DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................2
B. Tujuan........................................................................................................3
C. Rumusan Masalah......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Memindahkan Pasien.................................................................................4
B. Jenis Jenis Pemberian Posisi Tubuh Pada Pasien......................................5
1. Posisi Fowler......................................................................................5
2. Posisi semi fowler...............................................................................6
3. Posisi sim............................................................................................7
4. Posisi trendelenburg............................................................................8
5. Posisi dorsal recumbent......................................................................9
6. Posisi Litotomi....................................................................................10
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest......................................................11
8. Posisi orthopeneic...............................................................................12
9. Posisi Supinasi....................................................................................13
10. Posisi pronasi......................................................................................13
11. Posisi lateral........................................................................................14
12. Alat Mobilisasi Pasien dan Fungsinya………………,,,,…………….15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................21
B. SARAN......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu mobilisasi dimana pasien dalam
menggerakan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau
keseluruhan. Sedangkan mobilisasi aktif yaitu dimana pasien dalam menggerakan
tubuhnya dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk embantu jalannya
penyembuhan pasien. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien
atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat
mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
1
memengaruhi efisiensi sistem muskuloskeletal, serta kesejajaran, keseimbangan, dan
penampilan tubuh. Selama pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh
dan rentang gerak. Abnormalitas postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau
keduanya sehingga membatasi rentang gerak pada beberapa sendi, perawat
mempertahankan rentang gerak maksimum pada sendi yang tidak sakit. (A. Azis Alimut
Hidayat, 2005 : 117).
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah mengetahui dan memahami cara atau standar
operasional memindahkan pasien dan mengatur posisi.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimana cara atau standar
operasional memindahkan pasien dan mengatur posisi ?
D.Manfaat
Mahasiswa dapat memberikan bantuan kepada pasien untuk duduk di tempat tidur,
mengatur posisi di tempat tidur, membantu memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda, membantu pasien berjalan dan bisa memberikan rasa aman dan nyaman
terhadap pasien.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memindahkan Pasien
2. Tujuan
f. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada pasien yang toleransi
dengan kegiatan ini), dan
g. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada pasien yang tirah baring
(memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda).
B. Mengatur Posisi
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah satu
3
aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan mengganggu
apabila dilakukan dalam waktu yang lama. (potter dan perry, 2005).
b. Mengurangi tekanan
1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Posisi Fowler
Tujuan
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
4
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi
dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat
tidur.
d. Untuk posisi semi fowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
e. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
2. Posisi semi fowler
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
5
Cara / prosedur
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90
derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya
tekanan di bawah jarak poplital ( di bawahlutut )
3. Posisi sim
Definisi :
Posisisim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Posisi Sim
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus
Indikasi :
a. Untuk pasien yang akan di huknah
b. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
6
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan kekiri dengan posisi
badan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk
diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan
diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup dan
kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri
diatas tempat tidur.
4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah keotak.
Posisi trendelenburg
Alat dan bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Indikasi :
7
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
8
Posisi dorsal recumbent
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
a. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
b. Untuk persalinan
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
9
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha
dan tarik kearah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut
7. Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :
10
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan
dada menempel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.
8. Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang
sejajar dada, seperti pada meja.
11
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang
ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada
elevasi sedang.
Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.
9. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh
sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama
pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
12
Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
pronasi
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar
berat tubuh berada pada pinggul dan bahu.
13
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi
yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.
1.Kruk
14
pada ketiak dan ada juga yang disandarkan pada lengan, sehingga agar seimbang
biasanya digunakan secara berpasangan.
Penggunaan kruk ini bertujuan selain membantu berjalan juga dapat
meningkatkan rasa percaya diri pasien karena mengurangi ketergantungan kepada
orang lain dalam berjalan.
Indikasi penggunaan antara lain digunakan untuk pasien dengan kelemahan kaki,
pasca amputasi, fraktur bawah, terpasang gibs dan pasca pemasangan gibs.
Penggunaan kruk bermanfaat untuk mencegah kelainan bentuk seperti pada kaki,
mencegah otot mengecil dan kaku sendi, memelihara dan mengembalikan fungsi
otot, serta membantu meningkatkan kekuatan otot.
2.Walker
15
melangkah, namun untuk walker beroda hanya cukup menggelindingkan di lantai.
Untuk tingkat stabilitasnya lebih baik walker standar daripada walker beroda.
Indikasi penggunaannya adalah digunakan untuk pasien yang terdapat patah
tulang kaki dan pasien yang masih lemah.
Penggunaan walker bermanfaat untuk memberi rasa aman pada pasien, membantu
mempercepat pengembalian kebugaran serta menjaga pasien saat melakukan
latihan berjalan.
3.Tongkat
16
4.Tripod
5.Kursi Roda
17
alat bantu jalan
Kursi roda listrik
Kursi roda merupakan alat bantu jalan bagi seseorang yang kesulitan
berjalan dengan menggunakan kaki entah karena cacat,penyakit atau cidera.
Kursi roda ada dua jenis yaitu kursi roda manual dan listrik. Kursi roda manual
dapat dioperasikan sendiri oleh pasien atau dapat juga atas bantuan orang lain
dengan didorong dari belakang.
Namun bagi seseorang yang cacat dan ingin melakukan perjalanan yang lebih
jauh, dapat menggunakan kursi roda listrik. Menariknya, kursi roda listrik
memiliki fitur maju mundur, belok arah kiri kanan dan juga pengereman.
Biasanya kursi roda listrik dilengkapi dengan alat isi ulang baterai sehingga
praktis dilakukan dirumah
Alat Penyangga Tubuh
1.Korset
18
alat penyangga tubuh
Korset lumbal
Korset merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu pasien
dengan cidera pinggang atau tulang belakang.
Korset ada dua jenis yaitu korset lumbal dan korset TLSO.
Korset Lumbal merupakan alat bantu yang digunakan untuk perawatan pasien
dengan cidera pinggang. Pada umumnya digunakan untuk menyembuhkan
penyempitan saraf di daerah pinggang. Korset lumbal bermanfaat untuk
melindungi jaringan saraf agar tidak terjepit, menyangga tubuh sementara ketika
posisi tulang belakang tidak tepat, serta memperbaiki posisi tulang belakang yang
kurang tepat.
Korset TLSO merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyangga tulang
belakang dari tulang ekor sampai bagian bawah leher. Korset TLSO bermanfaat
untuk indikasi pasca operasi tulang belakang, membantu perawatan patah tulang
belakang, dan bisa juga untuk membantu menegakkan postur tubuh yang agak
membungkuk.
2.Cervical Collar
19
alat penyangga tubuh
cervical collar
Cervical Collar adalah sebuah alat ortopedi yang biasanya digunakan untuk
menyangga leher dan kepala pasien.
Cervical Collar bermanfaat untuk pasien dengan trauma kepala yang disertai
penurunan kesadaran, pasien dengan trauma leher, serat pasien dengan patah
tulang leher.
3.Knee Decker
BAB III
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memindahkan pasien merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada klien
(pasien) dengan kelemahan fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat
tidur atau dari tempat tidur ke brangkar.
Posturing / mengatur dan merubah posisi adalah mengatur pasien dalam posisi
yang baik dan mengubah secara teratur dan sistematik. Hal ini merupakan salah
satu aspek keperawatan yang penting. Posisi tubuh apapun baik atau tidak akan
mengganggu apabila dilakukan dalam waktu yang lama..
B. Saran
Diharapkan pada saat coners mahasiswa atau calon tenaga kesehatan dapat
mempraktekan memindahkan pasien dan mengatur posisi dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
21
Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1.
Surabaya : Salemba Medika.
Alimul Hidayat, A. Aziz dan Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Innayah, Qaisa dan Nurlaila 2020. “Posisi-Posisi yang dilakukan dalam Tindakan
Keperawatan dan Kebidanan serta Mobilisasi Pasien.
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-mobilisasi-pasien-
dan.html.
22