KELOMPOK 4:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Emosi
Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak
komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama”(Maramis, 1990).
Sedangkan menurut Bimo Walgito, 1989 emosi adalah suatu keadaan perasaan
yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan
sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci
cinta, antusias, bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada
kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu
keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila
individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-
perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan pada gejala kejasmanian yang
tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.
1. Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a. Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik,
misalnya bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar.
b. Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau
negatif, misalnya kegembiraan saat diterima disalah satu Perguruan Tinggi
ternama.
c. Ekspresi wajah, apabila merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengerutkan
dahi atau kelopak mata menutup sedikit.
d. Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira
hinggah meneteskan air mata
B. Stress
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan
begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi,
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola
hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola
hidup sosial religius berubah individualistis, materialistis, dan sekuler, pola hidup
produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah serta ambisi karier yang menganut
asas moral dan etika hukum.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor
psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan
dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya
1. Pengertian stress
Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes,
Dep.Kes.RI, 1989)
“Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang
menimbulkan suatu ketegangan daqlam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan. 1987)
“Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)
“Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)
Jadi, secara umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap
situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, dan ketegangan emosi.
2. Penggolongan stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari
penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormon, atau gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan,
dan antri.
Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta : EGC