancoli, D. C. (2014). Fisika : Prinsip dan Aplikasi Edisi
Perceptions and Attitudes About Scientists. ke 7Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
European Journal of Education Studies, 4(4), 66-
93. Guzel, Hatice. (2004). The Relationship Between
Students' Success in Physics Lessons and Their
Burke, Alison. 2011. Group Work: How to Use Groups Attitude Towards Mathematics. Turkish Science
Effectively. The Journal of Effective Teaching, Education,
Vol. 11, No. 2, 2011, hal 87-95.
Kaya, H. &. (2011). Attitude towards Physics Lessons
Bybee, Rodger. Barry McCrae and Robert Laurie. 2009. and Physical Experiments of the High School
PISA 2006: An Assessment of Scientific Students. European journal of physics
Literacy. Journal Of Research In Science education, 23-31.
Teaching. VOL. 46, NO. 8, PP. 865–883
Kerlinger, F. N. (2014). Foundations of behavioural
Civelek, Turhan, Erdem Ucar & Hakan Ustunel. research. Yogyakarta: Gadjah Mada University
2014.Effects of a Haptic Augmented Simulation Press.
on K-12 Students’Achievement and their
Attitudes towards Physics, Eurasia Journal of
42
Astalini dkk / Unnes Physics Education Journal 8 (1) (2019)

Kuukkanen, J.-M. (2012). Autonomy and Objectivity of Olasimbo, O. a. (2012). Attitudes of Students towards
Science. International Studies in the Philosophy the Study of Physics in College of Education
of Science, 309-334. Ikere Ekiti, Ekiti State, Nigeria . American
International Journal of Contemporary
Leblebicioglu, Gulsen, Duygu Metin, Esra Yardimci, Research , 86-89.
Pinar Seda Cetin. 2011. The effect of informal
and formal interaction between scientists and Pehlivan, Hulya and Pinar Koseoglu. 2011. The
children at a science camp on their images of reliability and validity study of the attitude
scientists. Science Education International, scale for physics course. Procedia Social and
Vol.22 (3), hal 158-174. Behavioral Sciences.
doi:10.1016/j.sbspro.2011.04.296 hal 3338-
Lederman, N.G., Lederman, J.S., & Antink, A. 2013. 3341
Nature of science and scientific inquiry as
contexts for the learning of science and Stefan, M., dan Florestina ciomos. 2010. The 8th and
achievement of scientific literacy, International 9th Grades Students’ Attitude Towards
Journal of Education in Mathematics, Science Teaching and Learning Physics. Acta Didactica
and Technology, 1(3), 138-147. Napocensia, Vol. 3, No. 3: 7-14.

Moeed, Azra. 2013. Science investigation that best Trumper, Ricardo. 2006. Factors Affecting Junior High
supports student learning: Teachers' School Students’ Interest in Physics. Journal of
understanding of science investigation. Science Education and Technology, Vol. 15, No.
International Journal of Environmental & 1, p.47-58.
Science Education. DOI:
10.12973/ijese.2013.218a. 2013.8.537-559. Welch, A. G. (2010). Using the TOSRA to Assess High
School Students’ Attitudes toward Science after
Nasrodin, Hindarto, N., Supeni, S, E. (2013). Analisis Competing In the FIRST Robotics Competition:
Kebiasaan Belajar Ilmiah Mahasiswa Fisika An Exploratory Stud. Eurasia Journal of
Pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Mathematics, Science & Technology Education,
Fisika Dasar. Unnes Physics Educational Journal. 187-197.
2(1). 84-91
Wood, K. (2011). Education is Basic. New York: Taylor
Nursa’adah, F, P & Rosa, N, M. (2016). Analisis & Francis Group.
kemampuan Berpikir Kreatif Kimia Ditinjau
dari Adversity Quotient, Sikap Ilmiah dan
Minat Belajar. Jurnal Formatif, 6(3): 197-206.

43

Anda mungkin juga menyukai