Anda di halaman 1dari 1

Ada berabagai macam osmoregulasi, yaitu: 1.

Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu mengatur


konsentrasi cairan yang lebih tinggi dari media, misal: pada potadrom (ikan air tawar) (Telesostei). 2.
Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan yang lebih tinggi dari
konsentrasi media, misal: pada oseandrom (ikan air laut), Oscanodrom memperbanyak minum dan
menambah volume urin. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti petadrom jika berada di
udara tawar dan seperti oseanodrom bila berada di udara 3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, termasuk
yang berhubungan dengan cairan tubuh yang sama dengan media, misalnya ikan-ikan di daerah
estuarine (ikan curihaline) contohnya Ikan eurihalin , konsentrasi cairan hampir sama dengan
lingkungannya, hanya sedikit melakukan osimoregulasi (Nielsen, 1990).

Ikan nila adalah ikan air tawar yang memiliki nilai tinggi terhadap salinitas. Toleransinya berada pada 0-
45 ppt, yaitu pada air tawar, payau, atau asin. Salinitas adalah faktor psikologis yang mempengaruhi
terhadap pemanfaatan pakan pertumbuhan ikan. Pengaruh saliitas melalui tekanan osmotiknya
terhadap pertumbuhan dapat terjadi baik langsung dan tidak langsung mempengaruhi langsung salinitas
yaitu efek osmotiknya terhadap osmoregulasi dan pengaruh tidak langsung salinitas, pengaruh
penelitian, peningkatan kualitas udara. Metode yang bisa digunakan untuk osmoregulasi adalah
eksperimen dengan membiakkan ikan pada media dengan salinitas berbeda. Berdasarkan hasil
penelitian, salinitas 0-20 ppt baik untuk pengembangan benih ikan nila merah. Perlakuan salinitas
sangat menentukan perkembangan, pertumbuhan, serta rasio konversi pakan ikan merah tersebut
(Fitria, 2012).

Pada umumnya ikan air tawar dan air laut memiliki kemampuan terhatas untuk mentoleransi medium
salinitas atau komunikasi stenohaline, namun menghubungkan ikan ada yang memiliki kemampuan
besar untuk mentoleransi peruhahan salinitas medium dengan ragam yang luas atau bermanfaat
eurihaline. Ikan nila adalah salah satu ikan yang mengandung curihaline, namun bagaimana dan
seberapa jauh ikan nila mampu merespons terhadap perubahan lingkungan yang drastis masih
tergantung pada jenis ikan, keadaan ikan, dan oleh karena itu masih pertu terus dikaji. Berdasarkan
hasil penelitian, ikan ditempatkan dalam medium dengan salinitas berbeda dan melakukan pengaturan
osmotik internal, tidak mengubah perubahan signifikan terhadap nilai hematokrit kecuali pada
pemaparan 8 dan 16 jam. Perbedaan ini disebabkan adnaya respons ikan dalam rangka menata ulang
posisi osmoregulasi terkait dengan perubahan salinitas (Susilo, 2012)

Fitria, Ajeng Suci. 2012. Analisis Kelulushidupan dan Analisis Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromis
niloticus) FS Dy-Du pada Berbagai Salinitas. Jurnal Manajemen dan Teknologi Akuakultur. 1 (1): 18-34.
Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi lkan. Rineka Cipta. Jakarta Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga,
Jakarta. Nielsen, K & Schmidt. 1990. Adaptasi dan Lingkungan Fisiologi Hewan. Cambridge Univernity
Press, London. Susilo, Untung, dik. 2012. Regulasi Osmotik dan Nilai Hematokrit Ikan Nila (Oreochromis
sp) Pada Medium dengan Salinitas dan Temperatur Air Berbeda. Berk. Penelitian Hayati. 1S): 51-55.

Anda mungkin juga menyukai