Akhir-akhir ini, salah satu isu penting pendidikan yang sering dikaji
dari berbagai sudut pandang adalah pembentukan karakter pada anak.
Karakter merupakan wadah dari berbagai karakteristik psikologis yang
membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi
lingkungan yang dihadapi. Dengan kata lain karakter akan ”memimpin” diri
untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak mengerjakan sesuatu
yang tidak benar Karakter inilah menjadi penentu apakah anak mampu
atau tidak menyesuaikan diri dengan keanekaragaman situasi yang
dihadapinya. Hal ini terlihat dalam cara berperilaku anak yang merupakan
akumulasi dari berbagai pembentukan aspek diri yang baik. Bila dilihat
dari sudut pandang Psikologi Perkembangan, tentu saja karakter yang
terbentuk bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada, namun merupakan hasil
dari proses perjalanan hidup anak yang terbentuk dari kematangan
biologis maupun perkembangan psikologisnya. Kematangan mengacu
pada perubahan-perubahan yang terjadi secara alamiah dan spontan,
sementara itu, perubahan yang terkait perkembangan psikologis terkait
dengan pengalaman belajar yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
proses pendidikan dan pengasuhan yang didapatkan anak, sehingga
membentuk pengalaman belajar yang bermakna bagi dirinya. 4. Karakter
siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara dalam
pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam
berpikir, konsisten dalam memakai istilah, konsisten dalam perhitungan,
konsisten dalam mengetrapkan kesepakatan-kesepakatan. Cara lain juga
dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu,
toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan
siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun
diskusi kelompok. Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang.
melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Ada beberapa hal yang
5
berhubungan dengan pengelolaan proses belajar-mengajar bidang studi
matematika di SD, antara lain pengetahuan guru, terbatasnya dana dan
sarana untuk membuat atau mengadakan serta menggunakan media,
termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu peranan
alat peraga dalam mengajarkan matematika di SD penting dan itu telah
diketahui oleh sebagian besar pengelola pendidikan. 6.
Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk
pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seorang anak dan
pendidikan pada masa ini sangat menentukan keberlangsungan anak itu
sendiri juga bagi suatu bangsa. Tiga puluh tahun yang akan datang
bangsa Indonesia akan sangat tergantung pada anak usia dini yang ada
pada masa sekarang. Oleh karena itu, pendidikan karakter ini merupakan
tahapan penting bagi perkembangan seorang anak, bahkan suatu hal
yang fondamental bagi kesuksesan perkembangan pembentukan karakter
selanjutnya. Oleh karena itu, seorang guru tidak boleh mengabaikan
kehadiran anak usia dini demi kepentingan di masa depan bagi generasi
penerus. Seorang gur dituntut untuk memahami karakteristik anak usia
dini, arti pentingnnya belajar bagi anak usia dini, tujuan belajar bagi anak
usia dini, dan kegiatan belajar bagi anakusia dini. Pembentukan karakter
anak usia dini bisa dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan terprogram,
kegiatan spontan, dan keteladanan. Pembentukan karakter anak usia dini
dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu perilaku yang teratur,
disiplin, dan baku (sesuai standar) artinya berbagai jenis dan pola perilaku
tersebu dapat di kembangkan melalui penjadwalan secara terus menerus
hingga perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan
menjadi bagian dari perilaku positif yang. Di sekolah, para guru pada
wajib menunjukkan teladan kepada siswa, hal ini menuntut para guru
untuk menjadi suri teladan. mengungkapkan Keteladanan itu ada dua
macam, yaitu disengaja dan tidak disengaja. Keteladanan yang tidak
disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifa
keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan keteladanan yang disengaja
ialah seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat
yang benar. Keteladan yang disengaja ialah keteladan yang memang
disertai penjelasan atau perintah agar meneladaninya, keteladanan yang
tidak disengaja dilakukan secara tidak formal keteladanan yang disengaja
dilakukan secara formal. Menunjukkan keteladanan juga berarti para guru
harus mampu menunjukkan kepada siswa tokoh-tokoh yang pantas untuk
diteladani, karena yang menjadi persoalan saat ini adalah terjadinya krisis
keteladanan dimana para siswa menurut kesulitan dalam mencari contoh
teladan yang baik (uswah hasanah) atau living moral exemplary di
lingkungan sekolah.
Daftar pustaka
Ibrahim, R., Nahdlatul, U., Unu, U., & Tengah, J. (2013). PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL : Pengertian , Prinsip , dan Relevansinya dengan
Tujuan Pendidikan Islam, 7(1), 129–154.
Kritis, K., Posisi, R., Pendidikan, J., Sekolah, L., Kritis, K., Posisi, R., …
Pendidikan, L. (2005). ORIENTASI PENDIDIKAN : ORIENTASI
PENDIDIKAN :
Kurikulum, I., Fip, B. D., Riau, U., Dosen, M., Ilmu, F., & Email, U. N. Y.
(2013). FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN-UNIVERSITAS RIAU, 18–19.
Lptk, P., Pengembangan, D., Vokasi, P., Peningkatkan, U., Dan, K., &
Guru, P. (1907). Seminar Internasional , ISSN 1907-2066 Seminar
Internasional , ISSN 1907-2066, 245–250.
Metode, I., Dan, E., Untuk, D., Konsep, P., Pada, M., Kuliah, M., …
Lesson, M. (2011). Jurnal pendidikan, 3, 1–78.
Pendidikan, J. I., Malang, U. K., Wulandari, D., Master, M., Pendidikan, P.,
& Utara, U. (n.d.). Model pembelajaran yang menyenangkan berbasis
peminatan, 851–856.
Razali, A., Pendidikan, J., Islam, A., & Tarbiyah, F. (2008). Dalam
Perspektif Islam, 1–145.
Rusdiana, H., & Samdani, H. (2014). Figur Guru Ideal Menurut Persepsi
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Banjarmasin, 2(4).
Studi, P., Guru, P., Dasar, S., Ilmu, F., Dan, P., Maret, U. S., &
Sederhana, M. M. (2015). PEMBELAJARAN TERPADU.