Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP EMOSI DAN STRESS

KELOMPOK 4:

1. FLORANTY MARIA KELEN (P07220120019)


2. STEFANIE DEWI PUTRI N.W. (P07220120041)
3. NUR PUTRI AINA (P07220120032)
4. NADYA LATIFAH OKTAVIA (P07220120031)
5. AUDINI TATIARY (P07220120008)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara
berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa
pada kosekuensi di bidang kesehatan  fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang
selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu,
merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur
tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita
harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga
manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Sumber gangguan jasmani (somatic) maupun psikologis adalah stress.
Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi
pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan
maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan
dengan kehidupan modern  dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber
gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress
berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut
menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari,
karena merupakan bagian dari kehidupan.

B.   Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apakah yang disebut emosi ?
2.    Apakah yang dimaksud stress ?
C.  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam makalah ini
kami hanya membatasi seputar masalah emosi, dan stress.

D.  Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1.    Mengetahui pengertian emosi, komponen emosi, afek dan emosi, serta sakit
mental karena gangguan emosi.
2.    Mengetahui pengertian stress, penggolongan stress, kemampuan individu
menahan stress, sumber stress psikologis, tahapan stress, reaksi-reaksi terhadap
stress, dan cara mengendalikan stress.

E.   Manfaat Penulisan


1.    Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan.
2.    Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan
melakukan penyusunan makalah dengan topik yang sama.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Emosi
Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak
komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama”(Maramis, 1990).
Sedangkan menurut Bimo Walgito, 1989 emosi adalah suatu keadaan perasaan
yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan
sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci
cinta, antusias, bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada
kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila
individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan pada gejala kejasmanian yang
tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.
1.    Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a.    Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik,
misalnya bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar.
b.    Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau
negatif, misalnya kegembiraan saat diterima disalah satu Perguruan Tinggi
ternama.
c.    Ekspresi wajah, apabila merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengerutkan
dahi atau kelopak mata menutup sedikit.
d.    Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira
hinggah meneteskan air mata

2.    Afek dan Emosi


Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa
dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Biasanya afek disertai reaksi jasmaniah,
yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan pernapasan bisa cepat atu menjadi
lemah. Dan emosi merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala
kejasmanian itu. Contohnya, orang yang sedang marah akan mengambil,
melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai dengan muka merah,
tekanan darah meningkat, dan tubuhnya gemetar.
Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek-aspek
yang lain pada manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling
memengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu.
Jenis gangguan afek dan emosi yaitu :
a.    Defresi atau melankolis
      Ciri-ciri psikologik misalnya, sedih, susah, murung, rasa tak berguna, kehilangan,
gagal, putus asa, dan penyesalan yang patologis.
      Ciri-ciri somatik, misalnya anoreksia, konstipasi, dan kulit menjadi  lembab atau
dingin.
b.    Kecemasan (ansietas)
      Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman,
takut, dan lekas terkejut.
      Ciri-ciri somatik, misalnya debaran jantung yang cepat atau keras (palpitasi),
keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, dan peristaltik
bertambah.

3.    Sakit mental karena gangguan emosi


Biasanya sakit mental karena gangguan emosi terkait dengan neurosis, yaitu
kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya
suatu konflik tak sadar. Sakit mental karena gangguan emosi antara lain :
a.    Neurosis cemas, yaitu kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu
yang tidak ada kaitannya dengan keadaan atau benda, tetapi mengambang bebas.
Gejalanya :
  Faktor somatik, misalnya nepas sesak, linu, lekas capek, dada tertekan, keringat
dingin, dan palpitasi.
  Faktor psikologik, misalnya perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat
terputus-putus.
b.    Neurosis histerik, yaitu fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki.
Gejalanya : kejang – kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, dan stupor.
c.    Neurosis fobik, yaitu adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda dan
keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.
d.    Neurosis depresi, yaitu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat semakin
berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan
makan. Biasanya hal ini berakar pada rasa salah yang tidak disadari.

B.   Stress
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan
begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola
hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola
hidup sosial religius berubah individualistis, materialistis, dan sekuler, pola hidup
produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah serta ambisi karier yang menganut
asas moral dan etika hukum.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor
psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan
dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya
1.    Pengertian stress
      Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,
Dep.Kes.RI, 1989)
      “Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang
menimbulkan suatu ketegangan daqlam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan. 1987)
      “Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)
      “Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)
Jadi, secara umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap
situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, dan  ketegangan emosi.
2.    Penggolongan stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari
penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a.    Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.    Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
c.    Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d.    Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.    Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f.     Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.    Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2.    Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.

Stress dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikoedukatif/sosio


kultural. Faktor frisiologis berupa herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,
neurofsilogik, dan neurohormonal. Sedangkan faktor psikoedukatif/sosio kultural
berupa perkembangan kepribadian, dan kondisi lain yang memengaruhinya.

3.    Kemampuan individu menahan stress


Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan
stress. Hal tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu
intensitas, lokal, lamanya, dan umum.  Selain itu juga pada sifat individu yang
terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress
apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.    Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress
dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut :

      Cita-citanya tinggi (ambisius)


      Agresif
      Suka bersaing yang kurang sehat
      Banyak jabatan rangkap
      Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah
mengalami ketegangan, dan kurang sabar
      Terlalu percaya diri (over confident)
      Self kontrol kuat
      Terlalu waspada
      Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
      Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
      Cakap dalam memimpim (leader)
      Tipe kepemimpinan otoriter
      Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
      Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
      Disiplin waktu yang ketat
      Kurang rileks dan serba terburu-buru
      Kurang atau bahkan tidak ramah
      Tidak mudah bergaul
      Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
      Sulit dipengaruhi
      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
      Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
      Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

b.    Tipe yang kebal (immune)


Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya
sebagai berikut :
      Cita-cita atau ambisinya wajar
      Berkompetensi secara sehat
      Tidak agresif
      Tidak memaksakan diri
      Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar, dan tenang
       Kewaspadaan wajar
      Self control wajar
      Self confident wajar
      Cara bicara tenang
      Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
      Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
      Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
      Mudah bekerja sama (kooperatif)
      Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
      Bersikap ramah
      Mudah bergaul
      Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
      Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
      Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
      Mampu menahan dan mengendalikan diri

4.    Sumber stress psikologis


Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress
psikologis, sebagai berikut :
a.    Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang.
Frustasi ada yang bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan
ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan
ekonomi, perselingkuhan, pengangguran, dan lain-lain).
b.    Konflik
Hal ini ditimbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan.
c.    Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu maupun dari luar diri individu.
d.    Krisis
Krisis adalah keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada
individu. Keadaan stress dapat terjadi oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya
frustasi, konflik dan tekanan.

5.    Tahapan stress


Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh
Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai
berikut :
a.    Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b.    Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak  nyaman, jantung berdebar, dan
punggung tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.    Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang
tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit
tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.    Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan
rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.    Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan
panik.
f.     Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda
seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak
keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6.    Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap
tubuh maupun terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai
berikut.
a.    Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami
perubahan warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan
kerontokan rambut.
b.    Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola
mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa
mata.
c.    Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.    Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali
menjadi pelupa dan mengeluh sakit kepala pusing.
e.    Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah
nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan
kulit muka kedutan.
f.     Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu,
pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal
ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme
(muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.    Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas
atau dingin dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang
berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti
munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali
timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan
dan kaki berkeringat.
h.    Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya
nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas
terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang
iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya.
Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga
dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena
otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru mengalami spasme.
i.      Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres.
Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau
menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah
atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan
atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada
itu sebagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa
“dingin”.
j.      Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah
kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan
penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi
pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang
air besar atau sebaliknya sering diare.
k.    Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress  faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia
bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l.      Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot
dan tulang (musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan
tegang. Selain itu, keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami,
misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya.
Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.  Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami
stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes
mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan
menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a.    Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya
yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar
digambarkan. Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan
darah tinggi dan susah tidur.
b.    Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang
mungkin dapat menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap,
dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak
wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan usaha
membunuh orang.
c.    Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang
disertai rasa sedih yang berkepanjangan.
7.    Cara mengendalikan stress
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a.    Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress,
bagaimana tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat
dengan apa yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur
kita akan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan
pemberian dari Tuhan.
b.    Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali
sumber stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali
penyebabnya. Namun pada stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah
dilupakan atau bertumpuk-tumpuk dengan penyebab stress baru. Apabila sudah
benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut.
Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya
memperkecil dampaknya.
c.    Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan
baik, stres tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan
dengan menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa
menjadi malapetaka.  Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya
menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d.    Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan
berolahraga yang teratur serta istirahat dengan cukup.
e.    Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak
dijaga, dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada
salahnya menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali
lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f.     Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan,
berkonsultasilah pada orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan
biarkan diri menderita stres terlalu lama.
g.    Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan
memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai
alat pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan
stres yang positif.
h.    Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak
akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul
yang namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara
mental dan fisik akan lebih siap menghadapi stres.
i.      Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan
yang baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala
situasi.
j.      Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang
muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres.
Harapan akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k.    Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih
menyenangkan.
l.      Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk
relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu
dalam menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk
memanggil energi positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang
dan mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m.  Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan
telah di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan
orang-orang positif.
n.    Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan
humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o.    Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan
tubuh, sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu
dalam manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan
meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia).
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan

Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan


biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi
sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila
individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress  yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung
pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut.
Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan
senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik
dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari,
promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau
komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis
memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses
yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif
terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan
penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu
upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

      Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
      Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai