Anda di halaman 1dari 16

Peninggalan sejarah kerajaan

kerajan di Indonesia

1.Kerajaan kutai

a.Ketopong Sultan Kutai

Ketopong Sultan merupakan mahkota raja dari Kerajaan Kutai. Mahkota ini
terbuat dari bahan-bahan emas dengan berat 1.98 kg dan sampai saat ini
mahkota ini masih tersimpan rapi di Musem Nasional Jakarta.

2.Kalung Uncal Kerajaan Kutai

Kalung uncal keraaan kutai ini merupakan kalung emas yang mempunyai berat
170 gram dengan adanya hiasan liontin berelief Kisah Ramayana. Kalung Uncal
menjadi salah satu atribut dari Kerajaan Kutai yang digunakan oleh Sultan
Kutai Kartanegara.
Menurut beberapa ahli, diperkirakan Kalung Uncal ini berasal dari India.
Sampai saat ini, hanya terdapat dua Kalung Uncal di dunia ini. pertama di
negara India dan yang kedua berada di Museum Mulawarman, Kota
Tenggarong.

3.Kalung Ciwa
satujam.com
Kalung Ciwa adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Kutai.
Kalung ini, ditemui pada zaman kepemimpinan Sultan Aji Muhammad
Sulaiman. Kalung ini ditemukan di sekitar Danau Lipan, Muara Kaman pada
tahun 1890.
Hingga saat ini, Kalung Ciwa ini masih digunakan sebagai perhiasan kerajaan
yang digunakan oleh raja ketika ada sebuah pesta pengangkatan raja baru.
4.Pedang Sultan Kutai
sejarahlengkap.com
Pedang Sultan Kutai ini terbuat dari bahan emas yang padat. Di bagian
gagangnya, terdapat ukiran seekor binatang harimau yang bersiap-siap
menerkam musuhnya. Sedangkan untuk ujung sarung pedannya dihiasi oleh
ukiran seekor buaya. Sampai saat ini, Pedang ini masih terjaga dan bisa
ditemukan di Museum Nasional Jakarta.

5.Kura-Kura Emas
www.dictio.id

Kura-kura emas ini sekarang berada di Museum Mulawarman. Benda ini


berukuran setengah kepalan tangan. benda ini ditemukan di Daerah Lonh
Lalang, tepatnya di hulu Sungai Mahakam.
6.Kelambu Kuning
Banyak benda peninggalan Kerajaan Kutai yang mempunyai kekuatan magic
yang ditaruh di dalam kelambu kuning untuk menghindari terjadinya bala
yang dapat ditimbulkannya.
ibnuasmara.com

2.Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara yang pertama yaitu prasasti Kebon Kopi. Seperti
namanya, prasasti ini ditemukan di kebun kopi. Lokasi penemuan prasasti ini yakni di Desa
Muara Hilir Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor. Pada prasasti ini terdapat pahatan sepasang
telapak kaki gajah. Lantas isi prasasti ini membahas tentang apa? baca : Isi Prasasti Kebon
Kopi
2. Prasasti Tugu

Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara yang kedua yaitu prasasti Tugu. Lokasi penemuan
prasasti tugu yakni berada di Bekasi, tepatnya di Desa Batutumbu. Isi prasasti ini menjelaskan
tentang penggalian sungai Gamati untuk menghindari bencana banjir yang sering terjadi di
kerajaan Tarumanegara, penggagasnya bernama raja Purnawarman. Baca selengkapnya : Isi
Prasasti Tugu

3. Prasasti Jambu

Prasasti ketiga peninggalan kerajaan Tarumenegara yaitu prasasti Jambu yang berhasil
ditemukan di bukit yang bernama Koleangkak tepatnya pada perkebunan Jambu. Dari lokasi
penemuan tersebut prasasti Jambu juga sering disebut prasasti Koleangkak. Secara singkat,
prasasti ini berisi tentang pemerintahan pada masa raja Mulawarman. Baca selengkapnya : Isi
Prasasti Jambu

4. Prasasti Lebak
Prasasti Lebak merupakan prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara yang ke empat.
Prasasti lebak juga sering disebut prasasti Cidanghiyang, ditemukan di Desa Lebak, tepatnya di
tepi sungai Cidanghiyang, Kec Munjul, Kab Pandeglang. Secara singkat, isi prasasti ini
berjumlah dua baris dan membahas mengenai keberanian raja Purnawarman. Baca
selengkapnya : Isi Prasasti Lebak

5. Prasasti Pasir Awi

Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara selanjutnya adalah prasasti Pasir Awi. Lokasi
penemuan prasasti Pasir Awi berada di bukit pasir awi dengan ketinggian 599 diatas
permuakaan laut. Bukit tersebut berada di kawasan Cipamingkis, kab. Bogor. Apa isi prasasti
Pasir Awi ? Baca : Isi Prasasti Pasir Awi

6. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan di dakat tepi sungai Ciaruteun di kab.
Bogor. Prasasti ini berisi 4 baris dengan bahasa Sansekerta dan hurufnya Pallawa. Selain isi
tersebut, terdapat juga pahatan / lukisan berupa gambar telapak kaki dan hewan semacam laba-
laa. Untuk lebih jelasnya, baca : Isi Prasasti Ciaruteun

3.Kerajaan Sriwijaya
1. Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur yang merupakan peninggalan


Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat yang ditulis dengan memakai bahasa
Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Meulen tahun 1892
dengan isi yang menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau
pertintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. Prasasti ini kemudian diteliti oleh H.Kern yang merupakan
ahli epigrafi berkebangsaan Belanda yang bekerja di Bataviaasch Genootschap di Batavia. Awalnya
ia beranggapan jika Sriwijaya merupakan nama dari seorang raja. George Coedes lalu
mengungkapkan jika Sriwijaya adalah nama dari Kerajaan di Sumatera abad ke-7 Masehi yang
mrupakan Kerajaan kuat dan pernah berkuasa di bagian Barat Nusantara, Semenanjung Malaya
serta Thailand bagian Selatan.

2. Prasasti Ligor

Prasasti Ligor ditemuan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan yang memiliki
pahatan di kedua sisinya. Pada bagian sisi pertama dinamakan Prasasti Ligor A atau manuskrip
Viang Sa, sementara di sisi satunya merupakan Prasasti Ligor B yang kemungkinan besar dibuat oleh
raja dari wangsa Sailendra yang menjelaskan tentang pemberian gelar Visnu
Sesawarimadawimathana untuk Sri Maharaja. Prasasti Ligor A menceritakan tentang Raja Sriwijaya
yang merupakan raja dari semua raja di dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara.
Sedangkan pada Prasasti Ligor B yang dilengkapi dengan angka tahun 775 dan memakai aksara
Kawi menceritakan tentang nama Visnu yang memiliki gelar Sri Maharaja dari keluarga
Śailendravamśa dan mendapatk julukan Śesavvārimadavimathana berarti pembunuh musuh yang
sombong sampai tak tersisa.
3. Prasasti Telaga Batu

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti telaga batu. Prasasti Telaga Batu
ditemukan di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang tahun 1935
yang berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan Sriwijaya dan kini disimpan
pada Museum Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan
Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara dan pada tahun
sebelumnya juga ditemukan lebih dari 30 buah Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di
Museum Nasional Jakarta. Prasasti Telaga Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta
lebar 148 cm.

Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala ular kobra serta di bagian tengah terdapat
pancuran tempat mengalirnya air pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris dengan huruf
Pallawa dan memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan ini adalah tentang
kutukan untuk mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak mematuhi perintah dari
datu. Casparis lalu mengemukakan pendapat jika orang yang termasuk berbahaya dan juga bisa
melawan kedatuan Sriwijaya perlu untuk disumpah yakni putra raja (rājaputra), menteri
(kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka),
bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh
(tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana),
tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka),
kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

4. Prasasti Kedukan Bukit


Prasasti Kedukan Bukit ditemukan tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung
Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, lebih tepatnya di tepi Sungai Tatang
yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini memiliki ukuran 45 cm x 80 cm memakai bahasa Melayu
Kuno dan aksara Pallawa. Isi dari prasasti ini menceritakan tentang seorang utusan Kerajaan
Sriwijaya yakni Dapunta Hyang yang mengadakan Sidhayarta atau perjalanan suci memakai perahu.
Dalam perjalanan tersebut, ia didampingi dengan 2000 pasukan dan berhasil menaklukan beberapa
daerah lainnya dan prasasti tersebut kini juga tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

Di baris ke-8 prasasti ini ada unsur tanggal, akan tetapi pada bagian akhir sudah hilang yang
seharusnya diisi dengan bulan. Berdasarkan dari data fragmen prasasti No. D.161 yang ditemukan
pada situs Telaga Batu, J.G de Casparis serta M. Boechari diisi dengan nama bulan Asada sehingga
penangalan prasasti tersebut menjadi lengkap yakni hari e-5 paro terang bulan Asada yang
bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi. George Cœdès berpendapat jika siddhayatra
memiliki arti ramuan bertuah namun juga bisa diartikan lain. Dari kamus Jawa Kuno Zoetmulder tahun
1995 berarti sukses dalam perjalanan dan bisa disimpulkan jika isi prasasti adalah Sri Baginda yang
naik sampan untuk melaksanakan penyerangan sudah sukses melakukan perjalanan tersebut.

5. Prasasti Talang Tuwo

Pada kaki Bukit Seguntang tepi bagian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk yang
merupakan seorang residen Palembang menemukan sebuah Prasasti pada 17 November 1920.
Prasasti yang disebut dengan Talang Tuwo ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran
Budha yang dipakai pada masa Sriwijaya kala itu merupakan aliran Mahayana dan ini dibuktikan
dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana seperti Vajrasarira, Bodhicitta, Mahasattva
serta annuttarabhisamyaksamvodh

8. Prasasti Leiden
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Prasasti Leiden. Prasasti ini ditulis di
sebuah lempeng tembaga dan ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini prasastu Leiden
berada di Musium Belanda. Isinya menceritakan hubungan baik antara dinasti Chola dari Tamil
dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, India Selatan.
4.Kerajaan Mataram Kuno
1. Prasasti Kalasan

Prasasti Kalasan merupakan salah satu prasasti peninggalan Wangsa


Sanjaya dari kerajaan Mataram Kuno pada tahun 778 masehi. Prasasti ini
menggunakan tulisan dengan huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa
Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di Kecamata Kalasan, Sleman,
Yogyakarta. Saat ini, prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

2. Prasasti Kedu

Prasasti Kedu (Mantyasih)Prasasti Mantyasih atau Prasasti Tembaga


Kedu merupakan prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya, kerajaan
Mataram Kuno pada tahun 907 masehi. Prasasti ini berisisi
tentang daftar silsilah raja Mataram Kuno sebelum Raja Balitung.
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang  Utara,
Jawa Tengah.
3. Prasasti Ratu Boko

Prasasti Ratu Boko merupakan prasasti yang berisi tentang kekalahan


Balaputeradewa dalam peperangan dengan saudaranya sendiri yaitu
Pramodawardhani. Prasasti ini ditemukan di Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

4. Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah nama sebuah candi yang terletak di


Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi
Budha yang didirikan pada pemerintahan wangsa Syailendra. Para
pendiri candi ini menganut kepercayaan Budha Mahayana. Para
peneliti memperkirakan candi Borobudur ini didirikan pada tahun
800-an masehi.

5. Candi Pawon

Candi Pawon merupakan candi yang terletak di antara Candi Mendut dan
Candi Borobudur. Dalam bahasa jawa, pawon memiliki arti dapur. Namun,
nama Candi Pawon bukan berarti bermakna candi dapur. Nama Candi
Pawon saat ini masih belum diketahui asal-usulnya.
6. Candi Sewu

Candi Sewu merupakan salah satu candi Budha yang terletak di kawasan
candi Prambanan, tepatnya di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten, Jwa Tengah. Candi ini merupakan candi
Budha terbesar ke-2 setelah candi Borobudur

5.Kerajaan Medang
1.Candi Kalasan

Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan sebuah candi yang dikategorikan sebagai


candi umat Buddhaterdapat di desa Kalasan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta,
Indonesia.
Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo serta
sekitar 2 km dari candi Prambanan.

2.Candi Plaosan

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak


di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, KecamatanPrambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi
Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara
(pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah
candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri
3.Candi .Prambanan

Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar


di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti,
tiga dewa utama Hindu yaitu Brahmasebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara,
dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkanprasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini
adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’), dan memang
di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter
yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamak

4.Candi Sewu

candi Sewu atau Manjusrighra adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang


berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu merupakan
kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu
berusia lebih tua daripada Candi Borobudur dan Prambanan. Meskipun aslinya memiliki 249
candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan “Sewu” yang berarti seribu dalam bahasa
Jawa. Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.
5.Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang terletak di Jalan Mayor


Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang,Jawa Tengah ini, letaknya berada sekitar 3 kilometer
dari candi Borobudur.

6.Candi Pawon

Candi Pawon adalah nama sebuah candi, peninggalan Masa Klasik, yang terletak di Kabupaten


Magelang

6.Kerajaan Kediri
1. Candi Tondowongso
Candi Tondowongso berada di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur yang ditemukan
belum lama ini yakni pada tahun 2007. Arsitektur dari arca dan bentuk bangunan yang ditemukan
disekitar candi memperlihatkan jika bangunan ini dibangun pada abad ke-9 yakni disaat pusat politik
dipindahkan dari Jawa Tengah menuju wilayah Jawa Timur.

Meskipun menjadi penemuan di era modern, namun sampai saat ini keadaan dari Candi
Tondowongso beserta kompleks disekelilingnya masih sangat memperihatinkan dan belum mendapat
perhatian dari pemerintah. Candi Tondowongso dengan luas 1 hektar ini menjadi penemuan terbesar
sejarah Indonesia pada 30 tahun terakhir. Profesor Soekmono juga pernah menemukan satu buah
arca pada lokasi yang sama di tahun 1957 dan penemuan situs Candi Tondowongso ini diawali dari
penemuan beberapa arca oleh pengrajin batu setempat.

13. Prasasti Ngantang

Berisi tentang pemberian tanah bebas pajak


oleh Jayabaya untuk Desa Ngantang berkat jasanya mengabdi pada Kerajaan Kediri. Pada Prasasti
ini tertulis angka tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi yang ditemukan di Desa Ngantang, Malang dan
sekarang menjadi koleksi dari Museum  Nasional. Saat penduduk dari Hantang dan juga 12 desa
masuk dalam wilayah menghadap raja dengan perantara guru raja yakni Mpungku Naiyayikarsana
yang memohon agar prasasti tersebut didharmakan di Gajapada dan Nagapuspa yang ditulis diatas
daun lontar dan kemudian dipindahkan ke batu dan ditambah lagi dengan anugerah dari Raja
Jayabhaya itu sendiri.

Permohonan tersebut lalu dikabulkan oleh raja sebab rakyat Hantang sudah menunjukkan baktinya
yang sesungguhnya pada raja yakni dengan menyerahkan cancu tan pamusuh dan cancu ragadaha
dan juga disaat ada sebuah aksi untuk memisahkan diri, mereka tetap setia dengan selalu memihak
Raja Jayabhaya.

Anda mungkin juga menyukai