Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Problem Based Learning (PBL)


2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) adalah model pengajaran yang berisikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan
memecakan masalah serta memperoleh pengetahuan (Duch, 1995). Model
pembelajaran merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
meningkatkan aktivitas, sikap, dan pengetahuan siswa. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Hanafiah (2009:41) yang mengungkapkan bahwa model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. pada
pengembangan model pembelajaran menurut pandangan konstruktivis harus
memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin
diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa
dalam suatu kegiatan yang nyata (Rustaman, 2011:2.17). Berdasarkan berberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
suatu pendekatan yang digunakan guru pada proses pembelajaran di dalam kelas
yang memperhatikan pengetahuan awal siswa dan melibatkan siswa secara
langsung berupa kegiatan nyata sehingga aktivitas, keterampilan, sikap, dan
pengetahuan siswa dapat meningkat.
Model PBL ini dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang
dicetuskan oleh Jerom Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau
discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap
pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses
informasi. Menurut Tan (dalam Rusman, 2010) PBL merupakan penggunaan
berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi
terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu
yang baru dan kompleksitas yang ada. Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim
dan Nur (dalam Rusman, 2010) bahwa PBL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa
dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana belajar. Seperti yang telah diungkapkan oleh pakar PBL
Barrows (dalam gayahidupalami.wordpress.com, 2014) PBL merupakan sebuah
model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem)
dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan
pengetahuan (knowledge) baru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan PBL
adalah suatu model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah
yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata. Dalam PBL diharapkan siswa
dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatnya,
sehingga kemampuan berpikir siswa benar benar terlatih.

2.1.2 Jenis-jenis Model Pembelajaran

Ada beberapa jenis model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut


antara lain terdiri dari:
a Model pembelajaran kontekstual
Merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Pembelajaran ini jga mendorong siswa membuat gubungan antara
pengetahuan yang di milikinya yang menerapkan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha
siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
siswa belajar.
b Model pembelajaran komperatif
Model pembelajaran komperatif merupakan model pembelajaran yang
merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa
bekerja dalam kelompok kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran.
c Model pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan kosep serta prinsip secara holistik.
pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa
pokok bahasan.
d Model Pembelajaran Berbasis masalah
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah mosel
pemelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang
di kerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama mereka
mengerjakanya. Guru memfungsikan sebagai pembimbing dan fasilitator
sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri.

2.1.3 Karakteristik Model PBL


Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing untuk
membedakan model yang satu dengan model yang lain. Berdasarkan teori yang
dikembangkan Barrow, Min Liu (2005) menjelaskan karateristik dari model
PBM, yaitu: Seperti yang diungkapkan Trianto (2009:93) bahwa karakteristik
model PBL yaitu: adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, berfokus pada
keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk atau
karya dan mempresentasikannya, dan kerja sama. Sedangkan karakteristik
model PBL menurut Rusman (2010: 232) adalah sebagai berikut:
a. Learning is student –centred
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitipberatkan pada siswa sebagai
seorang pelajar. Oleh karna itu, PBL didukung juga oleh teori
kontruktivisme di mana siswa di dorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuan sendiri.
b. Autbentic problems form the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan pada siswa adalah masalah yang otentik sehingga
siswa mampu dengan muda memahami masalah tersebut serta menerapkan
dalam kehidupan profesionalnya nati.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan persyaratannya sehingga siswa
berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku
maupun informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
Agar menjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam
kelompok kecil, 8 kelompok yang di buat menurut pembagian tugas yang
jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e. Teachers act as facilitators
Pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun
begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktifitas siswa dan
mendorong mereka agar mencapai target yang hendak di capai.

2.1.4 Manfaat PBL


Instansi (2015) menyatakan bahwa PBL memiliki beberapa manfaat antara
lain
1. Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman atas materi ajar
2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3. Mendorong untuk berpikir
4. Membanguan keterampilan soft skill
5. Memotifasi peserta didik untuk belajar
Smith juga menyatakan bahwa dengan menggunakan PBL maka peserta
didik dapat memperoleh beberapa manfaat yaitu meningkatkan kecakapan
pemecahan masalah lebih mudah mengingat, meningkat, pemahamannya,
meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan dunia praktik, mendorong
mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja
sama, kecakapan belajar, dan motivasi peserta didik dalam belajar (Istanti,
2015:22).

2.1.5 Langkah-langkah Model Pembelaran PBL


Pembelajaran berdasarkan PBL terdiri dari lima langkah utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut
di jelaskan berdasarkan langkah-langkah yang khusus dapat dilihat pada tabel
2.1 berikut ini
Tabel 2.1 Sintaks Pengajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku

Tahap 1 Orientasi siswa pada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,


masalah menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan
masalah, memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Tahap 2 Mengorganisasi siswa Mendefinisikan dan mengorganisasikan
untuk belajar tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Tahap 3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk
penyelidikan individual mengumpulkan informasi yang sesuai,
maupun kelempok melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap 4 Mengembangkan dan Mengembangkan dan menyajikan hasil
menyajikan hasil karya karya.

Guru membantu siswa dalam


merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video dan
model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap
pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.
Sumber: Ibrahim dan Trianto

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu


model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan Autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian yang nyata dari permasalahan yang nyata, sehingga memungkinkan
siswa memahami konsep bukan sekdar menghafal konsep.

2.1.6 Tujuan Model PBL


Keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik
model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan
memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir
reflektif dan evaluatif. Sedangkan Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 242)
mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu:
a) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah
b) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka
dalam pengalaman nyata dan
c) Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.

2.1.7 Kelebihan dan Kelemahan Model PBL


Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagaimana model PBL juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang perlu
dicermati untuk keberhasilan penggunaannya.
Menurut (Warsono dan Hariyanto, 2012, 152) kelebihan PBL antara lain:
a) Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan
tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan
pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada
dalam kehidupan sehari-hari (real world).
b) Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-
teman.
c) Makin mengakrabkan guru dengan siswa.
d) Membiasakan siswa melakukan eksperimen.
Kelemahan dari penerapan model ini antara lain:
a) Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada
pemecahan masalah.
b) Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
c) Aktivitas siswa di luar sekolah sulit dipantau.

2.1.8 Peran Guru dalam Model PBL


Seorang guru dalam model PBL harus mengetahui apa peranannya,
mengingat model PBL menuntut siswa untuk mengevaluasi secara kritis dan
berpikir berdayaguna. Peran guru dalam model PBL berbeda dengan peran guru
di dalam kelas. Peran guru dalam model PBL menurut Rusman (2010:245)
antara lain:
a Menyiapkan perangkat berpikir siswa
Menyiapkan perangkat berpikir siswa bertujuan agar siswa benar-
benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan model PBL. Seperti,
membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa untuk
pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa
merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan
harapan.
b Menekankan belajar kooperatif
Dalam prosesnya, model PBL berbentuk inquiry yang bersifat
kolaboratif dan belajar. Seperti yang diungkapkan Bray, dkk (dalam
Rusman, 2010: 235) inkuiri kolaboratif sebagai proses di mana orang
melakukan refleksi dan kegiatan secara berulangulang, mereka bekerja
dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat
memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk
mengembangkan proses kognitif.
c Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam model PBL
Belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena
dengan jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah
mengontrolnya. Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik
belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok
tersebut untuk menyatukan ide.
d Melaksanakan PBL
Dalam pelaksanaannya guru harus dapat mengatur lingkungan belajar
yang mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah. Selain itu,
guru juga berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif
dan belajar siswa.

2.1.9 Sistem Penilaian PBL


Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek yaitu aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan Ujian Akhir Semester (UAS), Ujian
Tengah Semester (UTS), pre test , PR, dokumen dan laporan. Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap di titik beratkan pada penguasaan softskill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk tiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan (Kemendikbud, 2014:
26).

2.2. Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan
belajar seseoran dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
semua itu baik bagi dirinya maupun orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Syah (2002) belajar adalah tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Selanjutnya Rumiati (2007) menyatakan bahwa
seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam diri orang tersebut terjadi
suatu aktivitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang diamati relatif
lama. Menurut Hernawan (2007) belajar merupakan proses perubahan perilaku
dimana perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, yang
mencakup dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut pandangan
konstruktivistik dalam Budiningsih (2005), belajar adalah suatu proses
konstruksi pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh orang yang
belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Sardiman (2011) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. Seiring dengan pendapat di
atas, Rustaman (2011) mengemukakan belajar menurut pendangan konstruktivis
merupakan upaya untuk membangun konsep atau argumen yang harus dilakukan
sendiri oleh siswa yang belajar (dengan bantuan guru atau orang dewasa). Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri.
Selanjutnya Gagne (Winataputra, 2008) mendefinisikan belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang dapat mengubah sifat stimulus dari lingkungan
menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh kapasitas yang
baru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa belajar
merupakn satu proses untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru
sehingga seorang tersebut mengalami perubahan tingkalaku dan sikap yang
dilakukan secara sadar dan berlangsung sepanjang hayat.

2.2.2 Pembelajaran
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) tentang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pengertian tersebut mengandung penjelasan bahwa adanya komunikasi
dan kerjasama antara peserta didik dan guru untuk menambah pemahaman dan
dengan memanfaatkan media/sarana belajar dalam proses pembelajaran.
Menurut Sugihartono, dkk (2010) pembelajaran merupakan suatu upaya yang
dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisai dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode
sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan
efisien serta dengan hasil optimal.
Menurut Huda (2015:6) menjelaskan bahwa pembelajaran yang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang menyebabkan terjadinya suatu rekonstruksi pengalaman
masa lalu sehingga mempengaruhi perilaku serta kapasitas seseorang atau
kelompok. Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan dalam
kehidupan sekolah. Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2016) pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang
disusun secara terencana untuk memudahkan peserta didik belajar. Kegiatan
pembelajaran melibatkan berbagai komponen yaitu guru, peserta didik, model,
media, lingkungan, sarana dan prasarana pembelajaran yang saling berkaitan
agar pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar.
Kegiatan dalam pembelajaran melibatkan komponen-komponen yang
saling terkait dan menjunjung upaya tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan dalam program pembelajaran. Komponen dalam pembelajaran
meliputi pendidik, peserta didik, model, lingkungan, media dan sarana prasarana
yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu mengatur
komponen-komponen dalam pembelajaran dengan baik agar tujuan dalam
pembelajaran dapat tercapai sehingga terbentuklah interaksi yang aktif antar
peserta didik, peserta didik dengan pendidk dan peserta didik dengan media
pembelajaran. Didalam pembelajaran mempunyai beberapa hakikat, menurut
Suprihatiningrum (2016) hakikat pembelajaran diantaranya adalah:
1. Terjadinya pembelajaran dikarenakan adanya interaksi aktif antara
peserta didik dengan pendidik dan lingkungan.
2. Agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien maka
diperlukan suatu strategi, model dan media pembelajaran yang sesuai.
3. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan
4. Adanya perkembangan materi pembelajaran dan cara penyampaian agar
peserta didik lebih mudah menerima pembelajaran.
5. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah aspek proses
dan aspek hasil belajar.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan


pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru
dan peserta didik yang saling bertukar informasi sehingga dapat mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan tujuan pembelajaran menurut Rusmono (2012) adalah
komponen utama yang terlebih dahulu harus dirumuskan dalam proses
pembelajaran yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran.
Rumusan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis
materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan
yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan
menjadi tidak efektif. Apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai maka dapat
dikatakan bahwa hasil dari proses pembelajarannya baik.

2.2.3 Teori Belajar


Belajar merupakan proses bagi manusia untuk menguasai berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai sejak manusia
masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Banyak teori tentang belajar yang telah
dikembangkan oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar behaviorisme, teori
belajar kognitif, dan teori belajar konstruktivisme.
a. Teori belajar behaviorisme Perspektif behaviorisme pertama kali
dikemukakan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1927, seorang fisiologist
Rusia, dan selanjutnya dikembangkan oleh Skinner pada tahun 1953.
Menurut Winataputra (2008) mengemukakan bahwa “belajar” pada
teori behaviorisme merupakan perubahan perilaku, khususnya
perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil
belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau pendewasaan)
semata. Belajar diartikan pula sebagai perubahan tingkah laku hasil
interaksi antara stimulus dan respon, yaitu proses manusia untuk
memberikan respon tertentu berdasarkan stimulu yang datang dari luar.
Pada dasarnya perspektif behaviorisme menjelaskan bahwa seseorang
akan berubah perilakunya (belajar) apabila dia berada dalam suatu
kondisi belajar yang meregulasi perilaku.
Menurut Suprijono (2010) perilaku dalam pandangan
behaviorisme adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat
secara langsung. Perilaku tersebut dijelaskan melalui pengalaman yang
dapat diamati bukan melalui proses mental. Lapono, dkk (2008) konsep
dasar belajar dalam teori Behaviorisme didasarkan pada pemikiran
bahwa belajar merupakan salah satu jenis perilaku (behavior) individu
atau peserta didik yang dilakukan secara sadar. Individu berperilaku
apabila ada rangsangan (stimuli), sehingga dapat dikatakan peserta
didik akan belajar apabila menerima rangsangan dari guru. Teori
behaviorisme sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis yang
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Proses
stimulus-respons terdiri dari beberapa unsur, yaitu dorongan (drive),
stimulus atau rangsangan, respons, dan penguatan (reinforcement).
Teori belajar behaviorisme sangat menekankan pada hasil belajar
(outcome), yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan tidak
begitu memperhatikan apa yang terjadi dalam otak manusia karena hal
tersebut tidak dapat dilihat. Sesorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.
b. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif memandang bahwa belajar bukan semata
mata proses perubahan tingkah laku yang tampak, melainkan sesuatu
yang kompleks yang sangat dipengaruhi oleh kondisi mental siswa yang
tidak tampak. Perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa
mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat
behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar
Menurut Suprijono (2010:22) teori kognitif menekankan belajar sebagai
proses internal. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk
mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.
Prinsip teori psikologi kognitif adalah bahwa setiap orang dalam
bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi
oleh tingkat-tingkat perkembangan dan pemahaman atas dirinya sendiri.
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi prinsip-
prinsip belajar secara ilmiah Hasilnya berupa prosedur-prosedur yang
dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang
sangat produktif (Winataputra, 2008). Menurut Lapono, dkk (2008)
struktur mental individu berkembangan sesuai dengan tingkatan
perkembangan kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat
perkembangan kognitif seseorang semakin tinggi pula kemampuan dan
keterampilannya dalam memproses berbagai informasi atau
pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
Menurut Bruner (Suprijono, 2010:24) perkembangan kognitif
individu dapat ditingkatkan melalui penyusunan materi pelajaran dan
mempresentasikannya sesuai dengan tahap perkembangan individu
tersebut. Tekanan utama psikologi kognitif adalah struktur kognitif,
yaitu perbendaharaan pengetahuan pribadi individu yang mencakup
ingatan jangka panjang (long-term memory).
c. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme memaknai belajar sebagai proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan
orang lain. Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh
kompetensi dan struktur intelektual seseorang. Menurut Suprijono
(2010:30) gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah
sebagai berikut: Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan
subjek. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan
struktur yang perlu untuk pengetahuan. Pengetahuan dibentuk dalam
struktur konsep sesorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika
konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman
seseorang. Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif,
bukan objektif. Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan
merupakan realitas plural. Semua pengetahuan adalah hasil konstruksi
dari kegiatan atau tindakan sesorang. Teori konstruktivisme
menekankan pada belajar autentik bukan artifisial yang berarti belajar
bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual), terpenting ialah
bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau
kontekstual. Menurut Lapono, dkk (2008) mengemukakan bahwa
konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah
pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif
berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut Winataputra (2008) perspektif konstruktivisme


pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung proses belajar yang aktif
yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman.dan
pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh
kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah
dimilikinya. oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran
konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan
peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan
menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-
masing.

2.3 Hasil Belajar


2.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Sebelum
melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang harus dinilai serta
bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar merupakan
perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan belajar. Nashar (2004:77) hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar. Lebih lanjut Bloom (Sudjana, 2012: 22), membagi hasil belajar atas tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Sudjana (2012:
22) menjelaskan tiga ranah tersebut. Rana kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdidri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis sintesis, dan evaluasi, kedua aspek tersebut
kognitif tingkat rendah dan ke empat aspek berikutnya termaksud kognitif
tingkat tinggi Ranah afektif berkenaaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
ternalisasi. ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretative, Kemendikbud (2013:33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah
dasar menjelaskan bahwa:
1) Ranah kognitif adalah memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
2) Ranah Afektif yaitu memiliki perilaku jujur, percaya diri, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan gotong royong atau kerja sama
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
Kunandar (2013:100) menjelaskan ranah afektif berhubungan dengan
minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama,
disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain,
dan kemampuan mengendalikan diri yang merupakan karekateristik
manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga,
yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar, dan faktor instrumen. Faktor dari dalam
yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa
yang sedang belajar. Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini di
antaranya adalah lingkungan sosial. yang dimaksud dengan lingkungan sosial di
sini yaitu manusia atau sesama manusia, baik manusia itu hadir ataupun tidak
langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering
mengganggu aktivitas belajar. Salah satu dari lingkungan sosial tersebut yaitu
lingkungan siswa di sekolah yang terdiri dari teman sebaya, teman lain kelas,
guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya yang dapat juga mempengaruhi
proses dan hasil belajar individu.
Faktor instrumen yaitu faktor yang berhubungan dengan perangkat
pembelajaran seperti kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana
pembelajaran (media pembelajaran), serta guru sebagai perancang pembelajaran.
Dalam penggunaan perangkat pembelajaran tersebut harus dirancang oleh guru
sesuai dengan hasil yang diharapkan.

2.3.3 Indikator Prestasi Belajar


Indikator prestasi belajar dapat dilihat dari tercapainya batas ketuntasan
belajar siswa yaitu dengan mendapatkan nilai di atas 75 KKM (Kriteria
Ketuntsan Minimal). indikator ini untuk mengetahui tingkat perkembangan
siswa dalam ptoses pembelajaran. Pengukuran prestasi belajar ini dilakukan
menggunakan hasil tes.tes prestasi belajar merupakan tes yang di susun secara
terencana untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menguasai materi yang
telah di ajarkan. Tes prestasi belajar dapat di berbentuk ulangan harian, kuis, tes
formatif, maupun tes sumatik.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menilai sikap disiplin dan tanggung
Jawab:
1. Disiplin
Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa disiplin adalah tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib.Lebih lanjut Kemendikbud (2013)
menyebutkan bahwa indikator sikap disiplin yaitu: Datang tepat
waktu, Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah,
Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
2. Tanggung Jawab
Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa. Lebih lanjut Kemendikbud (2013) menyebutkan
bahwa indikator sikap tanggung jawab yaitu:
a. Melaksanakan tugas individu dengan baik
b. Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan
c. Menepati janji
d. Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan


(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
dalam Sudijono (2011:57) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak individual. Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut
ini.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa
untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop,
menyanyi, bermain peran, menari. Pengamatan atas kinerja peserta
didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk mengamati kinerja
peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau
pertanyaan pribadi.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan
dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-
lain. Hasil kerja akhir proyek dapat berupa laporan tertulis, rekaman
video, atau gabungan keduanya, dan lain-lain. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari
dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja
peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok,
memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi. Penilaian keterampilan yang peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja
digunakan untuk melihat unjuk kerja siswa dalam setiap kegiatan
pembelajaran, khususnya keterampilan siswa berinteraksi dalam
kegiatan diskusi.

2.3.4 Kinerja Guru


Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan. Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan guru akan berimbas kepada hasil belajar yang
diperoleh siswa. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, maka guru harus memiliki berbagai keterampilan/kinerja
yang menunjang dari profesinya tersebut. Menurut Rusman (2012:50) wujud
perilaku guru tersebut, di antaranya adalah kegiatan guru dalam proses
pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai hasil belajar. Maka, kinerja guru tidak hanya terbatas pada saat terjadi
proses belajar mengajar di ruang kelas, akan tetapi termasuk juga kegiatan guru
dalam mempersiapkan proses pembelajaran tersebut. Kompetensi guru menurut
peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan
(Sanjaya, 2006) menjelaskan tentang empat kompetensi guru.

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi:
1) Pemahaman wawasan terhadap atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/ silabus.
4) Perancangan pelaksanaan pembelajaran.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7) Evaluasi hasil belajar dan
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian
yang Mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, beribawa, berakhlak
mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi komponen untuk:
1) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan tentang
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Beberapa
kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya:
1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan
Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan
2) Kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran sesui dengan
bidang studi yang di ajarkan
3) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metode dan
strategi pembelajaran
4) Kemampuan merancang dan menfaatkan berbagai media dan
sumber belajar
5) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran
6) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
7) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjung
8) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah
untuk meningkatkan kinerja yang baik.
Kemendikbud (2013) menyebutkan apsek yang diaamati dalam
praktik guru menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan
saintifik selama proses pembelajaran yaitu:
1) Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi, motivasi
dan penyampaian kompetensi dan rencana kegiatan.
2) Pada kegitan inti, guru mampu menguasai materi pelajaran,
menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik, penerapan
pendekatan saintifik, menerapkan pembelajaran tematik,
memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran,
melibatkan peserta didik dalam pembelajaran, dan menggunakan
bahasa yang tepat dan benar dalam pembelajaran.
3) Pada kegiatan penutup guru menutup pembelajaran dengan
melakukan refleksi, tes lisan atau tulisan, mengumpulkan hasil
kerja, dan melaksanakan tindak lanjut. dari beberapa pendapat
ahli di atas, penulis simpulkan bahwa kinerjaa guru adalah wujud
unjuk kerja atau perilaku guru dalam melaksanakan perencanaan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar,
sehingga guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
pembelajaran.
e. Pembelajaran Pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, Siswa dituntut untuk
paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki
sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Pembelajaran Kurikulum 2013 memilliki tiga ciri utama dalam
pembelajarannya, yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan tersebut,
peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta
didik. hal itu sejalan dengan pendapat Trianto (2010:83)
Pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran
yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh
makana bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal.
Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa
memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas, menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan (Hernawan, 2007).

2) Pendekatan Scientific
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajarannya yaitu menggunakan pendekatan ilmiah
atau Scientific. Kemendikbud (2013) menjelaskan pendekatan
Scientific adalah pembelajaran yang mendorong anak melakukan
keterampilan-keterampilan ilmiah, yaitu sebagai berikut:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi mengolah
informasi, mengomunikasikan.
3) Penilaian Autentik
Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan kepada keaktifan
siswa dalam proses belajar, sehingga penilaian tidak hanya dilihat
dari hasil belajar saja namun juga dari proses belajar yang dialami
siswa baik pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Teknik penilaian autentik di SD adalah:
a) Sikap. Penilaian aspek sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian antar teman, dan jurnal.
b) Pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan tes
tulis, tes lisan, dan penugasan.
c) Keterampilan. Aspek keterampilan dapat dinilai dari kinerja
atau performance, projek, dan fortofolio.

2.4 Kerangka Berpikir


Berdasarkan wawancara dengan guru kelas X SMAS PGRI MAUMERE,
pembelajaran IPA materi virus yang berlangsung selama ini adalah pembelajaran
yang berpusat pada guru (Teacher centered). Guru mendominasi seluruh waktu
pembelajaran dengan menyampaikan materi pembelajaran Biologi melalui
ceramah tanpa diselingi tindakan yang memotifasi siswa untuk belajar.respon
siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru adalah hanya sekedar duduk,
diam, mendengarkan mengantuk, sehingga siswa cenderung menjadi pasif dan
merasa jenuh ketika pembelajaran. Padahal dalam karateristik pembelajaran
biologi itu sendiri. Pembelajaran tidak hanya berupa penguasaan seperti fakta,
konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan satu proses penemuan dengan
berbagi penelusuran ilmiah yang relevan. Kondisi ini berimbas pada hasil belajar
siswa yang memperoleh hasil belajar dengan skor di bawah ketuntasan kriteria
minimal yaitu 75.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran
problem based learning sebagai satu tindakan dengan harapan siswa di kelas X
mulai berlatih bekerja kelompok serta heterogen dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari empat sampai enam siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dan menarik minat intuk aktif mengikuti pembelajaran biologi materi virus.
sehingga mempengaruhi keberhasilan siswa untik mencapai target di atas nilai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan pembelajaran akan berlangsung lebih
efektif. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas X SMAS PGRI
MAUMERE.
Adapun penjelasan di atas dapat di lihat pada gambar berikut ini:

 Pembelajaran
berpusat pada guru
Kondisi Awal
 Siswa Pasif
 Hasil belajar rendah

Penerapan model problem


Tindakan based learning

 Hasil belajar meningkat


 Nilai siswa yang tuntas di
Kondisi akhir atas KKM

Bagan 2.1Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

2.5 Hipotesis Tindakan


Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan maslah yang di
ajukan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model
problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran bologi di SMAS PGRI MAUMERE kelas X.

RINGKASAN MATERI VITUS


Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Para ahli
biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel
dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus. Secara
umum virus merupakan elemen genetik yang mengandung salah satu asam
nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang
dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam
tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan
ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh
protein dikenal dengan nama virion. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit
dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan
menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya
dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya.
Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut
secara permanen.

1. CIRI UMUM VIRUS


a. Ukuran 28 – 200 nm
b. Bentuk bervariasi seperti hurf T, batang, bola, jarum, dll.
c. Organisme nonseluler
d. Parasit obligat
e. Tidak memiliki protoplasma
f. Hanya memiliki bahan inti berupa DNA atau RNA
g. Tubuh dilindungi oleh kapsid dari protein
h. Dapat dikristalkan
i. Dapat memperbanyak diri (ber proloferase) pada sel atau
jaringan hidup
j. Dapat melewati fiter bakteri
Keanekaragaman bentuk virus

Klasifikasi virus

Pada Para ahli virus mengelompokkan virus berdasarkan aspek-aspek


tertentu, yaitu:

1) Berdasarkan jenis inang yang diinfeksi, seperti


a. virus tanaman contoh: Tobacco mozaic virus (TMV) sejenis virus
yang menyerang daun tembakau, Potato Yellow dwarf virus
(virus kentang kuning
b. vurus hewan, contoh : Rhabdovirus yang menyebabkan rabies
pada anjing, NCD (New Castle Disease) yang menyebabkan
penyakit tetelo pada unggas
c. virus manusia, seperti, polio, influenza, hepatitis, AIDS dan
SARS
d. virus bakteri: Sbakteriofage T4
2) Berdasarkan jenis asam nukleat yang dikandung oleh virus:
a. virus RNA, contoh:virus influenza, virus HIV, corona virus (virus
SARS) dsb.
b. Virus DNA, seperti poxvirus, herpesvirus, adenovirus dsb.

Reproduksi Virus

Tahapan :

a. Daur litik
Tahapan reproduksi virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah,
yaitu:
1. Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang
sesuai
2. Penetrasi (injeksi)dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel
inang.
3. Tahap awal replikasi dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini
mesin bioseintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam
nukleat virus, enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan dalam
tahap ini.disebut tahaf Eclipse
4. Replikasi dari asam nukleat virus
5. Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus
6. Perakitan dari asam nukleat dan protein sub unit (dan komponen
membran pada virus bermembran) kedalam partikel virus.
7. Pelapasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).

b. Daur lisogenik
1. Jika bakteri memiliki kekebalan yang tinggi, Bahan inti virus akan
melebur dengan DNA bakteri dan membentuk prophage
2. Ketika bakteri melakukan pembelahan, maka prophage tersebut akan
ikut mengganda dan seterusnya.
3. Suatu ketika prophage tersebut dapat keuar dari tubuh bakteri dan
masuk ke daur litik.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus

Berdasarkan sumber penularannya, penyakit yang disebabkan oleh


virus dapat digolongkan kedalam empat macam, yaitu: penyakit yang
ditularkan melalui udara, penyakit yang ditularkan melalui air, penyakit
yang ditularkan melalui hubungan kelamin,dan penyakit yang ditularkan
melalui hewan.
a. Penyakit yang ditularkan melalui udara
1. Pilek
Pilek merupakan penyakit yang umum diderita oleh anak-anak
maupun orang dewasa. Gejala yang diderita meliputi kelelahan, dan
banyaknya lendir yan keluar dari hidung. Penyakit ini disebabkan
oleh Rhinovirus (virus RNA rantai tunggal). Dari hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat 100 macam rhinovirus dengan serotipe
yang berbeda. Virus-virus lain seperi adenovirus, coxsackie virus
dan orthomyxovirus juga penyebab dari 10% penyakit pilek.
2. Influenza
Influenza disebabkan oleh Orthomyxovirus (virus RNA). Virus ini
ditularkan dari orang ke orang melalui udara, terutama dari cipratan
pada saat batuk atau bersin. Virus ini kemudian menginfeksi
membran mukosa saluran pernafasan atas dan kadang-kadang
masuk ke dalam paru-paru. Gejala yang diderita biasanya demam
ringan dari 3-7 hari, dingin, lesu, pegal linu dan sakit kepala.
Gejala yang lebih berat biasanya bukan disebabkan oleh virus
influenza, namun infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri
yang masuk kedalam penderita ketika kekuatan tubuhnya mulai
melemah akibat influenza yang dideritanya.
3. Campak
Campak merupakan penyakit yang biasanya menyerang anak-anak.
Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala pilek, mata merah, batuk
dan panas. Penyebab campak adalah paramxovirus yang masuk
melalui hidung dan tenggorokan dari udara dan secara cepat
menyebar ke seluruh tubuh. Masa inkubasi penyakit campak adalah
7 – 10 hari. Komplikasi dari campak yang sering terjadi adalah
infeksi telinga, pneumonia dan campak enchephalomielitis (jarang
terjadi). Namun apabila enchepalomielitis terjadi maka dapat
menyebabkan gangguan pada sistem syaraf salah satu bentuk dari
epilepsi. Campak enchepalomielitis merupakan penyakit yang
sangat berbahaya pada anak-anak dan menjadi salah satu penyebab
kematian anak.
4. Gondongan
Gondongan disebabkan oleh paramyxovirus dengan tipe yang
berbeda dari paramyxovirus penyebab penyakit campak. Penyaeit
ini diedarkan melalui cipratan yang ditularkan melalui udara yang
kemudian mengalir dalam aliran darah. Penyakit gondogan ditandai
dengan membengkaknya kelenjar ludah yang menyebabkan
pembekakan pada rahang dan leher. Virus yang menyebar melalui
aliran darah ini dapat memasuki organ lain seperti otak, testes dan
pankreas.
b. Penyakit yang di tularkan secara seksual
1) Herpes
Herpes simpleks virus dapat menyebabkan luka di sekitar mulut
dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran kelamin. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Herpes virus. Penularan virus ini adalah
melalui kontak langsung dengan luka yang disebabkan karena virus
tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Herpes
2) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Pengobatan untuk penyakit ini sampai saat ini masih dalam tahap
penelitian. AIDS disebabkan oleh HIV (human immundeficiency
virus) yang merupakan kelompok retrovirus (virus RNA rantai
tunggal). Virus ini memiliki enzim reverse transkriptase yang
menggunakan RNA sebagai templat yang kemudian diubah
menjadi cDNA dan selanjutnya menjadi DNA rantai ganda.
Dengan demikian virus ini dapat berintegrasi dengan genom inang.
Inang untuk HIV adalah CD4 yang dimiliki oleh T limposit,
sehingga fungsi normal T limposit sebagai sistem imun menjadi
terganggu. Hal ini akan menimbulkan berkembangnya infeksi
oportunistik yang mengakibatkan kematian pada penderita.
c. Penyakit yang di tularkan oleh hewan rabies
Rabies disebabkan oleh virus dari kelompok rhabdovirus (Virus RNA
rantai tunggal). Virus ini dapat ditularkan pada manusia melalui
gigitan hewan peliharaan yang menderita rabies seperti misalnya
kucing, anjing dan monyet. Virus rabies menyerang sistem syaraf
pusat hewan berdarah panas dan pada umumnya mengakibatkan
kematian apabila tidak diobati.
d. Penyakit yang di tularkan melalui hepatitis
Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis virus. Penyakit ini ditularkan
melalui air, makanan, saliva atau susu yang terkontaminasi feses.
Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits A, B, C, D,
dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan
gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis A
menyebar dari usus melalui aliran darah menuju hati dan
mengakibatkan kulit dan mata berwarna kekuning-kuningan, air senin
berwarna coklat akibat produksi getah empedu yang dihasilkan oleh
hati yang terinfeksi virus ini tidak normal. Jenis makanan yang dapat
menularkan virus ini adalah kerang yang diambil dari perairan yang
tercemari feses. Namun hanya kerang mentah yang dapat
menimbulkan masalah, karena virus ini akan mati dengan pemanasan.
Hepatitis B disebabkan oleh DNA yang mengandung hepatitis virus
yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi atau produksi darah.
Hepatitis B dapat juga ditularkan dari ibu ke anak pada saat dalam
kandungan atau melalui hubungan seksual. Hepatitis B dapat
mengakibatkan gangguan hati yang lebih akut dibanding hepatitis A,
dan dapat menyebabkan kematian. Hepatitis A jarang menjadi
penyebab kematian. Infeksi oleh Hepatitis B juga dapat
mengakibatkan mudahnya terserang kanker hati. Jenis hepatitis yang
lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya hepatitis B,
hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual.
Meskipun akibat yang ditimbulkannya tidak separah hepatitis A atau
B, hepatitis C dapat mengakibatkan sirosis.

Anda mungkin juga menyukai