A. Pendahuluan
Tema/Topik ini sengaja diberi nama “Hukum & Hak Asasi Manusia (HAM)”. Hak Asasi manusia,
merupakan materi mata kuliah (1) Hukum Internasional Humaniter; (2) Hukum Konstitusi dan Hak Asasi
Manusia; (3) Pendidikan Kewarganegaraan (Civics Education), dan (4) Pendidikan Pancasila yang
berhubungan dengan HAM. Sebagai mata kuliah teori, maka Hukum dan HAM ini merupakan materi
“utama” tentang HAM di semua mata kuliah tersebut. Adapun materinya mencakup :Pengertian HAM,
Sejarah Perkembangan Ham, Asas-Asas Ham,Sumber Ham, Subyek Hukum HAM, dan Piagam PBB dan
Deklarasi Umum HAM Internasional (DUHAM), Hak Spil dan Politik, Hak Economi Sosial & Budaya,
Yuridiksi Penegakan HAM dan Sifat-sifat HAM (Universal, Partikular (relative), derogable, non derogabel,
Ham Positif (Positive rights) dan Ham Negatif (negative rights).
B. Pengertian HAM
Hak asasi manusia selanjutnya disebut HAM menurut istilah bahasa Inggris “Human
rights” atau “fundamental rights” dan “basic rights” (hak –hak dasar) atau “natural right” (hak
alami/hak kodrati). Istilah hak asasi manusia atau ha-hak kemanusiaan dalam bahasa Belanda
ialah grond rechten/mensen rechten/rechten van den mens/fundamentele rechten). Dalam bahasa
Perancis istilah hak asasi manusia ialah “droit de l’home”. Di Amerika Serikat (USA) hak asasi
manusia disebut “human rights” atau “civil rights” sebagai hak asasi manusia atau hak sipil/hak
warga/hak masyarakat. Istilah-istilah tersebut dalam bahasa Indonesia adalah “hak asasi
manusia” (HAM).
Hak asasi manusia secara harfiah adalah hak yang dimiliki oleh seseorang sekedar karena
orang itu adalah manusia (Jack Donelly, Introduction of Human Rights, editor: George Clack
dan Katheleen, 1998 : 2). Menurut Jack Donelly, adanya hak asasi manusia, karena hak-hak itu
berdasarkan keberadaan manusia itu sendiri, bersifat universal, merata, dan tidak dapat dialihkan.
Hak-hak asasi manusia milik seluruh umat manusia secara universal.
Hak asasi manusia atau hak-hak kemanusiaan (human right atau mensen rechten) ialah hak
yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa seperti
misalnya hak hidup keselamatan, kebebasan dan kesamaan, yang sifatnya tidak boleh dilanggar
oleh siapapun dan yang seolah-olah merupakan suatu “holy area” (Oemar Seno Adji, dalam
Prasaran Seminar Ketatanegaraan dalam UUD 1945, UI-Jakarta, 1966)
Menurut Wolhoff (1960 :13) , hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang berakar
dalam tabiat kodrati setiap pribadi manusia, karena itu kemanusiaannya tidak dapat dicabut oleh
siapapun juga, karena apabila dicabut hilanglah kemanusiaannya itu.
Anton Baker (Jurnal Filsafat, Mei :1980) menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah
hak itu diketemukan dalam hakekat manusia, demi kemanusiaan yang dimiliki oleh setiap orang,
tidak dapat dicabut oleh siapapun, bahkan tidak dapat dilepaskan oleh individu itu sendiri, hak
hak itu bukan sekedar hak milik saja, tetapi lebih luas dari manusia memiliki kesadaran
(berkehendak bebas berkesadaran moral), manusia mahluk ciptaan Tuhan merupakan mahluk
ciptaan yang tertinggi diantara mahluk lainnya, yang di dalam hidupnya dikaruniai Tuhan berupa
hidup yang merupakan hak asasi yang paling pokok yang dibawa sejak lahir di dunia sebagai
anugerah Tuhan.
Menurut Ramdlon Naning (1983 :8), hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Allah Yang Maha Esa. Atau hak-hak dasar yang prinsip
sebagai anugrah Illahi. Berarti hak-hak asasi manusia merupakan hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya. Karena itu hak asasi manusia
bersifat luhur dan suci. Hak asasi manusia adalah hak kodrati manusia, begitu manusia
dilahirkan, langsung hak asasi manusia itu melekat pada dirinya sebagai manusia, dalam hal ini
hak asasi manusia berdiri di luar undang-undang yang ada, jadi harus dipisahkan hak warga
negara dan hak asasi manusia (Suara Merdeka, 21 Desember 1992).
Pengertian HAM menurut pasal 1 huruf 1 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada hakikat manusia dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Dari beberapa definisi HAM tersebut dapat diketahui, bahwa hak asasi manusia adalah hak
kodrati sebagai karunia/pemberian Tuhan yang melekat pada diri manusia sejak di dalam
kandungan sampai ia meninggal dunia. Karena hak asasi manusia merupakan hak kodrati yang
melekat pada diri manusia dan sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa, maka siapun
termasuk negara tidak boleh mencabut atau membatasinya.
Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis, dilarang melakukan
pengurangan atau membatasi HAM warga negaranya, khususnya HAM yang bersifat negatif
(negatif right). Negara sebagai negara hukum tidak boleh mengintervensi HAM rakyatnya,
tetapi berhak mengatur dan melindungi secara hukum rakyatnya dalam konstitusi negara atau
undang-undang yang berlaku.
Menurut Peter R. Baehr dalam bukunya “Human Rights Universality in Practice” (1999:1-
2) menyatakan bahwa pemahaman HAM mencakup: (1) yang semula HAM bersifat hukum,
tetapi sekarang sudah menjadi bagian issue politik; (2) HAM secara internasional mengatur
warga negara, tetapi sekarang mengarah mengatur non-warga negara atau setiap orang yang
telah disepakati berdasarkan nilai-nilai atau aturan standar pengaturan yang sesuai di negara yang
bersangkutan; (3) pengaturan HAM merupakan standar umum untuk semua orang dan semua
bangsa; (4) HAM menjelaskan kepada setiap orang tentang apa yang tidak boleh dilakukan dan
yang harus dilakukan; (5) HAM tidak bersifat absolute/mutlak, artinya setiap manusia memiliki
hak yang berbeda di dalam pemenuhan dan penyelesaian masalahnya.
D. Asas-Asas HAM
Asas-asas HAM berlaku terhadap setiap orang dalam kondisi dan situasi apapun, baik dalam
keadaan damai atau terjadi konflik, kerusuhan atau ketegangan yang berkaitan dengan
penegakan hukum. Dalam penegakan HAM, aparat pemerintah tidak boleh bertindak
sewenang-wenang dan membatasi HAM dan kebebasan dasar para warga negara di negara
yang bersangkutan. Asas-asas hukum HAM ini telah diatur di dalam dokumen HAM yaitu :
Virginia Bill of Right yang kemudian menjadi Declaration of Independence American dan
Declaration des droit de l’homme et du citoyen Perancis serta DUHAM.
Dalam melakukan tindakan hukum atau penegakan hukum hak sipil dan politik aparat
pemerintah harus mendasarkan tindakannya pada asas-asas HAM sebagai berikut :
a. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan bagi semua orang;
b. Larangan perbudakan;
c. Larangan penganiayaan atau penyiksaan;
d. Larangan penangkapan atau penahanan dengan sewenang-wenang;
e. Hak atas peradilan yang jujur;
f. Hak kebebasan berkarya;
g. Hak atas kepemilikan;
h. Hak kebebasan berpikir, berpendapat, dan beragama;
i. Hak kebebasan berekspresi dan berpendapat;
j. Hak kebebasan berkumpul dan bermusyawarah;
k. Hak untuk ikut serta dalam pemerintahan dalam negeri;
Sedangkan yang berkaitan dengan hak sosial dan ekonomi adalah :
a. Hak untuk memperoleh pekerjaan yang layak;
b. Hak untuk standar hidup yang cukup (makanan, pakaian, kesehatan, perunahan;
c. Hak untuk memperoleh pendidikan yang setara dan layak.
1. Negara yang berdaulat ke dalam dan keluar. Menurut pasal 1 Konvensi Montevideo (1933) tentang
hak dan kewajiban negara ditentukan bahwa negara sebagai pribadi (subyek hukum internasional harus
memiliki syarat-syarat sebagai berikut : (a) penduduk tetap; (b) wilayah tertentu; (c) Pemerintah; (d)
kemampuan mengadakan hubungan dengan negara-negara lain). Selain itu secara moral dan politis
harus dipenuhi syarat (a) sesuai dengan hak menentukan nasib sendiri, dan (b) tidak rasis atau
menentang kebijakan rasis. Sampai saat ini negara dipandang memiliki kepribadian, dan karena itu
hanya negara yang merupakan subyek hukum internasional. Hanya negara yang secara eksklusif
mempunyai kecakapan-kecakapan : (a) pemegang hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional;
(b) pemegang hak istimewa prosedural penuntutan gugatan di pengadilan internasional; (c) pemilik
kepentingan untuk dibuat ketentuan oleh hukum internasional; (d) berwenang menandatangani traktat
dengan negara lain dan organisasi internasional.
2. Orang perorangan. Kecakapan orang perorangan sebagai pemilik hak dan kewajibannya diakui
berdasarkan hukum internasional, termasuk kecakapan mengajukan gugatan ke pengadilan
internasional. Kecakapan orang perorangan ini berlaku terhadap berbagai traktat HAM. Pengadilan
Kejahatan Perang Nurenberg menganut prinsip orang perorangan sebagai subyek hukum internasional.
Bahwa kewajiban hukum internasional secara langsung mengikat orang perorangan, merupakan bagian
dari hukum kebiasaan internasional terlepas dari hukum negara mereka.
3. Organisasi Internasional Publik (PBB, NATO, EU, OAS, Dewan Eropah, ASEAN, Negara G7, MEE, Pacta
Warsawa, dan lain-lainnya). Organisasi demikian pada umumnya dibentuk berdasarkan traktat banyak
pihak, sampai tingkatan tertentu yang memiliki kepribadian internasional. Dengan kepribadiannya,
organisasi ini memiliki kecakapan (kompetensi) untuk menandatangani traktat, menikmati hak-hak
istimewa dan kekebalan tertentu, mampu melakukan hak-hak dan kewajiban dan memiliki kecakapan
mengajukan gugatan di Pengadilan Internasional. Hak-hak dan kewajiban organisasi internasional ini
tidak menyebabkan organisasi internasional sama dengan negara, dan tidak menyebabkan hak-hak dan
kewajibannya sama dengan negara.
4. Badan-badan /organisasi Internasional lainnya “The Holy see dan Vatican City”. The Holy see adalah
suatu lembaga nir internasional, tidak mempunyai wilayah tertentu, tetapi tidak merupakan halangan
untuk memberikan Holy See kepribadian internasional atau untuk mengakui kedaulatan eksklusif dan
yuridiksi Holy See atas kota suci Vatikan (Vatican City). Vatican city diakui secara internasional sebagai
negara.
BAB II
Piagam PBB dan Deklarasi Umum HAM
A. Dasar Hukum
Keberadaan dan disusunnya Piagam Deklarasi HAM PBB yakni “The Universal
Declaration of Human Rights” atau Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM) ialah
berdasarkan Mukadimah dan ketentuan pasal-pasal HAM Piagam PBB. Mukadimah dan pasal-
pasal mengenai HAM dalam Piagam PBB adalah :
1. Mukadimah Piagam PBB yang menyatakan “Wepeople of the United Nation determined to
save succeeding generations from the sourge of war, which twice in our live time has
brought untold sorrow to mankind, and to reaffirm faithin fundamental humanrights, in the
dignity and worth of the human person, in the equal rights of man and women and of
nations large of small, and to establish conditions under which justice and respect for the
obligations arising from treaties and other sources of international law can be maintened,
and to promote social progress and better standards of life inlager freedom” (terj. Kami
anggota PBB bertekat untuk menyelamatkan generasi-generasi yang akan datang dari
bencana perang yang telah dua kali menimbulkan kesengsaraan yang tidak terhingga bagi
umat manusia, dan untuk mempertegas kepercayaan kita pada HAM pada harkat dan
martabat manusia pada persamaan hak-hak antara pria maupun wanita dan antara bangsa
besar dan kecil, dan untuk menciptakan kondisi yang berkeadilan dan penghormaatan
terhadap kewajiban-kewajiban dari perjanjian-perjanjian dan sumber hukum internasional
dapat dipelihara; dan untuk meningkatkan kemajuan sosial dan standar hidup yang lebih
baik di dalam kebebabasan.
2. Pasal 1 ayat (3) Piagam PBB, bahwa untuk mewujudkan kerjasama internasional dalam
menyelesaikan masalah-masalah internasional, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan
kemanusiaan dan mengembangkan serta meningkatkan peghormatan terhadap HAM dan
kebebasan dasar bagi semuanya dengan tidak membedakan ras, jenis kelamin, atau agama.
3. Pasal 13, menentukan bahwa Majelis Umum memprakarsai dan membuat rekomendasi
dengan dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama internasional di bidang ekonomi,
sosial, budaya, pendidikan dan kesehatan, serta membantu pelaksanaan HAM dan kebebasan
dasar bagi semua manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.
4. Pasal 55 huruf (c) menentukan bahwa, untuk menghasilkan kondisi yang stabil dan sejahtera
yang perlu bagi perdamaian hubungan natara bangsa-bangsa yang didasarkan terhadap
prinsip-prinsip persamaan hak dan menentukan nasib sendiri, PBB akan meningkatkan
penghormatan terhadap HAM dan terhadap kebebasan dasar bagi semua orang tanpa
membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.
5. Pasal 62 menetapkan bahwa, Dewan Ekonomi dan Sosial dapat membuat rekomendasi
dengan tujuan untuk meningkatkan penghormatan dan ketaatan pada HAM dan kebebasan
dasar bagi setiap orang.
6. Pasal 68 menentukan bahwa, Dewan Ekonomi dan Sosial harus menyusun komisi dalam
bidang ekonomi dan sosial serta untuk meningkatkan HAM, dan komisi-komisi ini
diperlukan untuk melaksanakan fungsinya.
7. Pasal 76 menetapkan bahwa, membangkitkan penghormatan terhadap HAM dan kebebasan
dasar bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama, dan
mendorong saling kerjasama antara bangsa-bangsa di dunia.
Berdasarkan Piagam PBB, kemudian pada tahun 1945 dirintis penyusunan Deklarasi HAM
PBB “The Universal Declaration of Human Rights” (UDHR) atau Deklarasi Umum Hak-
Hak AsasiManusia (DUHAM) yang disahkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10
Desember 1948.
Keberadaan UDHR (DUHAM) PBB merupakan keberhasilan PBB di bidang HAM. Apabila
ditelaah dari 30 pasal itu terdiri dari 3(tiga) bagian utama, yaitu : pertama mulai pasal 1 – 21
mengatur hak-hak pribadi atau hak-hak sipil dan politik (manusia dilahirkan merdeka,
bermartabat dan mempunyai hak yang sama; tidak ada perbedaan agama dan politik; hak
penghidupan, kemerdekaan, keselamatan (pasal 1-3); hak tidak diperbudak atau
diperhambakan atau diperdagangkan sebagai budak (pasal 4); hak tidak dianiaya atau
diperlakukan dengan kejam atau dihinakan (pasal 5); hak diakui sebagai manusia pribadi
oleh undang-undang (pasal 6); hak perlakuan yang sama dalam undang-undang dan
perlindungan hukum; berhak atas pengadilan yang terbuka dan jujur; berhak tidak ditangkap
atau ditahan atau dibuang sewenang-wenang melainkan berdasarkan hukum atau undang-
undang; hak diperlakukan sama di muka umum dan diperlakukan secara adil di pengadilan,
berhak dianggap tidak bersalah sebelum dibuktikan menurut undang-undang di pengadilan,
dan berhak mendapat pembelaan hukum (hak hukum pasal 6-11); hak tidak diganggu
dengan sewenang-wenang dalam urusan perseorangan dan keluarga, dalam surat menyurat,
berhak mendapatkan perlindungan dari gangguan terhadap pribadi dan keluarganya (pasal
12); hak kemerdekaan bergerak, berdiam dalam lingkungan batas-batas negara, berhak ke
luarnegeri dan kembali ke negerinya; berhak mencari suaka politik ke negara lain yang
bukan dikarenakan perbuatan kriminal (kejahatan non politik); berhak atas
kewarganegaraannya, berhak tidak dikeluarkan dari kewarganegaraannya, berhak mengganti
kewarganegaraan; hak menentukan suami-isteri dalam perkawinan tidak dibatasi,
kemerdekaan hak milik pribadi atau bersama-sama (hak pribadi dan keluarga pasal12-17);
hak kebebasan : berpikir, beragama, berganti agama atau kepercayaannya, beribadah baik
sendiri atau bersama (pasal 18); hak menyampaikan pendapat dan mencari informasi (pasal
19), hak berkumpul, berorganisasi dan rapat (pasal 20); berhak ikut serta dalam
pemerintahan dan jabatan pemerintah negaranya, hak untuk dipilih dan memilih wakil-
wakinya dalam pemilihan umum secara bebas dan rahasia (pasal 21). Kedua, hak sosial,
ekonomi dan budaya(pasal 22-27) berhak atas jaminan sosial, berusaha, hak ekonomi, hak
sosial dan kebudayaan sesuai dengan martabat dan kepribadiannya (pasal 22); berhak atas
pekerjaan dan bebas bekerja, berhak meperoleh keadilan di bidang perburuhan, berhak atas
upah yang sama untuk pekerjaan yang sama dan adil, berhak mendapat bantuan sosial bagi
keluarga buruh, berhak membentuk serikat kerja; hak berhak atas liburan pada hari libur dan
pembatasan jam kerja (pasal 23-24); berhak atas jaminan tingkat hidup, jaminan kesehatan
baik untuk diri dan keluarganya termasuk soal makanan, pakaian, perumahan, perwatan
kesehatan serta usaha sosial yang diperlukan, berhak jaminan waktu penganglid, janda,
lanjut usia atau kekurangan nafkah di luar kemampuannya, ibu dan anak berhak mendapat
perwaatan dan bantuan yang sama, anak luar nikah berhak mendapat perlindungan sosial
yang sama (pasal 25); setiap orang berhak mendapat pengajaran yang sama, pengajaran
cuma-cuma untuk pengajaran rendah atau tingkat dasar, penjaran sekolah rendah harus
diwajibkan, ibu bapak mempunyai hak utama memilih macam pengajaran untuk anak-
anaknya (pasal 26); setiap orang berhak ikut dengan bebas dalam berkebudayaan,
berkesenian dan dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan manfaatnya, berhak melindungi
moralnya sebagai akibat ahasil suatu produksi ilmu pengetahuan, kesustraan dan kesenian
(pasal 27). Ketiga tentang berhak dan berkewajiban atas ketertiban Sosial serta
melaksanakan DUHAM, bahwa setiap orang berhak atas susunan internasional dalam hak-
hak dan kebebasan menurut pernyataan ini (DUHAM) untuk dilaksanakan sepenuhnya
(pasal 28); bahwa setiap orang mempunyai kewajiban terhadap masyarakat dalam
melaksanakan HAM harus tunduk pada pembatasan atau tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang (hukum), untuk menjamin pengakuan dan penghormatan yang layak bagi
hak-hak dan kebebasan orang lain yang memenuhi syarat kesusilaan dan ketertiban umum
masyarakat yang demokratis; hak-hak kebebasan tidak boleh dilakukan dengan cara yang
bertentangan dengan tujuan dan prinsip-prinsip dasar PBB (pasal 29); setiap orang, golongan
dan negara wajib melaksanakan dan tidak melakukan perbuatan/tindakan yang bertujuan
merusak/menghancurkan hak-hak dan kebebasan yang diatur dalam DUHAM (pasal 30).
Dengan dideklarasikan pernyataan umum hak-hak asasi manusia oleh PBB berarti DUHAM
dan ketentuan-ketentuan HAM yang dimuat di dalamnya berlaku secara “universal” dapat
dapat diberlakukan di semua negara anggota PBB. Universalisme HAM terletak pada
melekatnya hak-hak asasi dalam diri manusia.
Ketentuan Pernyataan umum hak-hak asasi manusia (DUHAM) menjadi standar minimal
bagi pelaksanaan perlindungan HAM bagi setiap negara, khususnya negara anggota PBB
(UNO). Ketentuan DUHAM tidak mengikat secara yuridis, melainkan mengikat secara
moral bagi negara-negara anggota. Standar minimal artinya bahwa, pengaturan dan
pelaksanaan HAM di setiap negara-negara anggota setidak-tidaknya materi muatannya sama
seperti yang diatur dalam DUHAM, dan mengikat secara moral artinya ketentuan HAM
dalam DUHAM dapat dijadikan dasar atau pedoman pengaturan, pengakuan, pelaksanaan
dan perlindungan HAM bagi negara-negara anggota. Bila terjadi pelanggaran terhadap
pelaksanaan DUHAM oleh negara anggota, maka tidak dapat diberi sanksi secara yuridis,
melainkan sanksi secara moral atau politis. Sanksi politis, misanya negara-negara pelanggar
HAM dinnyatakan sebagai negara tidak beradab, tidak menghargai atau menghormati HAM.
Juga apabila terjadi pelanggaran HAM terhadap warga negara dari negara pelanggar HAM,
maka gugatannya dapat diabaikan atau tidak diproses. Bagi negara-negara anggota yang
menetapkannya sebagai hukum positif atau dengan cara mengadopsi ke dalam konstitusi
negaranya, maka DUHAM berlaku sebagai hukum positif yang mengikat negara dan
warganya. Dalam kenyataanya tidak banyak negara yang mengadopsi DUHAM sebagai
hukum positif suatu negara, kecuali negara Indonesia pernah mengadopsinya ke dalam UUD
RIS1949 dan UUDS 1950.
Tugas lain PBB di bidang HAM setelah dideklarasikan UDHR (DUHAM), antara lain : (a)
memproklamirkan dan mensosialisasikan DUHAM ke seluruh dunia bahwa DUHAM
sebagai standar utama perlindungan HAM untuk kemajuan umat manusia di semua negara;
(b) menyusun beberapa traktat (convention) internasional utamanya mengenai HAM
dibidang hak-hak sipil dan politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan lain-lainnya agar
mengikat negara-negara anggota atau negara peratifikasi; (c) mendirikan suatu badan
supervisi untuk mengadakan observasi, penyelidikan dan pengawasan pelaksanaan
perjanjian internasional (convensi/traktat) mengenai HAM.
Bedasarkan tugas-tugas PBB di bidang HAM, kemudian dimulailah perancangan-
perancangan perjanjian internasional (traktat/convensi) mengenai HAM di bidang hak-
hak sipil dan politik dan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Prinsip Dasar HAM dalam (UDHR= DUHAM).
Pasal 1 meletakkan dasar filosofis HAM yakni hak kebebasan dan persamaan antar
manusia. Hak ini diperoleh manusia setiap manusia sejak lahir dan tidak dapat dicabut
darinya. Pasal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan makhluk rasional dan bermoral
yang dianugrahi akal dan budi nurani sehingga berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya.
Pasal 2 mengatur prinsip dasar dari persamaan dan non diskriminasi dalam pemenuhan
HAM dan kebebasan dasar, melarang adanya pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras,
warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau perbedaan pendapat, asal-usul bangsa
atau social, harta, kelahiran dan status lainnya.
Pasal 3 sebagai prinsip dasar hak hidup, kebebasan dan keamanan atau keselamatan
seseorang. Pasal 3 DUHAM ini merupakan hak-hak yang essensial pada diri manusia guna
pemenuhan hak-hak lainnya.
Pasal 4-21 DUHAM sebagai pengaturan dasar hak-hak sipil dan politik lainnya, termasuk
kebebasan dari perbudakan dan perhambaan (Pasal 4); kebebasan dari penyiksaan atau
penganiayaan dan perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat
kemanusiaan (Pasal 5); berhak diakui sebagai pribadi di depan hukum di manapun ia berada
(Pasal 6); mempunyai hak yang sama dalam undang-undang dan berhak atas perlindungan
hukum yang sama tanpa ada perbedaan (Pasal 7); berhak untuk memperoleh upaya
pemulihan yang efektif melalui peradilan (Pasal 8); kebebasan dari penangkapan, penahanan
atau pengasingan secara sewenang-wenang (Pasal 9); hak untuk mendapatkan pemeriksaan
yang adil dan peradilan yang terbuka oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak
(Pasal 10); hak dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya oleh pengadilan
yang berwenang (Pasal 11); kebebasan dari intervensi secara sewenang-wenang atas
kebebasan pribadi, keluarga, rumah atau surat menyurat (Pasal12); kebebasan untuk
bergerak dan bertempat tinggal (Pasal 13); hak atas suaka (Pasal 14); hak atas
kewarganegaraan (Pasal 15); hak untuk menikah dan membentuk keluarga (Pasal 16); hak
untuk memiliki harta benda dan tidak dapat dirampas dengan sewenang-wenang (Pasal 17);
hak kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama (Pasal 18); hak kebebasan berpendapat
dan menyatakan pendapat serta kebebasan mencari dan menerima informasi (Pasal 19); hak
kebebasan berkumpul dan berserikat secara damai (Pasal 20); hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan negaranya dan mendapat akses yang sama ke dalam pelayanan public
negaranya (Pasal 21).
Pasal 22-27 DUHAM mengatur tentang hak-hak ekonomi, social dan budaya. Hak-hak
ekonomi, social dan buadaya merupakan tonggak atau generasi kedua Deklarasi HAM.
Sedangkan Tonggak atau generasi pertama HAM dalam DUHAM adalah hak-hak sipil dan
politik.
Pasal 22-27 DUHAM tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan hak yang
tidak dapat dikesampingkan/diabaikan dari martabat manusia dan kebebasan untuk
mengembangkan kepribadian yang harus diwujudkan atau diupayakan secara nasional dan
melalui kerjasama internasional. Pelaksanaan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya ini
keberhasilannya tergantung pada sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing Negara.
Hak-hak ekonomi, sosial dan buadaya yang diatur dalam Pasal 22-27 DUHAM ini meliputi
hak-hak atas jaminan sosial dan mewujudkan serta mengembangkan hak-hak ekonomi,
social dan budaya (Pasal 22); hak bekerja; hak untuk mendapatkan penghasilan yang sama
untuk upah yang sama (Pasal 23); hak untuk beritirahat dan berliburan (Pasal 24); berhak
atas standar hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan bagi kehidupan
keluarganya (Pasal 25); hak atas pendidikan (Pasal 26); dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan budaya dan bermasyarakat (Pasal 27). Pasal 28-30 DUHAM merupakan pasal
penutup bahwa setiap orang berhak atas ketertiban social dan internasional di mana hak-hak
asasi manusia dan kebebasan dasar yang dinyatakan dalam DUHAM dapat dilaksanakan
sepenuhnya (Pasal 28)yang menekankan kewajiban dan tanggung jawab setiap individu dan
masyarakat internasional. Dalam melaksanakan hak-hak dan kebebasan dasar manusia,
setiap manusia hanya tunduk pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh hukum
yang semata-mata bertujuan menjamin pengakuan serta penghormatan yang layak bagi hak-
hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi persyaratan moralitas, ketertiban umum
dan kesejahteraan umum yang adil dalam masyarakat yang demokratis. Selain itu bahwa
hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar tidak dapat dilaksanakan apabila bertentangan
dengan tujuan –tujuan dan prinsip-prinsip dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa (Pasal 29).
Dalam Pasal 30 DUHAM ditegaskan bahwa tidak ada suatu Negara, kelompok atau orang
manapun yang dapat menggunakan hak-hak dalam DUHAM, untuk melakukan kegiatan
atau melaksanakan perbuatan yang bertujuan untuk menghancurkan atau merusak hak-hak
dan kebebasan yang diatur dalam DUHAM.
Apabila dirinci, hak-hak ekonomi,sosial dan budaya yang diatur dalam perjanjian
internasional (ICESCR) adalah (a) hak menentukan dirinya sendiri, bebas menentukan status
politik, ekonomi, sosial dan budayanya, berhak mengatur sumber daya alam untuk
kepentingannya (Pasal 1); (b) negara peserta berusaha menjamin hak-hak yang sama bagi pria
dan wanita atas nikmat hak ekonomi, sosial,dan budaya yang tercantum dalam kovenan (Pasal 2
dan 3); (c) negara tidak boleh membatasi atau mencabut ha-hak ekonomi, sosial budaya
(inalienable rights) dalam kovenan, kecuali ditetapkan dalam undang-undang untuk
meningkatkan kesejahteraan umum dalam usaha masyarakat yang demokratis (Pasal 4 dan 5); (d)
pengakuan hak bekerja, mencari nafkah secara merdeka (Pasal 6); (e) hak menikmati pekerjaan
secara adil dan menguntungkan tentang upah, kondisi kerja, istirahat, libur berkala (Pasal 7); (f)
pengakuan hak untuk membentuk serikat kerja, hak mogok sesuai dengan undang-undang yang
berlaku (Pasal 8); (g) pengakuan hak jaminan sosial dan asuransi (Pasal 9); (h) perlindungan hak-
hak keluarga khususnya perawatan, pendidikan anak-anak, perkawinan berdasarkan kemauan
kedua calon suami-isteri, pemberian cuti kepada ibu hamil dengan upah cukup, jaminan sosial
cukup (Pasal 10); (i) mengakui hak-hak berkehidupan yang layak atas keluarga, termasuk hak
atas sandang, pangan, tempat tinggal, dan perbaikan lingkungan hidup, berhak bebas dari
kelaparan dan kehausan, hak kesehatan dan mendapat perawatan medis (pasal 11-12); (j)
pengakuan hak pendidikan, peserta kovenan wajib melaksanakan pendidikan dasar, lanjutan,
pendidikan teknik dan kejuruan tingkat menengah secara terbuka bagi semua orang; memberikan
pendidikan dasar secara cuma-cuma dan bertahap, orang tua/wali berhak menentukan pendidikan
anak-anaknya sendiri (Pasal 13-14); (k) pengakuan hak kebudayaan, seni dan berkarya ilmiah
serta menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Pasal 15).
Negara peserta berjanji melaporkan tindakan yang diambil yang berkaitan hak-hak yang
diakui dalam kovenan (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights);
laporan diajukan kepada Sekretaris Jenderal PBB untuk dikirimkan salinannya ke Dewan
Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) sebagai pertimbangan (Pasal 16). Pasal 17 – 31 mengenai tugas
PBB yang berkaitan dengan pelaporan pelaksanaan kovenan dinegara anggota atau peratifikasi.
Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR)
memberikan instrumen pelaksanaan hak-hak ekonomi, sosial dan buada secara menyeluruh
tanpa adanya perbedaan bagi semua negara anggota atau peratifikasi. Negara yang menjadi
peserta/pihak perjanjian diharuskan secara berkala menyampaikan laporan tentang pelaksanaan
kovenan di negaranya kepada Sekretaris Jenderal PBB untuk dibahas oleh Dewan Ekonomi dan
Sosial (ECOSOC) dengan Komite HAM untuk dipelajari dan rekomendasi umum atas laporan,
informasi yang diajukan oleh negara peserta. Komite HAM tentang hak-hak ekonomi, sosial dan
budaya sebagai badan ahli yang terdiri dari 18 orang yang dibentuk oleh Dewan (ECOSOC)
untuk memberikan bantuan dalam pelaksanaan perjanjian, mempelajari, membahas,
mendiskusikan dan memberikan rekomendasi atas laporan dengan wakil-wakil pemerintah dari
negara pihak atau pelapor. Komentar dan rekomendasi Komite HAM bertujuan untuk membantu
negara-negara yang menjadi pihak dalam perjanjian dalam pelaksanaan hak-hak ekonomi, sosial
dan budaya serta saran-saran atau rekomendasi perbaikan apabila ada kekurangan.
Pasal 7 dan Pasal 8 Konvensi Wina menentukan perwakilan negara yang berhak mengadopsi, atau
mengesahkan traktat (meratifikasi) atau yang menyatakan persetujuan bahwa negara mereka terikat
pada atau menjadi bagian traktat (aksesi). Kompetensi didasarkan kepada perwakilan yang membawa
kuasa penuh (full powers)secara layak yaitu pembawa dokumen dari penguasa yang berwenang dari
negara yang menunjuk seseorang untuk mewakili negara untuk melakukan tindakan yang berkaitan
dengan traktat. Kepala negara, kepala pemerintahan, atau menteri luar negeri layak untuk mewakili
negara mereka berdasarkan fungsinya, tanpa harus menunjuk kuasa (pasal 7 ayat (2a). Untuk
mengadopsi traktat atas nama negara dapat diwakili oleh misi diplomatik (pasal 7 ayat (2b) atau oleh
para wakil yang diakreditasi oleh negara yang bersangkutan pada konferensi internasional atau
organisasi internasional atau salah satu organnya (pasal 9 Konvensi Wina). Persetujuan suatu negara
untuk terikat oleh traktat mungkin dinyatakan dengan penandatanganan, pertukaran instrumen yang
membuat traktat, ratifikasi, penerimaan (adopsi), persetujuan atau aksesi, atau dengan cara-cara yang
disepakati (pasal 11).
Aksesi adalah pernyataan dari pemerintah suatu negara yang menyatakan ikut terikat atau
menyatakan persetujuan dan menjadi bagian dari suatu traktat. Aksesi dilakukan terhadap traktat
yang tidak ditandatanganinya pada saat traktat dibuat dan disetujui para pihak.
Ratifikasi ialah persetujuan atas Traktat (Perjanjian Internasional ) yang disertai dengan
penandatanganan atau pengesahan atas suatu traktat) yang diadakan/diikuti oleh perwakilan masing-
masing negara/peserta perjanjian.
Reservasi, ialah pernyataan sepihak suatu negara ketika menandatanganinya, meratifikasi, menerima,
menyetujui atau mengaksesi suatu traktat dengan tujuan untuk mengecualikan atau memodifikasi
akibat hukum dari ketentuan-ketentuan tertentu dalam penerapannya kepada negara tersebut.... (pasal
2 ayat (1d). Reservasi ini dilakukan oleh negara pihak yang menyetujui traktat, tetapi pelaksanaannya
tidak sepenuhnya tetapi hanya untuk bagian-bagian tertentu dari traktat. Reservasi ini dapat dilakukan
pada saat traktat ditandatangani/diratifikasi, saat menyetujui kemudian atau mengaksesi.