Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN.

F DENGAN ACUTE
MYELOID LEUKEMIA (AML) DI RUANG 7B RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

Angela Edeltrudis Bani

Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maharani Malang
Abstrak
AML merupakan penyakit yang biasanya disebabkan oleh efek dari pansitopenia
(anemia, bleeding dan penurunan kekebalan terhadap infeksi). LMA adalah bentuk
leukemia akut yang paling sering terjadi pada anak–anak seiring dengan pertambahan
usia. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study) yang
bertujuan untuk mendapatkan kemampuan yang nyata dalam menyusun dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Acute Myeloid Leukemia di ruang
7B di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Pengambilan data menggunakan teknik
wawancara menggunakan panduan pengkajian asuhan keperawatan, observasi dan
pemeriksaan fisik. Hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien AML ini
ditemukan bahwa dari hasil analisa data (subyektif dan objektif) terdapat tiga masalah
keperawatan yang muncul sesuai prioritas pada An. F yaitu Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, resiko pendarahan dan resiko infeksi. Dari diagnosa yang diambil yang
paling sulit teratasi yaitu diagnosa resiko infeksi dikarenakan keluarga masih belum
percaya dan yakin atas penyakit yang dialami oleh An F. dan An F baru di diagnosa
kurang lebih satu bulan mengidap penyakit AML oleh karena itu keluarga masih dalam
fase denial atau fase penyangkalan dimana keluarga mengingkari kenyataan bahwa An.
F menderita AML. Laporan studi kasus ini diharapkan perawat lebih meningkatkan lagi
penggunaan komunikasi terapeutik dalam melakukan intervensi pada pasien atau klien
dengan penyakit terminal atau paliatif khususnya pada pasien dengan fase denial (fase
penyangkalan).

Kata kunci : AML, Asuhan keperawatan, Komunikasi Terapeutik. Leukemia.

ABSTRACT

AML is a disease that is usually caused by the effects of pancytopenia (anemia,


bleeding and decreased immunity to infection) LMA is an acute form of leukemia most
often occurs in children with age. In this study using a case study approach that aims to
get ability in developing and providing Nursing care in patient with acute myeloid
leukemia in room 7B RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Retrieval of data using
techniques using the assessment guide nursing care, observation and physical
examination. The result of a case study of nursing care in patient AML is found that the
result data analysis (subjective and objective), there are three problems that arise
nursing order of priority in which Child F is ineffective peripheral tissue perfusion, the
risk of bleeding, and the risk of infection. Of diagnosis taken the most difficult to
overcome is the risk of infection because families still do not believe and trust over the
illness experienced by child F and child F newly diagnosed approximately one month
disease AML. This case study report is expected to be further endhanced nurse
communication use therapeutic intervention in patient or client with a terminal illness
or palliative, especially in patient with denial phase.

Keywords: Acute Myeloid Leukemia (AML), Leukemia, Nursing Care, Therapeutic


Communication

PENDAHULUAN

Kanker adalah penyakit akibat akan terjadi sekitar 23.720 kematian per
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel tahun karena leukemia. Dari 100.000
jaringan tubuh yang berubah menjadi kasus baru kanker, Leukemia
sel kanker. Dalam perkembangannya, Mielositik Akut (LMA) sekitar 2,5%
sel –sel kanker dapat menyebar (Data Riset Kesehatan Dasar, 2013).
kebagian tubuh lainnya, sehingga dapat Berdasarkan hasil penelitian
menyebabkan kematian (Yayasan Simanjorang dkk (2010) jenis leukemia
Kanker Indonesia, 2008). Dari kasus paling banyak ditemukan pada anak
kanker semua usia 4,9 persen adalah adalah Leukemia Limfoblastik Akut,
kanker pada anak. Leukemia adalah yaitu 26 kasus (65,4%). Jenis leukemia
kanker anak yang paling sering, yang lain terdiri dari Leukemia Mieloid
mencapai lebih kurang 33% dari Akut (19,2 %).Leukemia Mieloid
keganasan pediatrik (Umiati dkk, 2010). Kronik (15,4 %) dan tidak ada jenis
Acute Myeloid Leukemia leukemia kronik (0%).Status meninggal
merupakan suatu bentuk kelainan sel paling banyak terdapat pada anak
hematopoetik yang dikarakteristikkan penderita leukemia dengan jenis
dengan adanya proliferasi berlebihan leukemia myeloid akut (80%).
dari sel myeloid yang dikenal dengan Sebagian dari penderita
myeloblas. AML merupakan penyakit menderita kelelahan sebagai gejala
yang fatal. Kematian biasanya pertama. Anorexia dan penurunan berat
disebabkan oleh efek dari pansitopenia badan sangat umum pada penderita.
(anemia, bleeding dan penurunan Tanda –tanda menunjukkan ada
kekebalan terhadap infeksi) (Rogers, gangguan hemostasis seperti perdarahan
2010). dan mudah luka dikesan oleh kira-kira 5
LMA adalah bentuk leukemia % daripada seluruh pasien, Selain itu,
akut yang paling sering terjadi pada kadang kala turut ditemukan nyeri
anak –anak seiring dengan pertambahan tulang, limfadenopati, pusing dan batuk
usia dan jarang terjadi pada orang sebagai gejala penyerta. (Kasper et al,
dewasa (Safitri, 2005; Handayani dan 2005).
Haribowo, 2008). Sekitar 48.610 orang Bedasarkan dengan fenomena
di Amerika Serikat didiagnosis dengan diatas dengan masih tingginya angka
leukemia, dari kasus tersebut, sekitar kejadian AML pada anak di Indonesia,
20.660 leukemia akut, dan sekitar penulis merasa tertarik untuk
21.600 kronis. Jenis yang paling umum mengangkat asuhan keperawatan pada
dari keseluruhan leukemia adalah jenis An F dengan Acute Myeloid Leukemia
myeloid akut sekitar 14.590 kasus di ruang 7B di RSUD Dr. Saiful Anwar
setiap tahun. Di Indonesia diperkirakan Malang sebagai laporan studi kasus.
METODE berdarah”. Anak juga mengalami lemas
kurang lebih 5 hari dan sering sering
Rancangan Penelitian menggunakan mengalami panas. Panasnya tinggi dan
metode kualitatif dengan pendekatan tidak mau turun dengan obat penurun
studi kasus (Case Study), subjek panas. Anak mulai sering kelelahan
penelitiannya adalah satu orang kalau beraktivitas sehingga malas
responden pasien LMA dan Informan untuk melakukan aktivitas. Jika
utama adalah orang tua. Dalam metode kelelahan, anak langsung pucat, tapi
penelitian ini yang akan menjadi tidak pernah sampai pingsan. Anak tidak
instrument penelitian adalah peneliti dan pernah mengeluh sesak nafas. Anak juga
peneliti melakukan wawancara. tidak mengalami penurunan nafsu
Penelitian ini dilakukan di ruang 7B di makan. Anak tidak ada mengeluh nyeri
Rumah Sakit Saiful Anwar Malang perut. Setelah itu anak di bawah ke
dengan melakukan wawancara terhadap RSUD Kota malang untuk di periksa
orang tua anak dengan AML anak dirawat selama 8 hari dan
didapatkan Hb 1,60 uL/dl dan
HASIL ditransfusi sebanyak 4 kantong karena
A. Identitas Pasien datang dengan keluhan pucat dan mudah
Identitas pasien An. F berusia 8 lelah. Dokter mendiagnosis pasien
Tahun 7 Bulan, berjenis kelamin menderita Bisitopenia + leukositosis
perempuan, alamat Jl.Ir Rais 9/335 RT suspek leukemia anemia heart disease.
12/04 Tanjung Rejo Sukun Malang. Pasien dirujuk ke Rumah Sakit Saiful
Masuk rumah sakit pada tanggal 11 Anwar Malang untuk menjalani
Oktober 2016 / 15.00 WIB dengan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut
diagnosa Bisitopenia + leukositosis dan pada tanggal 25 oktober dilakukan
suspek leukemia anemia heart disease. pemeriksaan BMP dan dokter
Penanggung jawab selama dirawat di mendiagnosa anak mengalami AML
rumah sakit adalah ayah Tn.M pekerjaan (Acute Myelomonoblastic Leukemia).
wiraswasta dan ibu Ny. E Alamatnya Ibu mengatakan “non, adek
Jl.Ir Rais 9/335 RT 12/04 Tanjung Rejo pernah jatuh motor saat digonceng ibu,
Sukun Malang Pekerjaan Ibu rumah posisi miring kiri dan adek nggak rasa
tangga. Keluarga muslim dan bersuku sakit”. Dari keluarga pasien tidak
jawa. terdapat penyakit keturunan ataupun
genetik. Saat hamil ibu klien juga rutin
B. Pengkajian memeriksakan kehamilannya ke
Pengkajian secara alloanamnesa posyandu atau puskesmas setiap bulan
dan autoanamnesa serta dengan sekali sejak usia kehamilannya 4 bulan.
melakukan pengkajian data diri pasien Ibu pernah diimunisasi TT sebanyak 2
melalui catatan medis dari dokter dan kali selama kehamilannya. Ibu tidak ada
wawancara. Hasil pengkajian pada menderita tekanan darah tinggi, tidak ada
tanggal 20 Oktober 2016 / 15.00 WIB punya riwayat penyakit ginjal dan tidak
didapatkan Keluhan Utama adalah Pucat, ada mengkonsumsi alkohol saat hamil.
awalnya Anak mengalami pucat selama Ibu juga tidak pernah melakukan rontgen
kurang lebih 7 hari dan orang tua foto saat hamil. Ibunya pernah
mengatakan”kelihatan pucatnya hanya memeriksakan kehamilannya dengan
pada wajah, kaki dan tangannya saja USG ke dokter dan dinyatakan
dan adek ngak pernah mimisan atau
kehamilannya baik-baik saja. Klien pada tanggal 19 oktober 2016 An F
dilahirkan di bidan dan klien lahir diambil darah ulang di dapatkan hasil
dengan spontan, berat badan lahir 2.800 Hemoglobin (Hb) 9,60 uL/dl (11,4-
gram klien lahir langsung menangis, 15,1), Eritrosit (RBC) 3,32 103/ uL (4,0-
kulit kemerahan dan bergerak aktif. 5,0), Leukosit (WBC) 64,28 103/ uL (4,7-
Tidak ada riwayat asfiksia postpartum. 11,3), Hematokrit (HT) 29,80 % (38-
Bayi kuat menyusui dan diberikan ASI 42), Trombosit 95 103/ uL (142-424),
eksklusif. Eosinofil 0,0 % (0-4), Basofil 0,0 % (0-
Riwayat perkembangan klien 1), Neutrofil 24,0 % (51-67), Limfosit
juga normal tidak ada hambatan dan 32 % (25-33) Monosit 0,0 % (2-5).
kelainan dan Saat ini anak duduk di kelas Pada pengkajian yang diperoleh
3 SD, anak mudah lelah bila beraktivitas. dari data medis, didapatkan keluarga
Anak termasuk siswa yang berprestasi di selama ini menolak untuk dilakukan
sekolahnya, dan anak juga suka pemeriksaan BMP (Bone Marrow
menggambar dan mewarnai. Puncture) sebanyak 3 kali dengan alasan
Pengkajian selanjutnya adalah adanya pihak tertentu yang tidak
pemeriksaan fisik dimulai dengan menjelaskan tujuan dari pemeriksaan
mengukur berat badan 20 kg, tinggi BMP secara detail kepada keluarga dan
badan 121 cm Lingkar Lengan Atas: 16 setiap kali meminta untuk pemeriksaan
cm, TD 110/70 mmHg, nadi 98 X/menit, selalu dengan cara yang kasar sehingga
kualitas : kuat angkat,regular. Suhu: 36,5 membuat keluarga dan anak takut dan
°C, Respirasi 20 X/menit. Pasien menolak dilakukan tindakan BMP.
menunjukan bahwa keadaan umum
cukup, kesadaran composmentis. Terlihat C. Perumusan Masalah dan Analisa
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik Bedasarkan hasil pengkajian yang
dan di bagian sklera terdapat bintik telah dilakukan pada An. F dengan AML
merah kecil. Pendengaran tidak maka dapat data-data tersebut dapat
terganggu tidak terdapat nyeri tekan. diuraikan sebagai berikut:
Mukosa bibir kering, tidak terdapat 1. Masalah ketidakefektifan perfusi
gangguan pada leher. Pada pemeriksaan jaringan perifer
pernapasan tidak terdapat ronchi dan Yang ditandai dengan adanya pucat
whezzing, bunyi napas vesikuler, yang dialami oleh pasien pada seluruh
pergerakan dinding dada simetris. Pada badan dikarenakan adanya gangguan
ekstremitas akral hangat, perfusi jaringan pematangan yang menyebabkan
baik, tidak ada edem dan tidak ada proses diferensiasi sel-sel mieloid
parese di semua ekstremitas, anemis dan terhenti pada sel-sel muda (blast)
pucat. dengan akibat terjadi akumulasi blast
An F diambil darahnya pada di sumsum tulang. Akumulasi Blast di
tanggal 11 oktober 2016 dan didapatkan dalam sumsum tulang akan
hasil Hemoglobin (Hb) 1,60 uL/dl (11,4- menyebabkan terjadinya gangguan
15,1), Eritrosit/Red Blood Cell (RBC) hematopoesis normal yang akhirnya
0,44 103/uL (4,0-5,0), Leukosit/White akan mengakibatkan sindrom
Blood Cell (WBC) 60,26 103/ uL (4,7 kegagalan sumsum tulang (bone
11,3), Hematokrit (HT) 4,70 % (38-42), marrow failure syndrome) yang
Trombosit 5 103/ uL (142-424), ditandai dengan adanya sitopenia
Eosinofil 0,0 % (0-4), Basofil 0,0 % (0- (anemia, leukopeni, trombositopeni).
1), Limfosit 18 % (25-33), Neutrofil Hal ini dibuktikan dengan orangtua
45,0 % (51-67), Monosit 0,0 % (2-5) dan pasien mengatakan anaknya kelihatan
pucat pada wajah kaki dan tangan. 2. Resiko pendarahan berhubungan
secara objektif dapat dilihat klien dengan koagulopati inheren
tampak pucat, konjungtiva anemis, (trombositopenia)
mukosa bibir kering, turgor kulit 3. Resiko infeksi tidak kuatnya
elastis menurun < 3 detik, konjungtiva pertahanan sekunder (gangguan
anemis, mukosa bibir kering, dengan kematangan sel darah putih, defisiensi
pemeriksaan lab didapatkan Hb 9,60 imun).
uL/dl.
2. Resiko Pendarahan E. Rencana Asuhan Keperawatan
Ditandai dengan adanya bintik merah Pada tahap perencanaan ini
yang dialami oleh pasien pada bagian dirumuskan rencana tindakan
sklera mata karena adanya Akumulasi keperawatan yang bertujuan untuk
Blast di dalam sumsum tulang akan mengatasi masalah-masalah pasien.
menyebabkan terjadinya gangguan Tahap yang dilakukan dalam
hematopoesis normal yang akhirnya perencanaan yaitu: menyusun prioritas,
akan mengakibatkan sindrom membuat tujuan dan kriteria hasil yang
kegagalan sumsum tulang berupa diharapkan dan menentukan intervensi
trombositopenia akan menyebabkan keperawatan.
tanda-tanda perdarahan ini di buktikan 1. Pada diagnosa 1 dengan
dengan tampak bintik merah pada ketidakefektifan perfusi jaringan
mata, dan pemeriksaan darah perifer berhubungan dengan
didapatkan Trombosit 95 103/ uL kurangnya suplai oksigen ke
(142-424). jaringan. Diharapkan setelah
3. Resiko Infeksi diberikan tindakan keperawatan
Ditandai dengan pemeriksaan darah di selama 3x8 jam oleh peneliti, pucat
dapatkan Leukosit meningkat dari pada klien berkurang atau hilang.
batas normal 64,28 103/ uL disebabkan NOC : Kriteria hasil yang diharapkan
karena adanya gangguan pematangan adalah warna kulit normal, tampak
yang menyebabkan proses diferensiasi pucat berkurang Hb dalam batas
sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel normal turgor kulit elastis < 2 detik,
muda (blast) depresi produksi sumsum konjungtiva tidak anemis, mukosa
tulang belakang dengan adanya bibir lembab, CRT< 3 detik, Tekanan
leukopenia pasien akan mengalami darah dalam batas normal 80-110 /
daya tahan tubuh menurun 60-80 mmHg, nadi 70-120 x/mnt,
menyebabkan pasien rentan terhadap akral hangat, tidak ada nyeri
infeksi. ekstremitas. NIC: manajemen sensasi
perifer meliputi monitor adanya
D. Diagnosa Keperawatan daerah tertentu yang hanya peka
Berdasarkan hasil perumusan terhadap panas / dingin / tajam /
masalah dan analisa data, maka tumpul, monitor adanya sianosis,
ditetapkan 3 diagnosa utama dalam monitor vital sign, monitor hasil
asuhan keperawatan pada An. F dengan laboratorium, monitor adanya
diagnosis AML tromboplebitis, kolaborasi pemberian
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan transfusi darah.
perifer berhubungan dengan 2. Diagnosa ke dua dengan resiko
kurangnya suplai oksigen ke jaringan. pendarahan berhubungan dengan
koagulopati inheren
(trombositopenia). Diharapkan
setelah diberikan tindakan meninggalkan pasien, gunakan sabun
keperawatan selama 3x8 jam oleh antimikroba untuk cuci tangan,
peneliti, tidak terjadi pendarahan. monitor hitung leukosit (White Blood
NOC : Kriteria hasil yang diharapkan Cell/WBC), granulosit, anjurkan
adalah Tidak ada hematuria dan untuk istirahat, monitor status nutrisi
hematemesis, Tekanan darah dalam klien, kolaborasi pemberian
batas normal sistol dan diastole, tidak antibiotik.
ada distensi abdomen, hemoglobin
dan hematokrit dalam batas normal, F. Implementasi Keperawatan
Plasma, PT (Protrombin Time), PTT Pelaksanaan tindakan keperawatan
(Partial Thromboplastin Test), dalam dilakukan sesuai dengan rencana
batas normal. NIC: Bleeding tindakan keperawatan yang telah dibuat
precaution. Rencana keperawatan dan didokumentasi dalam pencatatan dan
yang disusun adalah monitor tanda pelaporan. Pelaksanaan terdiri dari 3 fase
tanda adanya pendarahan, monitor yaitu, meliputi fase persiapan
vital sign, monitor nilai lab yang pengetahuan perawat mengenai rencana,
meliputi PT, PTT, trombosit, validasi, serta persiapan pasien dan
lindungi pasien dari trauma yang lingkungan. Fase operasional dapat
dapat menyebabkan pendarahan, dilakukan dengan intervensi independent
anjurkan keluarga untuk (mandiri), dependent (tergantung) dan
meningkatkan intake makanan yang interdependent (kolaborasi). Fase
mengandung vitamin K, monitor terakhir adalah terminasi atara perawat
status cairan yang meliputi intake dan dan pasien (Hernawatie, 2011). Dalam
output, monitor penentu pengiriman proses pelaksanaan tindakan
oksigen ke jaringan (Hemoglobin), keperawatan, perlu adanya
pertahankan patensi Intra Vena (IV) pengorganisasian tugas antara perawat
line. yang lain agar dapat tercapai suatu
3. Diagnosa ke tiga dengan resiko pelaksanaan asuhan keperawatan yang
infeksi b/d leukopenia. Setelah berkesinambungan, pendokumentasi juga
diberikan tindakan keperawatan merupakan suatu hal yang sangat penting
selama 3x8 jam oleh peneliti, dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
diharapkan tidak terjadi infeksi. agar tercipta suatu komunikasi yang
NOC: Kriteria hasil yang diharapkan efektif antara tim kesehatan dan pemberi
muncul adalah anak terbebas dari layanan kesehatan yang dapat
tanda dan gejala infeksi, keluarga dan dipertanggung jawabkan.
klien dapat menunjukan kemampuan Pada pelaksanaan tindakan
mencegah timbulnya infeksi, jumlah keperawatan berdasarkan rencana
leukosit dalam batas normal, keperawatan yang telah disusun,
keluarga menunjukan perilaku hidup tindakan keperawatan (implementasi) ini
sehat. NIC: Infection control (kontrol dilaksanakan selama 3 hari, dimulai
Infeksi) dan Infection protection sejak tanggal 20 sampai dengan tanggal
(Proteksi terhadap infeksi). Rencana 22 oktober 2016 pada jam jaga (shift).
keperawatan yang disusun adalah Pelaksanaan tindakan diagnosa
bersihkan lingkungan setelah dipakai keperawatan 1 pada praktiknya tidak
pasien lain, batasi pengunjung bila semua dilakukan, dikarenakan
perlu, instruksikan pada pengunjung keterbatasan waktu dan ilmu yang
untuk mencuci tangan saat dimiliki oleh penulis. Tindakan yang
berkunjung dan setelah berkunjung dilakukan hanya monitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka terhadap G. Evaluasi Keperawatan
panas / dingin / tajam / tumpul, monitor Menurut Muttaqin, Arif dan Sari,
adanya sianosis, monitor vital sign, hasil Kumala (2010), evaluasi merupakan
tekanan darah pasien: 120/70 mmHg, langkah terakhir dari proses keperawatan
Nadi: 80 X/menit, kualitas : kuat angkat, dengan cara melakukan identifikasi
regular, Respirasi: 20 X/menit, dan sejauh mana tujuan dari rencana
didapatkan suhu badan klien 38,2 dan keperawatan tercapai atau tidak. Pada
memberikan obat paracetamol per oral bagian evaluasi hanya sebagian masalah
1x 50 mg, dan menganjurkan klien untuk yang teratasi. Evaluasi merupakan bagian
istirahat. akhir dari proses keperawatan. Pada
Pelaksanaan tindakan diagnosa setiap akhir pelaksanaan tindakan
keperawatan yang ke 2 dilakukan yaitu keperawatan dilakukan evaluasi untuk
monitor tanda tanda adanya pendarahan, menilai sejauh mana tujuan yang telah
monitor vital sign, menganjurkan dibuat dapat tercapai. Dari ketiga
keluarga untuk meningkatkan intake diagnosa utama keperawatan yang
makanan yang mengandung vitamin K, dikelola penulis selama satu hari
mengobservasi status cairan yang didapatkan hasil sebagai berikut:
meliputi intake dan output, Diagnosa 1 ketidakefektifan
mempertahankan patensi IV line. perfusi jaringan perifer berhubungan
Pelaksanaan tindakan diagnosa dengan kurangnya suplai oksigen ke
keperawatan yang ke 3 dilakukan yaitu jaringan ibu klien mengatakan An. F
membatasi pengunjung, masih tampak pucat, data objektif yang
menginstruksikan pada pengunjung didapat oleh penulis yaitu tampak pucat
untuk mencuci tangan saat berkunjung (+), Hb 9,60 uL/dl, turgor kulit elastis
dan setelah berkunjung meninggalkan menurun < 3 detik, konjungtiva anemis,
pasien menggunakan sabun antimikroba mukosa bibir kering, akral hangat, vital
untuk cuci tangan, menganjurkan pasien sign: tekanan darah pasien: 120/70
untuk istirahat, monitor status nutrisi mmHg, Nadi: 85 X/menit, kualitas : kuat
klien. angkat,regular, Respirasi: 20 X/menit,
Faktor pendukung dalam dan didapatkan suhu badan klien 37,4 oc,
melaksanakan asuhan keperawatan pada assessment masalah belum teratasi,
An. F adanya kesesuaian antara rencana Planning lanjutkan intervensi dan
yang dibuat dengan pelaksanaan kolaborasi pemberian transfusi darah.
tindakan, karena sebelum merumuskan Diagnosa 2 resiko pendarahan
rencana tindakan keperawatan, penulis Resiko Pendarahan berhubungan dengan
telah mempertimbangan faktor-faktor koagulopati inheren (trombositopenia)
penunjang seperti fasilitas yang ada evaluasinya berupa ibu klien mengatakan
diruangan. Adanya kerjasama antara bintik merah semakin berkurang, dengan
penulis dengan perawat ruangan, data obyektif: bintik metah tampak
mengingat penulis bertugas dalam berkurang, tekanan darah pasien: 120/70
rentang waktu yang terbatas, faktor mmHg, Nadi: 85 X/menit, kualitas : kuat
penghambat yang dirasakan dalam angkat, regular, Respirasi: 20 X/menit,
pelaksanaan tindakan pada An F adalah dan didapatkan suhu badan klien 37,4 oc,
kurangnya pengalaman klinis penulis assessment masalah teratasi sebagian,
dalam proses pelaksanaan tindakan Planning lanjutkan intervensi sesuai
keperawatan di lapangan sehingga kebutuhan.
banyak hal yang masih harus di pelajari. Diagnosa ke 3 resiko infeksi b/d
leukopenia evaluasi berupa: respon
obyektif didapatkan Leukosit masih tetap Respirasi: 20 X/menit, dan
(WBC) 64,28 103/ uL ,Hb 9,60 uL/dl, didapatkan suhu badan klien 36,5 oc,
nutrisi klien baik, keluarga menunjukan assessment masalah teratasi
perilaku hidup sehat, pengunjung tampak sebagian, Planning lanjutkan
mengikuti instruksi cuci tangan sebelum intervensi 3,4,5,6,7,8
dan sesudah berkunjung, assessment 3. Diagnosa ke 3 resiko infeksi b/d
masalah belum teratasi, Planning leukopenia evaluasi berupa: respon
lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan, obyektif didapatkan leukosit masih
akan tetapi keluarga bersikap menolak tetap (WBC) 64,28 103/ uL ,Hb 9,60
dan tidak ada rasa percaya terhadap uL/dl, nutrisi klien baik, keluarga
terapi untuk pengendalian infeksi, menunjukan perilaku hidup sehat,
pengobatan lanjutan seperti kemoterapi. pengunjung tampak mengikuti
Keluarga lebih percaya mungkin ada instruksi cuci tangan sebelum dan
pengobatan alternatif lain yang dapat sesudah berkunjung, assessment
menyembuhkan penyakit An F selain masalah belum teratasi dan muncul
tindakan medis. masalah baru ketidakmampuan
Catatan Perkembangan Pada hari koping keluarga, karena keluarga
yang ke-2 didapatkan hasil sebagai bersikap menolak dan tidak ada rasa
berikut: percaya terhadap terapi untuk
1. Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi pengendalian infeksi, Orang tua klien
jaringan perifer berhubungan dengan menolak dilakukan pemeriksaan
kurangnya suplai oksigen ke BPM dan kemoterapi. Planning
jaringan. Dengan data subyektif: ibu lanjutkan intervensi sesuai kebutuhan
klien mengatakan An. F masih dan melakukan intervensi
tampak pucat, data objektif yang ketidakmampuan koping keluarga.
didapat oleh penulis yaitu tampak 4. Diagnosa ke 4 ketidakmampuan
pucat (+), Hb 9,60 uL/dl, turgor kulit koping keluarga evaluasinya berupa
elastis menurun < 3 detik, ibu klien menolak dilakukan
konjungtiva anemis, mukosa bibir pemeriksaan BMP dan kemoterapi.
kering, akral hangat, tanda-tanda Data obyektif : adanya tanda tangan
Vital: tekanan darah pasien: 110/80 penolakan tindakan BMP pada status
mmHg, Nadi: 100 X/menit, kualitas : pasien, keluarga marah setiap kali
kuat angkat,regular, Respirasi: 20 mendengar kata BMP. assessment
X/menit, dan didapatkan suhu badan masalah belum teratasi Planning
klien 36,5 oc, assessment masalah :bantu keluarga dalam mengenal
belum teratasi, Planning lanjutkan masalah, jelaskan tujuan tindakan
intervensi 2,3,4 dan kolaborasi BMP, bantu motivasi keluarga untuk
pemberian transfusi darah. berubah, berikan dukungan
2. Diagnosa 2 resiko pendarahan Resiko emosi/penenangan kepada keluarga
Pendarahan berhubungan dengan dan klien, bantu anggota keluarga
koagulopati inheren mengklarifikasi apa yang mereka
(trombositopenia) data subyektif: ibu harapkan dan butuhkan.
klien mengatakan bintik merah Implementasi : membantu keluarga
semakin berkurang, dengan data dalam mengenal masalah,
obyektif: bintik metah tampak menjelaskan tujuan tindakan BMP,
berkurang, tekanan darah pasien: memberikan dukungan emosi kepada
110/80 mmHg, Nadi: 100 X/menit, keluarga. Evaluasi : keluarga telah
kualitas : kuat angkat, regular, dapat mengungkapkan perasaan
perasaan yang tidak terselesaikan lanjutkan intervensi sesuai
selama ini. kebutuhan.
Catatan Perkembangan Pada hari 4. Diagnosa ke 4 ketidakmampuan
yang ke-3 atau hari terakhir koping keluarga evaluasinya berupa
didapatkan hasil sebagai berikut: ibu klien menolak dilakukan
1. Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi pemeriksaan BMP dan kemoterapi.
jaringan perifer berhubungan dengan Data obyektif : adanya tanda tangan
kurangnya suplai oksigen ke jaringan penolakan tindakan BMP pada status
ibu klien mengatakan An. F masih pasien, keluarga marah setiap kali
tampak pucat, data objektif yang mendengar kata BMP. assessment
didapat oleh penulis yaitu tampak masalah teratasi sebagian, keluarga
pucat (+), Hb 9,60 uL/dl, turgor kulit menyetujui untuk dilakukan
elastis menurun < 3 detik, pemeriksaan BMP. Dan tanggal 26
konjungtiva anemis, mukosa bibir Oktober 2016 dilakukan Pemeriksaan
kering, akral hangat, vital sign: darah tepi dan sumsum tulang
tekanan darah pasien: 120/70 mmHg, menunjukan suatu Acute
Nadi: 85 X/menit, kualitas : kuat Myelomonoblastic Leukemia with
angkat, regular, Respirasi: 20 Abnormal Eosinophilla (AML-
X/menit, dan didapatkan suhu badan M4Eo). Tetapi orang tua klien
klien 37,4 oc, assessment masalah menolak dilakukan kemoterapi.
belum teratasi, Planning lanjutkan Planning lanjutkan intervensi sesuai
intervensi 3,4 dan kolaborasi kebutuhan.
pemberian transfusi darah.
2. Diagnosa 2 resiko pendarahan PEMBAHASAN
berhubungan dengan koagulopati
inheren (trombositopenia) a. Pengkajian
evaluasinya berupa ibu klien Menurut (Doenges, 1999: 508)
mengatakan bintik merah semakin pengkajian adalah proses dimana data
berkurang, dengan data obyektif: yang berhubungan dengan pasien di
bintik metah tampak berkurang, kumpulkan secara sistematis. Pengkajian
tekanan darah pasien: 120/70 mmHg, di gunakan untuk mengenali dan
Nadi: 85 X/menit, kualitas : kuat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
angkat, regular, Respirasi: 20 kesehatan pasien serta keperawatan
X/menit, dan didapatkan suhu badan pasien baik fisik, mental, sosial dan
klien 37,4 oc, assessment masalah lingkungan. Di dalam pengkajian
teratasi sebagian, Planning lanjutkan terdapat identitas pasien termasuk
intervensi sesuai kebutuhan. penanggung jawab pasien, keluhan
3. Diagnosa ke 3 resiko infeksi b/d utama pasien, riwayat penyakit pasien
leukopenia evaluasi berupa: respon maupun keluarga, dan sampai pada
obyektif didapatkan Leukosit masih pemeriksaan fisik pasien yang masih
tetap (WBC) 64,28 103/ uL ,Hb 9,60 menggunakan B1-B6. B1 (Breathing):
uL/dl, nutrisi klien baik, keluarga tidak Ada perubahan denyut nadi dan
menunjukan perilaku hidup sehat, pernapasan, respirasi: takipnoe,
pengunjung tampak mengikuti pernapasan dangkal, B2 (Blood): anemia,
instruksi cuci tangan sebelum dan pucat, sirkulasi pasien mungkin
sesudah berkunjung, assessment takikardia, B3 (Brain): tidak ada
masalah belum teratasi, Planning perasaan takut, penampilan tenang, data
psikologis pasien nampak santai B4
(Bladder): warna kuning, bau khas, B5 terkena infeksi), penurunan eritropoisis
(Bowel): tidak ada distensi abdomen, sehingga Hb menurun yang dapat
tidak ada nyeri tekan abdomen, tidak ada menyebabkan anemia serta penurunan
bising usus. Berat badan sebagai produksi trombosit yang menyebabkan
indikator untuk menentukan pemberian mudah terjadinya pendarahan.
obat. Aktivitas/istirahat: normal Pada pasien An F hanya
Eliminasi tidak ada gangguan B6 (Bone): menunjukan adanya pucat dikarenakan
Nyeri pada sendi kaki apabila di pakai pasien baru terdiagnosa kurang lebih 1
duduk dengan posisi bersila. bulan mengalami AML dan tanda gejala
Tanggal pengkajian 20 Oktober belum terlihat semuanya seperti yang ada
2016 / 15.00 WIB didapatkan Keluhan pada teori.
Utama adalah Pucat, pada wajah kaki Faktor pendukung yang
dan tangan, data objektif tampak pucat memudahkan penulis melakukan
(+), Hb 9,60 uL/dl, turgor kulit elastis pengkajian yaitu tersedianya data seperti
menurun < 3 detik, konjungtiva anemis, status pasien dan hasil laboratorium dari
mukosa bibir kering, TD: 110/70 mmHg, tim medis. Sikap terbuka dan kooperatif
N :98 x/mnt, akral hangat. Pasien keluarga An F yang memberikan respon
menunjukan bahwa keadaan umum yang baik serta memberikan data-data
cukup, kesadaran composmentis. Terlihat yang dibutuhkan pada saat pengkajian.
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik Penulis juga sangat terbantu karena
dan di bagian sklera terdapat bintik sudah tersedianya format pengkajian dari
merah kecil. Pendengaran tidak institusi pendidikan. Faktor penghambat
terganggu tidak terdapat nyeri tekan. dalam pengkajian adalah banyaknya
Mukosa bibir kering, tidak terdapat keluarga atau pengunjung ke ruangan
gangguan pada leher. Pada pemeriksaan pasien dan memberikan kesempatan
pernapasan tidak terdapat ronchi dan untuk pasien istirahat, tidak ada data
whezzing, bunyi napas vesikuler, yang pasti seperti pemeriksaan BMP
pergerakan dinding dada simetris. Pada dikarenakan keluarga menolak untuk
ekstremitas akral hangat, perfusi jaringan dilakukan pemeriksaan.
baik, tidak ada edem dan tidak ada
parese di semua ekstremitas, anemis dan b. Perumusan Diagnosa Keperawatan
pucat. Dan hasil pemeriksaan darah Diagnosa keperawatan yang
didapatkan hasil Hemoglobin (Hb) 9,60 sering muncul pada pasien dengan AML
uL/dl (menurun), Trombosit (PLT) 95 adalah: Ketidakefektifan perfusi jaringan
103/ uL (menurun), dan Leukosit (WBC) perifer berhubungan dengan kurangnya
64,28 103/ uL (meningkat). suplai oksigen ke jaringan, resiko
Secara teori dan kenyataan yang pendarahan berhubungan dengan
ditemukan di lapangan saat pengkajian koagulopati inheren (trombositopenia),
tentang keluhan pasien dan pemeriksaan resiko Infeksi b/d leukopenia, penurunan
fisik adalah adanya kesamaan pasien Hb berhubungan dengan tidak kuatnya
hanya menunjukan dimana adanya pucat pertahanan sekunder (gangguan
akibat kekurangan darah (anemia) kematangan sel darah putih, defisiensi
terjadinya proliferasi sel-sel darah putih, imun), resiko Cedera b/d kelainan profil
dengan manifestasi adanya sel-sel darah (anemia, trombositopenia)
abnormal dalam darah tepi. Yang berhubungan dengan gangguan
menyebabkan tingginya kadar leukosit neurologis, nyeri akut berhubungan
muda dalam darah yang kerjanya tidak dengan agen fisikal (pembesaran organ/
efektif dalam membunuh bakteri (mudah nodus limfe, infiltrasi sumsum tulang
oleh sel leukemik, agen kimia standar terhadap pasien,serta adanya
pengobatan leukemik), intoleransi bimbingan terarah dari pada
Aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi pembimbing.
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna makanan (infiltrasi pada
hati) dan ketidakefektifan pertukaran gas. c. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan dari kasus Intervensi keperawatan secara
An F tersebut diangkat berdasarkan data teori berdasarkan NANDA dan NIC
yang ditemukan pada An F saat NOC sangat banyak dan komplek dalam
dilakukan tahap pengkajian dan setelah berbagai keadaan pasien AML maupun
dilakukan analisa data, yang tentunya dalam keadaan penyakit lain dengan
data tersebut sangat mendorong diagnosa yang sama. Sehingga semua
munculnya suatu diagnosa keperawatan. intervensi tidak dapat digunakan dalam
Pada kasus pada An F ditemukan 3 kasus An F, alasan lain tidak bisa
diagnosa keperawatan yaitu dilaksanakan semua karena keterbatasan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, waktu dan tenaga penulis sehingga
resiko pendarahan, dan resiko infeksi. dilanjutkan oleh tenaga kesehatan yang
Secara teori dan kenyataan yang lain. Intervensi yang digunakan pada An
ditemukan di lapangan saat pengkajian F berdasarkan keluhan dan kebutuhan
tentang keluhan pasien dan pemeriksaan pasien saat pengkajian dan memiliki
fisik adalah adanya kesamaan dalam kesamaan dengan yang ada di teori yaitu:
memunculkan diagnosa seperti Diagnosa 1: monitor adanya
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, daerah tertentu yang hanya peka terhadap
resiko pendarahan, dan resiko infeksi. panas / dingin / tajam / tumpul, monitor
Perbedaannya adalah pada pasien yang adanya sianosis, monitor TTV, monitor
didapatkan dilapangan tidak bisa hasil laboratorium, monitor adanya
diangkat diagnosa selain yang tromboplebitis, kolaborasi pemberian
dirumuskan peneliti. Hal ini karena transfusi darah.
faktor dari individu tersebut saat Diagnosa 2 : monitor tanda tanda
mengalami tanda dan gejala yang adanya pendarahan, monitor TTV,
berbeda-beda, sesuai dengan daya tahan monitor nilai lab yang meliputi PT, PTT,
tubuh dan respon dari pasien tersebut. trombosit, lindungi pasien dari trauma
Faktor penunjang (pendukung) yang dapat menyebabkan pendarahan,
dalam merumuskan diagnosa anjurkan keluarga untuk meningkatkan
keperawatan An F adalah berdasarkan intake makanan yang mengandung
tanda klinis atau masalah yang dialami vitamin K, monitor status cairan yang
pasien selama pengkajian berlangsung meliputi intake dan output, monitor
dan adanya pengetahuan yang diperoleh penentu pengiriman oksigen ke jaringan
dari pendidikan, sehingga dapat (Hb), pertahankan patensi IV line.
diaplikasi dalam perumusan diagnosa Diagnosa 3 : bersihkan
dan Sikap terbuka dan kooperatif lingkungan setelah dipakai pasien lain,
keluarga An F yang memberikan respon batasi pengunjung bila perlu,
yang baik serta memberikan data-data instruksikan pada pengunjung untuk
yang dibutuhkan pada saat pengkajian. mencuci tangan saat berkunjung dan
Dan kesediaan tenaga medis dan tenaga setelah berkunjung meninggalkan pasien,
kesehatan di ruang 7B dalam membantu gunakan sabun antimikroba untuk cuci
pemberian asuhan keperawatan sesuai tangan, monitor hitung leukosit (WBC),
granulosit, anjurkan untuk istirahat, berharga, bahkan bisa muncul
monitor status nutrisi klien, kolaborasi keinginan lain.
pemberian antibiotik. 5. Fase penerimaan (Acceptance)
Pada fase ini berkaitan dengan
reorganisasi perasaan kehilangan,
pikiran yang selalu berpusat pada
d. Evaluasi obyek yang hilang mulai berkurang
Dari ketiga diagnosa yang atau hilang.
didapatkan sesuai kondisi pasien ada Oleh karena itu diperlukan peran
diagnosa yang tidak bisa teratasi atau perawat dalam membantu klien untuk
sulit untuk diatasi yaitu diagnosa resiko memahami dan menerima kenyataan dan
infeksi dikarenakan keluarga masih dapat membantu klien melalui tahap-
belum percaya dan yakin atas penyakit tahap berduka. Berkomunikasi dengan
yang dialami oleh An F. dan An F baru klien kondisi seperti yang dialami oleh
didiagnosa < 1 bulan mengidap penyakit An F atau klien dengan penyakit terminal
AML oleh karena itu keluarga masih merupakan komunikasi yang tidak
dalam fase denial atau fase penyangkalan mudah. Dalam berkomunikasi perawat
dimana keluarga mengingkari kenyataan menggunakan konsep komunikasi
bahwa An. F menderita AML. terapiutik. Membangun hubungan saling
Teori Kubler-Ross 1969 dalam percaya dan caring dengan klien dan
Hidayat 2009 ada 5 tahapan berduka atau keluarga melalui penggunaan
kehilangan berorientasi pada perilaku komunikasi terapeutik membentuk dasar
sebagai berikut: bagi intervensi pelayanan paliatif (Mok
1. Fase penyangkalan (Denial) dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan
Reaksi pertama individu yang Perry, 2010).
mengalami kehilangan adalah syok,
tidak percaya, atau mengingkari KESIMPULAN
kenyataan bahwa kehilangan benar- Berdasarkan pembahasan yang diuraikan
benar terjadi. dalam bab 4 studi kasus pada An F
2. Fase marah (Anger) dengan AML (acute myeloid leukemia)
Pada fase ini individu menolak dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
kehilangan. Kemarahan yang timbul 1.Pengkajian yang dilakukan pada An F
sering diproyeksikan kepada orang didapatkan yaitu pucat pada bagian
lain atau dirinya sendiri. wajah, kaki dan tangan.
3. Fase tawar-menawar (Bergaining) 2.Penegakan diagnosa keperawatan pada
Pada fase ini terjadi penundaan kasus An F dibuat berdasarkan masalah
kesadaran atas kenyataan terjadinya yang mengancam kehidupan pasien dan
kehilangan dan dapat mencoba untuk uraian teoritis mengenai diagnosa
membuat kesepakatan secara halus keperawatan yang mungkin timbul pada
atau terang-terangan seolah pasien AML. Diagnosa keperawatan
kehilangan itu dapat di cegah. sesuai prioritas yang muncul pada An F
4. Fase depresi (Depression) ada 3 yaitu
Pada fase ini pasien sering a.Ketidakefektifan perfusi jaringan
menunjukan sikap menarik perifer berhubungan dengan kurangnya
diri,kadang-kadang bersikap sangat suplai oksigen ke jaringan.
penurut, tidak mau berbicara b.Resiko pendarahan berhubungan
menyatakan keputusasaan, rasa tidak dengan koagulopati inheren
(trombositopenia)
c.Resiko infeksi tidak kuatnya mendalam tentang proses keperawatan
pertahanan sekunder (gangguan pada pasien AML
kematangan sel darah putih, defisiensi d)Tidak ada data yang pasti seperti
imun). pemeriksaan BMP dikarenakan keluarga
3.Perencanaan keperawatan yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan.
dirumuskan pada pasien An F dibuat DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan diagnosa yang muncul Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar
4.Tindakan keperawatan pada pasien An Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.
F pada dasarnya mengikuti perencanaan Jakarta: Salemba Medika.
yang telah dibuat dalam intervensi Handayani, W. dan Haribowo, A. S.
keperawatan yang disesuaikan dengan (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
kondisi pasien. pada Klien dengan Gangguan Sistem
5.Evaluasi tindakan yang dilakukan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
selama 3 hari,sejak tanggal 20 oktober – (Online), diakses pada tanggal 17
22 oktober 2016 berdasarkan tujuan dan November 2016, melalui
kriteria hasil. Dari 3 diagnosa https://books.google.co.id/books?
keperawatan yang diangkat didapatkan id=PwLdwyMH9K4C&pg=PT101&dq=l
hasil evaluasi,yaitu ketidakefektifan eukemia+myeloid+akut&hl=en&sa=X&
perfusi jaringan perifer belum teratasi, ei=T6XVfGXEeermAXqxIigCA&redir_
masalah resiko pendarahan dapat teratasi esc=y#v=onepage&q=leukemia
sebagian, dan masalah resiko belum %20myeloid%20akut&f=false.
teratasi. Jabbour, E. J., Estey, E., and Kantarjian,
6.Faktor pendukung dan penghambat H. M. (2006). Adult Acute Myeloid
a.Faktor pendukung Leukemia. Mayo Clinic Proceedings,
Tersedianya data seperti status pasien 81(2): 247-260. (Online), diakses pada
dan hasil laboratorium dari tim medis. tanggal 17 November 2016, melalui
Sikap terbuka dan kooperatif keluarga http://media.proquest.com/media/pq/clas
An F yang memberikan respon yang baik sic/doc/984554411/...3D.
serta memberikan data-data yang Kasper, D.L., et al., 2005. Harrison’s
dibutuhkan pada saat pengkajian. Dan Principles of Internal Medicine. 16th ed.
kesediaan tenaga medis dan tenaga Mc Graw Hill, New York.
kesehatan di ruang 7B dalam membantu Nanda International. Nursing Diagnoses:
pemberian asuhan keperawatan sesuai Definition and Classification 2015-2017,
standar terhadap pasien,serta adanya Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell.
bimbingan terarah dari pada
pembimbing. Ngastiyah. 2007.Perawatan Anak
b.Faktor penghambat Sakit.Ed.2. Jakarta: EGC.
a)Banyaknya keluarga atau pengunjung
ke ruangan pasien dan memberikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
kesempatan untuk pasien istirahat. (2013). Badan Penelitian dan
b)Asuhan keperawatan belum Pengembangan Kesehatan Kementerian
terdokumentasi dengan baik karena RI tahun 2013.Diakses:18 November
perencanaan yang digunakan selalu 2016, dari
berulang-ulang yang tidak sesuai dengan http://www.depkes.go.id/resources/down
keadaan pasien serta dipersingkat. load/general/Hasil%20Riskesdas%20
c)Terbatasnya referensi terbaru bagi 2013.pdf.
penulis yang membahas secara
Rogers, B. B. (2010). Advances in the
Management of Acute Myeloid
Leukemia in Older Adult Patients.
Oncology Nursing Forum, 37(3): 168-
179. (Online), diakses pada tanggal 17
November 2016, melalui
http://media.proquest.com/media/pq/clas
sic/doc/2038231261/...3D.

Safitri, A. (Ed). (2005). At A Glance


Medicine. Jakarta: Erlangga. (Online),
diakses pada tanggal 17 November 2016,
melalui
https://books.google.co.id/books?
id=wzIGJflmD4gC&pg=PA314&dq=leu
kemia+myeloid+akut&hl=en&sa=X&ei=
T-
6XVfGXEeermAXqxIigCA&redir_esc=
y#v=onepage&q=leukemia%20myeloid
%20akut&f=false.

Slepin .2006. Perawat dalam


Pencegahan Dampak Hospitalisasi pada
Anak. Jakarta: Salemba Medika

Sudoyo, A. W., dan Setiyohadi, B.


(2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid II, Ed. 4. Jakarta: FKUI.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta

Sutedi.Dedi (2009). Penelitian


Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung :
Humaniora

Wakui, et al. (2008). Diagnosis of acute


myeloid leukemia according to the WHO
classification in the Japan Adult
Leukemia Study Group AML-97
protocol. Int J Hematol, 87:144–151.
DOI 10.1007/s12185-008-0025-3.
(Online), diakses pada tanggal 17
November 2016, melalui

http://media.proquest.com/media/pq/clas
sic/doc/1896243621/...3D.

Anda mungkin juga menyukai