Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. VISI DAN MISI
E. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
F. HUBUNGAN TUGAS
G. LANDASAN HUKUM
A. LOKASI RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS RUANG BAYI
C. STANDAR FASILITAS RUANG IBU
D. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, DAN KALIBRASI ALAT
BAB V LOGISTIK
BAB IX PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
kesehatan diIndonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang ada di Indonesia.
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung
risiko bagi ibu hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai
komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah
melahirkan dan, minggu pertama setelah melahirkan. Salah satu faktor
penting dalam upaya menurunkan angka kematian yaitu penyediaan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas. Pelayanan
keperawatan maternitas dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting.
Pelayanan keperawatan maternitas yang berkesinambungan dan paripurna
berfokus kepada aspek pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan
kemitraan adalah hal penting yang dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu dan angka kesakitan serta kematian Bayi. Pelayanan
keperawatan maternitas yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses
dari pelayanan itu sendiri. faktor input dari pelayanan diantaranya meliputi
kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana, standar asuhan
keperawatan maternitas dan standar lain atau metode yang disepakati.
Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input
yang ada dalam interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien
yangmeliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika Pelayanan
keperawatan maternitas.
untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di maka
disusunlah pedoman Pelayanan keperawatan maternitas ini dengan harapan
dapat menjadi panduan dalam melaksanakan Pelayanan keperawatan
maternitas di ruang rawat inap nifas RSU BANTEN.
B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan maternitas dengan
memperhatikan aspek keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan maternitas secara profesional.
2. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan
keperawatan maternitas dan organisasi profesi bidan
3. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan
maternitas
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN RUANG NIFAS
Ruang rawat inap nifas adalah salah satu dari ruang rawat inap di
RSUD Banten yang memberikan pelayanan bagi ibu hamil, nifas serta kasus-
kasus kandungan yang bersifat elektif dan emergency. Ruang rawat inap
nifas terdiri dari 20 tempat tidur pasien, yaitu :
a. Kelas 1 : kapasitas 2 tempat tidur pasien
b. Kelas 2 : kapasitas 4 tempat tidur pasien,
c. Kelas 3 : kapasitas 16 tempat tidur pasien.
d. Rawat Gabung Bayi : kapasitas 11 boks bayi
TERLAMPIR
F. HUBUNGAN TUGAS
Unit-unit yang berkaitan dengan ruang rawat inap nifas RSU BANTEN antara
lain :
a. Instalasi rawat jalan
Yaitu penghubung bagi pasien yang akan atau sesudah melakukan
perawatan diruang rawat inap nifas.
b. Instalasi rekam medis
Yaitu proses pendistribusian rekam medis yang digunakan untuk
mencatat riwayat pasien.
c. Instalasi gizi
Sebagai pengadaan, pendistribusian makanan atau minuman yang
disesuaikan anjuran dokter.
d. Laboratorium
Yaitu sebagai pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah, urine,
dan specimen lain yang digunakan untuk proses diagnose.
e. Instalasi radiologi
Yaitu sebahai pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan ct scan, photo
thoraks, USG, dan pemeriksaan lain yang digunakan untuk proses
diagnose.
f. Instalasi farmasi
Yaitu dalam pengadaan, penyimpanan, dan pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional untuk keperluan rumah sakit.
g. Apotik
Yaitu dalam pengadaan obat dan distribusi obat yang dibutuhkan
pasien.
h. Bagian system informasi RS
Yaitu dalam proses pengelolaan data dalam proses administrasi pasien
i. Unit CSSD
Yaitu sebagai menyediakan kebutuhan peralatan medis atau non
medis yang steril dalam melakukan tindakan kepada pasien.
G. LANDASAN HUKUM
a. Undang –undang RI nomer 25 tahun 2009 tentang pelayanan public
b. Undang – undang RI Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan
c. Undang – undang RI nomer 44 tahun 2009 tentang RS
d. Undang – undang nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Keputusan menteri kesehatan RI Nomer 1333 tahun 1999 tentang
standar pelayanan RS.
f. Peraturan menteri kesehatan nomer 269 tahun 2008 tentang rekam
medis
g. Peraturan menteri kesehatan nomer 290 tahun 2008 tentang
persetujuan tindakan kedokteran
h. Standar pelayanan RS, direktorat jendral bina pelayanan medik
departemen kesehatan RI, 2004
i. Standar pelayanan RS, Direktorat jenderal bina pelayanan
keeprawatan dan kebidanan departemen kesehatan RI, 2001
j. Standar pelayanan minimal, direktorat jenderal bina pelayanan medik
departemen kesehatan RI, 2008
BAB II
D. PELATIHAN
Merupakan kegiatan mengirim staff untuk mengikuti pelatihan, seminar,
pertemuan ilmiah, lokakarya, workshop, guna mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Pelatihan ini bertujuan untuk mewujudkan SDM yang professional
melalui pendidikan informal yang berorientasi pada peningkatan mutu
pelayanan sesuai dengan syarat kompetensi, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan mengacu pada visi misi RSU Banten
BAB III
Luas kamar 3 - - - -
AC 1 1 - - -
Boks bayi 11 11 - - -
kursi 1 1 - - -
Meja kayu 1 1 - - -
komputer 1 1 - - -
Lemari 1 1 - - -
pakaian
Kaca rias 1 1 - - -
dan wastafel
Termos 7 7 - - -
Bak mandi 2 2 - - -
bayi
Infant 2 2 - - -
warmer
Timbangan 0 0 - - -
bayi
Pelayanan medis disediakan dan diberikan kepada pasien ruang rawat inap
nifas sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir, serta memanfaatkan
kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Setiap jenis pelayanan medis
harus sesuai dengan masing-masing standar pelayanan profesi.
a. Panduan umum
1. Pelayanan pasien ruang rawat inap nifas di RSU BANTEN adalah
pelayanan rawat inap untuk perempuan dengan kasus obstetric dan
kasus gynekologi.
2. Seluruh pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar
kompetensi, berpedoman pada mutu dan keselamatan pasien, dan
tidak bergantung atas sumber pembiayaan, hari atau waktu
tertentu.
3. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak
tergantung atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembiayaan.
4. Akses untuk asuhan dan pengobatan serta yang memadai yang
diberikan oleh praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari –
hari tertentu atau waktu tertentu.
5. Ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien
6. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien sama diseluruh RS
7. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima asuhan keeprawatan yang setingkat diseluruh RS.
8. Tiap-tiap unit pelayanan memberikan pelayanan yang seragam
berorientasi mutu dan keselamatan pasien sesuai dengan standar
profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
dan mneghormati hak pasien.
9. Setiap pasien rawat inap nifas mempunyai DPJP, yaitu dokter
spesialis yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan rawat,
sejak pasien masuk rawat sampai dengan pulang
b. Panduan khusus
1. Rencana serta pemberian asuhan medis pasien dilakukan secara
terintegrasi dan terkoordinasi antara unit kerja dan pemberi
pelayanan.
2. Asuhan medis pasien rawat inap nifas termasuk tindakan atau
prosedur dengan hasil tindakan harus didokumentasikan dalam
catatan perkembangan terintegrasi oleh pemberi pelayanan
kesehatan.
3. Pemberi pelayanan kesehatan yang berhak menulis dalam catatan
perkembangan terintegrasi adalah dokter, perawat, bidan,
fisioterapi, ahli gizi.
4. Catatan perkembangan terintegrasi dijabarkan dengan pola SOAP
dan dilakukan penilaian ulang oleh DPJP sesuai pedoman.
5. Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data
penilaian awal pasien
6. Pemberi pelayanan pasien yang berhak memberikan intruksi adalah
dokter
7. Setiap intruksi asuhan pasien harus tertulis, dan termasuk
komponen beriut ini : obat, fisioterapi, pemeriksaan penunjang,
tindakan medis khusus.
8. Penulisan intruksi obat harus lengkap sesuai dengan pedoman
penulisan obat
9. Permintaan pemeriksaan pencitraan diagnostic dan laboratorium
klinis harus menyertakan indikasi klinis
10. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang hasilasuhan dan
pengobatan termasuk kejadian yang tidak diharapkan, sesuai
dengan tata cara pemberian informasi dan edukasi pasien.
11. Tata laksana pelayanan resusitasi seragam di seluruh rumah sakit
sesuai prosedur yang telah ditetapkan dalam pedoman resusitasi
pasien.
12. Semua pasien rawat inap ruang nifas RSU BANTEN harus
dilakukan identifikasi nyeri, skoring gizi, saat assesmen awal dan
dilakukan pengelolaan sesuai dengan pedoman
13. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan edukasi tentang rasa
nyeri dan nutrisi pasien.
14. Rumah sakit menjalankan proses mendidik staf tentang rasa sakit
15. Pelayanan untuk asuhan pasien akhir kehidupan berupa intervensi
dalam masalah medis, psikososial, emosional, dan spiritual
dilakukan dengan menghormati pasien dan nilai yang dianutnya,
serta mengikut sertakan pasien dan keluarganya dalam semua
aspek pelayanan.
D. MONITORING PASIEN
Proses asuhan pasien memerlukan perencanaan yang teliti agar
mendapatkan hasil yang optimal. Proses perencanaan menggunakan data
dan penilaian awal pasien dan penilaian ulang periodic untuk menetapkan
dan menyusun prioritas pengobatan, prosedur, asuhan keperawatan, dan
asuhan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pasien dan keluarga diikut
sertakan dalam proses perencanaan
E. SISTEM KONSULTASI
a. Konsultasi yang disarankan
Konsultasi antar staf medis yang lebih kompeten sangat
direkomendasikan untuk kasus-kasus sebagai berikut :
1. Kasus gawat darurat, dimana timbul banyak masalah
mengenai prosedur/ pengobatan pasien
2. Kasus yang sulit untuk menegakan diagnose penyakit /
pengobatannya,
3. Kasus dengan resiko tinggi untuk tindakan operasi
4. Kasus dimana setelah dirawat timbul komplikasi-komplikasi
yang pada kenyataanny adalah diluar dari kemampuan dokter
yang merawat
5. Kasus yang akan memberikan gejala kelainan jiwa atau over
dosis bahan-bahan kimia atau usaha bunuh diri
6. Kasus yang diminta pasien atau keluarga
d. Dokumentasi konsultasi
Dalam membuat konsultasi ada hal hal penting yang harus
diperhatikan :
1. Tanggal dan jam konsultasi
2. Apabila konsultasi bersifat penting atau emergency maka harus
dicantumkan cito
3. Nama dokter yang diminta konsultasi harus jelas.
4. Tipe konsultasi one time konsultasi atau follow up konsultasi
5. Identitas pasien
6. Mencantumkan keadaan klinis
7. Harus jelas ditulis masalah medis yang akan dikonsultasikan
8. Nama dan tanda tangan dokter yang meminta konsultasi
G. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke kamar operasi
2. Pengiriman ke rawat ICU
3. Pengiriman rujukan
4. Pengiriman ke kamar jenazah
H. REKAM MEDIS
Menurut PERMENKES NO. 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumentasi antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan
merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai
tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan.
Bentuk rekam medis berupa manual yang tertuis lengkap dan jelas dan
dapat dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan. Rekam medis terdiri dari
catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena
dengan data yang lengkap dapat membrikan informasi dalam menentukan
keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter
diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku.
BAB V
LOGISTIK
Manajemen logistic adalah suatu ilmu pengetahuan dana tau seni serta prose
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat. Sehingga
manajemen logistic mampu menjawab tjuan dan bagaimana cara mencapai tujuan
engean ketersediaan bahan logistic setaip saat bila dibutuhkan dan dipergunakan
secara efesien dan efektif.
BAB VI
Potensi bahaya di ruang nifas, selain penyakit – penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di ruang nifas, yaitu
kecelakaan, peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listik, dan sumber cidera lainnya, radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gangguan
psikososial, dan ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan diruang nifas, para pasien maupun pengunjung
yang ada dilingkungan ruang nifas.
A. FISIK
B. KIMIA
C. BIOLOGIK
D. ERGONOMIK
E. PSIKOSOSIAL
BAB IX
PENUTUP
Demikianlah telah disusun pedoman rawat inap ruang nifas RSU BANTEN, yang
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi RS dalam mencapai pelayanan
yang cepat, akurat, nyaman, dan aman, transparan dan akuntabel, integritas tinggi,
dan kerjasama tim.
Disadari bahwa buku pedoman ini masih belum sempurna, oleh karena itu komenatr
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
buku pedoman ini. Buku pedoman ini akan disempurnakan terus sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lupa kami mengucapkan
terima aksih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi sehingga tersusunnya
pedoman ini.