46
JVK 6 (1) (2020) hlm. 46 - 51
47
Rahayu dkk, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Putri
informasi. Selain itu, sekolah tersebut belum pernah sebesar 93,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh vari-
dilakukan penelitian mengenai faktor – faktor yang abel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
mempengaruhi status gizi. Tabel 2. Hasil analisis F hitung pengaruh faktor-faktor
Teknik sampling yang digunakan menggunakan tersebut terhadap status gizi
simple random sampling, dimana setiap unsur pop-
ulasi memiliki kesempatan sama untuk bisa dipilih Variabel F
menjadi sampel, sehingga sampel yang terpilih di- Pola makan, aktivitas fisik, body image, 2,711
harapkan dapat mewakili populasi. Jumlah sampel dan depresi terhadap status gizi
yang diambil adalah 151 orang. Kriteria sampel pene- Sumber: Data Primer
litian adalah sebagai berikut : Berdasarkan tabel diperoleh F hitung 2,711.
Responden berjenis kelamin wanita dan ada Sedangkan dengan menggunakan tingkat keyakinan
pada saat penelitian 95%, hasil yang diperoleh untuk F tabel sebesar 2,434,
Responden dalam keadaan sadar dan sehat jasm- sehingga didapatkan nilai F hitung>F tabel maka Ho
ani-rohani ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara
Bersedia menjadi responden dengan menanda- pola makan, aktivitas fisik, body image, dan depresi
tangani lembar persetujuan. secara bersama-sama terhadap status gizi remaja pu-
tri. Jadi dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pen- pola makan, aktivitas fisik, body image, dan depre-
garuh secara signifikan antara pola makan, aktivitas si secara bersama-sama berpengaruh terhadap status
fisik, body image, dan depresi secara bersama-sama gizi remaja putri.
terhadap status gizi remaja putri Konsumsi gizi pada seseorang dapat menentu-
kan tercapainya derajat kesehatan yang dapat dise-
Hasil dan Pembahasan but status gizi, pola makan yang benar sangat mem-
pengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pen- Menurut Kementerian Kesehatan (2011), faktor yang
garuh secara bersama-sama antara pola makan, aktiv- cukup dominan yang menyebabkan keadaan status
itas fisik, body image, dan depresi dengan status gizi gizi kurang ialah perilaku memilih dan memberikan
remaja putri. makanan yang tidak tepat kepada anggota keluarga
Tabel 1. Hasil analisis pengaruh faktor-faktor terse- termasuk remaja putri.
but terhadap status gizi Pada dasarnya status gizi seseorang ditentukan
berdasarkan konsumsi makanan dan kemampuan tu-
Variabel R R Square buh dalam menggunakan zat-zat makanan tersebut.
Pola makan, aktivitas fisik, body 0,263 0,069 Status gizi normal menunjukkan bahwa kualitas dan
image, dan depresi terhadap kuantitas makanan yang telah memenuhi kebutuhan
status gizi tubuh. Seseorang yang berada di bawah ukuran berat
Sumber: Data Primer badan normal memiliki risiko terhadap penyakit in-
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bah- feksi, sedangkan seseorang yang berada di atas uku-
wa nilai R 0,263. Menurut Sugiyono (2010), nilai R ran normal memiliki risiko tinggi penyakit degenera-
berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 tif. Oleh karena itu, diharapkan lebih memperhatikan
berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebalikn- asupan makanan yang dikonsumsi. Sebaiknya memi-
ya nilai semakin mendekati 0 berarti hubungan yang lih jenis makanan yang sehat dan bergizi sehingga
terjadi semakin lemah. Jika koefisien korelasi antara dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Amsi &
0,20 – 0,399 hubungan yang terjadi rendah. Hal ini Muhajirin, 2011).
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh
antara pola makan, aktivitas fisik, body image, dan yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara seder-
depresi terhadap status gizi remaja putri. hana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik,
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R2 (R mental dan kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang
Square) sebesar 0,069 atau (6,9%). Hal ini menun- kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh
jukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh pola terhadap kondisi tubuh seseorang, bila kalori yang
makan, aktivitas fisik, body image, dan depresi terh- masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktiv-
adap status gizi remaja putri sebesar 6,9%. Atau den- itas fisik maka akan memudahkan orang mengalami
gan kata lain, variasi pola makan, aktivitas fisik, body kegemukan. Meningkatnya kesibukan menyebabkan
image, dan depresi mampu menjelaskan sebesar 6,9% seseorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup
variasi status gizi remaja putri, sedangkan sisanya untuk berolahraga secara teratur (Marmi, 2013).
48
JVK 6 (1) (2020) hlm. 46 - 51
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan ini menunjukkan bahwa stres mempunyai peran yang
bahwa penurunan aktivitas fisik berhubungan dengan penting pada kejadian underweight dan overweight
peningkatan lingkar pinggang. Mustelin et al. (2009) serta pada energi dan item makanan yang dikonsumsi
menemukan bahwa terdapat hubungan kuat antara ak- (Sanlier & Unusan, 2006).
tivitas fisik dan lingkar pinggang. Hanley et al (2000) Akan tetapi apabila dianalisis lebih dalam lagi,
menjelaskan bahwa tingginya aktivitas fisik memiliki pengaruh keempat faktor (pola makan, aktivitas fisik,
potensi perlindungan melawan obesitas dengan me- body image, dan depresi) bernilai rendah. Berdasar-
melihara keseimbangan energi dan mencegah penum- kan hasil penelitian diperoleh angka R2 (R Square)
pukan jaringan lemak yang berlebihan. Aktivitas fisik sebesar 0,069 atau (6,9%). Hal ini menunjukkan
secara nyata memodifikasi efek dari faktor genetik bahwa persentase sumbangan pengaruh pola makan,
seseorang. Peningkatan aktivitas fisik lebih berhubu- aktivitas fisik, body image, dan depresi terhadap sta-
ngan secara nyata dengan lingkar pinggang daripada tus gizi remaja putri sebesar 6,9%. Atau dengan kata
IMT. lain, variasi pola makan, aktivitas fisik, body image,
Adanya perubahan fisik yang dialami oleh rema- dan depresi mampu menjelaskan sebesar 6,9% varia-
ja dapat dapat mempengaruhi body image individu. si status gizi remaja putri, sedangkan sisanya sebesar
Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi 93,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutn- yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
ya ideal akan memunculkan ketidakpuasan terhadap Rendahnya pengaruh secara bersama – sama
tubuhnya sehingga dapat mempengaruhi harga diri variabel pola makan, aktivitas fisik body image dan
seseorang. Karena body image yang positif akan depresi terhadap status gizi remaja putri menjelas-
meningkatkan nilai diri (self worth) seseorang, per- kan bahwa masih terdapat faktor lain yang secara
caya diri (self confidance) serta mempertegas jati diri langsung dapat mempengaruhi status gizi remaja pu-
pada orang lain maupun dirinya sendiri, dan dari ke- tri. Menurut Almatsier, (2010) status gizi remaja ber-
semuanya itu akan mempengaruhi harga diri seseo- hubungan dengan berbagai macam faktor yang mem-
rang (Henggaryadi, 2012). Kepedulian terhadap body pengaruhinya, diantaranya adalah faktor penyebab
image – bagaimana seseorang memandang dirinya langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor
sendiri – seringkali dimulai saat pertengahan kanak- penyebab langsung terdiri dari asupan makanan dan
kanak atau lebih dini, dan makin kuat di masa remaja, penyakit infeksi. Sedangkan faktor penyebab tidak
dan dapat mengakibatkan usaha obsesif untuk men- langsung terdiri dari aktifitas fisik, faktor individu
gendalikan berat badan (Papalia, 2009). (umur, jenis kelamin, pengetahuan remaja), faktor
Stres diketahui juga dapat menyebabkan gang- keluarga (pendidikan dan pendapatan orang tua), ling-
guan makan, baik berupa nafsu makan berkurang atau kungan sekolah dan teman sebaya, dan media massa
meningkat (Tirta dkk, 2010). Dalam keadaan terten- Tingkat konsumsi zat gizi seperti energi, protein.
tu, stres, tugas beban kerja tinggi terjadi peningkatan Hasil penelitian Hendra (2016) didapatkan bah-
asupan energi, lemak, karbohidrat dan protein, yang wa faktor riwayat keturunan juga mempunyai peran
ditunjukkan dengan perbedaan rata-rata asupan ener- yang cukup besar terhadap terjadinya status gizi pada
gi (Chaput & Tremblay, 2007). Asupan makan meru- remaja. Hal ini menjelaskan bahwa faktor genetik
pakan faktor yang berpengaruh langsung secara linier juga mempunyai peran dalam mempengaruhi status
dalam menentukan status gizi seseorang. Konsumsi gizi remaja. Remaja yang memiliki status gizi lebih/
makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang kurang cenderung memiliki orang tua yang status giz-
(Saniawan, 2009). Pada keadaan depresi, seseorang inya relatif sama dengan anaknya.
cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar, Selain faktor riwayat keturunan, faktor pola
seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan hidup dan lingkungan juga mempengaruhi status gizi
istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan ber- remaja putri. Kemajuan teknologi masa kini mem-
langsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, buat para remaja lebih sering menghabiskan waktu
seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang dengan duduk berjam-jam memainkan smartphone,
berakibat pada penurunan status gizi (Bonnie et al., main komputer dan juga menonton TV. Hal ini ten-
2000). Hubungan yang signifikan antara status depr- tu saja dapat mempengaruhi status gizi pada remaja
esi dengan status gizi ini sejalan dengan penelitian putri. Dalam penelitian Ervina (2010) juga dijelaskan
sebelumnya yang dilakukan di Turki yang menyata- bahwa pola asuh orang tua seperti kepercayaan dan ri-
kan bahwa stres yang diukur dengan menggunakan wayat keluarga yang memandang tubuh ideal sebagai
instrumen stress symptom scale, stress related factors, bagian penting serta pengaruh dari peer group dimana
susceptibility to stress scale dan total score berhubu- didapatkan dari pergaulan dengan teman sebaya dapat
ngan secara bermakna dengan indeks massa tubuh, mempengaruhi status gizi remaja putri.
asupan energi, dan zat-zat gizi sehari-hari. Penelitian
49
Rahayu dkk, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Putri
50
JVK 6 (1) (2020) hlm. 46 - 51
51