Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. VISI DAN MISI
E. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS
F. HUBUNGAN TUGAS
G. LANDASAN HUKUM

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER MANUSIA


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
D. PELATIHAN

BAB III STANDAR FASILITAS

A. LOKASI RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS RUANG BAYI
C. STANDAR FASILITAS RUANG IBU
D. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, DAN KALIBRASI ALAT

BAB IV PELAYANAN MEDIS RAWAT INAP NIFAS

A. PANDUAN PEMBERIAN PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP NIFAS


B. PROSEDUR PASIEN MASUK DAN KELUAR RAWAT INAP NIFAS
C. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN NIFAS
D. MONITORING PASIEN
E. PROSEDUR MEDIK
F. SISTEM KONSULTASI
G. PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI
H. PENGIRIMAN PASIEN
I. REKAM MEDIS
J. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN
K. EVALUASI HASIL PERAWATAN PASIEN

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUANG NIFAS

BAB VII KESELAMATAN PASIEN DIRUMAH SAKIT

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN RAWAT INAP

BAB IX PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah
kesehatan diIndonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang ada di Indonesia.
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung
risiko bagi ibu hamil. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai
komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, setelah
melahirkan dan, minggu pertama setelah melahirkan. Salah satu faktor
penting dalam upaya menurunkan angka kematian yaitu penyediaan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas. Pelayanan
keperawatan maternitas dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting.
Pelayanan keperawatan maternitas yang berkesinambungan dan paripurna
berfokus kepada aspek pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan
kemitraan adalah hal penting yang dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu dan angka kesakitan serta kematian Bayi. Pelayanan
keperawatan maternitas yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses
dari pelayanan itu sendiri. faktor input dari pelayanan diantaranya meliputi
kebijakan, tenaga yang melayani, sarana dan prasarana, standar asuhan
keperawatan maternitas dan standar lain atau metode yang disepakati.
Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input
yang ada dalam interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien
yangmeliputi penampilan kerja sesuai dengan standar dan etika Pelayanan
keperawatan maternitas.
untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di maka
disusunlah pedoman Pelayanan keperawatan maternitas ini dengan harapan
dapat menjadi panduan dalam melaksanakan Pelayanan keperawatan
maternitas di ruang rawat inap nifas RSU BANTEN.

B. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan maternitas dengan
memperhatikan aspek keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai panduan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan maternitas secara profesional.
2. Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan
keperawatan maternitas dan organisasi profesi bidan
3. Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan
maternitas
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN RUANG NIFAS
Ruang rawat inap nifas adalah salah satu dari ruang rawat inap di
RSUD Banten yang memberikan pelayanan bagi ibu hamil, nifas serta kasus-
kasus kandungan yang bersifat elektif dan emergency. Ruang rawat inap
nifas terdiri dari 20 tempat tidur pasien, yaitu :
a. Kelas 1 : kapasitas 2 tempat tidur pasien
b. Kelas 2 : kapasitas 4 tempat tidur pasien,
c. Kelas 3 : kapasitas 16 tempat tidur pasien.
d. Rawat Gabung Bayi : kapasitas 11 boks bayi

D. VISI DAN MISI


a. VISI RSU BANTEN
“ RUMAH SAKIT YANG ANDAL DAN TERPERCAYA”

b. MISI RSU BANTEN


1. Meningkatkan kualitas pelayanan
2. Meningkatkan kompetensi SDM di seluruh lini RS
3. Mengembangkan sarana dan prasarana RS sesuai standar Rumah
Sakit Rujukan yang atraktif
4. Memberikan pelayanan santun, tepat waktu transparan, dan
akuntabel
5. Mendukung secara aktif program pemerintah dibidang kesehatan
sesuai RPJMD provinsi banten.

E. STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS

TERLAMPIR

F. HUBUNGAN TUGAS
Unit-unit yang berkaitan dengan ruang rawat inap nifas RSU BANTEN antara
lain :
a. Instalasi rawat jalan
Yaitu penghubung bagi pasien yang akan atau sesudah melakukan
perawatan diruang rawat inap nifas.
b. Instalasi rekam medis
Yaitu proses pendistribusian rekam medis yang digunakan untuk
mencatat riwayat pasien.
c. Instalasi gizi
Sebagai pengadaan, pendistribusian makanan atau minuman yang
disesuaikan anjuran dokter.
d. Laboratorium
Yaitu sebagai pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah, urine,
dan specimen lain yang digunakan untuk proses diagnose.
e. Instalasi radiologi
Yaitu sebahai pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan ct scan, photo
thoraks, USG, dan pemeriksaan lain yang digunakan untuk proses
diagnose.
f. Instalasi farmasi
Yaitu dalam pengadaan, penyimpanan, dan pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional untuk keperluan rumah sakit.
g. Apotik
Yaitu dalam pengadaan obat dan distribusi obat yang dibutuhkan
pasien.
h. Bagian system informasi RS
Yaitu dalam proses pengelolaan data dalam proses administrasi pasien
i. Unit CSSD
Yaitu sebagai menyediakan kebutuhan peralatan medis atau non
medis yang steril dalam melakukan tindakan kepada pasien.

G. LANDASAN HUKUM
a. Undang –undang RI nomer 25 tahun 2009 tentang pelayanan public
b. Undang – undang RI Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan
c. Undang – undang RI nomer 44 tahun 2009 tentang RS
d. Undang – undang nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Keputusan menteri kesehatan RI Nomer 1333 tahun 1999 tentang
standar pelayanan RS.
f. Peraturan menteri kesehatan nomer 269 tahun 2008 tentang rekam
medis
g. Peraturan menteri kesehatan nomer 290 tahun 2008 tentang
persetujuan tindakan kedokteran
h. Standar pelayanan RS, direktorat jendral bina pelayanan medik
departemen kesehatan RI, 2004
i. Standar pelayanan RS, Direktorat jenderal bina pelayanan
keeprawatan dan kebidanan departemen kesehatan RI, 2001
j. Standar pelayanan minimal, direktorat jenderal bina pelayanan medik
departemen kesehatan RI, 2008
BAB II

STANDAR KETENAGAAN RUANG RAWAT INAP NIFAS

A. KUALIFIKASI SUMBER MANUSIA RUANG RAWAT INAP


NIFAS

NO. SDM JUMLAH


1. Dokter spesialis kebidanan dan 4
kandungan
2. Dokter spesialis anak 2
3. Dokter umum 1
4. Perawat 4
5. Bidan 22
6. Satpam 4
7. Cleaning service 6

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN RUANG RAWAT INAP NIFAS

NO. JUMLAH KARU CI PPJA PELAKSANA


PETUGAS
1. 4 1 1 3 0
2. 22 0 1 0 22

C. PENGATURAN JAGA RUANG RAWAT INAP NIFAS


a. Dokter umum
1. Daftar jaga harian diatur dan ditanda tangani oleh ketua SMF
umum dan diketahui oleh ketua atau wakil ketua komite medik.
b. Perawat dan bidan
1. Daftar jaga diatur oleh kepala ruangan dan ditanda tangani oleh
kepala instalasi rawat inap.
2. Apabila yang bersangkutan tidak bias melakukan tugas jaga
sesuai dengan daftar jaga, maka wajib mencari pengganti dari
sesame perawat di ruangan nifas.

D. PELATIHAN
Merupakan kegiatan mengirim staff untuk mengikuti pelatihan, seminar,
pertemuan ilmiah, lokakarya, workshop, guna mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Pelatihan ini bertujuan untuk mewujudkan SDM yang professional
melalui pendidikan informal yang berorientasi pada peningkatan mutu
pelayanan sesuai dengan syarat kompetensi, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan mengacu pada visi misi RSU Banten
BAB III

STANDAR FASILITAS RUANG RAWAT INAP NIFAS

A. LOKASI RUANGAN RUANG RAWAT INAP NIFAS


Terlampir
B. STANDAR FASILITAS RUANG BAYI

Fasilitas Jumlah Ruang Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


bayi

Luas kamar 3 - - - -
AC 1 1 - - -
Boks bayi 11 11 - - -
kursi 1 1 - - -
Meja kayu 1 1 - - -
komputer 1 1 - - -
Lemari 1 1 - - -
pakaian
Kaca rias 1 1 - - -
dan wastafel
Termos 7 7 - - -
Bak mandi 2 2 - - -
bayi
Infant 2 2 - - -
warmer
Timbangan 0 0 - - -
bayi

C. STANDAR FASILITAS RUANG IBU

Fasilitas Jumlah Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


Luas kamar 3 - - -
AC 7 1 2 4
Tempat 20 2 4 14
Tidur Pasien
Bedside 20 2 4 14
cabinet
Televise 2 1 1 -
Sofa bed 2 2 - -
Meja makan 3 - - -
pasien

D. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, DAN KALIBRASI ALAT


RUANG RAWAT INAP NIFAS
Prosedur pemeliharaan korektif atau perbaikan prasarana dan peralatan
medik adalah suatu rangkaian kegiatan perbaikan secara terencana yang
mungkin terjadi pada saat pemeliharaan dan saat operasional yang dimulai
dengan laporan masuk/perencanaan, pengajuan rencana biaya, pelaksanaan
yang diakhiri laporan pekerjaan selesai yang bertujuan untuk menjadikan
fungsi alat sesuai standar berlaku, memperpanjang usia pakai alat, dan
tercapainya keamanan dan keselamatan alat dan pengguna atau operator.
Demi menunjang kelancaran pelayanan, sarana prasarana terkait ruang
rawat inap nifas baik alat medis maupun non medis harus dalam keadaan
baik dan siap pakai. Oleh karena itu perlu diadakan pemeliharaan dan
kalibrasi berkala. Kalibrasi terhadap alat ukur, alat diagnostic, alat penunjang
diagnostic dilakukan sesuai periode dan peraturan yang berlaku.
BAB IV

PELAYANAN MEDIS RUANG RAWAT INAP NIFAS

Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah pelayanan pasien.


Penyediaan pelayanan yang paling sesuai disuatu RS untuk mendukung dan
merespon terhadap setiap kebutuhan pasien yang unik, memerlukan perencanaan
dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa aktivitas tertentu yang bersifat dasar
bagi pelayanan pasien. Untuk semua disiplin yang memberikan pelayanan pasien,
aktifitas ini termasuk :

- Perencanaan dan pemberian asuhan kepada setiap / masing – masing


pasien,
- Pemantauan pasien untuk mengetahui hasil asuhan pasien,
- Modifikasi asuhan pasien bila perlu
- Penuntasan asuhan pasien,
- Perencanaan tindak lanjut.

Pelayanan medis disediakan dan diberikan kepada pasien ruang rawat inap
nifas sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir, serta memanfaatkan
kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara optimal. Setiap jenis pelayanan medis
harus sesuai dengan masing-masing standar pelayanan profesi.

Pelayanan medik dan penunjang medik merupakan kerjasama antara staf


medik fungsional, staf keperawatan, staf administrasi dan staf penunjang lain,
termasuk keamanan dan kebersihan. Tanpa kerjasama yang baik, teratur dan
konsisten.
A. PANDUAN PEMBERIAN PELAYANAN PASIEN RUANG
RAWAT INAP NIFAS

a. Panduan umum
1. Pelayanan pasien ruang rawat inap nifas di RSU BANTEN adalah
pelayanan rawat inap untuk perempuan dengan kasus obstetric dan
kasus gynekologi.
2. Seluruh pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar
kompetensi, berpedoman pada mutu dan keselamatan pasien, dan
tidak bergantung atas sumber pembiayaan, hari atau waktu
tertentu.
3. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak
tergantung atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembiayaan.
4. Akses untuk asuhan dan pengobatan serta yang memadai yang
diberikan oleh praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari –
hari tertentu atau waktu tertentu.
5. Ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien
6. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien sama diseluruh RS
7. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama
menerima asuhan keeprawatan yang setingkat diseluruh RS.
8. Tiap-tiap unit pelayanan memberikan pelayanan yang seragam
berorientasi mutu dan keselamatan pasien sesuai dengan standar
profesi, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
dan mneghormati hak pasien.
9. Setiap pasien rawat inap nifas mempunyai DPJP, yaitu dokter
spesialis yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan rawat,
sejak pasien masuk rawat sampai dengan pulang

b. Panduan khusus
1. Rencana serta pemberian asuhan medis pasien dilakukan secara
terintegrasi dan terkoordinasi antara unit kerja dan pemberi
pelayanan.
2. Asuhan medis pasien rawat inap nifas termasuk tindakan atau
prosedur dengan hasil tindakan harus didokumentasikan dalam
catatan perkembangan terintegrasi oleh pemberi pelayanan
kesehatan.
3. Pemberi pelayanan kesehatan yang berhak menulis dalam catatan
perkembangan terintegrasi adalah dokter, perawat, bidan,
fisioterapi, ahli gizi.
4. Catatan perkembangan terintegrasi dijabarkan dengan pola SOAP
dan dilakukan penilaian ulang oleh DPJP sesuai pedoman.
5. Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data
penilaian awal pasien
6. Pemberi pelayanan pasien yang berhak memberikan intruksi adalah
dokter
7. Setiap intruksi asuhan pasien harus tertulis, dan termasuk
komponen beriut ini : obat, fisioterapi, pemeriksaan penunjang,
tindakan medis khusus.
8. Penulisan intruksi obat harus lengkap sesuai dengan pedoman
penulisan obat
9. Permintaan pemeriksaan pencitraan diagnostic dan laboratorium
klinis harus menyertakan indikasi klinis
10. Pasien dan keluarga diberikan informasi tentang hasilasuhan dan
pengobatan termasuk kejadian yang tidak diharapkan, sesuai
dengan tata cara pemberian informasi dan edukasi pasien.
11. Tata laksana pelayanan resusitasi seragam di seluruh rumah sakit
sesuai prosedur yang telah ditetapkan dalam pedoman resusitasi
pasien.
12. Semua pasien rawat inap ruang nifas RSU BANTEN harus
dilakukan identifikasi nyeri, skoring gizi, saat assesmen awal dan
dilakukan pengelolaan sesuai dengan pedoman
13. Pasien dan keluarga berhak mendapatkan edukasi tentang rasa
nyeri dan nutrisi pasien.
14. Rumah sakit menjalankan proses mendidik staf tentang rasa sakit
15. Pelayanan untuk asuhan pasien akhir kehidupan berupa intervensi
dalam masalah medis, psikososial, emosional, dan spiritual
dilakukan dengan menghormati pasien dan nilai yang dianutnya,
serta mengikut sertakan pasien dan keluarganya dalam semua
aspek pelayanan.

B. PROSEDUR PASIEN MASUK DAN KELUAR RAWAT INAP


a. Pasien masuk ruang rawat inap nifas
1. Pasien masuk ruang rawat inap nifas dari IGD VK, VK dan poli
kebidanan melalui admisi
2. Pasien mendapatkan nomer rekam medis
3. Serah terima dan orientasi di nurse station
4. Pasien selanjutnya dirawat lebih lanjut di ruang rawat inap
b. Pasien meninggalkan ruang rawat inap nifas
1. Pasien pulang kerumah setelah sehat, atau
2. Pasien meninggal dikirim ke kamar jenazah

C. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN


Dalam menerima pasien diruangan diperlukan persiapan yang baik. Hal-hal
yang perlu diperhatikan, yaitu : tempat tidur pasien, bantal pasien, selimut
pasien, file untuk berkas rekam medis pasien.

D. MONITORING PASIEN
Proses asuhan pasien memerlukan perencanaan yang teliti agar
mendapatkan hasil yang optimal. Proses perencanaan menggunakan data
dan penilaian awal pasien dan penilaian ulang periodic untuk menetapkan
dan menyusun prioritas pengobatan, prosedur, asuhan keperawatan, dan
asuhan lain untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pasien dan keluarga diikut
sertakan dalam proses perencanaan

E. SISTEM KONSULTASI
a. Konsultasi yang disarankan
Konsultasi antar staf medis yang lebih kompeten sangat
direkomendasikan untuk kasus-kasus sebagai berikut :
1. Kasus gawat darurat, dimana timbul banyak masalah
mengenai prosedur/ pengobatan pasien
2. Kasus yang sulit untuk menegakan diagnose penyakit /
pengobatannya,
3. Kasus dengan resiko tinggi untuk tindakan operasi
4. Kasus dimana setelah dirawat timbul komplikasi-komplikasi
yang pada kenyataanny adalah diluar dari kemampuan dokter
yang merawat
5. Kasus yang akan memberikan gejala kelainan jiwa atau over
dosis bahan-bahan kimia atau usaha bunuh diri
6. Kasus yang diminta pasien atau keluarga

b. Jenis atau tipe konsultasi


1. Permohonan konsultasi sekali visite saja (one time consult). Untuk
mendapatkan opinion mengenai masalah yang ada pada pasien.
Dlam hal ini, dokter yang diminta konsultasi tidak berhak melihat
pasien setiap hari.
2. Permohonan konsultasi rawat bersama. Dalam hal ini dokter yang
diminta konsultasi berhak untuk merawat pasien bersama setiap
hari.
3. Permohonan konsultasi untuk melakukan tindakan khusus. Dalam
hal ini dokter yang membuat konsultasi harus menghargai tindakan
yang dillakukan oleh dokter yang diminta konsultasi, termasuk disini
dalam hal pemberian obat setelah tindakan dilakukan.

c. Tanggung jawab konsultasi


Dokter yang merawat adalah yang bertanggung jawab dalam membuat
konsultasi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Konsultasi hendaknya ditulis dilembar konsultasi atau bias melalui
telepon jika dokter tersebut berada diluar lingkungan Rumah Sakit,
dan diwajibkan untuk menuliskan lembar konsul yang terseddia bila
sudah berada dilingkungan RS.
2. Pasien dan keluarga pasien harus mendapat keterangan alasan
konsultasi dan harus mendapat persetujuan mereka dahulu kecuali
dalam kasus-kasus kegawat daruratan.

d. Dokumentasi konsultasi
Dalam membuat konsultasi ada hal hal penting yang harus
diperhatikan :
1. Tanggal dan jam konsultasi
2. Apabila konsultasi bersifat penting atau emergency maka harus
dicantumkan cito
3. Nama dokter yang diminta konsultasi harus jelas.
4. Tipe konsultasi one time konsultasi atau follow up konsultasi
5. Identitas pasien
6. Mencantumkan keadaan klinis
7. Harus jelas ditulis masalah medis yang akan dikonsultasikan
8. Nama dan tanda tangan dokter yang meminta konsultasi

e. Respon waktu menjawab konsultasi


Dokter yang diminta konsultasi diwajibkan menjawab konsul dalam
waktu tidak lebih dari 24 jam kecuali jika konsultasi bersifat cito dimana
dokter tersebut harus melihat pasien dalam waktu 1 jam.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menjawab konsul :
1. Menulis tanggal dan jam
2. Menyatakan persetujuan menerima konsul
3. Menuliskan hasil pemeriksaan yang ditemukan
4. Menulis jawaban konsul seperti yang diminta
5. Menuliskan nama jelas dan tanda tangan.

F. PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN


RADIOLOGI
Semua pemeriksaan laboratorium dan radiologi harus mencantumkan
indikasi.

G. PENGIRIMAN PASIEN
1. Pengiriman ke kamar operasi
2. Pengiriman ke rawat ICU
3. Pengiriman rujukan
4. Pengiriman ke kamar jenazah

H. REKAM MEDIS
Menurut PERMENKES NO. 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumentasi antara lain
identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan
merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai
tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan
kesehatan.
Bentuk rekam medis berupa manual yang tertuis lengkap dan jelas dan
dapat dalam bentuk elektronik sesuai ketentuan. Rekam medis terdiri dari
catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.
Catatan-catatan tersebut sangat penting untuk pelayanan bagi pasien karena
dengan data yang lengkap dapat membrikan informasi dalam menentukan
keputusan baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter
diwajibkan membuat rekam medis sesuai aturan yang berlaku.

I. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN


Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan sangat diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pelayanan di rawat inap nifas.

J. EVALUASI HASIL PERAWATAN PASIEN


Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keeprawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keeprawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien

BAB V

LOGISTIK
Manajemen logistic adalah suatu ilmu pengetahuan dana tau seni serta prose
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat. Sehingga
manajemen logistic mampu menjawab tjuan dan bagaimana cara mencapai tujuan
engean ketersediaan bahan logistic setaip saat bila dibutuhkan dan dipergunakan
secara efesien dan efektif.

Permintaan logistic di rawat inap nifas bertujuan untuk memenuhi semua


kebutuhan yang ada diruang perawatan, baik untuk pasien atau untuk karyawan.
Kebutuhan tersebut dapat berupa alat kesehatan, obat, perlengkapan kantor, dan
makanan.

BAB VI

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUANG NIFAS


Kesehatan dan keselamatan kerja di ruang nifas mengacu pada undang-
undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 yang menyatakan bahwa
upaya kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

Potensi bahaya di ruang nifas, selain penyakit – penyakit infeksi juga ada
potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di ruang nifas, yaitu
kecelakaan, peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listik, dan sumber cidera lainnya, radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gangguan
psikososial, dan ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa
dan kehidupan bagi para karyawan diruang nifas, para pasien maupun pengunjung
yang ada dilingkungan ruang nifas.

Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan meliputi :

A. FISIK

NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING


. POTENSIAL BERESIKO
1. GETARAN Ruang mesin dan peralatan Perawat, bidan, petugas
yang menghasilkan getaran kebersihan, dan karyawan di
ruang nifas yang berhubungan
langsung.
2. listrik Semua peralatan yang Perawat, bidan, petugas
menghasilkan listrik kebersihan, dan karyawan di
ruang nifas yang berhubungan
langsung.
3. Jarum suntik Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
non medis
4. Alat bekas Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
pasien yang non medis
terinfeksi
5. Tempat Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
sampah non medis
infeksius
yang tidak
pakai injakan
kaki

B. KIMIA

NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING


. POTENSIAL BERESIKO
1. DESINFEKTAN Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
non medis
2. CYTOTOXIC Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
non medis
3. KLORIN Ruang nifas Petugas kesehatan, petugas
non medis

C. BIOLOGIK

NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING


. POTENSIAL BERESIKO
1. AIDS, hepatitis Ruang nifas Dokter, bidan, perawat,
B dan A petugas pembersih
2. Cytomegavirus Ruang nifas Dokter, bidan, perawat,
petugas pembersih
3. Rubella Ruang nifas Dokter, bidan, perawat,
petugas pembersih
4. TBC Ruang nifas Dokter, bidan, perawat,
petugas pembersih

D. ERGONOMIK

NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING


. POTENSIAL BERESIKO
1. Pekerjaan yang Area pasien dan tempat Petugas nifas yang
dilakukan penyimpanan barang menangani pasien
secara manual
2. Postur yang Ruang nifas Semua petugas
salah dalam
melakukan
pekerjaan
3. Pekerjaan yang Ruang nifas Semua petugas
berulang

E. PSIKOSOSIAL

NO BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PALING


. POTENSIAL BERESIKO
1. Sering kontak Semau area diruang nifas Semua karyawan
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman
secara fisik

BAB IX

PENUTUP

Demikianlah telah disusun pedoman rawat inap ruang nifas RSU BANTEN, yang
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya.
Harapan kami pedoman ini dapat menjadi alat bagi RS dalam mencapai pelayanan
yang cepat, akurat, nyaman, dan aman, transparan dan akuntabel, integritas tinggi,
dan kerjasama tim.
Disadari bahwa buku pedoman ini masih belum sempurna, oleh karena itu komenatr
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
buku pedoman ini. Buku pedoman ini akan disempurnakan terus sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lupa kami mengucapkan
terima aksih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi sehingga tersusunnya
pedoman ini.

Anda mungkin juga menyukai