Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR PEDAGOGIK

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat

Pembahasan
1. Pengertian Pedagogik
2. Pentingnya pedagogik
3. Pedagogik sebagai tanggungjawab
4. Landasan pedagogik (Pendidikan dan pedagogik jadi satu)

PPT DITAMBAH FOTO DAN NAMA

2. Mendidik Sebagai Sebuah Tanggung Jawab Membawa Generasi Manusia

Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa Indonesia di masa mendatang
harus dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki 3 modal dasar yang membuat ia
mampu disebut sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas
sosial) yaitu kekuatan moralnya dalam berjuang karena pada intinya apa yang dibuat adalah semata–mata
berlandaskan pada gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang.

Dalam memunculkan generasi manusia sebagai penerus bangsa yang unggul, memiliki
karakteristik yang bertanggung jawab membangun bangsa serta memiliki tekad besar demi kemajuan
bangsa haruslah ditopang dengan penguasaan intelegensi personal yang tinggi guna tercapainya maksud
dan tujuan tersebut. Intelegensi personal dapat diasah dan didapatkan melalui pendidikan, pendidikan
formal maupun non formal.

I. Definisi Pendidikan / Mendidik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu
: memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, serta cara
mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Sumber: ( Kesuma, Syarifudin, &
Kurniasih, 2008) Mendidik menurut beberapa Tokoh
1. Montessori

Mengupayakan alam sebagaimana adanya sejauh mungkin; semakin bebas anak-anak


diperbolehkan untuk berkembang, maka akan semakin cepat dan semakin sempurna bentuk-
bentuk dan fungsi-fungsi tertinggi yang akan mereka capai. Penyediaan suatu lingkungan yang
sesuai tempat anak-anak hidup dan belajar. Tujuan mendidik adalah agar anak mencapai realisasi-
diri dan akhirnya menjadi self-education.

2. Bloom

Upaya membantu individu mengalami pengalaman empirik dan analisis konseptual. Mendidik
tertuju pada realisasi-diri

3. Dewey

Upaya membantu individu dalam memecahkan masalah individual dan sosialnya. Mendidik
tertuju pada pembentukan kemampuan survival dan kesejahteraan.

4. Buber

Upaya mewujudkan dialog Aku-Engkau (guru-murid) yang disertai dialog dengan Tuhan, Engkau
Abadi, agar murid melakukan realisasi-diri dan penyempurnaan diri.

5. Gramsci
Upaya menghegemoni masyarakat dan individu, membuat masyarakat dan individu menerima
dengan kesepakatan, bukan melalui dominasi atau coersive power, suatu budaya. Upaya
direktive, menyediakan kepemimpinan moral dan politik bagi masyarakat. Upaya membentuk
spirit publik. Mendidik tertuju pada kemampuan memahami realitas diri dan realitas sosial-
budaya-ekonomipolitik dalam rangka partsipasi dalam membangun kehidupan; kemampuan
intelektual tipe baru.
6. Langeveld
Mendidik adalah memberikan secara disengaja bimbingan dan bantuan rohani kepada anak
(orang yang belum dewasa) agar si anak mencapai kedewasaan (otonomi).
7. Ki Hajar Dewantoro
Mendidik berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan. Mendidik adalah usaha
kebudayaan, berazas keadaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat
kemanusiaan

Dengan demikian, dari berbagai sumber dan teori beberapa ahli dan tokoh dapat disimpulkan
bahwa Mendidik sebagai upaya disengaja. Dapat disimpulkan bahwa mendidik adalah selalu berupa
upaya yang disengaja yang dilakukan pihak pendidik, orang-orang yang menghendaki terdidik
mengalami proses belajar. Upaya mendidik oleh pendidik memiliki predikat disengaja karena upaya ini
bertujuan, berniat mendidik, dan dilakukan karena merasa bertanggungjawab dan menyayangi atau
mengasihi si terdidik. Di samping peristiwa-peristiwa pendidikan yang sengaja diciptakan oleh pendidik,
terdapat peristiwa-peristiwa yang tercipta tanpa disengaja, bahkan mungkin suatu peristiwa yang
bertentangan dengan prinsip perbuatan mendidik, tetapi berhasil mengubah seseorang menjadi lebih baik.
Akan tetapi pendidikan tidak dapat sepenuhnya bertumpu pada peristiwa yang tanpa kesengajaan ini.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan
bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang
akan dilaksanakan : 
1. Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir
dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh
dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari pendidikan sepanjang hayat
adalah bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung
dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia : tanggung
jawab orang tua, masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah. 
3. Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia
akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia
seluruhnya.

Profesi seorang pendidik juga dapat dikatakan sebagai penolong orang lain, karena dia
menyampaikan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran agama agar orang lain dapat melakasanakan ajaran
agama tersebut. Setiap pendidik profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang
bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan dalam waktu yang sama dia juga mengembang sejumlah
tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan
norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses pelestarian dan penerusan nilai. Bahkan
melalui proses pendidikan, diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Kehadiran pendidik dalam proses
pembelajaran sebagai sarana mewariskan nilai-nilai dan norma-norma masih memegang peranan yang
sangat penting.
Peranan pendidik dalam pembelajaran tidak bisa digantikan oleh hasil teknologi modern seperti
kompoter dan lainnya. Seorang pendidik akan sukses melaksanakan tugas apabila ia profesional dalam
bidang keguruannya. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai
pengajar, guru berperanan aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. (Muhaimin
dkk., 1996: 54). Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
oleh pendidik adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah
yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik.
Mendidik sebagai proses terdapat dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik. Kedua
individu terlibat dalam suatu hubungan sosial yang dinamis dan sifatnya dipengaruhi dan mempengaruhi
secara timbal balik dan saling  mengikat. Hasil pendidikan bukan saja bergantung kepada pendidik,
melainkan juga bergantung kepada kondisi dan situasi anak didik sendiri. Bila anak didik tidak
mengadakan respons atau reaksi yang positif, aktif dan komunikatif serta kooperatif, usaha pendidik tidak
akan banyak hasilnya. Jika sebaliknya maka pendidik juga dapat bereaksi negatif. Tetapi bila anak
mengadakan reaksi, sangat bergantung kepada sikap pendidiknya.
Dari pemaparan diatas, dikatakan bahwa proses pendidikan terjadi dalam pergaulan antara
pendidik dan anak didik, yang melibatkan kedua pihak dalam suatu proses dinamika social-psikologi
secara timbal balik. Dalam kegiatan keterlibatan antara pendidik dan anak didik sebagai proses
pendidikan, terdapat suatu sistem saling mengikat, untuk mencapai suatu tujuan, yang sering dirumuskan
sebagai pencapaian kedewasaan pada anak didik.

II. Tiga Unsur Pendidikan ; Mendidik, Mengajar, Melatih 


Pada hakekatnya pendidikan mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Tetapi secara sepintas mungkin menurut orang
awam dianggap sama pengertiannya. Dalam praktek sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-
kata seperti: pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran,
pengajaran kemiliteran dan pelatihan kemiliteran. Berikut penjabarannya:
1. Memelihara
Dalam bahasa sehari-hari kita juga sering mendengar kata-kata lain yang sering
digunakan memelihara anak dan mengurus anak.Memelihara anak dapat diartikan memberi
perlindungan kepada anak supaya lestari hidupnya. Perkataan demikian kadang-kadang
dihubungkan dengan perkataan memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak. Oleh
karena itu sebaiknya jangan dipakai kepada anak. Mendidik menurut Darji Darmodiharjo
menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani,
kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan sebagainya.
2. Mengajar
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan
kemampuan berpikirnya, atau disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah
kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan
intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti
lebih sempit dari pendidikan.
3. Melatih
Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan
menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk
memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi
mekanisasi atau pembiasaan.

Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang
terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Tujuan
pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki
kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis,
kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh
keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis,
yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.

III. Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat
melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai
"kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".
Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu
memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh
alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-
kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap
perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat
disebut pendidikan.Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu
dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh
yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh
tersebut harus bersifat positif dan konstruktif. 
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya  manusia lahir
dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri.
Manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya, karena itu pendidikan merupakan
bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia. Pada hakekatnya anak merupakan titipan Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa
yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral.
Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang
masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan datang dapat
mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ketaraf yang lebih tinggi. Dengan insting yang ada pada
manusia hanya merupakan modal pokok kemampuan yang permulaan, yang memungkinkan manusia
mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Lebih tinggi lagi cita-cita manusia sebagai individu
menginginkan kehidupan ukhrawi yang baik, karena ia percaya, bahwa setelah kehidupan duniawi, masih
ada kehidupan lanjut alam rokhani. Dalam rangka seluruh kegiatan pendidikan, pendidikan perlu
memperhatikan segi-segi kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa.
Terkadang usaha pendidikan spiritual itu dapat hambatan atau gangguan dari munculnya nafsu
dari instingnya primitif. Oleh karena itu pendidikan membantu seorang individu dapat mengatasi segala
permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan individu
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-
nilai.
Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai
individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut
kehidupan bermasyarakat. Pendidikan dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak
didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan yaitu manusia mandiri,
memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-
norma tersebut. Proses mempengaruhi adalah proses psiko social yang berlangsung antara individu yang
satu dengan individu yang lain karena manusia adalah makhluk sosial.
Menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber   bagi
dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk
menghadapi anak karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak.
Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun.Hasil
pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaannya.

PUSTAKA
Redaksi Sinar Grafika. Undang-undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005).
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/artikel/generasi-muda-masa-depan-bangsa-38
Jurnal Dharma Kesuma. PEDAGOGI-PEDAGOGIKA Universitas Pendidikan Indonesia, 2018

Anda mungkin juga menyukai