Anda di halaman 1dari 9

Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar

Luh Sri Widiasih


1411031062/03
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha

Pendidikan merupakan Makna pendidikan secara sederhana dapat


diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan
demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di
dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah
sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu
ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai
“educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat
pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi
anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan),
mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak,
mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan
merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik
yang diistilahkan dengan Educere. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan
1
memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam
mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu
investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber
daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering kali kemajuan
suatu bangsa diukur sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan.
Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki suatu masyarakat, maka semakin
majulah bangsa tersebut. Sehingga tercapai masyarakat berpendidikan
dan berkhlakul karimah yang dapat membawa kemajuan dalam berbagai
bidang. Dengan adanya pendidikan, dapat meningkatkan kualitas moral,
pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu, sangat diperlukan adanya
kesinergian antara pendidikan dan sumber daya manusia.
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter dari anak didik.
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya untuk
memberikan anak ilmu pengetahuan tetapi juga untuk menanamkan dan
mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norama yang ada dalam
masyarakat agar ia bisa tumbuh dengan memahami nilai dan norma
tersebut dan bisa membaur dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian
hari maka dari itu perlu adanya sesuatu yang membuat anak tidak
sekedar memahami nilai dan norma secara tekstual tetapi juga dalam
praktek di kehidupannya ia dapat mengamalkan apa yang ia peroleh dari
pendidikan tersebut dan untuk itu pendidikan karakter dibutuhkan untuk
membangun citra diri pada anak. 2
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan
ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia
telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif
dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika
mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga
merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan
menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan
orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20%
sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua Perkembangan
kecerdasan diiringi oleh perkembangan mental kepribadian lainnya
sampai usia remaja. Setelah dewasa, kecerdasan maupun perilaku
kepribadian sudah relatif stabil, oleh sebab itu jika ingin membentuk
kecerdasan dan karakter, waktu yang paling tepat adalah pada saat usia
anak-anak sampai dengan remaja
Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah.
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam
visi dan misi lembaga pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan
menyusun visi yang tidak hanya bermuatan untuk menjadikan lulusannya
cerdas tetapi juga berakhlak mulia.
Pendidikan karakter menjadi isu strategis dalam konteks
pendidikan di Indonesia, hal ini berkaitan dengan krisis moral yang terjadi
belakangan ini. Di mana, hampir semua kasus yang terjadi berkaitan
dengan dekadensi moral ditengarai akibat kegagalan pendidikan karakter
yang diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Kasus-kasus yang
beskala nasional misalnya banyak dipicu oleh kurang dalamnya proses
internalisasi pendidikan akhlak yang diberikan di sekolah dan di
lingkungan keluarga. Bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif
Islam khususnya untuk siswa SD? Pembentukan karakter siswa SD harus
dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak. Pembentukan
karakter dapat dilakukan dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan
berawal dari suatu peniruan antar manusia. Keteladanan dalam dunia
pendidikan sering melekat pada seorang guru sebagai pendidik.
Keteladanan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai perilaku dan
sikap guru danm tenaga pendidik dilingkungan sekolah maupun luar
sekolah yang dijadikan contoh oleh para siswanya (Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010). Guru dikatakan sebagai guru teladan erat
kaitannya dengan guru yang baik dan profesional. Menjadi guru yang baik
dan profesional harus memenuhi kriteria dan syarat-syarat menjadi guru.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan syarat-syarat untuk menjadi guru yaitu seseorang harus
memiliki ijazah, sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berkelakuan baik, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.
Pernyataan tersebut telah menyatakan dengan jelas mengenai syarat dan
ketentuan untuk menjadi seorang guru yang baik dan profesional.
Pernyataan tersebut juga menyebutkan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar, seperti berkelakuan baik,
bertanggung jawab dan berjiwa nasional. Guru yang bersikap baik dan
professional sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dan
3
suasana lingkungan sekolah.

Akhir-akhir ini, salah satu isu penting pendidikan yang sering dikaji
dari berbagai sudut pandang adalah pembentukan karakter pada anak.
Karakter merupakan wadah dari berbagai karakteristik psikologis yang
membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi
lingkungan yang dihadapi. Dengan kata lain karakter akan ”memimpin” diri
untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak mengerjakan sesuatu
yang tidak benar Karakter inilah menjadi penentu apakah anak mampu
atau tidak menyesuaikan diri dengan keanekaragaman situasi yang
dihadapinya. Hal ini terlihat dalam cara berperilaku anak yang merupakan
akumulasi dari berbagai pembentukan aspek diri yang baik. Bila dilihat
dari sudut pandang Psikologi Perkembangan, tentu saja karakter yang
terbentuk bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada, namun merupakan hasil
dari proses perjalanan hidup anak yang terbentuk dari kematangan
biologis maupun perkembangan psikologisnya. Kematangan mengacu
pada perubahan-perubahan yang terjadi secara alamiah dan spontan,
sementara itu, perubahan yang terkait perkembangan psikologis terkait
dengan pengalaman belajar yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
proses pendidikan dan pengasuhan yang didapatkan anak, sehingga
membentuk pengalaman belajar yang bermakna bagi dirinya. 4. Karakter
siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara dalam
pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam
berpikir, konsisten dalam memakai istilah, konsisten dalam perhitungan,
konsisten dalam mengetrapkan kesepakatan-kesepakatan. Cara lain juga
dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu,
toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan
siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun
diskusi kelompok. Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang.
melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Ada beberapa hal yang
5
berhubungan dengan pengelolaan proses belajar-mengajar bidang studi
matematika di SD, antara lain pengetahuan guru, terbatasnya dana dan
sarana untuk membuat atau mengadakan serta menggunakan media,
termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu peranan
alat peraga dalam mengajarkan matematika di SD penting dan itu telah
diketahui oleh sebagian besar pengelola pendidikan. 6.
Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk
pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seorang anak dan
pendidikan pada masa ini sangat menentukan keberlangsungan anak itu
sendiri juga bagi suatu bangsa. Tiga puluh tahun yang akan datang
bangsa Indonesia akan sangat tergantung pada anak usia dini yang ada
pada masa sekarang. Oleh karena itu, pendidikan karakter ini merupakan
tahapan penting bagi perkembangan seorang anak, bahkan suatu hal
yang fondamental bagi kesuksesan perkembangan pembentukan karakter
selanjutnya. Oleh karena itu, seorang guru tidak boleh mengabaikan
kehadiran anak usia dini demi kepentingan di masa depan bagi generasi
penerus. Seorang gur dituntut untuk memahami karakteristik anak usia
dini, arti pentingnnya belajar bagi anak usia dini, tujuan belajar bagi anak
usia dini, dan kegiatan belajar bagi anakusia dini. Pembentukan karakter
anak usia dini bisa dilakukan melalui kegiatan rutin, kegiatan terprogram,
kegiatan spontan, dan keteladanan. Pembentukan karakter anak usia dini
dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu perilaku yang teratur,
disiplin, dan baku (sesuai standar) artinya berbagai jenis dan pola perilaku
tersebu dapat di kembangkan melalui penjadwalan secara terus menerus
hingga perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan
menjadi bagian dari perilaku positif yang. Di sekolah, para guru pada
wajib menunjukkan teladan kepada siswa, hal ini menuntut para guru
untuk menjadi suri teladan. mengungkapkan Keteladanan itu ada dua
macam, yaitu disengaja dan tidak disengaja. Keteladanan yang tidak
disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifa
keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan keteladanan yang disengaja
ialah seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat
yang benar. Keteladan yang disengaja ialah keteladan yang memang
disertai penjelasan atau perintah agar meneladaninya, keteladanan yang
tidak disengaja dilakukan secara tidak formal keteladanan yang disengaja
dilakukan secara formal. Menunjukkan keteladanan juga berarti para guru
harus mampu menunjukkan kepada siswa tokoh-tokoh yang pantas untuk
diteladani, karena yang menjadi persoalan saat ini adalah terjadinya krisis
keteladanan dimana para siswa menurut kesulitan dalam mencari contoh
teladan yang baik (uswah hasanah) atau living moral exemplary di
lingkungan sekolah.
Daftar pustaka

Dasar, S. (2012). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa


sekolah dasar

Di, P., & Dasar, S. (n.d.). Urgensi pembelajaran terpadu dalam


pembelajaran di sekolah dasar.

Efektif, Y., & Pembelajaran, D. (n.d.). KARAKTERISTIK GURU DAN


SEKOLAH YANG EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN Arumi Savitri
Fatimaningrum*.

Esai, K., Dunia, M., & Indonesia, P. (2008). Mengurai Kusutnya


Pendidikan Indonesia Mengurai Kusutnya Pendidikan Indonesia.

Guru, S.-P., Dasar, S., & Pengetahuan, F. I. (2016). PENERAPAN


MODEL PEMBELAJARAN VCT UNTUK PEMBELAJARAN PKN DI
SD VCT LEARNING MODEL APPLICATION INCREASE SOCIAL
ATTITUDE PKN STUDIES IN ELEMENTARY SCHOOL Khoirunnisa
Aprilia Nur H 1 , Solihin Ichas H 2 , Nenden Ineu H 3, 1–13.

Haris, F., & Gunansyah, G. (n.d.). PENERAPAN MODEL


PEMBELAJARAN VCT ( VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE ),
(5).

hasbullah. (2006). No Title. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 1–8.

Ibrahim, R., Nahdlatul, U., Unu, U., & Tengah, J. (2013). PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL : Pengertian , Prinsip , dan Relevansinya dengan
Tujuan Pendidikan Islam, 7(1), 129–154.

Izzaty, R. E. (2012). Pentingnya Pendidikan Karakter Pada Anak Usia, 1–


9. Retrieved from http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-
rita-eka-izzaty-spsi-msi/Pentingnya Pendidikan.pdf

Kejuruan, S. M. (n.d.). PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN


BILINGUAL Margana dan Sukarno DEVELOPING THE BILINGUAL
TEACHING MODEL, 79–93.

Konsep, A., & Pendidikan, P. (1983). B . Fungsi dan Prinsip Pengelolaan


Pendidikan Pendekatan Organisasi Klasik, 1–8.

Kritis, K., Posisi, R., Pendidikan, J., Sekolah, L., Kritis, K., Posisi, R., …
Pendidikan, L. (2005). ORIENTASI PENDIDIKAN : ORIENTASI
PENDIDIKAN :

Kurikulum, I., Fip, B. D., Riau, U., Dosen, M., Ilmu, F., & Email, U. N. Y.
(2013). FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN-UNIVERSITAS RIAU, 18–19.

Lptk, P., Pengembangan, D., Vokasi, P., Peningkatkan, U., Dan, K., &
Guru, P. (1907). Seminar Internasional , ISSN 1907-2066 Seminar
Internasional , ISSN 1907-2066, 245–250.

Malang, U. N. (2012). P – 22 Membangun Karakter Siswa Sekolah Dasar (


Sd ), (November), 978–979.

Metode, I., Dan, E., Untuk, D., Konsep, P., Pada, M., Kuliah, M., …
Lesson, M. (2011). Jurnal pendidikan, 3, 1–78.

Miswanto, R. (2015). Inovasi pengembangan kurikulum pendidikan dalam


perspektif kurikulum humanistik di sd muhammadiyah karangbendo
bantul yogyakarta.

Muhammbad Rifa’i. (2016). sejarah pendidikan nasional. In M. Sandra


(Ed.), sejarah pendidikan nasional (p. 304). Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.

Mulyatiningsih, E. (n.d.). The analysis of character education models for


children, adolescents and adults. Analisi Model-Model Pendidikan
Karakter Untuk Usia Anak-Anak, Remaja Dan Dewasa\, 1–18.

Pelajaran, M., Kelas, I. P. A., Sd, I. V, & Tondo, N. (n.d.). Penerapan


model pembelajaran kooperatif tipe, 26–33.

Pembelajaran, M., & Mata, L. (2012). No Title.


Pendahuluan, I. (n.d.). No Title, 1–15.

Pendidikan, J. I., Malang, U. K., Wulandari, D., Master, M., Pendidikan, P.,
& Utara, U. (n.d.). Model pembelajaran yang menyenangkan berbasis
peminatan, 851–856.

Pendidikan, J., & No, V. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe, 1(1).

Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. A. N. (n.d.). Konsep pembelajaran


tematik terpadu.

Pengantar, A. (n.d.). Membangun Pembelajaran yang Menyenangkan


Melalui Komputerisasi, 1–7.

Permatasari, A. I., Mulyani, B., & Nurhayati, N. D. (2014). EFEKTIVITAS


PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING
DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KOLOID SISWA KELAS
XI IPA SMA NEGERI 1 SIMO TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013, 3(1),
117–122.

Rahmawati, N. D., & Matematika, P. (2016). MODEL PEMBELAJARAN


INOVATIF MATEMATIKA, 2(2), 179–184.

Razali, A., Pendidikan, J., Islam, A., & Tarbiyah, F. (2008). Dalam
Perspektif Islam, 1–145.

Rusdiana, H., & Samdani, H. (2014). Figur Guru Ideal Menurut Persepsi
Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kota Banjarmasin, 2(4).

Samino, W. (n.d.). IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III SD TA ’ MIRUL
ISLAM SURAKARTA, 141–148.

Santyasa, W. (2005). MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM


IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI *), 1–26.

Sihes, A. J. (n.d.). KONSEP PEMBELAJARAN Ahmad Johari Sihes.


Sistem, B. P. (2006). No Title, 12(2).

Studi, P., Guru, P., Dasar, S., Ilmu, F., Dan, P., Maret, U. S., &
Sederhana, M. M. (2015). PEMBELAJARAN TERPADU.

Tengah, P. S., & Belajar, H. (2011). Peningkatan Belajar PKn Melalui


Model Pembelajaran Value Clarification Technique ( VCT )
Percontohan pada Siswa Kelas I SD Karya Thayyibah Baiya, 4(6),
301–311
.
Trinova, Z. (2003). Hakikat belajar dan bermain menyenangkan bagi
peserta didik, 209–215.

Yanuardianto, E., & Pd, S. I. (2015). ( Studi Komparasi Pemikiran Thomas


Lickona dan Abdullah Nasih Ulwan ) Oleh :

Yogyakarta, U. N., Anak, P., & Dini, U. (n.d.). Pentingnya Pendidikan


Karakter bagi Anak Usia Dini, 11–20.

Anda mungkin juga menyukai