TUJUAN IV LINE
Tambahan dari buku blok skillslab, intravena infusion digunakan untuk beberapa indikasi :
Saat akan memulai prosedur ini, jangan lupa untuk menjelaskan tujuan, prosedur pemasangan, dan
keterangan lainnya serta yang paling penting meminta informed consent dari pasien. Kecuali pada
kondisi gawat darurat dimana pasien tidak bisa memberikan informed consent, maka bisa
ditanyakan pada keluarga.
Prosedur pemasangan iv line, setelah penjelasan tujuan, prosedur dan meminta informed consent
pasien. Lalu, pasien ditempatkan dengan nyaman, lepaskan pakaian/kain yang menghalangi pada
lokasi yang akan dipasang iv line. Kemudian cari vena yang akan kita akses. Beberapa hal yang
diperhatikan untuk mencari vena adalah kita lebih berfokus pada “feel” yaitu merasakan/ perasaan
untuk mencari si pembuluh vena, bukan dengan penglihatan. Kemudian bisa juga dengan
mengompres dengan air hangat agar vasa terdilatasi dan mudah terlihat atau dengan cuff
tensimeter diinflasikan 10 mmHg dibawah tekanan sistolik yang sebelumnya sudah kita ketahui (cara
dengan cuff ini membuat agar aliran di vena terbendung karena sudah vasokonstriksi, tetapi tidak
mengganggu arterial flow). Dapat pula menggunakan latex tourniquet (khusus untuk pasien yang
tidak ada alergi latex) dan cara ini lebih bagus untuk memberikan kongesti pada vena. Dan
diutamakan untuk melakukan venipuncture pada vasa yang lebih distal yang memungkinkan, hal ini
dimaksudkan agar ketika terjadi vasa pecah kita bisa melakukan venipuncture di bagian yang lebih
proksimal lagi dan seterusnya (karena distal vasa yang pecah tadi ga boleh digunakan, jadi harus ke
proksimal. Nah kalo sejak awal kita pasang di daerah proksimal banget misalnya lengan nanti kalo si
vasa pecah mau di pasang infus dimana lagi -.-). Mencari vena yang paling distal tadi diutamakan
pada kasus untuk maintanance, tetapi pada kasus resusitasi cepat sebaiknya kita justru cari vena
yang tidak terlalu distal seperti vena cephalica atau vena basilica, atau bisa juga langsung ke vena
femoralis atau vena jugularis. Gunakan ukuran abbocath yang paling pendek dan disesuaikan dengan
diameter vasa yang akan kita masukkan.
Untuk ukuran abbocath digunakan nomor 18G-24G untuk infusion atau nomor 16G-20G untuk
transfusi darah. Jika untuk indikasi operasi/ pasien yang akan dioperasi biasanya menggunakan
abbocath nomor 18G-20G, dan rata-rata untuk orang Asia menggunakan nomor 18G. Untuk
pediatric atau pasien anak, biasanya menggunakan nomor 22G-24G. Nomor abbocath ini dapat juga
diidentifikasi dari warna.
Karena HSC kita fotokopian aku kasih keterangan warnanya ya (kiri-kanan) : merah (14G), cokelat
(16G), hijau (18G), pink (20G), biru (22G), kuning (24G), putih (26G). (makin besar nomor, makin kecil
diameter).
Micro dan macro set biasa digunakan untuk maintanance, sedangkan transfusion untuk transfusi
darah/resusitasi cepat.
Hindari area sendi (joint flexion), area luka, distal lokasi venipuncture sebelumnya, sklerosis,
phlebotic vessel, atau pada bifurcatio vessel.
VENA-VENA EKSTREMITAS ATAS
- Digital vessel : sepanjang aspek lateral jari, mudah infiltrasi, nyeri (karena dekat dengan
periosteum), sulit dilakukan imobilisasi, dan menjadi pilihan terakhir. Ini merupakan vena
paling dihindari dan paling distal, bila terjadi gangguan aliran darah bisa terjadi nekrosis.
- Metacarpal vessel : lokasi antara sendi dan tulang metacarpal, dibentuk dari vena digitalis.
Pada pasien geriatri daerah ini sulit digunakan karena sudah banyak kehilangan jaringan ikat
dan jaringan adiposa/lemak serta turgor kulit yang juga menurun, jadi venanya suka “lari”.
- Cephalic (intern’s vein) : dimulai dari aspek radial dari pergelangan tangan, dapat diakses
dimanapun di sepanjang vena tersebut (hati-hati terhadap a/n radialis).
- Medial cephalic (“on ramp” to cephalic vein) : berrgabung dengan cephalic di bawah siku,
bisa menggunakan gauge catheter yang lebih besar, tetapi akan sulit menentukan sudut
untuk memasukkan dan mempertahankannya.
Contoh : A unit of blood is prescribed to run over 4 hours; The giving set has a drop factor of 20
gtt/ml. What is the drip rate (drops /min) ?
Untuk perhitungannya langsung dimasukkan ke rumus aja, untuk waktu dari satuan jam kita
ubah ke menit.
= x
= = 33 gtt/menit
*)Pada setting klinis agar memungkinkan untuk menghitung tetes/menit, maka hasilnya harus
merupakan angka yang bisa dibagi 4 – pada kasus di atas maka kita akan mengatur drip rates 32
tetes/menit.
CONVERTING DRIP RATE (gtt/menit) ke (ml/jam)
Hal ini penting diketahui karena bisa dibutuhkan ketika merawat pasien yang kritis untuk
mengetahui infusion rate dalam ml/jam digunakan untuk mengatur pompa infus (biasanya dalam
ml/jam) dan ketika menghitung fluid balance.
Contoh : What is the transfusion rate in ml /hour of a blood transfusion being run at 40
drops/minute through a giving set with drop factor of 20 gt/ml?
Jika ada 40 tetes dalam 1 menit, maka dalam 1 jam (60 menit) :
*) Cara cepat menghitung drip rates (gtt/menit) dengan mengetahui drop factor constan!
Kita coba kerjakan soal pertama tadi dengan ringkasan rumus ini ya
1 unit darah (volume = 400 ml) dalam 4 jam, berarti volume dalam 1 jam adalah 400/4 = 100
ml.
Drop factor 20 gtt/ml, berarti drop factor constant adalah 3.
Yuk, dimasukin ke rumus :
Soal :
1. You are asked to set up a 1litre normal saline infusion to run over 10 hours. The giving set
has a drop factor of 20 gtt / ml. what rate will you set the drip at in drops/minute?
2. Administer 125 mL per hour IV with 20 drops per mL infusion set!
*soal2 ini aku ambil dari slide, hehe karena takut salah kalo bikin sendiri. Ayo dicoba rumus
cepatnya trus dicocokin dengan jawaban dokternya yaa
MACAM CAIRAN INFUS
1. CRYSTALLOID
- Komposisi mirip ECF (extracelluler fluid)
- Merupakan aqueous solution dari low molecular weight ion (salt) dengan atau tanpa
glukosa. Cairan bening terdiri dari air dan elektrolit.
- Dapat menembus membran semipermeable
- Half time di intravaskular : 20-30 menit
- Sebagai cairan resusitasi untuk pasien shock hemorrhagic dan septic, burn patient, pada
pasien head injury untuk mempertahankan cerebral perfusion pressure dan pada pasien
yang sedang menjalani plasmapharesis dan hepatic resection.
- Contoh : normal/hipotonic/hipertonic saline solution, dextrose solution, ringer’s lactate, dan
Hartmann’s solution).
2. COLLOID
- Tidak mudah menembus membran semi-permeable, seperti pada membran kapiler.
- Aktifitas osmotik dari substansi high molecular weight pada koloid menjaga cairan ini tetap
di intravaskular, sehingga pada fase awal infus cairan ini sebagian besar akan bertahan di
dalam vasa.
- Half time intravascular : 3-6 jam
- Bisa keluar dari spatium intravena jika terjadi perubahan pada permeabilitas kapiler, seperti
pada trauma atau sepsis).
- Gold standard untuk i.v resusitasi.
- Karena kandungan substansi gelatinous maka bisa menyebabkan disfungsi platelet dan
bereaksi dengan fibrinolisis dan faktor koagulasi (f VIII) sehingga jika diberikan dalam volume
besar bisa menyebabkan koagulopati yang signifikan.
- Contoh : Albumin, Dextrans, Hydroxyethyl starch [HES]; Haemaccel and Gelofusine.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI CRYSTALLOID DAN COLLOID