Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TUGAS MANDIRI

RESUME
KONSTITUSI

NAMA:SHELIA OKTARI
NPM:H1A020084

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020
KONSTITUSI
Pengertian konstitusi dari asal kata bahasa Prancis, yaitu “Constituer” yang berarti
membentuk. Sedangkan di Negara dengan penggunaan bahasa Inggris dipakai istilah
“Constitution” (Soemantri, 1993:29). Dalam bahasa latin, kata konstitusi merupakan gabungan
dari dua kata, yaitu “cume” dan “statuere”. Cume adalah preposisi yang berarti bersama dengan,
sedangkan statuere mempunyai arti membuat sesuatu agar berdiri atau mendirikan/menetapkan
(Soetoprawiro, 1987:28–29).

A.Pengertian dan istilah Konstitusi


Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu Negara berupa kumpulan
peraturan-peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu
Negara (K.C. Wheare, 1975).

Konstitusi bisa dimaknai secara sempit maupun secara luas. Konstitusi dalam arti sempit
hanya mengandung norma-norma hukum yang membatasi kekuasaan yang ada dalam Negara.
Sedangkan Konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau
hukum dasar, baik yang tertulis atau pun tidak tertulis maupun campuran keduanya tidak hanya
sebagai aspek hukum melainkan juga non-hukum (Utomo, 2007:12)

Menurut Herman Heller (Syahuri, 2004:32) membagi pengertian konstitusi menjadi tiga
yaitu:

 Die Politische verfassung als geselschaftlich wirk lichkeit. Konstitusi adalah mencerminkan
kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan. Jadi mengandung pengertian
politis dan sosiologis.

 Die Verselbtandigte revhtsverfassung. Konstitusi merupakan suatu kesatuan yang hidup


dalam masyarakat. Jadi mengandung pengertian yuridis.
 Die geshereiben verfassung. Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-
undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
 Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika
yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya
suatu konstitusi, hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang
merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya.
Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan
berlakunya suatu konstitusi (Utomo, 2007:7).
B.Jenis-jenis Konstitusi
K.C. Wheare (1975) membagi konstitusi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:
 Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak dalam bentuk tertulis. Konstitusi tertulis adalah
suatu konstitusi (UUD) yang dituangkan dalam dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang
bukan dalam bentuk tertulis adalah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam dokumen
formal, contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel, New Zaeland.
 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid. Konstitusi fleksibel bersifat elastis, diumumkan
dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan konstitusi rigid
mempunyai kedudukan dan derajat yang jauh lebih tinggi dari peraturan perundang-
undangan yang lain, hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa atau dengan
persyaratan yang berat.
 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi. Konstitusi derajat
tinggi adalah suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara.
Sedangkan konstitusi derajat tidak derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan seperti derajat tinggi, sehingga persyaratan mengubah konstitusi ini
tidak sesulit mengubah konstitusi derajat tinggi, melainkan sama dengan pengubahan
undang-undang.
 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan. Negara serikat didapatkan sistem
pembagian kekuasaan antara pemerintah negara serikat dengan pemerintah negara bagian.
Pembagian tersebut diatur dalam konstitusinya atau undang-undang dasar. Dalam negara
kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaannya
tersentralkan di pemerintah pusat, walaupun dikenal juga dalam desentralisasi.
 Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer.

C.Tujuan dan Fungsi Konstitusi

C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk membatasi
kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan
pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi senantiasa memiliki dua
tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):
 Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
 Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan
batas-batas kekuasaan bagi penguasa.
 Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara.

Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi berfungsi menjawab
berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat, yaitu:
Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara.
 Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar yang menetapkan lembaga-
lembaga penting negara.
 Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya.
 Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban warga negara dan
pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
 Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan lembaga-lembaga-nya.
 Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa.
 Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan masyarakat.

Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara. Konstitusi ditempatkan
pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk jalanya sebuah negara dan mencapai tujuan
bersama warga negara. Adapun Fungsi konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis adalah
sebagai berikut (Asshiddiqie, 2006:122):
 Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
 Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
 Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.
 Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau pun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
 Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam
sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
 Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
 Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
 Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.
 Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya dibidang
politik maupun dalam arti luas yang mencakup sosial dan ekonomi.
 Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering dan
social reform), baik dalam arti sempit atau pun luas.

D.Materi Muatan Konstitusi

pada pokoknya ada 3 hal :


1. Ada jaminan terhadap HAM dan warga negara,
2. Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental,
3. Ada pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental,

E.Hukum Dasar

Ada dua macam konstitusi di dunia, yaitu “Konstitusi Tertulis” (Written Constitution) dan
“Konstitusi Tidak Tertulis” (Unwritten Constitution), ini diartikan seperti halnya “Hukum
Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis”
(ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nations”,
Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis,
kecuali Inggris dan Kanada.
 Hukum Dasar Tertulis
1. Biasanya di sebut undang-undang dasar
2. Pada umumnya lebih kuat/meningkat di bandingkan dengan hokum dasar tidak
tertulis
3. Merupakan bagian dari konstitusi
4. Merupakan sumber dan dasar bagi norma hukum di bawahnya
 Hukum Dasar Tidak Tertulis
disebut konversi ketatanegaraan ,sifat konversi:
1. Kebiasan yang berulang kali dalam praktek penyelenggaraan Negara
2. Idak bertentangan dengan UUD
3. Diterima oleh seluruh rakyat
4. Sebagai pelengkap UUD untyk mengisi kekosongan hukum.

Daftar Pustaka

 K.C. Wheare. 1975. Modern Constitutions. London: Oxford University Press.

 Utomo, Himmawan. 2007. Konstitusi, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta: Kanisius.

 Soemantri, Sri. 1993. Susunan Ketatanegaraan Menurut UUD 1945 dalam Ketatanegaraan
Indonesia dalam Kehidupan Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

 Syahuri, Taufiqurrohman. 2004. Hukum Konstitusi. Bogor: Ghalia Indonesia.

 Asshiddiqie, Jimly. 2006. Pengantar Hukum Tata Negara Jilid I. Jakarta: Konstitusi Press.

 Harahap, Krisna. 2008. Hukum Acara Perdata. Bandung: Grafiti Budi Utami.

Anda mungkin juga menyukai