Kepentingan Politik Dan Ekonomi Kepala Daerah
Kepentingan Politik Dan Ekonomi Kepala Daerah
Samodra Wibawa
Abstract
The design of decentralization has given specific space for
government bureaucracy to create and innovation the acceleration of
development territory. At this point in the required skills apparatuses
with forward thinking to achieve a professional bureaucracyin an
institutional mechanism that is efficient, effective and equity.
Institutional arrangement bureaucracyis not geared to improve the
quality of public services, but in order to accommodate the practice of
politicization of bureaucracy in perpetuating oligarchy of power head
area.
The purpose of this study to answer the questions: (1.) How is the
actual picture of the practice of bureaucratic reform licensing services in
Gowa and Takalar regency, (2.) What is the connection the interests of
regional heads in bureaucratic reform licensing services in Gowa and
Takalar regency.
The reserach aimed that the licensing service reforms under
taken by the local government, Gowa and Takalar Regency likely still
partial, in which the reform is based on the basic needs and regulatory
pressure center. Orientation of the provision of services also permit
limited to the normative aspect alone. In both regions, the character
possessed strong leadership allows the behavior of the regional head
office personnel licensing services oriented to meet the political and
economic objectives of the head region.
1
Naskah diterima pada 3 November 2012
Abstrak
Desain desentralisasitelah memberi ruang gerak yang spesifik
kepada birokrasi pemerintah daerah untuk berkreasi dan berinovasi
dalam akselerasi pembangunan diwilayahnya. Pada posisi ini dituntut
kemampuan Sumber DayaAparatur dengan visi yang jauh kedepan
(forward thinking) untuk mewujudkan profesionalisme birokrasi dalam
sebuah mekanisme kelembagaan yang efisien, efektif dan berkeadilan
(equity).Penataan kelembagaan birokrasi bukan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik, tetapi demi mengakomodasi
praktek politisasi birokrasi dalam melanggengkan oligarki kekuasaan
kepala daerah.
Tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan :
(1).Bagaimanakah gambaran aktual tentang praktek reformasi birokrasi
pelayanan perizinan di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar, (2.)
Bagaimanakah kaitan kepentingan-kepentingan kepala daerah dalam
reformasi birokrasi pelayanan perizinan di Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Takalar?
Hasil penelitianmenujukkan bahwa reformasi pelayanan
perizinan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, yakni kabupaten
Gowa dan Kabupaten Takalar cenderung masih parsial, di mana
reformasi dilandasi atas dasar kebutuhan dan desakan peraturan pusat.
Orientasi penyelenggaraan pelayanan perizinan juga hanya terbatas
pada aspek normatif semata.Pada kedua daerah ini, karakter strong
leadership yang dimiliki kepala daerah memungkinkan perilaku
aparatur kantor pelayanan perizinan diorientasikan untuk memenuhi
tujuan politik dan ekonomi sang kepala daerah.
Indonesia berada pada angka 3,0 (skala publik.Kedua kabupaten, yang menjadi
1–10), sehingga menjadi catatan bagi penyangga aktivitas Kota Makassar di
pemerintah agar lebihserius melakukan bagian selatan, ini telah menjalankan
perbaikan terhadap proses perizinan praktek penataan kelembagaan
usaha. (TII, 2012). pelayanan. Penataan organisasi
Menurut Atmoko dkk (2007), pemerintah daerah sebagai bentuk
kalangan dunia usaha masih reformasi birokrasi dilakukan
mengeluhkan dan merasakan dalam berdasarkan PP No. 8 Tahun 2003
proses dan pelaksanaan pemberian tantang Pedoman Organisasi Perangkat
layanan di kebanyakan daerah, masih Daerah maupun PP No. 41 tahun 2007
belum banyak perubahan signifikan. Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
Keluhan dan ketidakpuasan dunia Meskipun demikian, nuansa perubahan
usaha belum teratasi, terutama dari produk kebijakan tersebut masih
berkaitan keluhan yang berhubungan bersifat “setengah hati” dan cenderung
dengan biaya tinggi dan ketidak pastian “mengangsur” pelimpahan jenis-jenis
hukum bagi pengusaha, akibat belum layanan pada organisasi pelayanan
berubahnya orientasi pemerintahan terpadu yang dibentuknya sendiri.
daerah terhadap hubungan perizinan Di Kabupaten Gowa misalnya,
dengan pendapatan asli daerah (PAD), pendirian Kantor Pelayanan Terpadu
dan tarik menarik kewenangan antara telah dilakukan meskipun tidak serta-
pemerintah dan pemerintahan daerah. merta diikuti oleh pendelegasian
Hasil kajian dari Litbang KPK seluruh jenis layanan perizinan.
(Jasin dkk, 2007) pada bidang Terdapat beberapa jenis layanan
Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan perizinan yang strategis seperti izin
menunjukkan bahwa adanya usaha pertambangan dan jasa-jasa
pelimpahan kewenangan pengelolaan lingkungan tetap di tempatkan pada
perizinan dari pemerintah pusat ke organisasi Sekretariat Daerah.Prosedur
kabupaten/kota harus diikuti dengan pelayanan terpadu yang berusaha
penyederhanaan jenis perizinan, dibangunbelum optimal sebabbelum
terutama yang memiliki fungsi yang terlihat upaya untuk mendelegasikan
hampir sama (misal. TDP dan SIUP) kewenangan yang dimiliki kepala
dan menyatukan jenis perizinan yang daerah secara utuh berdasarkan
pengurusannya bisa dilakukan secara prinsip-prinsip reformasi birokrasi,
paralel (misal SITU dan HO paralel yang menuntut peningkatan kualitas
dengan SIUP, TDP, IUI dan TDI). layanan secara terpadu, transparan dan
Temuan ini menjadi sangat relevan tanpa biaya-biaya ekstra.Pada situasidi
ditengah upaya percepatan reformasi Kabupaten Takalar, kondisi yang tidak
birokrasi perizinan yang masih relatif lebih baik juga diaktualisasikan pada
berbelit-belit. praktek reformasi birokrasi pelayanan
Dalam upaya mengoptimalkan perizinan cenderung lebih terpadu.
integrasi pelayanan perizinan, maka Kantor Pelayanan Terpadu tidak
pemerintah Kabupaten Gowa dan banyak menangani layanan perizinan,
Kabupaten Takalar di Provinsi justru yang layanan utama ditangani
Sulawesi Selatan telah melakukan adalah adalah layanan-layanan non-
aransemen birokrasi pelayanan perizinan. Beberapa jenis layanan
birokrasi kita saat ini yang jauh dari mengendalikan perilaku dan
kesan sebagai pelayan. Perubahan menjaga ikatan loyalitas antara
kepemimpinan yang terjadi di kepala daerah dengan investor
tingkat nasional maupun daerah sehingga seolah-olah
ternyata tidak mampu mendorong kemudahan pelayanan berasal
reformasi yang terarah dalam upaya dari “kumurahan hati” sang
memperbaiki citra aparatur dan kepala daerah. Pada kasus
sistem birokrasi pemerintah daerah. digratiskannya beberapa jenis
a) Kepentingan Politik layanan retribusi pada Kantor
Dalam praktek reformasi Pelayanan Terpadu (KPT) Kab.
pelayanan perizinan di daerah, Gowa lebih bermakna sebagai
arah perubahan pada aras upaya sang kepala daerah untuk
struktur dan proses yang mempertahankan legitimasi
dibangun lebih merupakan kepemimpinan sang kepala
instrumen untuk membangun daerah, meskipun beberapa
loyalitas birokrasi dalam jejaring birokrasi teknis masih
mewujudkan tujuan-tujuan sulit melaksanakannya.
politik kepala daerah, seperti Sementara pada kasus
membangun oligarki keluasaan, digratiskannya beberapa jenis
bukan untuk membangun layanan non perizinan (terutama
komitmen pada optimalisasi layanan adminsitrasi
pelayanan kepada masyarakat. kependudukan) pada pada
Bangunan struktur birokrasi Kantor Pelayanan Terpadu
dikendalikan oleh kepala daerah (KPT) Kab.Takalar biasanya
dan diorientasikan untuk dikaitkan dengan momentum
memenuhi tujuan politik melalui pemilihan kepala daerah.
mekanisme dan prosedur Fenomena ini menujukkan
pelayanan publik yang untuk bahwa betapa kuatnya tekanan
memenuhi target pendapatan politik yang mesti dihadapi oleh
bagi jejaring politik kepala birokrasi pelayanan terpadu satu
daerah. Prosedur dan norma atap (PTSP), dalam
pelayanan perizinan tidak mengoptimalkan kinerja
berjalan sebagaimana ketentuan pelayanan pada masyarakat.
normatif, tetapi sangat Misi utama birokrasi
dipengaruhi oleh momentum- pemerintah daerah tidaklah
momentum politik. Birokrasi berbeda dengan perilaku
pelayanan perizinan diarahkan birokrasi kolonial, yakni untuk
untuk merangkul dukungan mempertahankan kekuasaan dan
kalangan investor untuk mengontrol perilaku individu.
kepentingan kepala daerah. Indikasi lain yang mendukung
Penguatan struktur sinyalemen tersebut juga dapat
kelembagaan pelayanan dilihat dari pengisian formasi
perizinan melalui program jabatan pada stuktur pelayanan
reformasi birokrasi perizinan yang strategis umumnya diisi
lebih berfungsi untuk para birokarat yang memiliki
Dokumen Publik
UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme,
UU No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah,
UU No. 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik
Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010
Tentang Grand Desaign
Reformasi Birokrasi 2010-
2025,