Anda di halaman 1dari 29

Makalah

LAPORAN DAN KASUS


MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKITUSIA 2-5 BULAN
Mata Kuliah : Keperawatan Anak

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

ALDI BAKARI RIFKI ADEMULYA POU


ESTEVANIA DARNA PUTRI NENTO SOPYAN LAKI
JUNIARTO SESAR POBI SRI EWIN RAHMAN
MERISKA DAUD TRI SARASTIA PANUWAO
NOVITA ANGRAENI TOMI ZAKARIA
NURAIN RAUF WINDARTY NIATI
NURUL FAUZIAH AHMAD ZULKARNAIN MOPILI
OLVIANI SOLEMAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN


KESEHATAN GORONTALO
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur hanyalah milik Allah SWT Rabb semesta alam, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada umat-Nya. Serta shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah Laporan dan kasus manajemen terpadu balita sakit usia 2-5 bulanini penulis
harapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca agar dapat mengetahui lebih
banyak lagi tentang pemberian imunisasi. Penulis juga menyampaikan terima kasih atas
bantuan kepada pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa saran yang membangun demi kesempurnaan makalh ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Gorontalo, 16 Februari 2021

KELOMPOK 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Pengertian Pneumonia ......................................................................................... 3
B. Etiologi ................................................................................................................ 3
C. Gambaran Klinis ................................................................................................. 3
D. Patofisiologi Pneumonia .....................................................................................4
E. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 4
F. Kasus ................................................................................................................... 5
Penilaian, Klasifikasi Dan Tindakan/Pengobatan Balita Sakit Umur 2 Bulan
Sampai 5 Bulan ........................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 21
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola
pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma,
alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2005). Pneumonia
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus,
bakteri,mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda asing, berupa radang paru-paru
yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015). Pneumonia adalah infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas,
bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering
kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam
pelaksanaan pengendalian penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia
maupun bronkopneumonia), disebut “Pneumonia” saja (Christian, 2016). Berdasarkan data
WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara berkembang tetapi
juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara- Negara Eropa lainya. Di
Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu setelah kardiovaskuler
dan TBC. Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia
lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada
2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018. Berdasarkan
Diagnosis tenaga kesehatan dan 2 gejala menurut provinsi di NTT, Pervalensi pneumonia
pada tahun 2013 mencapai 10% dan menurun 7% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Terhitung dari Bulan Januari hingga Mei 2019, Di RSUD Prof.Dr. WZ Johanes Kupang,
Ruang anak (Kenanga dan Mawar) didapatkan kasus pneumonia sebanyak 5% dengan
rincian jumlah balita yang masuk rumah sakit sebanyak 308 orang dan yang menderita
pneumonia dari antaranya ada 16 orang (Buku Regiter Ruang Kenanga dan Mawar, 2019).
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti
napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya pneumonia dikategorikan dalam
penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber penularan adalah

1
penderira pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk droplet saat batuk atau
bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernapasan
melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan langsung yaitu
percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
langsung terhirup oleh orang disekitar penderita. Banyak kasus yang berpengaruh terhadap
meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua
(ibu), maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan
resiko.Terjadinya berbagai penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang padat
penghuni, pencemaran udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu
bakar/arang), dan perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang
dapat meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar, 2014). Dari masalah
yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan perawat untuk penyakit
pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu orangtua untuk meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada anaknya, dengan cara memberikan
penjelasan tentang gejala pada penyakit pneumonia, serta tindakan-tindakan yang
diberikan dan menghindari faktor resiko dari penyakit pneumonia agar tidak 3 mengalami
pneumonia berulang, sehingga terjadi perubahan prilaku dari orangtua klien setelah
dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari pneumonia?
2. Apa etiologi dari pneumonia?
3. Bagaimana gambaran klinis dari pneumonia?
4. Bagaimana patofisiologi dari pneumonia?
5. Bagaimana penilaian klasifikasi dan tindakan atau pengobatan pneumonia pada balita
sakit umur 2bulan-5 bulan?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian dari pneumonia
2. Mahasiswa mampu mengetahui apa etiologi dari pneumonia
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana gambaran klinis dari pneumonia
4. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana patofisiologi dari pneumonia
5. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penilaian klasifikasi dan tindakan atau
pengobatan pneumonia pada balita sakit umur 2bulan-5 bulan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat
yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia adalah keadaan
akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga
alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008). Pneumonia adalah suatu radang
paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia adalah peradangan pada baru yang tidak saja
mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai
bronkioli (Nugroho, 2011).

B. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti: a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa. b. Virus: virus
influenza, dll c. Micoplasma pneumonia d. Jamur: candida albicans e. Benda asing Faktor
lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun
misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru,
anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak sempurna (Ngastiyah,
2015)

C. Gambaran Klinis
Klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak, respon sitemik anak
terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan obstruksi jalan napas. Tanda
dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara lain : takipnea, demam, dan batuk
disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui
udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga
membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar
masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan
manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial

3
oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan 8 rasio ventilasi
perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi
hipoksemia. Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

D. Patofisiologi
Merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon
inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup
bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau terperangkap dan dibersihkan
oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paruparu , partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya
salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius
terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir
bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam
jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru menjadi
terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi
terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan
ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi
meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).

E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang
dengan masalah pneumonia adalah:
a) Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses.
b) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.

4
c) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
d) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaan.
e) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
f) Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g) Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing. 2.1.7
Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara
lain:
 Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2

F. Kasus Pneumonia pada bayi 2-5 bulan


Disebuah puskemas di pilohayanga, datang seorang ibu bersama bapak membawa
bayi perempuan yang berumur 90 hari, dengan keluhan nafas cepat dan batuk-batuk sudah
dari 3 hari, muntah setelah menyusui tetapi tidak semua di muntahkan, ada bunyi
wheezing, frekuensi nafas 62x/menit, dan suhu badan 38,5 derajat celcius.

5
PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN
BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 BULAN

TANYAKAN PADA IBU MENGENAI MASALAH ANAKNYA


Tanyakan apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut.
 Jika kunjungan pertama, lakukan penilaian sesuai bagan berikut.
- Setelah di lakukan pengkajian pada ibu pasien, dan ibu pasien mengatakan baru
pertama kali berkonsultasi atau berkunjung di rumah sakit

MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM


TANYAKAN : LIHAT dan DENGAR :
 Apakah anak bisa minum atau  Apakah anak rewel atau gelisah,
menyusui? letargis atau tidak sadar?
Setelah dilakukan pengkajian ibu Setelah dilakukan pengkajian pasien
pasien mengatakan bahwa (anak) tampak rewel dan gelisah
anaknya masih menyusui  Apakah anak mengalami kejang saat
 Apakah anak memuntahkan ini?
semua makanan dan atau Setelah dilakukan pengkajian pasien
minuman? (anak) tidak tampak kejang
Setelah dilakukan pengkajian ibu  Apakah terdengar stridor?
pasien mengatakan bahwa pasien Setelah dilakukan auskultasi pada
hanya memuntahkan sebagian pasien (anak) tidak terdengar stridor
ASI  Apakah anak tampak biru (sianosis)?
 Apakah anak pernah kejang Setelah dilakukan pengkajian pasien
selama sakit ini? (anak) tidak tampak kebiruan
Setelah dilakukan pengkajian ibu (sianosis)
pasien mengatakan bahwa pasien  Apakah ujung tangan dan kaki pucat
belum pernah kejang selama sakit dan dingin?
Setelah dilakukan pengkajian ujung
tangan dan kaki pasien (anak) tidak
tampak pucat dan dingin

Perlu
Penanganan
SEGERA
6
6
 Untuk memeriksa stridor anak harus dalam keadaan tenang
Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA.

TANYAKAN KELUHAN UTAMA :


Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas?
JIKA YA,
Klasifikasi
BATUK atau
TANYAKAN : LIHAT, DENGAR dan PERIKSA :
SUKAR
Berapa lama?  Hitung napas dalam BERNAPAS

1 menit
ANAK HARUS
 Lihat apakah ada tarikan TENANG
dinding ke dalam
 Lihat dan dengar adanya
wheezing
 Periksa dengan pulse
oxymeter (jika ada) untuk menilai saturasi oksigen

Umur anak : Napas cepat apabila :


2 bulan - < 12 bulan  50 kali atau lebih per menit
12 bulan - < 5 bulan  40 kali atau lebih per menit

- Rujukan tidak memungkinkan, tangani anak sesuai pedoman nasional rujukan pneumonia
atau sebagai mana pada buku saku tatalaksana anak RS
- Pemberian amoksilin oral untuk 5 hari dapat digunakan pada pasien dengan napas cepat
tanpa tarikan dinding dada kedalam pada daerah HIV meluas / terkonsentrasi.

 Dimaksud dengan RUJUK disini adalah kedokter puskesmas, puskesmas perawatan atau
rumah sakit.

7
PEMBERIAN PELAYANAN TINDAK LANJUT

 Untuk kunjungan ulang, gunakan kotak pelayanan tindak lanjut yang sesuai klasifikasi sebelumnya
 Jika anak mempunyai masalah baru, lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah
baru tersebut seperti pada bagan PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN
TINDAKAN/PENGOBATAN ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PNEUMONIA

Sesudah 3 hari :

Tanyakan :

 Apakah napas lebih lambat?


 Apakah ada tarikan dinding dada ke dalam?
 Apakah nafsu makan anak membaik

Periksa :

 Tanda bahaya umum


 Lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernapas

Tindakan

 Jika ada tanda bahaya umum atau stridor atau tarikan dinding dada ke dalam beri 1 dosis
antibiotik pra rujukan, Selanjutnya RUJUK SEGERA
 Jika napas melambat dan nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotik hingga
seluruhnya 5 hari
 Jika frekuensi napas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan perbaikan atau lebih
buruk, RUJUK SEGERA

8
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) – 2015
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
 Napas cepat PNEUMONIA  Berikan amoksilin 2x sehari selama 3 hari
 Beri pelega tenggorokan pereda batuk yang
aman
 Obati wheezing bila ada
 Apabila batuk > 14 hari atau wheezing
berulang, RUJUK untuk pemeriksaan
lanjutan
 Nasihati kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 3 hari

Apakah anak demam ? Risiko Malaria Tinggi atau Rendah Klasifikasikan DEMAM
(berdasarkan anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu ≥ 37,5◦C
JIKA YA
 Tentukan Risiko Malaria : Tinggi atau rendah atau Tanpa
Risiko
 Jika tanpa risiko, tanyakan : riwayat bepergian ke daerah
malaria dalam 1-2 minggu terakhir, dan tentukan daerah
risiko sesuai tempat yang dikunjungi.

9
TANYAKAN : LIHAT dan PERIKSA :
 Sudah berapa lama  Lihat dan periksa adanya
anak demam? kaku kuduk
 Jika lebih dari 7  Lihat adanya pilek
hari, apakah  Lihat adanya penyebab
demam setiap demam oleh bakteri
hari ?  Lihat adanya tanda-tanda
 Apakah pernah CAMPAK saat ini:
menderita malaria o Ruam kemerahan dikulit
atau minum obat yang menyeluruh DAN
malaria ? o Terdapat salah satu
 Apakah anak tanda berikut: batuk,
menderita campak pilek, mata merah.
dalam jangka
waktu 3 bulan
terakhir?
Risiko Malaria Tinggi
atau Rendah

Klasifikasikan
DEMAM

Tanpa Risiko Malaria dan


tidak ada riwayat
bepergian ke daerah
malaria

10
Gejala Klasifikasi Tindakan / pengobatan
 RDT negatif, ATAU DEMAM MUNGKIN  Beri satu dosis parasetamol untuk
 Ditemukan penyebab BUKAN MALARIA demam ≥ 38,5 °C

demam lainnya  Beri antibiotik yang sesuai untuk


penyebab lain dari demam yang
ditemukan
 Nasihati ibu kapan harus kembali
 Kunjungan ulang dalam 3 hari
jika tetap demam
 Jika demam berlanjut lebih dari 7
hari, RUJUK untuk penilaian
lebih lanjut

10
MEMERIKSA STATUS GIZI

Periksa tanda-tanda Gizi Buruk


LIHAT dan RABA :
 Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung
kaki.
 Tentukan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB)
atau tinggi badan (TB) berdasarkan umur jenis kelamin.
BB/PB (TB) < - 3 SD BB/PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD
BB/PB (TB) antara - 2 SD - + 2 SD
 Ukur LiLA pada anak umur ≥ 6 bulan. Jika BB / PB (TB) <
-3 SD ATAU LiLA < 11,5 cm, maka :
 Periksa salah satu atau lebih dari tanda-tanda komplikasi
medis berikut :
o Apakah ada tanda bahaya umum
o Apakah ada klasifikasi berat
 Jika tidak ada komplikasi medis, lakukan penilaian
pemberian ASI pada anak umur < 6 bulan, apakah ada
masalah pemberian ASI?

Klasifikasikan
STATUS GEJALA
GIZI KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
 BB/PB (TB) antara GIZI BAIK  Jika anak berumur kurang dari 2 tahun,
 2 SD - + 2 SD ATAU lakukan penilaian pemberian makan dan

LiLA ≥ 12,5 cm nasihati sesuai “anjuran Makan Untuk Anak


sehat Maupun Sakit”.Bila ada masalah
pemberian makan kunjungan ulang 7 hari

MEMERIKSA ANEMIA
LIHAT :
 Lihat kepucatan pada telapak tangan.
Klasifikasikan
 Apakah :
ANEMIA
o Sangat pucat?
o Agak pucat?

11
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
 Tidak ditemukan TIDAK ANEMIA  Jika anak < 2 tahun, nilai pemberian
tanda kepucatan pada makanan pada anak. Jika ada masalah
telapak tangan pemberian makan, kunjungan ulang 7 hari

MEMERIKSA STATUS IMUNISASI


Jadwal Imunisasi Imunisasi Dasar ** Umur Jenis Vaksin
0-7 Hari HB 0
1 Bulan BCG, Polio 1*
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio
2
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio
3
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio
4
IPV
9 Bulan Campak

Imunisasi Lanjutan 18 Bulan DPT-HB-Hib


24 Bulan Campak

* Bayi lahir di fasilitas kesehatan, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan

** Jika anak sehat atau sakit ringan dan belum lengkap imunisasi dasarnya maka segera lengkapi
imunisasi dasarnya, KECUALI ANAK AKAN DIRUJUK SEGERA Nasehati ibu kapan harus
kembali untuk mendapat imunisasi berikutnya

PEMBERIAN VITAMIN A

Jadwal suplementasi : Setiap Februari dan Agustus

Umur 6 bulan sampai 11 bulan : 100.000 IU (kapsul biru)

Umur 12 bulan sampai 59 bulan : 200.000 IU (kapsul merah)

Jika seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis sesuai umur

MENILAI MASALAH / KELUHAN LAIN

Pastikan bahwa setiap anak dengan Tanda Bahaya Umum apapun harus dirujuk setelah
mendapatkan dosis pertama antibiotik dan tindakan pra rujukan lainnya.

Pengecualian : Upaya rehidrasi dengan Rencana Terapi C mungkin bisa menghilangkan tanda
bahaya umum sehingga rujukan tidak diperlukan lagi.

12
PENGOBATAN LAKUKAN LANGKAH-LANGKAH DALAM TINDAKAN/PENGOBATAN
YANG TELAH DITETAPKAN DALAM BAGAN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI
MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH
Ikuti petunjuk di bawah ini untuk setiap obat oral yang harus diberikan di rumah Ikuti juga petunjuk
yang tercantum dalam tiap tabel dosis obat
 Tentukan jenis obat dan dosis yang sesuai berdasarkan berat atau umur anak
 Jelaskan alasan pemberian obat
 Peragakan bagaimana cara membuat satu dosis
 Perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri satu dosis
 Mintalah ibu memberikan dosis pertama pada anak bila obat harus diberikan di klinik
 Terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tuliskan pada label obat
 Jika akan memberikan lebih dari satu obat, bungkus setiap obat secara terpisah
 Jelaskan bahwa semua obat harus diberikan sesuai anjuran walaupun anak telah menunjukkan
perbaikan
 Cek pemahaman ibu, sebelum ibu meninggalkan klinik

UNTUK PNEUMONIA, INFEKSI TELINGA AKUT : BERI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN


ORAL YANG SESUAI
BERAT BADAN AMOKSISILIN

2 X sehari selama 3 hari untuk Pneumonia 2 X selama 7 - 10 hari untuk


infeksi telinga akut 2 X selama 5 hari untuk Pneumonia di daerah HIV
Meluas/Terkonsentrasi
TABLET (500 mg) SIRUP per 5 ml (125 mg)
4 - < 6 kg ¼ 5 ml
6 - < 10 kg ½ 10 ml
10 - < 16 kg 2/3 12,5 ml
16 - < 19 kg ¾ 15 ml

13
MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH
Parasetamol untuk Demam Tinggi (³38,5°C) atau Sakit Telinga
PARASETAMOL
Setiap 6 jam sampai demam atau nyeri telinga hilang
UMUR atau BERAT TABLET 500 mg TABLET 100 mg SIRUP 120 mg/5 ml
BADAN
2 bulan - < 6 bulan (4 - 1/8 ½ 2,5 ml (1/2 sdk takar)
< 7 kg)
6 bulan - < 3 tahun (7 - 1/4 1 5 ml (1 sdk takar)
< 14 kg)
3 tahun - < 5 tahun (14 1/2 2 7,5 ml (1½ sdk takar)
- < 19 kg)

MENGAJARI IBU CARA MENGOBATI INFEKSI LOKAL DI RUMAH


 Jelaskan alasan pemberian obat
 Uraikan langkah-langkah pengobatan sebagaimana tercantum dalam kotak yang sesuai
 Amati cara ibu melakukan pengobatan di klinik
 Jelaskan berapa kali dia harus mengerjakannya di rumah
 Berikan obat yang telah digunakan dalam peragaan untuk dilanjutkan di rumah
 Cek pemahaman ibu.

Mengobati Infeksi Mata dengan tetes/Salep Mata


Bersihkan kedua mata, 3 kali sehari.
 Cucilah tangan
 Mintalah anak untuk memejamkan mata
 Gunakan kapas basah untuk membersihkan nanah Berikan obat tetes/salep mata
kloramfenikol/tetrasiklin 3 kali sehari
 Mintalah anak melihat ke atas. Tarik kelopak mata bawah perlahan ke arah bawah
 Teteskan obat tetes mata atau oleskan sejumlah kecil salep di bagian dalam kelopak mata
 Cuci tangan kembali Obati sampai kemerahan hilang Jangan menggunakan salep/tetes
mata yang mengandung kortikosteroid atau memberi sesuatu apapun di mata

14
PEMBERIAN PENGOBATAN INI HANYA DI KLINIK

 Jelaskan kepada ibu mengapa obat tersebut harus diberikan


 Tentukan dosis yang sesuai dengan berat badan dan umur anak
 Gunakan jarum dan alat suntik steril. Ukur dosis dengan tepat
 Berikan obat suntikan intramuskular
 Jika anak tidak dapat dirujuk, ikuti petunjuk yang diberikan

PENGOBATAN UNTUK WHEEZING


Pemberian Bronkodilatator Kerja Cepat (Inhalasi) :
 Salbutamol nebulisasi
 Salbutamol MDI (Metered Doses Inhaler) dengan Spacer
 Bila kedua cara tidak tersedia berikan dengan epinefrin (adrenalin) secara subkutan

 Jika pengobatan inhalasi tidak mungkin diberikan, berikan Bronkodilator Oral

SALBUTAMOL NEBULASI
SALBUTAMOL NEBULASI DOSIS
2,5 mg/ 2,5 ml NaCL 2,5 mg + NaCL 0,9 % hingga 4 - 6ml (sesuai
alat yang dipakai)

 Tuangkan larutan bronkodilator dan 2-4 ml NaCl steril ke bagian dalam nebuliser
 Berikan pada anak saat uap mulai muncul sampai larutan habis
 Berikan setiap 4 jam, lalu kurangi setiap 6-8 jam bila ada perbaikan

15
 Pada kasus berat dapat diberikan setiap jam dalam waktu yang singkat

SALBUTAMOL MDI DENGAN SPACER


Berikan inhalasi salbutamol untuk wheezing
PENGGUNAAN SPACER
Penggunaan spacer adalah cara untuk mengantarkan bronkodilator secara efektif ke dalam
paru-paru.
Anak di bawah 5 tahun sebaiknya tidak diberikan inhaler tanpa spacer. Bila digunakan dengan
benar, spacer bekerja sebaik nebulizer
 Dari salbutamol metered inhaler (100 µg/puff). Berikan 2 puff
 Evaluasi 1 jam pertama setiap 15-20 menit Spacer dapat dibuat dengan menggunakan cara
sebagai berikut
 Gunakan botol minum kemasan 500 ml atau yang sejenis
 Buat lubang pada dasar botol dengan ukuran sama besar dengan mulut inhaler (gunakan
pisau yang tajam)
 Potong botol antara 1/4 bagian atas dan 3/4 bagian bawah lalu pisahkan bagian atas botol
 Buat potongan berbentuk V kecil pada pinggiran bagian terbuka botol untuk menyesuaikan
dengan hidung anak lalu gunakan sebagai masker
 Bakar sudut pinggiran botol dengan lilin agar tidak tajam
 Pada bayi kecil, masker dapat dibuat dengan melubangi gelas plastik (bukan dari bahan
polystyrene). Spacer komersil dapat digunakan jika tersedia.
Menggunakan inhaler dengan spacer :
 Singkirkan tutup inhaler. Kocok inhaler
 Masukkan mulut inhaler melalui lubang dalam botol atau gelas plastik
 Letakkan bukaan botol pada mulut anak dan perintahkan anak untuk bernapas lewat mulut.
Tekan inhaler dan semprotkan salbutamol ke dalam botol sementara anak bernapas normal
 Tunggu sampai 3 atau empat kali napas lalu ulangi
 Untuk anak yang lebih kecil letakan gelas menutupi mulut dan gunakan spacer dengan
cara yang sama

EPINEFRIN SUBKUTAN
EPINEFRIN DOSIS 0,01 ml/kg B
1 : 1000 (0,1%) 0,01 ml/kg BB Dosis maksimal 0,3 ml

16
 Berikan 0,01 ml/kg BB epinefrin subkutan dengan menggunakan spuit 1 ml (spuit BCG)
 Jika setelah 20 menit pemberian tidak ada perbaikan ulangi pemberian epinefrin 1 dosis

Pemberian Bronkodilator Oral Salbutamol Oral 3 Kali Sehari Selama 3 Hari

Umur atau Berat badan Tablet 2 mg Tablet 4 mg

2 bulan - < 12 bulan (< ½ ¼


10 kg)
12 bulan - < 5 tahun 1 ½
(10-19 kg)

Mencegah agar gula darah tidak turun

 Jika anak masih bisa menyusu Mintalah kepada ibu untuk menyusui anaknya
 Jika anak tidak bisa menyusu tapi masih bisa menelan Beri perahan ASI atau susu
formula / air gula 30-50 ml sebelum dirujuk Cara membuat air gula Larutkan 4 sendok
teh (20 gr) gula dalam 200 ml air matang
 Jika anak tidak bisa menelan Beri 50 ml susu formula / air gula melalui pipa orogastrik
Jika tidak tersedia pipa orogastrik, RUJUK SEGERA

KONSELING BAGI IBU


KONSELING PEMBERIAN MAKAN

Menilai Cara Pemberian Makan

Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. Bandingkan jawaban ibu dengan
ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT.

TANYAKAN :

1. Apakah ibu menyusui anak ini?


- Berapa kali sehari?
- Apakah ibu menyusui juga pada malam hari?
2. Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
- Makanan atau minuman apa?
- Berapa kali sehari?
- Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
3. Jika anak gizi kurang atau gizi buruk tanpa komplikasi :
- Berapa banyak makanan/minuman yang diberikan kepada anak?
- Apakah anak mendapat porsi sendiri?
- Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
- Makanan apa yang tersedia di rumah?
4. Selama anak sakit, apakah pemberian makanan berubah? Bila ya, bagaimana?

17
ANJURAN MAKAN UNTUK ANAK SEHAT MAUPUN SAKIT
Neonatus sampai umur 1 Umur 1 Umur 6 sampai Umur 9 sampai 12 Umur 12 bulan Umur 2 tahun
minggu minggu 9 bulan bulan sampai 2 tahun lebih
sampai 6 bulan
 Segera setelah lahir,  Berikan ASI  Berikan ASI  Berikan ASI  Berikan ASI  Berikan variasi
letakkan bayi di dada sesuai sesuai sesuai keinginan sesuai makanan
ibu (ada kontak kulit keinginan keinginan bayi bayi keinginan bayi keluarga,
ibu dan bayi) bayi. Lihat  Mulai berikan  Berikan variasi  Berikan variasi termasuk
 Berikan kesempatan tanda-tanda makanan makanan yang makanan yang sumber
bayi untuk menyusu kelaparan, tambahan dilumatkan atau dilumatkan atau makanan
dalam satu jam pertama. seperti mulai ketika anak makanan keluarga makanan hewani dan
Berikan kolostrum, asi rewel, berusia 6 yang dihaluskan, keluarga yang buahbuahan
pertama yang berwarna menghisap bulan termasuk sumber dihaluskan, kaya vitamin A,
kekuningan dan kental, jari, atau  Berikan juga makanan hewani termasuk serta sayuran
pada bayi. Kolostrum menggerak- bubur kental dan buah-buahan sumber  Berikan
dapat menjaga bayi dari gerakan atau makanan kaya vitamin A, makanan setidaknya 1
banyak penyakit. bibir. yang serta sayuran hewani dan mangkuk setiap
 Berikan ASI siang dan  Berikan ASI dilumatkan  Berikan 1/2 buah-buahan kali makan (250
malam, sesuai siang dan dengan halus, sampai 3/4 kaya vitamin A, ml)
keinginan bayi, malam, termasuk mangkuk setiap serta sayuran  Berikan 3-4 kali
sedikitnya 8 kali dalam sesuai sumber makan (1  Berikan 3/4 setiap hari
24 jam. Menyusui keinginan makanan mangkuk = 250 mangkuk  Tawari 1-2 kali
dengan sering, bayi, hewani dan ml) sampai 1 makanan
menyebabkan produksi sedikitnya 8 buah-buahan  Berikan 3-4 kali mangkuk setiap selingan di
ASI lebih banyak. kali dalam kaya vitamin setiap hari makan (1 antara waktu
 Jika bayi kecil (berat 24 jam. A, serta mangkuk = 250
 Tawari 1 atau 2 makan
Menyusui sayuran. ml)
lahir rendah), susui kali makanan  Jika anak
setidaknya setiap 2 dengan  Mulai dengan  Berikan 3-4 kali
selingan antara menolak
sampai 3 jam. Jika bayi sering, memberikan setiap hari
waktu makan. makanan baru,
menyebabka
tidur, bangunkan bayi 2-3 sendok Anak akan  Tawari 1 atau 2 tawari untuk
untuk menyusu setelah n produksi makan memakannya jika kali makanan mencicipi
3 jam. ASI lebih makanan. lapar selingan antara beberapa kali.
banyak.
 Jangan berikan Mulai dengan  Untuk makanan waktu makan. Tunjukkan
makanan atau minuman  Jangan pengenalan Anak akan bahwa Ibu juga
selingan, berikan
lain selain ASI. ASI lah berikan rasa. memakannya menyukai
makanan dengan
yang bayi perlukan makanan Tambahkan jika lapar makanan
potongan kecil
atau

18
minuman secara yang dapat  Lanjutkan tersebut.
lain selain bertahap dipegang atau memberi makan Bersabarlah.
ASI. ASI lah sampai 1/2 makanan yang anak dengan  Bicara pada
yang bayi mangkuk diirisiris. Biarkan pelan-pelan dan anak selama
perlukan (1mangkuk = anak mencoba sabar. Dorong memberi makan
250 ml) untuk memakan anak untuk dan jaga kontak
 Berikan 2-3 makanan makan, tapi mata dengan
kali setiap hari selingannya jangan anak.
 Berikan 1-2 sendiri, beri memaksa
kali makanan bantuan jika anak

selingan membutuhkan.

antara waktu
makan jika
anak terlihat
lapar

Menasihati Ibu tentang Masalah Pemberian Makan

 Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan "Anjuran Makan untuk Anak Sehat Maupun
Sakit":
- Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak
 Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling menyusui:
- Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda)
- Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar
- Jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai
 Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau makanan lain:
- Anjurkan ibu untuk relaktasi:
- Bangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi ASI sesuai kebutuhan anaknya
- Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang, maupun malam
- Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
 Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk memberikan susu pada
anaknya
- Minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/mangkuk/gelas
- Peragakan cara memberi susu dengan cangkir/mangkuk/gelas
- Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai kelompok umur
 Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:
- Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi anak
- Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring/mangkuk tersendiri sesuai dengan
kelompok umur
- Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak
 Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:
- Beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit
- Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai 18 kelompok umur dan kondisi anak
KAPAN HARUS KEMBALI
Menasihati Ibu Kapan Harus Kembali Ke Petugas Kesehatan

KUNJUNGAN ULANGKAPAN HARUS KEMBALI SEGERA


Nasihati ibu untuk datan kembali sesuai waktu
yang paling awal untuk permasalahan anaknya

a. Kunjungan Ulang Pas Pada Anak


Kunjungan Ulang
dengan :
1. PNEUMONIA
3 hari
2. DISENTRI
3 hari
3. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
3 hari
PADA MATA ATAU MULUT
4. DIARE PERSISTEN
3 hari
5. INFEKSI TELINGA AKUT
5 hari
6. INFEKSI TELINGA KRONIS
5 hari
7. MASALAH PEMBERIAN MAKAN
7 hari
8. GIZI BURUK TANPA
7 hari
KOMPLIKASI
14 hari
9. ANEMIA
30 hari
10.GIZI KURANG
b. Kunjungan Ulang Tidak Pas Pada
Kunjungan Ulang
Anak dengan :
1. BATUK BUKAN PNEUMONIA, Jika 5 hari
dak ada perbaikan
2. DIARE DEHIDRASI 3 hari
RINGAN/SEDANG, Jika dak ada
perbaikan
3. DIARE TANPA DEHIDRASI, Jika 3 hari
dak ada perbaikan
4. DEMAM : MALARIA, jika tetap 3 hari
demam
5. DEMAM : MUNGKIN BUKAN 3 hari
MALARIA, jika tetap demam
6. DEMAM : Bukan Malaria, jika tetap 2 hari
demam
7. MUNGKIN DBD, jika tetap demam 1 hari

19
8. DEMAM : Mungkin bukan DBD, jika
tetap demam 2 hari
c. Kunjungan berikutnya untuk Anak Sehat : Nasiha ibu kapan
harus membawa anaknyakembali untuk imunisasi dan Vit A
berikutnya sesuai JADWAL YANG DITETAPKAN

Nasihati Ibu agar kembali segera bila ditemukan


tanda-tanda sebaga berikut
 Tidak bisa minum atau
menyusu
Setiap anak sakit
 Bertambah parah
 Timbul demam
Anak dengan Batuk :  Napas cepat
Bukan Pneumonia  Sukar bernapas
juga kembali jika :
 Tinja campur darah
Jika anak DIARE,
 Malas minum
juga kembali jika

Jika anak :  Ada tanda-tanda


MUNGKIN, DBD perdarahan
atau DEMAM  Ujung ekstremitas
MUNGKIN BUKAN dingin
DBD, juga kembali  Nyeri uluh hati atau
jika : gelisah
 Ada penurunan
kesadaran
 Muntah yang terus
menerus
 Pada hari ke 3-5 saat
suhu turun dan anak
tampak lemas

19
Menasihati Ibu tentang Kesehatan Menasihati tentang Penggunaan Kelambu untuk Pencegahan
Dirinya malaria

 Jika ibu sakit, berikan perawatan  Ibu dan anak tidur menggunakan kelambu
untuk ibu atau RUJUK  Kelambu yang tersedia, mengandung obat anti nyamuk yang
 Jika ibu mempunyai masalah dapat membunuh nyamuk tapi aman bagi manusia
payudara (misalnya: bengkak, nyeri  Gunakan kelambu pada malam hari, walaupun diduga tak ada
pada puting susu, infeksi payudara), nyamuk
berikan perawatan atau RUJUK  Gunakan paku dan tali untuk menggantung kelambu
untuk pertolongan lebih lanjut  Ujung kelambu harus ditempatkan di bawah kasur atau tikar
 Nasihati ibu agar makan dengan  Cuci kelambu bila kotor, tapi jangan lakukan di saluran air
baik untuk menjaga kesehatan atau di sungai, karena obat anti nyamuk tidak baik untuk ikan
 Periksa status imunisasi ibu, jika  Perhatikan juga hal berikut :
dibutuhkan berikan imunisasi - Jangan menggantung pakaian di dalam kamar tidur
tetanus Toksoid (TT) - Jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan
 Pastikan bahwa ibu memperoleh panjang dan celana/rok panjang
informasi dan pelayanan terhadap: - Bila memungkinkan, semprot kamar tidur dengan obat anti
- Program Keluarga Berencana nyamuk dan oleskan obat anti nyamuk saat bepergian
- Konseling perihal Penyakit - SEGERA BEROBAT BILA ANAK DEMAM
Menular Seksual dan
Pencegahan HIV/AIDS

 Berikan Konseling tambahan jika


ibu HIV-positif
 Yakinkan kembali ibu bahwa
pengobatan teratur dapat mencegah
penyakit yang serius serta dapat
menjaga kesehatan ibu dan anaknya
 Tekankan pentingnya higiene yang
baik dan pengobatan penyakit lebih
awal

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan Laporan dan Kasus diatas maka di ambil Kesimpulan bahwa :
1. Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia
padabalita.
2. Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian pneumonia padabalita.
3. Ada hubungan antara keadaan fisik rumah ( ventilasi, kelembaban udara, dan
kepadatan hunian ) dengan kejadian pneumonia pada balita.

B. SARAN
1. Kepada tenaga kesehatan untuk memahami faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan mengedukasi kepada orang tua
balita tentang pemenuhan gizi yang baik, manfaat pemberian ASI eksklusif dan
makanan pendamping ASI, pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap, serta
lingkungan rumah yang memenuhi syarat, sebagai pencegahan untuk mengurangi
jumlah penderita dan menurunkan angka kematian pneumonia pada balita.

2. Kepada orang tua balita agar lebih memperhatikan asupan makanan pada anak
untuk pemenuhan gizi yang optimal, imunisasi lengkap dan tepat waktu,
memberikan ASI secara eksklusif 6 bulan pertama, dan memperbaiki kondisi
lingkungan rumah, dengan menjaga kebersihan dalam rumah, memperbaiki
ventilasi rumah untuk menjaga aliran udara di dalam rumah agar tetap segar ,
membuka jendela di pagi hari, membersihkan lantai agar tidak berdebu, khususnya
pada musim kemarau dan pada musim penghujan menjaga lantai agar tidakbasah.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_MTBS_2015_(Semester_6).pdf

file:///C:/Users/VERA/Downloads/BAGAN-MTBS_8-Juni-2015.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP
%20PNEUMONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%29%

22

Anda mungkin juga menyukai