Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH POSISI-POSISI YANG DILAKUKAN DALAM TINDAKAN

KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN SERTAMOBILISASI PASIEN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................2
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Rumusan Masalah......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Memindahkan Pasien.................................................................................4
B. Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien......................................5
1. Posisi Fowler......................................................................................5
2. Posisi semi fowler...............................................................................6
3. Posisi sim............................................................................................7
4. Posisi trendelenburg............................................................................8
5. Posisi dorsal recumbent......................................................................9
6. Posisi Litotomi....................................................................................10
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest......................................................11
8. Posisi orthopeneic...............................................................................12
9. Posisi Supinasi....................................................................................13
10. Posisi pronasi......................................................................................13
11. Posisi lateral........................................................................................14
12. Alat Mobilisasi Pasien dan Fungsinya………………,,,,…………….15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. SARAN......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Mobilisasi seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan


memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier,
1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal
ini salah satunya dsebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang
seperti saat duduk atau berbaring.

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu mobilisasi dimana pasien dalam
menggerakan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau
keseluruhan. Sedangkan mobilisasi aktif yaitu dimana pasien dalam menggerakan
tubuhnya dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk embantu jalannya
penyembuhan pasien. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien
atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat
mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.

Dalam angka memenuhi kebutuhan dasar manusia dan asuhan keperawatan,


salah satu tugas perawat yaitu memenuhi kebutuhan mobilisasi dimana saat itu pasien
tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pepindahan secara mandiri.

Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak. Ketika orang dapat berdiri


dan bergerak, mereka lebih sehat. Paru-paru mereka mengembang lebih mudah.
Mereka mencerna makanan secara seksama lebih baik. Mereka mampu berdefekasi
dengan baik, fungsi ginjal mereka lebih baik dan tulang serta otot mereka lebih sehat.
Dan sebaliknya, jika sedang sakit mereka sering tidak dapat bergerak atau hanya dapat
bergerak sedikit.

Untuk mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat harus dengan


tepat mengangkat klien, menggunakan teknik pemberian posisi yang tepat, dan
memindahkan klien dengan aman. Banyak kondisi patologi yang memengaruhi
kesejajaran dan mobilitas tubuh. Abnormalitas postur kongenital atau didapat

1
memengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan
penampilan tubuh. Selama pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh
dan rentang gerak. Abnormalitas postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau
keduanya sehingga membatasi rentang gerak pada beberapa sendi, perawat
mempertahankan rentang gerak maksimum pada sendi yang tidak sakit. (A. Azis Alimut
Hidayat, 2005 : 117).

Kebanyakan orang mengganti posisi mereka secara konstan dan bergerak


meskipun diatas tempat tidur. Namun, ketika klien lemah atau nyeri, atau mengalami
fraktur, atau paralisis atau tidak sadar, mereka tidak dapat mengubah posisi seperti
orang normal. Mereka memerlukan bantuan untuk mengubah posisi seperti posisi
sim’s , semi fowler, miring, dorsal recumbent lithomi dan lain-lain. Berdasarkan uraian
diatas, makalah ini akan membahas mengenai standar operasional prosedur bagaimana
cara melakukan mobilisasi pada pasien yang akan berpindah dari tempat tidur ke kursi
roda dan dari tempat tidur ke kereta dorong (brankart) dan cara mengatur posisi dengan
baik dan benar.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan memahami cara atau standar
operasional memindahkan pasien dan mengatur posisi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara atau standar
operasional memindahkan pasien dan mengatur posisi ?

D.Manfaat

Mahasiswa dapat memberikan bantuan kepada pasien untuk duduk di tempat tidur,
mengatur posisi di tempat tidur, membantu memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda, membantu pasien berjalan dan bisa memberikan rasa aman dan nyaman
terhadap pasien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Memindahkan Pasien

1. Pengertian memindahkan pasien

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah,


teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya. Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri
dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya dsebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring.
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada klien (pasien)
dengan kelemahan fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau dari
tempat tidur ke brangkar.

2. Tujuan

a. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse,

b. Mempertahankan kenyamanan pasien,

c. Mempertahankan kontrol diri pasien,

d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan(diagnostik, fisik, dll.),

e. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi,

f. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi
dengan kegiatan ini), dan

g. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring
(memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda).

B. Mengatur Posisi

1. Pengertian mengatur posisi

Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu

3
aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu
apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry, 2005).

2. Tujuan mengatur posisi

a. Mencegah nyeri otot

b. Mengurangi tekanan

c. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah superficial

d. Mencegah kontraktur otot

e. Mempertahankan tonus otot dan reflek

f. Memudahkan suatu tindakan baik medic maupun keperawatan

3. Macam-macam pengaturan posisi pasien

B.Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien

1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Posisi Fowler

Tujuan
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman

4
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga  meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur.
d. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
 
2. Posisi semi fowler
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

5
Cara / prosedur
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90
derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya
tekanan di bawah jarak poplital ( di bawahlutut )

3. Posisi sim
Definisi :
Posisisim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Posisi Sim
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus
Indikasi :
a. Untuk pasien yang akan di huknah
b. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :

6
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur.

4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah keotak.

Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Indikasi :

7
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.

Alat dan bahan :


a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur

5. Posisi dorsal recumbent


Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik
atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat
dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.

8
Posisi dorsal recumbent
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
a. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b. Untuk persalinan

Alat dan bahan :


a. Tempat tidur
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala
dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat
tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

9
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut
 
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :

10
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

Posisi Genu pectrocal/ Knee chest

Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

8. Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang
sejajar dada, seperti pada meja.

11
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada
elevasi sedang.

Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.

9. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh
sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.

Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama
pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.

12
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

10. Posisi pronasi


Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup. Berbaring dengan wajah menghadap
kebantal.

pronasi

Tujuan
1. Memberikan ekstensi  maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

11. Posisi lateral

lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.

13
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi
yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Alat Mobilisasi Pasien dan Fungsinya

1.Kruk

alat bantu jalan


Kruk
Kruk merupakan alat bantu jalan yang dapat digunakan satu atau dua
(berpasangan) untuk mengatur keseimbangan. Cara penggunaannya disandarkan

14
pada ketiak dan ada juga yang disandarkan pada lengan, sehingga agar seimbang
biasanya digunakan secara berpasangan.
Penggunaan kruk ini bertujuan selain membantu berjalan juga dapat
meningkatkan rasa percaya diri pasien karena mengurangi ketergantungan kepada
orang lain dalam berjalan.
Indikasi penggunaan antara lain digunakan untuk pasien dengan kelemahan kaki,
pasca amputasi, fraktur bawah, terpasang gibs dan pasca pemasangan gibs.
Penggunaan kruk bermanfaat untuk mencegah kelainan bentuk seperti pada kaki,
mencegah otot mengecil dan kaku sendi, memelihara dan mengembalikan fungsi
otot, serta membantu meningkatkan kekuatan otot.

2.Walker

alat bantu jalan


walker
Walker merupakan alat bantu jalan yang memiliki dua gagang sebagai
tempat pegangan serta empat kaki sebagai penumpu. Biasanya walker terbuat dari
logam atau alumunium sehingga ringan dan cocok untuk lansia.
Walker ada dua jenis yaitu walker standar dan walker beroda. Perbedaannya
hanya terdapat pada keberadaan roda di kaki walker bagian depan atau bisa juga
keempat kakinya. Penggunaan walker standar harus diangkat pada saat

15
melangkah, namun untuk walker beroda hanya cukup menggelindingkan di lantai.
Untuk tingkat stabilitasnya lebih baik walker standar daripada walker beroda.
Indikasi penggunaannya adalah digunakan untuk pasien yang terdapat patah
tulang kaki dan pasien yang masih lemah.
Penggunaan walker bermanfaat untuk memberi rasa aman pada pasien, membantu
mempercepat pengembalian kebugaran serta menjaga pasien saat melakukan
latihan berjalan.

3.Tongkat

alat bantu jalan


Tongkat siku
Tongkat adalah alat bantu sederhana yang terbuat dari kayu atau logam.
Biasanya digunakan oleh lansia dengan gangguan keseimbangan ringan.
Tongkat ini ada beberapa jenis misalnya tongkat standar, tongkat kaki tiga, dan
tongkat kaki empat. Penggunaan tongkat bermanfaat untuk membantu
beraktivitas, mempertahankan posisi tubuh dan memperlancar peredaran darah.

16
4.Tripod

alat bantu jalan


Tripod
Tripod sesuai namanya merupakan alat bantu jalan yang memiliki tiga kaki.
Biasanya digunakan oleh pasien yang kondisinya sudah bagus.

Indikasi penggunaannya digunakan untuk pasien stroke, osteoarthritis sendi lutut,


dan gangguan keseimbangan pada lansia.
Tripod bermanfaat sebagai alat bantu jalan untuk pasien dengan gangguan jalan
karena kelemahan di salah satu tungkai.

5.Kursi Roda

17
alat bantu jalan
Kursi roda listrik
Kursi roda merupakan alat bantu jalan bagi seseorang yang kesulitan
berjalan dengan menggunakan kaki entah karena cacat,penyakit atau cidera.
Kursi roda ada dua jenis yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda manual
dapat dioperasikan sendiri oleh pasien atau dapat juga atas bantuan orang lain
dengan didorong dari belakang.
Namun bagi seseorang yang cacat dan ingin melakukan perjalanan yang lebih
jauh, dapat menggunakan kursi roda listrik. Menariknya, kursi roda listrik
memiliki fitur maju mundur, belok arah kiri kanan dan juga pengereman.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat isi ulang baterai sehingga
praktis dilakukan dirumah
Alat Penyangga Tubuh

1.Korset

18
alat penyangga tubuh
Korset lumbal
Korset merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu pasien
dengan cidera pinggang atau tulang belakang.
Korset ada dua jenis yaitu korset lumbal dan korset TLSO.
Korset Lumbal merupakan alat bantu yang digunakan untuk perawatan pasien
dengan cidera pinggang. Pada umumnya digunakan untuk menyembuhkan
penyempitan saraf di daerah pinggang. Korset lumbal bermanfaat untuk
melindungi jaringan saraf agar tidak terjepit, menyangga tubuh sementara ketika
posisi tulang belakang tidak tepat, serta memperbaiki posisi tulang belakang yang
kurang tepat.
Korset TLSO merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyangga tulang
belakang dari tulang ekor sampai bagian bawah leher. Korset TLSO bermanfaat
untuk indikasi pasca operasi tulang belakang, membantu perawatan patah tulang
belakang, dan bisa juga untuk membantu menegakkan postur tubuh yang agak
membungkuk.

2.Cervical Collar

19
alat penyangga tubuh
cervical collar
Cervical Collar adalah sebuah alat ortopedi yang biasanya digunakan untuk
menyangga leher dan kepala pasien.
Cervical Collar bermanfaat untuk pasien dengan trauma kepala yang disertai
penurunan kesadaran, pasien dengan trauma leher, serat pasien dengan patah
tulang leher.

3.Knee Decker

alat penyangga tubuh


Knee Decker via amazon.com
Knee Decker merupakan alat penyangga tulang yang biasanya digunakan pada
bagian lutut untuk pasien dengan radang sendi seperti osteoarthritis.
Knee Decker bermanfaat untuk membantu menjaga kestabilan sendi saat
beraktivitas, untuk membantu mengurangi beban berat badan yang sepenuhnya
disangga oleh sendi lutut, dan untuk mengurangi nyeri pada lutut akibat
osteoarthritis dan Remathoid Arthritis.

BAB III

20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada klien
(pasien) dengan kelemahan fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur atau dari tempat tidur ke brangkar.
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah
satu aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama..
B. Saran
Diharapkan pada saat coners mahasiswa atau calon tenaga kesehatan dapat
mempraktekan memindahkan pasien dan mengatur posisi dengan tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

21
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1.
Surabaya : Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Innayah, Qaisa dan Nurlaila 2020. “Posisi-Posisi yang dilakukan dalam Tindakan
Keperawatan dan Kebidanan serta Mobilisasi Pasien.
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-mobilisasi-pasien-
dan.html.

22

Anda mungkin juga menyukai